Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH PENGEMBANGAN MATERI IPS

KONSEP DASAR SOSIOLOGI


Dosen Pengampu : Prof. Samsidar Tanjung M.Pd

DISUSUN OLEH KEL 3:


Jussi Eka Ulita Br Tarigan (3221121009)
Jeriko Bonar Siallagan (3223121064)
Restu Adelaide Simarmata (3223121046)

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL
PENDIDIKAN SEJARAH
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah ini. Adapun yang menjadi judul makalah kami adalah Konsep dasar sosiologi.
Tujuan kami dalam menulis makalah ini dalam rangka untuk memenuh tugas dalam mata
kuliah kurikulum dan buku teks sejarah. Selain itu, kami berharap makalah ini juga dapat
berguna untuk kedepannya sebagai bahan bacaan dan bahan ajar.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak yang telah membantu dan membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Secara
khusus kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Prof. Samsidar M.Pd selaku dosen
pengampu pada mata kuliah.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu kami berharap adanya saran dan usulan demi perbaikan makalah
yang akan kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
berbagai pihak.

Medan, 23 Maret 2024

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................2

DAFTAR ISI ..........................................................................................................3

BAB I PENDAULUAN .........................................................................................4

A. Latar Belakang ............................................................................................4


B. Rumusan Masalah .......................................................................................4
C. Tujuan .......................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................5

A. Interaksi Sosial ........................................................................................... 05


B. Mobilitas Sosial Dan Konflik ......................................................................21
C. Kelompok Sosial Dan lembaga Sosial dalam Masyarakat ............................ 25
D. Sosialisasi ...................................................................................................28

BAB III PENUTUP................................................................................................ 32

A. KESIMPULAN .......................................................................................... 32

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sosiologi berasal dari dua kata dalam bahasa latin yaitu socius yang berarti masyarakat dan
logos yang berarti ilmu. Jadi, didefinisikan sebagai studi tentang masyarakat. Sosiologi
merupakan salah satu cabang ilmu sosial. Secara garis besar, sosiologi adalah ilmu sosial yang
mempelajari setiap kehidupan sosial. Objek kajian sosiologi adalah kehidupan manusia.
Sosiologi juga mempelajari interaksi mobilitas sosial, dan perubahan sosial, kelompok sosial,
organisasi sosial, Lembaga sosial, dan sosialisasi.
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari pengaruh timbal balik antara berbagai fenomena sosial
(fenomena ekonomi, agama, keluarga dengan moral, hukum ) dengan fenomena lain (non-
sosial). Sosiologi juga didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan manusia dengan
kelompok. Berdasarkan uraian di atas, Sosiologi adalah ilmu sosial yang objeknya adalah
masyarakat sebagai ilmu. Dalam Sosiologi, yang dipelajari Juga tentang peran, status atau
kedudukan, nilai, norma dan juga budaya atau budaya. Semua itu adalah hal-hal yang sangat
erat kaitannya dengan Sosiologi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian interaksi sosial?
2. Bagaimana dengan mobilitas sosial dan konflik?
3. Bagaimana dengan kelompok sosial dan lembaga sosial dalam masyarakat?
4. Apa yang dimaksud dengan sosialisasi?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian interaksi sosial
2. Mengetahui mobilitas sosial dan konflik sosial
3. Mengetahui apa yang terjadi di kelompok sosial dan lembaga sosial dalam masyarakat
4. Menegetahui pengertian sosialisasi

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP SOSIOLOGI

1. Interaksi Sosial

a. Pengertian Interaksi Sosial

Interaksi merupakan prosesi dimana orang-orang berkomunikasi saling mempengaruhi dalam


pikiran serta aksi. Pada dasarnya manusia saling kehidupan tidaklah lepas dari ikatan satu
dengan yang lain, dimana kelakuan antar orang saling mempengaruhi, mengganti, ataupun
memperbaiki kelakuan orang yang lain atau kebalikannya (Setiadi dkk 2003: 95). serta Gillin
mengajukan dua ketentuan yang wajib dilakukan agar suatu interaksi sosial itu terjalin, yaitu
terdapatnya kontak sosial (sosial contact) serta terdapatnya komunikasi (communication)
(Anwar dan Adang 2013: 195). Proses interaksi sosial terjadi ketika terdapat dua pihak yang
berinteraksi dengan melakukan kontak sosial dan komunikasi.

Ya, kontak sosial dan komunikasi adalah syarat penting terjadinya proses interaksi sosial.
Tanpanya, proses interaksi sosial tidak akan muncul. Interaksi sosial adalah hubungan timbal
balik yang terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok
dengan kelompok. Proses interaksi sosial ini bisa terjadi di mana saja, di keluarga, lingkungan
sekitar, atau di sekolah dan tempat kerja. Sulit rasanya membayangkan bagaimana hidup tanpa
adanya proses interaksi sosial antar individunya. Karena komunikasi yang ada di dalam proses
interaksi sosial adalah dasar dari eksistensi suatu masyarakat.

Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial yang
dimaksud dapat berupa hubungan antar individu dari satu individu ke individu lainnya, antara
satu kelompok dengan kelompok lainnya orang lain, maupun antara kelompok dan individu.
Dalam interaksi ada juga simbol, dimana simbol diartikan sebagai sesuatu yang memiliki nilai
atau makna diberikan kepadanya oleh mereka yang menggunakannya Proses interaksi sosial
menurut Herbert Blumer adalah ketika manusia bertindak atas sesuatu atas dasar makna bahwa
sesuatu memiliki untuk manusia. Kemudian makna bahwa sesuatu itu berasal dari interaksi
antara seseorang dengan satu sama lain. Dan akhirnya, maknanya tidak permanen tetapi dapat
diubah, perubahan makna dapat terjadi melalui proses interpretasi yang dibuat orang ketika
mereka menghadapi sesuatu. Proses juga disebut proses interpretatif. Interaksi sosial dapat

5
terjadi ketika antara dua individu atau kelompok ada kontak sosial dan komunikasi. Kontak
sosial adalah tahap pertama terjadinya hubungan sosial. Komunikasi adalah penyampaian
informasi dan memberikan interpretasi dan reaksi terhadap informasi tersebut disampaikan.
Karp dan Yoels menunjukkan beberapa hal yang bisa sumber informasi untuk inisiasi
komunikasi atau interaksi sosial. Sumber Informasi tersebut dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu Ciri Fisik dan Penampilan. Karakter fisik, adalah segala sesuatu yang dimiliki seseorang
sejak lahir yang meliputi jenis kelamin, usia, dan ras. Penampilan disini dapat meliputi daya
tarik fisik, bentuk tubuh, penampilan pakaian, dan wacana. Interaksi sosial memiliki aturan,
dan aturan tersebut dapat dilihat melalui dimensi ruang dan waktu

b. Syarat Interaksi Sosial

Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi jika tidak bertemu dua syarat (Soerjono
Sukanto), yaitu: adanya kontak sosial, dan adanya komunikasi.

1. Kontak Sosial

Kontak sosial berasal dari bahasa latin con atau cum yang berarti bersama-sama dan tango yang
berarti menyentuh. Jadi secara harfiah hubungi sedang menyentuh bersama. Secara fisik,
kontak baru terjadi ketika itu terjadi hubungan seksual. Sebagai fenomena sosial itu tidak selalu
berarti sebuah hubungan tubuh, karena orang dapat melakukan hubungan badan tanpa harus
menyentuhnya, seperti dengan berbicara dengan orang yang bersangkutan. Dengan Dengan
perkembangan teknologi saat ini, orang dapat berhubungan satu sama lain orang lain melalui
telepon, telegraf, radio, dan hal-hal lain yang tidak perlu membutuhkan sentuhan fisik. Kontak
sosial dapat terjadi dalam tiga bentuk (Soerjono Soekanto: 59) adalah sebagai berikut:

a. Antar individu

Kontak sosial ini adalah ketika seorang anak kecil mempelajari kebiasaan-kebiasaan dalam
keluarganya. Proses ini terjadi melalui komunikasi, yang merupakan proses dimana anggota
baru masyarakat mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana ia menjadi
anggota.

1) Antara individu dan sekelompok orang dan sebaliknya Kontak sosial ini, misalnya, adalah
ketika seseorang merasa bahwa tindakan mereka bertentangan dengan norma-norma
masyarakat.

6
2) Antara kelompok manusia kelompok manusia lainnya. Misalnya, dua partai politik bekerja
sama untuk mengalahkan partai politik lain.

Kontak sosial memiliki beberapa ciri yaitu kontak sosial positif dan kontak sosial positif kontak
sosial negatif. Kontak sosial positif adalah kontak sosial yang mengarah pada kerjasama,
sedangkan kontak sosial negatif mengarah pada oposisi atau bahkan tidak ada kontak sosial
sama sekali. Selain itu, kontak sosial juga memiliki sifat primer atau sekunder. Kontak Primer
terjadi ketika mereka yang memiliki hubungan langsung bertemu dan tatap muka, di sisi lain
kontak sekunder membutuhkan perantara.

2. Komunikasi

Komunikasi adalah seseorang yang menafsirkan orang lain (dalam bentuk ucapan, gerakan
tubuh atau sikap), perasaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut. Orang yang
bersangkutan kemudian bereaksi terhadap perasaan yang diinginkannya disampaikan Dengan
komunikasi sikap dan perasaan kelompok dapat diketahui oleh kelompok lain atau orang lain.
Ini kemudian bahan untuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukan. Dalam komunikasi,
ada berbagai kemungkinan interpretasi perilaku orang lain. Senyum. misalnya, bisa diartikan
sebagai keramahan, sikap ramah atau bahkan sebagai sikap sinisme dan sikap ingin
menunjukkan kemenangan. Jadi komunikasi memungkinkan kerjasama antar individu dan atau
antar kelompok. Tetapi Selain itu, komunikasi juga dapat mengakibatkan perselisihan yang
terjadi karena kesalahpahaman bahwa masing- masing dari mereka tidak ingin mengalah.

c. Faktor Interaksi Sosial

Interaksi sosial tidak secara otomatis terbentuk, tetapi didasarkan pada faktor-faktor tertentu.
Bagi sosiolog Soerjono Soekanto, ada beberapa aspek yang melandasi interaksi sosial, yaitu:

1. Imitasi

Imitasi adalah tindakan meniru orang lain, baik itu tingkah laku, tingkah laku, maupun
penampilan fisik. Peniruan ini bisa menjadi hal yang positif jika hal yang ditiru adalah hal yang
baik di mata orang banyak. Sebaliknya, jika hal yang ditiru adalah hal yang negatif, tentu akan
dianggap kurang baik di mata orang banyak. Misalnya meniru penampilan penyanyi yang
memakai riasan dan perhiasan berlebihan akan menimbulkan respon negatif di lingkungan
sosial.

7
2. Sugesti

Sugesti adalah suatu pengaruh atau pemikiran yang diberikan oleh satu pihak kepada pihak
lain, sehingga terjadi proses silih berganti mempengaruhi dan menerima pemikiran tersebut,
baik atau tidak, berpikir panjang. Misalnya, calon presiden yang berkampanye untuk
meyakinkan warga agar memilihnya saat pemilu.

3. Identifikasi

Identifikasi adalah kecenderungan dalam diri seseorang untuk menjadi seperti orang lain,
biasanya orang yang diidolakan. Identifikasi merupakan kelanjutan dari proses imitasi dan
sugesti yang sangat kuat. Sebagai contoh, seorang K-pop fans yang sangat mengidolakan Irene
Red Velvet, kemudian mulai mengubah penampilannya agar menyerupai idolanya, mulai dari
cara berpakaian, gaya rambut, dan make up.

4. Simpati

Simpati adalah suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada orang lain sehingga ingin
memahami pihak lain tersebut agar dapat terus memahami dirinya. Misalnya, ketika Anda
menerima siaran berita tentang anak hilang melalui aplikasi Whatsapp, perilaku simpatik yang
muncul adalah meneruskan pesan tersebut ke orang lain agar anak tersebut cepat ditemukan.

5. Empati

Mirip simpati. Namun, dalam empati kita benar-benar merasakan hal yang sama seperti yang
dialami orang lain. Misalnya, seorang ibu yang kehilangan dirinya karena kanker ingin
menjelajahi komunitas dengan latar belakang anggota yang sama sebagai fasilitas berbagi data
dan penggalangan dana sebagai bentuk dukungan material dan moral bagi orang-orang yang
bernasib sama.

6. Motivasi

Mirip dengan sugesti tetapi lebih rasional. Motivasi untuk berbagi pengaruh dengan orang lain
tetapi selalu dapat diterima secara lebih kritis, rasional dan bertanggung jawab. Misalnya,
ketika mahasiswa dipuji dosen karena mendapatkan nilai bagus, kita akan lebih termotivasi
untuk giat belajar sehingga nilai kita selalu bagus.

d. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

1) Proses Asosiatif (Processes of Association)

8
a) Kerjasama (Cooperation)

Beberapa sosiolog menganggap bahwa kerjasama adalah bentuk utama dari interaksi sosial.
Sosiolog lain menganggap kerja sama sebagai proses terakhir memahami kerjasama untuk
menggambarkan sebagian besar bentuk interaksi sosial atas dasar bahwa semua bentuk
interaksi dapat dikembalikan kepada kerjasama. Kerjasama disini adalah usaha bersama antara
orang atau kelompok orang untuk mencapai satu atau lebih tujuan. Bentuk dan pola kerjasama
dapat dijumpai pada semua kelompok manusia. Kebiasaan dan sikap dimulai sejak masa kanak-
kanak dalam kehidupan keluarga atau kelompok kekerabatan.

Kerjasama memungkinkan berkembang jika masyarakat bisa dimobilisasi untuk mewujudukan


bersama.. Juga harus ada iklim yang menyenangkan dalam pembagian kerja dan upah yang
akan dia ikim Dalam perkembangan selanjutnya diperlukan keterampilan tertentering mereka
yang bekerja sama, agar rencana kerjasama dapat terlaksaga dengan baik. Kerjasama muncul
karena adanya orientasi individu terhadap kelompoknya (in-group) dan kelompok lain (out-
group). Kerjasama dapat ada bahaya eksternal yang mengancam atau ada tindakan eksternal
yang secara tradisional atau institusional mesra telah tertanam dalam kelompok, dalam diri
seseorang atau sekelompok orang.

Kerjasama dapat menjadi agresif jika kelompok dalam jangka panjang mengalami kekecewaan
akibat perasaan tidak puas, karena keinginan dasarnya tidak dapat terpenuhi karena hambatan
yang datang dari luar kelompok. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan kerjasama, terdapat
lima bentuk kerjasama, yaitu:

1. Kerukunan yang meliputi gotong royong dan saling tolong menolong.

2. Bargaining, yaitu pelaksanaan kesepakatan mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua
organisasi atau lebih.

3. Co-optatio), yaitu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau


pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai cara untuk menghindari goncangan dalam
pemantapan organisasi yang bersangkutan.

4. Coalition, yaitu gabungan dari dua atau lebih organisasi yang mempunyai tujuan yang sama.
Koalisi dapat mengakibatkan karena dua atau lebih organisasi mungkin memiliki struktur yang

9
berbeda. Namun, karena tujuan utamanya adalah untuk mencapai satu atau beberapa tujuan
bersama, maka sifatnya kooperatif.

5. Joint-ventrue, yaitu kerjasama dalam eksploitasi proyek-proyek tertentu, seperti pengeboran


minyak, pertambangan batubara, film, hotel, dll.

b) Akomodasi (Accomodation)

Pengertian akomodasi dalam dua arti, yaitu merujuk pada suatu keadaan dan merujuk pada
suatu proses. Akomodasi yang mengacu pada suatu keadaan, berarti adanya keseimbangan
(equilibrium) dalam interaksi antara orang atau kelompok manusia dalam interaksinya dengan
norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai suatu
proses, akomodasi mengacu pada upaya manusia untuk mengatasi suatu masalah, upaya untuk
mencapai stabilitas. Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah sesuatu yang digunakan oleh
sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan sosial yang mirip dengan
pengertian adaptasi (adaptasi) yang digunakan oleh para ahli biologi untuk menyebut suatu
proses dimana makhluk hidup menyesuaikan diri. dengan alam sekitarnya. Dengan
pemahaman ini sebagai proses di mana orang atau kelompok yang awalnya saling
bertentangan, menyesuaikan diri untuk mengatasi ketegangan. sungguh cara membasmi tanpa
menghancurkan lawan, agar tidak kehilangan kepribadiannya. Tujuan akomodasi dapat
berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya, yaitu:

1. Untuk mengurangi antara individu atau kelompok sebagai akibat dari perbedaan
pemahaman. Akomodasi di sini bertujuan untuk menghasilkan sintesis antara dua pendapat,
sehingga menghasilkan pola baru.

2. Mencegah meledaknya suatu peristiwa untuk sementara waktu.

3. Memungkinkan kerjasama antara kelompok-kelompok sosial yang hidupnya terpisah


sebagai akibat dari faktor sosial-psikologis dan budaya, seperti yang ditemukan pada orang-
orang yang mengenal sistem kasta.

4. Mencari perpaduan antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah.

c) Asimilasi

Asimilasi merupakan proses sosial pada tahap lanjut. Hal ini ditandai dengan upaya untuk
mengurangi perbedaan yang ada antara individu atau kelompok manusia dan mencakup upaya

10
untuk meningkatkan kesatuan tindakan, sikap dan proses mental dengan memperhatikan
kepentingan dan tujuan bersama. Singkatnya, proses asimilasi diui kengan berkembangnya
sikap yang sama, meskipun terkadang bersifat emosional, dengan tujuan mencapai kesatuan,
atau setidak-tidaknya mencapai keterpaduan dalam organisasi, pemikiran, dan tindakan. Proses
asimilasi terjadi ketika ada:

1. Kelompok manusia dengan budaya yang berbeda.

2. Individu sebagai anggota kelompok berinteraksi secara langsung dan intensif dalam waktu
yang lama.

3. Budaya kelompok manusia ini masing-masing berubah dan beradaptasi satu sama lain.

d) Akulturasi

Akulturasi merupakan perpaduan dua atau lebih budaya yang berbeda tanpa menghilangkan
ciri khas budaya pariwisata. Nah, di sini harus diingat ya, kalau asimilasi, perpaduan itu
menghasilkan budaya baru yang menghilangkan ciri-ciri budaya lama. Sedangkan jika
akulturasi, perpaduan tersebut menghasilkan budaya baru, tanpa menghilangkan ciri budaya
dari budaya tersebut. Jangan bingung, oke? Misalnya, pembangunan Masjidil Haram yang
mencerminkan interaksi antara budaya Jawa, Hindu, dan Islam.

1. Proses Disosiatif Proses disosiatif sering disebut sebagai proses oposisional, seperti halnya
kerjasama yang dapat ditemukan di setiap meskipun bentuk dan arahnya ditentukan paleh
budaya dan sistem sosial masyarakat yang bersangkutan. Apakah suatu masyarakat lebih
menekankan pada satu bentuk oposisi, atau lebih menghargai kerjasama, itu tergantung pada
unsur-unsur budaya, terutama yang menyangkut sistem nilai, struktur masyarakat, dan sistem
sosial. Faktor yang paling menentukan adalah sistem nilai masyarakat. Oposisi dapat diartikan
sebagai cara berperang melawan seseorang atau sekelompok orang, untuk mencapai tujuan
tertentu. Keterbatasan pangan, papan dan faktor lainnya telah memunculkan beberapa bentuk
kerjasama dan pertentangan. Pola oposisi ini juga dikenal sebagai perjuangan untuk eksistensi.
Perlu dijelaskan bahwa pengertian perjuangan untuk hidup juga digunakan untuk merujuk pada
di mana satu manusia bergantung pada kehidupan manusia lain, situasi yang menciptakan kerja
sama untuk bertahan hidup. Perjuangan ini setidaknya bermuara pada tiga hal, yaitu perjuangan
manusia melawan sesamanya, perjuangan manusia melawan makhluk lain dan perjuangan
manusia melawan alam. Untuk keperluan analisis ilmiah, proses oposisi atau disosiatif
dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu:

11
a. Persaingan (competition)

Persaingan adalah suatu proses sosial, di mana individu atau kelompok orang bersaing untuk
mendapatkan keuntungan melalui bidang kehidupan yang pada waktu tertentu menjadi pusat
perhatian publik (baik individu maupun kelompok manusia) dengan menarik perhatian publik
atau dengan menarik perhatian publik. mempertajam prasangka yang ada, tanpa menggunakan
ancaman atau kekerasan.

b. Kontravensi (Contravention)

Kontravensi Pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang terjadi antara
persaingan dan pertentangan. Meski erasa asing, bisa dipastikan Anda telah melakukannya.
Kontravensi adalah ketidaksukaan yang tersembunyi. Kontravensi ditandai dengan gejala
ketidakpastian tentang diri atau rencana seseorang, perasaan tidak suka, kebencian, atau
keraguan yang tersembunyi tentang seseorang. Dengan adanya kontravensi akan berdampak
positif atau negatif.

Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker, kontravensi adalah sikap sosial yang
didasarkan pada rasa tidak percaya yang pada individu atau kelompok sosial masyarakat.
Dimana sikap ini kemudian menjadi acuan untuk melakukan proses pemberontakan dengan
mengesampingkan kepentingan perdamaian. Jadi, secara umum, kontravensi adalah area yang
terletak di antara kompetisi dan proses sosial. Kontravensi dapat difokuskan pada pandangan,
pemikiran, keyakinan, atau rencana yang diajukan oleh orang atau kelompok lain.

c. Konflik (Conflic)

Konflik adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha memenuhi sasaran
yang ditempuh lawannya dengan ancaman atau kekerasan. Penyebabnya adalah perbedaan
individu, perbedaan budaya, perbedaan kepentingan dan perbedaan sosial

e) Interaksi Sosisal

Dalam kehidupan tiap harinya, kita banyak melaksanakan interaksi sosial. Saking banyaknya,
sehingga tidak terhitung berapa kali kita berinteraksi. Berikut merupakan sebagian ciri interaksi
sosial.

1. Terbentuknya komunikasi yang mengaitkan lebih dari satu orang Identitas interaksi sosial
yang sangat menonjol terjalin sebab terdapatnya interaksi lebih dari satu orang. Sebab seperti

12
itu ketentuan buat berhubungan sosial haruslah terdapat orang lain. Baik secara orang ataupun
kelompok.

2. Terbentuknya komunikasi

Karakteristik interaksi sosial berikutnya merupakan terbentuknya komunikasi. Sebagaimana


sudah disebutkan dalam definisi interaksi sosial bagi para pakar, kalau wujud interaksi sosial
tidak cuma dicoba secara tatap muka. Tetapi mengedipkan mata pada orang lain, tersenyum,
serta berkelahi pula ialah komunikasi. Dalam psikologi, terdapat yang diucap komunikasi
verbal serta nonverbal.

3. Mempunyai dimensi Waktu

Makna dari dimnsi waktu terdapatnya keterangan mengenai waktu. masa kemudian, masa saat
ini, serta masa depan. Ukuran waktu ini hendak memastikan watak dari aksi yang lagi
berlangsung.

4. Mempunyai Tujuan

Identitas interaksi sosial yang lain, seluruh wujud interaksi mempunyai tujuan tertentu.
Misalnya interaksi dengan orang dagang sayur, tujuan kita beli sayur. Ataupun berhubungan
dengan pendidik ataupun guru, tujuan belajar merupakan buat mencari ilmu, supaya
menemukan nilai yang bagus, lulus serta memperoleh pekerjaan yang bergaji besar.

5. Terbentuknya komunikasi memakai simbol Keempat karakteristik interaksi sosial tersebut


di atas. Terdapat satu karakteristik lain, ialah terbentuknya komunikasi yang memakai simbol-
simbol. Kita ketahui kalau tidak seluruh orang di muka bumi ini bisa berbicara secara verbal.
Salah satunya buta. Mereka berbicara memakai simbol- simbol bahasa. Pemakaian simbol
ataupun bahasa yang nampak tidak cuma diperuntukan untuk tunanetra. Namun pula orang
wajar secara raga bisa memakai simbol.

6. Perubahan Sosial dan Globalisasi

e. Pengertian Perubahan Sosial

Perubahan sosial secara umum diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau perubahan
tatanan/struktur dalam masyarakat, yang meliputi pola pikir, sikap dan kehidupan sosial untuk
mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Berikut pandangan para ahli tentang perubahan
sosial, antara lain:

13
1. Kingsley Davis, perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada struktur dan fungsi
masyarakat. Contoh perubahan sosial yang dimaksud adalah organisasi pekerja dalam
masyarakat industri atau kapitalistik. Hal ini menyebabkan perubahan hubungan antara
pengusaha dan pekerja yang pada gilirannya menyebabkan perubahan organisasi politik di
dalam perusahaan dan masyarakat.

2. Mac Iver, perubahan sosial adalah perubahan interaksi sosial (social relation) atau perubahan
keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial.

3. Selo Soemarjan, perubahan sosial adalah perubahan pranata sosial dalam suatu masyarakat
yang mempengaruhi sistem sosial, meliputi nilai, sikap dan perilaku antar kelompok dalam
masyarakat.

4. William Ogburn, menjelaskan pengertian perubahan sosial dengan membuat ruang lingkup
perubahan. Ogburn menjelaskan bahwa perubahan sosial meliputi unsur-unsur budaya baik
material maupun immaterial dengan penekanan yang besar pada unsur-unsur budaya material.

Ada beberapa faktor dominan yang dapat mempengaruhi perubahan dalam masyarakat (social
change).

1. Perubahan kondisi geografis

2. Budaya material

3. Komposisi populasi

4. Perubahan ideologi atau karena difusi atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat
(Soekanto, 1987: 285) Berikut adalah beberapa teori perubahan sosial yang berkaitan dengan

apa yang telah dibahas di atas. Teori-teori tersebut lain:

1. Teori Evolusi Dalam teori perubahan sosial ini dijelaskan bahwa evolusi mempengaruhi cara
manusia diorganisasikan, terutama yang berkaitan dengan sistem kerja. Berdasarkan
pandangan ini, Tonnies berpendapat bahwa masyarakat berubah dari tingkat peradaban yang
sederhana ke tingkat yang lebih kompleks. Dalam teori evolusi perubahan sosial dapat dilihat
transformasi masyarakat. Berawal dari masyarakat tradisional yang memiliki pola sosial yaitu
pembagian dalam masyarakat berdasarkan siapa yang lebih tua atau senioritas, bukan pada
pencapaian pribadi individu dalam masyarakat.

14
2. Teori Konflik Teori perubahan sosial dipengaruhi oleh pandangan beberapa ahli seperti Karl
Max dan Ralf Dahrendorf. Dalam teori perubahan sosial ini tentunya memandang konflik
sebagai sumber perubahan sosial dalam masyarakat. Teori ini melihat masyarakat dalam dua
kelompok atau kelas yang saling berkonflik, yaitu kaum borjuis dan kaum proletar. Kedua
kelompok sosial dalam masyarakat ini dapat dianggap sebagai tuan dan pembantu. Dengan
kepemilikan harta benda dan hak untuk hidup yang lebih oleh kaum borjuis dan ketiadaannya
bagi kaum proletar akan memicu konflik dalam masyarakat sehingga terjadi revolusi sosial
yang mengakibatkan perubahan sosial.

3. Teori Perubahan Sosial Dahrendorf Teori perubahan sosial menurut Dahrendorf berisi
tentang hubungan sosial dan adanya perubahan sosial dalam masyarakat. Perubahan yang
terjadi pada struktur kelas sosial akan berdampak pada nilai. Kepentingan dalam hal ini dapat
menjadi nilai sekaligus kenyataan dalam masyarakat. Minat merupakan elemen dasar dalam
kehidupan bermasyarakat. Jika kepentingan tersebut bertabrakan, maka tentu akan terjadi
konflik. Dari segi ekonomi, misalnya kepentingan buruh tani dan buruh,permintaan akan
meningkat untuk bertahan hidup.

f. Bentuk-bentuk Perubahan Sosial

Perubahan sosial merupakan fenomena kehidupan yang dialami oleh setiap masyarakat
dimanapun dan kapanpun. Setiap masyarakat manusia selama hidupnya pasti mengalami
perubahan dalam berbagai aspek kehidupannya, yang terjadi di tengah pergaulan (interaksi)
antar individu anggota masyarakat, maupun antara masyarakat dengan lingkungannya Jika
Anda membandingkan hidup Anda sekarang beberapa tahun atau dekade yang lalu, Anda pasti
akan merasakan perubahannya. Baik dalam tata cara bersosialisasi antar sesama anggota
masyarakat dalam keseharian, dalam cara berpakaian, dalam kegiatan ekonomi atau dalam
pandangan hidup, dalam kehidupan beragama, dan sebagainya. Segala sesuatu yang Anda
rasakan juga dirasakan oleh orang lain atau masyarakat. Yang membedakan adalah kecepatan
atau kecepatan terjadinya perubahan tersebut, serta cakupan aspek kehidupan masyarakat
(besarnya) dari perubahan yang dimaksud.

15
g. Faktor Penyebab Perubahan Sosial

Faktor Penyebab Perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat terjadi karena masyarakat
menginginkan perubahan. Perubahan juga terjadi karena adanya dorongan dari luar sehingga
orang secara sadar atau tidak akan mengikuti perubahan tersebut. Perubahan berasal dari dua
sumber, yaitu faktor acak dan faktor sistematik. Faktor acak meliputi iklim, cuaca, atau
keberadaan kelompok tertentu. Faktor sistematis adalah faktor perubahan sosial yang sengaja
dibuat. Keberhasilan faktor sistematis ditentukan oleh pemerintahan yang stabil dan fleksibel,
sumber daya yang memadai, dan organisasi sosial yang Dengan demikian, perubahan sosial
biasanya merupakan kombinasi dari faktor sistematis dengan beberapa faktor acak. Menurut
Soerjono Soekanto, ada faktor internal (dari dalam masyarakat) dan faktor eksternal (dari luar
masyarakat) yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat. Faktor internal
meliputi perubahan penduduk, penemuan- penemuan baru, konflik dalam masyarakat, dan
pemberontakan (revolusi) di dalam masyarakat. Sedangkan faktor eksternal meliputi faktor
alam yang ada di sekitar masyarakat, perubahan masyarakat, peperangan, dan pengaruh budaya
orang lain.

1. Faktor Pendorong Perubahan sosial

Faktor pendorong terjadinya perubahan sosial. Faktor-faktor tersebut antara lain kontak dengan
masyarakat lain, difusi (penyebaran unsur unsur budaya) dalam masyarakat, difusi antar
masyarakat, sistem pendidikan yang maju, sikap ingin maju, toleransi, sistem stratifikasi
(lapisan) sosial yang terbuka, penduduk yang heterogen. bermacam- macam)., ketidakpuasan
dengan kondisi kehidupan, orientasi ke masa depan, nilai-nilai yang menyatakan bahwa
manusia harus berusaha memperbaiki nasibnya, disorganisasi (perselisihan) dalam keluarga,
dan sikap yang mudah menerima hal-hal baru.

2. Faktor Penghambat Perubahan sosial Perubahan sosial tidak akan selalu berjalan mulus.
Perubahan sosial seringkali terhambat oleh beberapa faktor penghambat perubahan sosial.
Faktor-faktor tersebut antara lain kurangnya hubungan dengan masyarakat lain, terhambatnya
perkembangan ilmu pengetahuan, sikap tradisional, adat atau kebiasaan, kepentingan yang
tertanam kuat, ketakutan akan disintegrasi (meninggalkan tradisi), sikap tertutup, hambatan
yang melekat pada alam. ideologi, dan hakikat kehidupan.

16
2. Pengertian Globalisasi

Globalisasi merupakan perkembangan kontemporer yang berdampak terhadap munculnya


berbagai kemungkinan perubahan di dunia. Karena globalisasi dapat menghilangkan yang
membuat dunia lebih terbuka dan saling membutuhkan. Dapat dikatakan bahwa 'globalisasi'
membawa perspektif baru tentang konsep "Dunia Tanpa Batas" yang selama ini menjadi
kenyataan dan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan budaya yang
akhirnya membawa perubahan baru. Globalisasi juga sering diartikan sebagai
internasionalisasi karena keduanya memiliki banyak kesamaan dalam hal karakteristik,
sehingga istilah ini sering ditukar. Beberapa orang telah mendefinisikan globalisasi sebagai
sesuatu yang terkait dengan berkurangnya kekuasaan, peran dan batas-batas suatu negara.
Dalam arti luas, globalisasi mengacu pada semua aktivitas masyarakat dunia. Bahkan,
hubungan global juga dapat diartikan sebagai intensifikasi jaringan sosial di seluruh dunia yang
menghubungkan daerah terpencil dengan berbagai cara di mana peristiwa lokal dibentuk oleh
peristiwa apa yang terjadi di tempat lain dan sebaliknya.

Waters mendefinisikan globalisasi dari perspektif yang berbeda. Dia mengatakan bahwa
globalisasi adalah proses sosial, di mana batas-batas geografi tidak penting bagi kondisi sosial
budaya, yang pada akhirnya dalam kesadaran seseorang. Definisi ini hampir sama dengan apa
yang dimaksud oleh Giddens. Dimana, globalisasi adalah adanya saling ketergantungan antara
satu bangsa ke bangsa lain, dari satu manusia ke manusia lainnya melalui perdagangan,
perjalanan, pariwisata, budaya, informasi, dan interaksi luas sehingga batas negara menjadi
semakin sempit.

Menurut Lyman, globalisasi biasanya didefinisikan sebagai "rapid growth of interdependency


and connection in the world of trade and finance". Namun, dia sendiri berpendapat bahwa
globalisasi tidak hanya sebatas perdagangan dan arus keuangan yang tumbuh dengan ekspansi
saja, ini karena tren lain yang didukung oleh kemampuan teknologi yang memfasilitasi
perubahan, seperti komunikasi globalisasi "there are other trends driven by the same explosion
of technological capability that have facilitated the financial change. Globalization of
communication is one such trend". tren didorong oleh ledakan kemampuan teknologi yang
sama yang telah memfasilitasi perubahan keuangan. Globalisasi juga dapat didefinisikan
sebagai proses pertumbuhan dan pengembangan kegiatan ekonomi lintas batas negara dan

17
wilayah. Ini ditunjukkan melalui pergerakan barang, informasi, jasa, modal dan tenaga kerja
melalui perdagangan dan investasi. Scholte melihat beberapa pertahanan terbuka dengan
globalisasi, antara lain sebagai berikut:

1. Internasionalisasi. Globalisasi didefinisikan sebagai suatu kegiatan Hubungan Internasional.


Meskipun masing-masing negara masih mempertahankan identitas mereka, tetapi menjadi
semakin tergantung diantara satu sama lain.

2. Liberalisasi. Globalisasi juga didefinisikan sebagai semakin berkurang batas-batas suatu


negara. Misalnya masalah harga ekspor/impor. maka devisa migrasi.

3. Universalisasi. Semakin luas penyebaran materi dan immateri di seluruh dunia, ini juga
diartikan sebagai globalisasi. pengalaman di satu tempat bisa menjadi pengalaman mendunia.

Proses globalisasi merupakan rangkaian proses yang mengintegrasikan kehidupan global


dalam ruang dan waktu melalui internasionalisasi perdagangan, internasionalisasi pasar dari
produksi dan keuangan, internasionalisasi komoditas budaya yang didukung oleh jaringan
telekomunikasi global yang semakin canggih dan cepat. Kaitan antara globalisasi dan
pendidikan terletak pada lahirnya masyarakat baru, yaitu "knowledge-based-society". Adanya
globalisasi, ilmu pakat baru, berkembang pesat yang menjadi dasar dari globalisasi ekonomi
dan politik di dunia ini. Namun, masyarakat berbasis pengetahuan" yang dan politik pada sains
terus berubah dan dapat direvisi. Untuk itu diperlukan apa yang disebutnya sikap refleksif dari
manusia, yaitu kemampuan berpikir tentang hidup berdasarkan rasio (Tilaar, 2005: 165).

3. Dampak Positif dan Negatif Globalisasi

a. Dampak Positif Globalisasi

Dari segi perkembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan, kita dapat melihat bahwa telah
terjadi kemajuan ke arah yang lebih baik. Di masa lalu, tidak banyak orang mencapai
pendidikan tinggi. Hanya beberapa remaja yang berasal dari keluarga kaya dan keturunan
bangsawan yang dapat mengenyam pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Tapi sekarang,
semua remaja bisa mengikuti pendidikan ke jenjang yang diinginkan sesuai dengan
kemampuannya, tidak peduli apakah mereka berasal dari kaya atau miskin.

Pada saat ini, perkembangan teknologi komunikasi, elektronika dan media lebih modern dan
canggih. Di masa lalu, meskipun alat komunikasi telah ada, tapi tidak secanggih sekarang. Ada

18
juga perangkat elektronik, seperti radio dan televisi hitam putih, dan hanya dimiliki oleh
segelintir orang karena pada saat itu barang-barang tersebut masih sangat mahal. Tidak seperti
saat ini, sangat sedikit remaja yang masih tertarik dengan radio, karena menurut mereka radio
kadaluarsa. Mereka lebih tertarik pada pemutar MP3, pemutar MP4, laptop, IPad, ponsel dan
lain-lain. Televisi hitam putih telah berevolusi menjadi menjadi lebih modern dan canggih
seperti TV LCD, TV LED, TV 3D, bahkan televisi internet. Perkembangan alat komunikasi
juga semakin canggih. Korespondensi dan telepon rumah yang dulunya digunakan untuk
berkomunikasi jarak jauh, sekarang diganti dengan handphone yang bisa dibawa kemanapun
kita pergi. Kirim dan menerima pesan dapat dilakukan dalam waktu yang sangat singkat. Bisa
dikatakan bahwa komunikasi sekarang sangat mudah.

Perkembangan budaya juga semakin baik. Di masa lalu, model gaun dan cara berpakaian masih
sangat sederhana. Untuk menghadiri pestai misalnya, kebanyakan orang memakai pakaian
adat, seperti memakai pakaian adat dan kebaya. Tapi saat ini, orang lebih tertarik pada pakaian
kasual yang cenderung meniru gaya barat (westernisasi). Namun, baskembangan fashion
pakaian ini juga memberikan keuntungan, bisa meningkat variasi pola dan pilihan yang lebih
bervariasi. Misalnya, pakaian muslim dan modifikasi batik sesuai adat dan budaya setempat
Namun, banyak pihak di dunia telah dan menilai baik dan buruknya globalisasi saat ini,
khususnya globalisasi ekonomi. Menurut Joseph & Chandra bahwa ada delapan keuntungan
globalisasi, antara lain:

1. Peran Penanaman Modal Asing (FDI) dalam menciptakan lapangan kerja dan mengurangi
kemiskinan di beberapa negara,

2. Meningkatkan mobilitas sosial dan memperkuat kelas menengah,

3. Kesempatan yang lebih luas untuk mendapatkan informasi dan menyebarkan pengetahuan
berkat teknologi informasi baru dan komunikasi,

4. Komunikasi lebih mudah dan murah,

5. Peluang yang lebih luas bagi orang-orang dari berbagai kalangan suku, budaya dan agama
dalam berinteraksi,

19
6. Kesempatan yang lebih luas untuk melahirkan simpati dan perasaan kemanusiaan terhadap
korban berbagai jenis bencana alam dan tragedy oleh tindakan manusia di seluruh dunia,

7. Sorotan gagasan dan praktik tata kelola yang baik seperti akuntabilitas publik, supremasi
hukum dan hak asasi manusia.

8. Promosi hak-hak perempuan.

b. Dampak Negatif Globalisasi

Globalisasi memiliki kendaraannya sendiri, yaitu badan-badan konglomerat berbasis dunia dan
berpusat di Barat. Oleh karena itu, kepentingan globalisasi pada dasarnya adalah untuk
kepentingan Barat pula. Tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi sebagai istilah baru bagi
gerakan-gerakan tidak bisa lagi dipahami apalagi dianalisis secara kritis. Kedaulatan suatu
negara-bangsa tidak lagi diperlukan karena pemeluknya pemahaman globalisme menganggap
bahwa "dunia tanpa batas" adalah puncaknya kemajuan. Asumsi semacam ini membuat mereka
merasa puas meskipun mereka dijadikan alat dan pelayan bagi berbagai institusi global. Semua
keahlian dan keterampilan mereka dieksploitasi untuk membuka dan membongkar segalanya
hambatan yang menyebabkan suatu negara tidak mengakui globalisasi sebagai satu kesatuan.
Secara umum, dampak negatif globalisasi adalah sebagai berikut dijelaskan oleh Joseph &
Chandra di antaranya sebagai berikut:

1. Menurunnya kualitas lingkungan disebabkan oleh terlalu mementingkan keuntungan.

2. Pembangunan yang tidak seimbang dan kesenjangan ekonomi melebar antar wilayah suatu
negara dan antar sektor ekonomi.

3. Pengabaian kebutuhan dasar hidup di antara orang miskin di banyak negara

4. Modal jangka pendek yang keluar masuk pasar seperti kilat, sebagai sebagai hasil dari
praktik baru membuat uang itu sendiri sebaga Komoditas ba.

5. Memburuknya pengangguran dan disparitas pelebaran pendapatan dinegara-negara

6. Menyebarnya budaya konsumtif yang bertentangan dengan tuntutan nilai-nilai spiritual dan
moral yang murni merendahkan sumber daya manusia.

7. Kecenderungan ke arah pembentukan budaya global yang homogen karena peran yang
dimainkan oleh badan-badan transnasional dan media komunikasi dunia.

20
8. Penyebaran budaya pop Amerika yang "menyegarkan indra dan" membunuh roh.

9. Kecenderungan pusat pendidikan tinggi mengutamakan dalam ilmu manajemen dan teknik
mengabaikan mata kuliah humaniora dan ilmu sosial.

10. Banjir informasi yang tidak berguna.

11. Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa memanipulasi masalah demokrasi dan hak
asasi manusia untuk mendominasi politik dunia.

12. Internasionalisasi kejahatan yang mempersulit pelaku kejahatan dibendung.

13. Internasionalisasi penyakit.

B. MOBILITAS SOSIAL DAN KONFLIK


1. Pengertian Mobilitas Sosial
Mobilitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai bergerak atau kesiapan
untuk bergerak . Sedangkan perpindahan secara etimologis berasal dari kata latin 'mobilis' yang
berarti berpindah pindah atau banyak berpindah dari satu tempat ke tempat lain; Kehadiran
kata sosial dalam lokasi mobilitas adalah untuk seseorang bahwa tempat tersebut mengandung
arti yang melibatkan atau sekelompok pendudul dalam suatu kelompok sosial.
Ransford dalam Sunarto (2004: 87) menyatakan, dalam perpindahan sosial berarti perpindahan
status dalam stratifikasi sosial: Mobilitas sosial mengacu pada pergerakan individu atau
kelompok - naik atau turun - dalam hierarki sosial. Komblum (1988: 172) menyatakan bahwa
perpindahan sosial adalah perpindahan individu, keluarga atau kelompok sosial dari satu
lapisan ke lapisan lainnya. Dalam perpindahan yang dilakukan dapat mempengaruhi status
sosial yang mereka miliki, yaitu mereka dapat naik atau turun, atau bahkan tetap pada tingkat
yang sama tetapi dalam pekerjaan yang berbeda.
Senada dengan itu, Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (dalam Bagong Suyatno, 2004:202)
menyatakan bahwa perpindahan sosial adalan perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial
lainnya. peningkatan atau penurunan status sosial dan (biasanva) termasuk pendapatan, yans
dapat dialami oleh beberapa individu atau oleh semua anggota kelompok.

2. Faktor pendorong dan penghambat Mobilitas Sosial


a. Faktor pendorong
Berikut adalah faktor pendorong mobilitas sosial:
1. Faktor ekonomi pada umumnya penduduk karena seseorang ingin merubah Taraf hidup
menjadi lebih baik. Faktor ekonomi merupakan faktor pendorong terbesar perpindahan
penduduk untuk berimigrasi jauh dari tempat tinggalnya.

21
2. ⁠ Faktor pendidikan selain faktor ekonomi, pendidikan merupakan salah satu faktor
pendorong datangnya pendatang untuk melakukan kepadatan penduduk.
3. ⁠ Tersedianya sarana transportasi merupakan salah satu pendorong kepadatan karena dengan
sarana transportasi yang lengkap masyarakat dapat mempermudah daerah tersebut untuk
meningkatkan perekonomian di suatu daerah dan memudahkan masyarakat untuk bekerja
dan mempermudah.
b. Faktor penghambat
1. Kemiskinan
orang yang mengalami kemiskinan akan kesulitan untuk mencapai status sosial tertentu. Salah
satu penyebab kemiskinan adalah rendahnya pendidikan.
2. ⁠ Diskriminasi
diskriminasi adalah pembedaan perlakuan terhadap orang lain karena alasan berbeda
kebangsaan, suku, ras, agama, dan golongan.
3. ⁠ Stereotip gender
Membedakan ciri dan kedudukan sosial laki-laki dan perempuan, seperti memiliki pandangan
bahwa laki-laki lebih tinggi dari perempuan juga bisa menghambat mobilitas sosial.

3. Saluran mobilitas
A. Pedidikan
Pendidikan atau lembaga pendidikan merupakan bagian dari banyaknya jalur mobilitas sosial
yang akan berdampak pada kondisi mobilitas sosial. Seperti yang kita ketahui, lembaga
pendidikan adalah media penyelenggara proses pendidikan atau proses belajar mengajar
dengan tujuan untuk dapat mengubah pola pikir dan tingkah laku manusia ke arah yang lebih
baik. Pendidikan atau lembaga pendidikan dalam saluran mobilitas sosial, terbagi menjadi tiga
jenis:
1. Pendidikan formal
Pendidikan formal dalam saluran mobilitas sosial ini akan memberikan dampak yang
signifikan bagi kehidupan sosial masyarakat. Pendidikan formal merupakan proses
pelaksanaan pendidikan yang dilakukan secara berjenjang, pendidikan formal juga dapat
diartikan sebagai sumber utama pengetahuan yang dapat merubah pola sosial masyarakat.
2. Pendidikan non formal
Pendidikan nonformal merupakan salah satu bagian dari jenis pendidikan yang ada di
masyarakat. Pendidikan nonformal juga memiliki dampak sosial, walaupun tidak sebesar
pendidikan formal, namun nyatanya pendidikan nonformal mampu memberikan pengaruh
terhadap kehidupan sosial masyarakat. Pendidikan nonformal diselenggarakan untuk
kepentingan masyarakat umum yang membutuhkan layanan pendidikan sebagai pelengkap
pendidikan formal.

22
3. Pendidikan informal
Pendidikan ini berbeda dengan pendidikan formal dan nonformal, pendidikan informal
umumnya berupa Kegiatan pendidikan keluarga yang biasanya disebut sebagai human first
education karena peran keluarga di dalamnya. Namun demikian, jenis pendidikan informal ini
juga memiliki dampak signifikan terhadap mobilitas sosial.
B. Organisasi politik
Organisasi politik sebagai salah satu dari saluran mobilitas sosial juga memiliki dampak cukup
besar untuk dapat mengubah kondisi mobilitas sosial. Organisasi politik terlibat dan memiliki
kepentingan dalam proses politik dan ilmu kenegaraan. Sehingga keputusan keputusan yang
diambil memiliki peranan besar dalam memberikan dampak mobilitas. Dampak mobilitas dari
organisasi politik ini penting dalam upaya membentuk Tataan sosial dan dalam memberikan
peranannya untuk menentukan nasib bangsa. Organisasi politik sebagai saluran mobilitas sosial
terbagi menjadi beberapa jenis: Kelompok Advokasi, sebuah wadah pemikir, partai partai
politik, kelompok teroris, organisasi profesi, serta organisasi ekonomi.
C. Akibat mobilitas sosial
1. Akibat positif
Terbentuknya mobilitas sosial pastinya mempunyai akibat positif serta negatif. Berikut ini
merupakan gerakan gerakan sosial yang berakibatkan positif untuk warga luas ataupun orang
a. Tingkatnya kemajuan seseorang, akibat positif awal merupakan mendesak kemajuan
seseorang. Perihal ini disebabkan mobilitas sosial bisa berakibat pada status sosial seseorang
Dari status sosial yang rendah ke status sosial yang lebih besar.
b. Percepatan pergantian sosial, akibat positif kedua merupakan pergantian yang terjalin dalam
warga serta berakibat pada sistem sosial. Contoh pergantian sosial yang terjalin merupakan
pergantian sosial akibat mobilitas sosial akibat globalisasi.
c. Kenaikan integrasi sosial, akibat positif yang terakhir merupakan wisata sosial. Maksudnya
akibat mobilitas sosial bisa berpengaruh serta tingkatnya integrasi warga.
2. Akibat Negatif
Akibat negatif mobilitas sosial serta solusinya. Tidak hanya akibat positif, mobilitas sosial pula
mempunyai akibat negatif yang pula bisa terjalin. Berikut ini hendak dipaparkan sebagian
akibat negatif serta solusi
a. Terjadi konflik
b. Pengaruh kesehatan

4. Pengertian konflik sosial


Konflik merupakan fenomena sosial yang hadir dalam kehidupan sosial, sehingga konflik
bersifat inheren, artinya konflik akan selalu ada di setiap ruang dan waktu, di mana pun dan

23
kapan pun. Dalam pandangan ini, masyarakat adalah arena konflik atau konflik arena dan
integrasi yang sedang berlangsung. Oleh karena itu, konflik dan integrasi sosial merupakan
gejala yang selalu mengisi setiap kehidupan sosial. Dari setiap konflik Yang terjadi dapat
diselesaikan, tetapi beberapa lainnya tidak dapat diselesaikan, sehingga terjadi beberapa
tindakan kekerasan.
Kekerasan merupakan gejala bahwa akar konflik tidak dapat diatasi menimbulkan kekerasan
dari model kekerasan terkecil hingga perang. Istilah konflik secara etimologi is berasal dari
bahasa latin “con” Yang artinya bersama sama dan “fligere” Yang artinya tabrak tabrakan.
Secara umum, istilah konflik sosial mengandung serangkaian fenomena konflik dan konflik
inter personal melalui konflik kelas dan perang internasional.
A. Bentuk Konflik
Secara garis besar, berbagai konflik dalam masyarakat dapat diklasifikasikan ke dalam bentuk
bentuk konflik. Menurut sifatnya konflik dapat dibedakan menjadi konflik Destruktif dan
konstruktif.
Konflik destruktif adalah konflik yang muncul karena perasaan tidak kesenangan, kebencian
dan balas dendam dari seseorang atau seseorang kelompok kepada orang lain. Sedangkan
konflik konstruktif itu adalah fungsional, konflik ini muncul karena perbedaan pendapat antar
kelompok dalam menghadapi suatu masalah.

B. Faktor Penyebab Konflik


1. Perbedaan individu
2. ⁠perbedaan latar belakang budaya
3. ⁠perbedaan kepentingan

C. Cara Mengatasi Konflik


Agar konflik tidak mengarah pada kekerasan, maka kita harus mengurangi ketegangan atau
penyebab konflik sosial yang terjadi antar individu atau antar kelompok tersebut. Usaha ini
lebih dikenal dengan istilah akomodasi. Beberapa cara penyelesaian konflik atau akomodasi
sosial di masyarakat seperti berikut :
1. Konsiliasi
Konsiliasi merupakan bentuk pengendalian konflik sosial yang dilakukan oleh lembaga
lembaga tertentu yang dapat memberikan keputusan yang adil. Dalam konsiliasi, berbagai
kelompok yang berkonflik duduk bersama untuk membahas isu isu utama.
2. Arbitrase
Arbitrasi adalah suatu bentuk pengadilan konflik sosial Melalui pihak ketiga dan kedua belah
pihak yang berkonflik menyetujuinya.
3. Mediasi

24
Mediasi adalah suatu bentuk pengendalian konflik sosial di mana pihak pihak yang berkonflik
sepakat untuk menunjuk pihak ketiga sebagai Mediator. Namun, tidak seperti arbitrase,
keputusan pihak ketiga tidak mengikat apapun.
4. Ajudikasi
Ajudikasi juga dikenal sebagai pengendalian atau pengadilan. Ajudikasi adalah cara
penyelesaian konflik melalui pengadilan yang tetap dan adil.
5. Pemaksaan
Cara ini dilakukan dengan cara memaksa para pihak yang bersengketa untuk berdamai.
Pemaksaan dilakukan secara psikis dan fisik. Misalnya memaksa seseorang untuk segera
melunasi utangnya dengan cara memukul.
6. Kompromi
Kompromi adalah suatu bentuk akomodasi yang dilakukan di mana para pihak yang terlibat
saling mengurangi tuntutan demi tercapainya penyelesaian sengketa.
7. Toleransi
Toleransi adalah suatu bentuk akomodasi yang di dalamnya terdapat sikap saling menghormati
dan menghargai pendirian masing masing pihak yang berkonflik.

F. KELOMPOK SOSIAL DAN LEMBAGA SOSIAL DALAM MASYARAKAT


1. Pengertian Kelompok Sosial
Menurut Zaitun (2016), kelompok sosial adalah sekelompok individu yang
hidup bersama karena adanya hubungan timbal balik yang saling memengaruhi, serta
kesadaran akan kebutuhan manusia untuk hidup bersama dan saling tolong menolong.
Saidang & Suparman (2016) menyatakan bahwa kelompok sosial adalah sebuah entitas
di mana setiap anggota sadar akan keanggotaannya dan terdapat kesamaan faktor yang
membuat mereka terikat, seperti persamaan nasib, kepentingan, tujuan, ideologi politik,
dan musuh. Solidaritas sosial di dalam kelompok tersebut menciptakan harmoni dan
lingkungan yang nyaman, serta mempermudah terbentuknya kerjasama baik dalam
hierarki maupun antarindividu.

2. Tipe-tipe Kelompok Sosial


1. Menurut Ferdinand Tönnies seperti yang dikutip oleh Sudarsono & Wijayanti
(2016), terdapat dua klasifikasi utama:
a. Gemeinschaft (Paguyuban):
Ini mengacu pada kehidupan bersama yang intim di mana anggotanya terikat
oleh hubungan batin yang murni dan langgeng karena sudah ada sejak lahir.
Contohnya termasuk keluarga, hubungan kekerabatan, tradisi adat, ikatan
perkawinan, dan penggunaan bahasa bersama.
b. Gesellschaft (Patembayan):
Ini lebih bersifat sementara dan transaksional, di mana individu tetap hidup
secara mandiri namun terlibat dalam kehidupan bersama dengan batasan waktu

25
tertentu. Contohnya termasuk ikatan kerja, organisasi formal, dan perjanjian
dagang antar pengusaha.
2. Menurut J.A.A. Van Doorn seperti yang dikutip oleh Zaitun (2016), terdapat dua
kelompok utama yang dibedakan, yaitu kelompok formal dan informal. Kelompok
formal memiliki struktur dan peraturan yang jelas dan tegas, sementara kelompok
informal tidak memiliki organisasi atau struktur tetap, melainkan terbentuk melalui
seringnya interaksi atau pertemuan, contohnya kelompok belajar.
3. Menurut klasifikasi Robert K. Merton yang disajikan dalam Sudarsono & Wijayanti
(2016), Membership group adalah kelompok sosial di mana setiap anggotanya
secara fisik terdaftar atau terikat secara formal. Sementara itu, Reference Group
adalah kelompok sosial yang dijadikan sebagai acuan dalam perilaku atau
perkembangan kepribadian oleh individu yang mungkin tidak terdaftar secara fisik
dalam kelompok tersebut.

3. Definisi Lembaga Sosial


1. Koentjaraningrat mendefinisikan lembaga sosial sebagai sistem norma khusus yang
mengatur serangkaian tindakan berpola untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam
kehidupan masyarakat.
2. Menurut Robert Macler dan Charles H Page, lembaga sosial merujuk pada tata cara
atau prosedur yang disengaja dibuat untuk mengatur interaksi antar manusia dalam
suatu kelompok masyarakat yang disebut asosiasi.
3. W.G. Sumner menggambarkan lembaga sosial sebagai pola fungsional kebudayaan
yang terdiri dari tindakan, aspirasi, dan sikap yang secara persisten bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakatnya.
Lembaga sosial berkembang karena adanya hubungan yang saling terkait antar
individu dalam suatu masyarakat, yang ditandai oleh adanya nilai dan norma.
Keterikatan ini menjadikan lembaga sosial tak terpisahkan dari norma dan sistem
pengendalian sosial yang tumbuh di dalam masyarakat tersebut.
a. Norma Sosial
Norma merupakan hasil dari proses sosialisasi dan berperan sebagai pengikat dalam
lembaga sosial. Ruman (2009) menjelaskan bahwa setiap norma harus memuat tiga
unsur utama: nilai, penghargaan, dan hukuman. Baik penghargaan maupun
hukuman merupakan jenis sanksi, di mana individu yang patuh terhadap norma
sosial akan menerima sanksi positif, sementara pelanggar akan dikenai sanksi
negatif untuk memberikan efek jera.
Kehadiran norma mendorong individu untuk bertindak sesuai panduan perilaku
yang telah ditetapkan, membentuk kebiasaan dalam kehidupan bermasyarakat.
Namun, tidak semua aturan dan norma dalam masyarakat disebut sebagai lembaga
sosial. Untuk menjadi lembaga, serangkaian aturan dan norma tersebut harus
melalui proses tertentu, seperti yang dijelaskan oleh Sudarsono & Wijayanti (2016):
- Proses Pelembagaan
- Proses Interlized
b. Pengendalian Sosial
Menurut Sudarsono & Wijayanti (2016), pengendalian sosial adalah pengawasan
yang dilakukan oleh masyarakat, mencakup segala proses yang direncanakan atau
tidak, baik bersifat mendidik, mengajak, maupun memaksa warga untuk mematuhi
norma, nilai, dan aturan yang berlaku dalam masyarakat. Pengendalian dapat terjadi

26
antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan
kelompok, bahkan dari masyarakat terhadap pemerintah. Tujuan pengendalian
sosial adalah menjaga ketertiban, keamanan, dan stabilitas dalam masyarakat.
Pengendalian sosial terbagi menjadi dua jenis, yaitu preventif dan represif.
Preventif bertujuan mencegah terjadinya ketidaknyamanan dan dapat berupa
sosialisasi melalui pendidikan formal, informal, atau non-formal. Sedangkan
pengendalian represif bertujuan untuk mengembalikan kondisi yang tidak harmonis
dengan memberikan sanksi kepada individu yang melanggar atau menyimpang.

4. Karakter dan Fungsi Lembaga Sosial


1. Lembaga social bertujuan untuk memenuhi kebutuhan khusus masyarakat
2. Nilai pokok dalam lembaga social bersumber dari anggotanya
3. Adanya pola-pola perilaku permanen yang menjadi bagian tradi kebudayaan di
dalam sebuah lembaga social
4. Adanya saling ketergantungan antar lembaga social di masyarakat
5. Semua ide dari lembaga social biasanya diterima oleh setiap anggotanya terlepas
apakah mereka ikut berpartisipasi atau tidak
6. Setiap lembaga social memiliki lambing-lambang kebudayaan tertentu
7. Setiap lembaga social tentunya mempunyai tatatertib dan trai yang berupa tertulis
maupu tak tertulis, namun jadi panutan bagi pengikutnya
8. Lembaga social memiliki ideology sendiri yang dianggap ideal

5. Fungsi Lembaga Sosial


1. Sebagai pedoman bagi masyarakat dalam bersikap dan bertingkah laku saat
menjalani kehidupan sehari hari
2. Menjaga persatuan dalam masyarakat tersebut
3. Sebagai badan yang memberikan arahan dan pengawasan kepada masyarakatnya
dalam hal pengendalian sosial.

6. Jenis-jenis Lembaga Sosial


a. Lembaga Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat, hanya terdiri dari ayah,
ibu dan anak-anak. Menurut Berns dalam Laela (2017) keluarga memiliki lima
fungsi dasar yaitu:
a. Reproduksi
Untuk mempertahankan populasi dalam sebiiah masyarakat dengan menambah
keturunan
b. Media edukasi dan sosialisasi
c. Keluarga menjadi tempat pemnyampai pesan seperti nilai, norma, keyakinan,
sikap pengetahuan dan keterampilan dari orang tua kepada anak-anaknya dan
dari kakak ke adik-adiknya.
d. Peran sosial
Keluarga menurunkan identitas seperti ras, etnik, peran gender dan social
ekonomi
e. Dukungan ekonomi

27
Keluarga menjadi tempat yang nyaman untuk berlindung karena tersedia
jaminan untuk hidup sehari-hari
f. Dukungan emosi
Seperti yang sudah pernah kita bahas bahwa keluarga adalah tempat interaksi
pertama dan paling penting bagi tumbuh kembang seorang anak. Interaksi disini
terjadi secara mendalam dengan ikatan yang kekal karena berasal dari ikatan
darah. Tahap sosialisasi play stage terjadi di dalam keluarga karena disini anak
melakukan peniruan peran yang dijalankan oleh anggota keluarga
b. Lembaga Pendidikan
Sekolah merupakan lanjutan dari lembaga pendidikan keluarga. Ilmu yang
didapat di sekolah kelak akan menjadi jembatan yang menghubungkan kehidupan
seorang anak dikeluarga dengan di lingkungan masyarakat. Pendidikan di sekolah
berjalan dengan teratur dan sistematis yang memiliki tingkatan-tingakatan yang
diikat oleh berbagai aturan yang jelas dan tertib.
c. Lembaga Ekonomi
Lembaga ekonomi menurut Sudarsono & Wijayanti (2016) adalah lembaga
yang mengurus kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan produksi, distribusi,
konsumsi barang dan jasa untuk keberlangsungan hidup masyarakat. Kegiatan
produksi menghasilkan produk pagan, sandang dan papan. Kegiatan distribusi
adalah usaha menyalurkan hasil produksi kepada masyarakat luas melalui pasar.
Sementara, konsumsi merupakan kegiatan menghabiskan nilai guna barang dan
jasa.
d. Lembaga Agama
Normalisa & Adha (2016) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa agama
merupakan pedoman orang dalam berucap, bertindak atau bertingkah laku Lembaga
agama biasanya diwakilkan oleh para zokah agama. Ningawasan oleh para tokoh
agama dilakukan melalui arramah, pengajian atau sharing dengan masyarakat
sekitar.

G. SOSIALISASI
1. Defenisisi Sosialisasi
Berikut beberapa definisi sosialisasi menurut para ahli yang dikutip dari Zaitun (2006);
a. Charlotte Buhler
Sosialisasi merupakan cara individu beradaptasi dengan kelompoknya agar dapat
mengambil peran dan bermanfaat dalam kelompok tersebut.
b. Berger
Sosialisasi merupakan proses seseorang belajar menjadi anggota masyarakat dan
berpartisipasi di masyarakat tersebut.
c. Horton dan Hunt
Sosialisasi merupakan proses seseorang menginternalisasi nilai dan norma yang
berlaku di dalam masyarakat
2. Agen Sosialisasi

28
Pihak-pihak yang melakukan proses sosialisasi terdiri dari empat gen social yang utama
yakni keluarga, kelompok bermain, media massa on lembaga pendidikan.
a. Keluarga
Menurut Zaitun (2016), keluarga merupakan agen sosialisasi yang paling awal dan
fundamental bagi seorang anak dalam proses sosialisasi. Peran orang tua dan
saudara kandung sangat signifikan. Anak-anak belajar dengan meniru orang-orang
di sekitarnya dalam berkomunikasi, bersikap, dan bertindak. Friedmen (1998)
menambahkan bahwa fungsi utama keluarga adalah mempersiapkan mental anak-
anak untuk berinteraksi dengan orang lain, di mana keluarga menjadi tempat
pertama bagi anak-anak untuk belajar menjadi anggota masyarakat dalam
lingkungan sebelum mereka bersosialisasi di luar rumah.
b. Taman Bermain
Menurut Sunarto (2004), setelah mengalami pertumbuhan di lingkungan keluarga,
seorang anak akan melangkah maju dalam upaya bersosialisasi dengan teman
sebaya, termasuk kerabat, tetangga, dan teman sekolah. Di lingkungan baru ini,
anak-anak akan mengalami banyak pengalaman baru karena interaksi mereka di
lingkungan keluarga tidak selalu sejajar, sementara di lingkungan teman bermain
mereka sebaya. Pada tahap ini, anak-anak memasuki fase permainan, di mana
mereka mulai belajar tentang nilai-nilai keadilan.
c. Sekolah
Sekolah, sebagai agen sosialisasi berikutnya, merupakan institusi pendidikan
formal di mana anak-anak memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang esensial
untuk masa depan mereka. Selain keluarga, sekolah juga berperan dalam
menanamkan nilai-nilai moral. Salah satu contoh sosialisasi yang terjadi di sekolah
adalah selama proses pembelajaran, yang erat kaitannya dengan model dan metode
pembelajaran yang diterapkan oleh guru yang kreatif. Di era saat ini, terdapat
banyak model pembelajaran kooperatif yang digunakan untuk meningkatkan minat
belajar siswa, yang didasarkan pada konsep kerja kelompok.
d. Media Massa
Begitu Banyak Informasi dan pesan yang disampaikan melalui media cetak maupun
media elektronik. Media massa pada zaman sekarang dapat berasal dari berbagai
platform seperti ponsel, internet, media sosial, surat kabar, televisi, radio, majalah,
tabloid, iklan, film, dan sebagainya. Kita menyadari bahwa media sosial digunakan
oleh berbagai kalangan, memungkinkan interaksi yang dekat secara virtual dan
sebaliknya, yang dekat secara fisik dapat menjadi jauh. Di bidang pendidikan,
media massa menjadi alat penting dalam mendukung proses sosialisasi. Melalui
media massa, guru dapat membantu siswa mengembangkan pola pikir kritis dan
bekerja sama dalam menyelesaikan masalah. Sebagai contoh, dengan menggunakan
model pembelajaran PBL (Problem Based Learning), guru dapat menggunakan
banyak kasus yang sedang viral di media sosial untuk mendorong analisis siswa.

3. Tahap Sosialisasi
1. Tahap Meniru
Seorang anak kecil akan mulai meniru peran orang yang ada disekitarnya, entah
mencontoh peran yang dimainkan oleh orang tuanya, saudaranya atau kakek-
neneknya. Sehingga tidak heran kita sering melihat anak-anak yang suka bermain

29
masak-masakan atau bermain rumah-rumahan lengkap dengan peran masing-masing
yang akan mereka mainkan. Peran tersebut adalah peran yang sering mereka lihat saat
berinteraksi di rumah dengan orang terdekatnya. Hanya saja pada tahap ini anak belum
begitu paham dengan pengertian peran itu sendiri.
2. Tahap siap bertindak
Pada tahap ini seorang anak sudah memahami peran yang harus dijalaninya dan peran
yang harus dijalani oleh orang lain yang berinteraksi dengannya. Misalnya, saat
bermain bola anak tahu apa yang diharapkan oleh tim terhadap dirinya dan begitupun
sebaliknya anak tersebut tahu persis apa yang dinginkannya dari teman satu tim nya.
Oleh karena itu, Mead menyatakan bahwa pada tahap ini seseorang telah bisa
mengambil peran yang dimainkan oleh orang lain
3. Tahap penerimaan norma kolektif
Ditahap ke tiga ini seseorang sudah dianggap dewasa, sudah mampu menempatkan
diri dalam suatu masyarakat. Dia telah menjadi warga masyarakat sepenuhnya, karena
telah menyadari betul pentingnya peraturan dan telah bisa bekerjasama dengan warga
lain walaupun tidak begitu kenal. Mead juga menyatakan setelah seseorang sampai
ditahap ini berarti dia sudah memiliki suatu diri karena seseorang terbentuk melalui
interaksi dengan orang lain. Sementara itu Cooley dalam Zaitun (2016) berpendapat
bahwa konsep diri (self concept) tumbuh melalui ineraksinya dengan orang lain.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Sosialisasi


1. Faktor Internal
Faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, misalnya IQ atau rasa minder dengan
keadaan tubuh sendiri yang akhirnya berdampak terhadap cara dia berkomunikasi.
Orang dengan IQ yang tinggi akan terlihat bagaimana cara dia berinteraksi dengan
orang lain, begitupun dengan mereka yang minder akan tampak saat bersosialisasi
dengan orang lain seperti sering gugup dan tidak nyaman karenatidak percaya diri.
2. Faktor eksternal
Yakni faktor dari luar misalnya lingkungan, tingkat pendidikan, tempat nongkrong
dengan komunitasnya atau jenis profesi yang dilakoninya.

5. Pola Sosialisasi
a. Sosialisasi Represif
Sosialisasi represif adalah pola sosialisasi di mana hukuman menjadi metode
utama dalam mengatasi kesalahan. Dalam konteks ini, sistem hadiah dan hukuman
diterapkan, di mana prestasi akan dihargai sedangkan pelanggaran akan dihukum,
baik secara fisik maupun non-fisik, untuk menimbulkan rasa takut pada anak yang
tidak mematuhi aturan atau berperilaku salah. Komunikasi dalam sosialisasi
represif cenderung bersifat satu arah, di mana perintah diberikan oleh figur
berkuasa tanpa ruang untuk diskusi. Sebagai contoh, dalam keluarga dengan pola
asuh otoriter, di mana orang tua menganggap anak belum mampu membuat
keputusan yang tepat untuk dirinya sendiri. Melalui pola asuh ini, orang tua
berharap dapat membentuk kepribadian anak yang tegas dan disiplin.
b. Sosialisasi Partisipatif

30
Ini adalah pola sosialisasi yang melibatkan interaksi dua arah di mana pendapat
setiap individu dihargai, meskipun mereka memiliki perbedaan status. Sistem
hadiah dan hukuman tetap berlaku, namun hukuman cenderung bersifat simbolis.
Komunikasi dalam pola ini sangat memperhatikan kesepakatan bersama. Sebagai
contoh, dalam keluarga dengan pola asuh demokratis, pendapat anak didengarkan
dengan seksama sehingga anak merasa dihargai dan didorong untuk
mengembangkan potensinya. Di sini, kesepakatan menjadi hal utama karena
merupakan aturan yang disepakati oleh kedua belah pihak yang bertanggung
jawab.

31
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Sesuai yang dikatakan oleh auguste comte sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang
kehidupan sosial dalam masyarakat yang sangat berguna dalam kehidupan masyarakat karna
sosiologi dapat membantu masyarakat dalam menyelesaiankan berbagai persoalan dalam
kehidupan. Dan Secara harfiah sosiologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan
antar teman. Yang dimaksud hubungan antar teman meliputi antara orang yang satu dengan
orang yang lain, baik yang bersungguh-sungguh teman atau sahabat maupun lawan atau musuh.
Pengertian ini diperluas sedikit menjadi “Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
interaksi manusia di dalam masyarakat.
Di dalam kehidupan bermasyarakat sering terjadi sebuah konflik yang harus di selesaikan
dengan baik dengan demikian ilmu sosiologi dapat membantu menangani dan menyelesaikan
konflik itu secara baik. Memang tidak mudah untuk dapat menyelesaikan konflik itu tapi
dengan bermodalkan ilmu sosiologi yang di dapat sedikit demi sedikit jika di laksanakan
dengan baik maka perlahan-lahan sebuah konflik itu dapat terselesaikan.

32
DAFTAR PUSTAKA
Endayani, H. (2017). Pengembangan materi ajar ilmu pengetahuan sosial. IJTIMAIYAH Jurnal
Ilmu Sosial Dan Budaya, 1(1).
Dr. Setiawan Deny, M.Si. dkk, (2024). Pengembangan materi Ips. Merdeka kreasi, 245-296.
https://www.rijalhabibulloh.com/2014/06/makalah-sosiologi-sebagai-ilmu.html
Maliki, Z. (2010). Sosiologi pendidikan.
Syamsuddin, A. (2020). Konflik Sosial Dalam Perspektif Sosiologi Agama. Al-Din: Jurnal
Dakwah dan Sosial Keagamaan, 6(1).

33

Anda mungkin juga menyukai