Anda di halaman 1dari 15

BENTUK BENTUK INTERAKSI SOSIAL

DI SUSUN OLEH:

LUCKY TIRTA BAYU SAMUDRA

MISDA

RIZAL

SITI HASANAH

ZAHRATUN NISA

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

SMA NEGERI 1 KUSAN HILIR

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah- Nya sehingga kami bisa menyusun tugas sosiologi ini
dengan baik serta tepat waktu. Seperti yang sudah kita tahu“interaksi interaksi
sosial” itu sangat berarti untuk anak bangsa dari mulai dini. Semuanya perlu
dibahas pada makalah ini kenapa Pendidikan Karakter itu sangat diperlukan serta
layak dijadikan bagaikan modul pelajaran.

Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan tentang keberadaan


Pendidikan Karakter untuk kemajuan bangsa. Mudah-mudahan makalah yang
kami buat ini bisa menolong menaikkan pengetahuan kita jadi lebih luas lagi.
Kami menyadari kalau masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini.

Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan guna kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih
kepada Bpk. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Kepada pihak yang sudah
menolong turut dan dalam penyelesaian makalah ini. Atas perhatian serta
waktunya, kami sampaikan banyak terima kasih.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................................1


1.2 Perumusan Masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................2
1.4 Manfaat.............................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Interaksi Sosial................................................................................4


2.2 Bentuk-bentuk interaksi sosial di sosiatif........................................................4
2.3 Bentuk interaksi sosial asosiatif........................................................................5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................7
3.2 Saran.................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis.


Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara individu yang
satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok
lainnya, maupun antara kelompok dengan individu. Dalam interaksi juga
terdapat simbol, di mana simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau
maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang menggunakannya. Bentuk-
bentuk interaksi sosial yang berkaitan dengan proses asosiatif dapat terbagi atas
bentuk kerja sama, akomodasi, dan asimilasi. Kerja sama merupakan suatu usaha
bersama individu dengan individu atau kelompok-kelompok untuk mencapai satu
atau beberapa tujuan. Akomodasi dapat diartikan sebagai suatu keadaan, di
mana terjadi keseimbangan dalam interaksi antara individu-individu atau
kelompok-kelompok manusia berkaitan dengan norma-norma sosial dan nilai-
nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Usaha-usaha itu dilakukan untuk
mencapai suatu kestabilan. Sedangkan Asimilasi merupakan suatu proses di
mana pihak-pihak yang berinteraksi mengidentifikasikan dirinya dengan
kepentingan-kepentingan serta tujuan-tujuan kelompok Bentuk interaksi yang
berkaitan dengan proses disosiatif ini dapat terbagi atas bentuk persaingan,
kontravensi, dan pertentangan. Persaingan merupakan suatu proses sosial, di
mana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencari
keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan. Bentuk kontravensi merupakan
bentuk interaksi sosial yang sifatnya berada antara persaingan dan pertentangan.
Sedangkan pertentangan merupakan suatu proses sosial di mana individu atau
kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak
lawan yang disertai dengan kekerasan. Konsep-konsepnya dalam pendekatan ini
mencakup tempat berlangsungnya interaksi sosial yang disebut dengan social
establishment, tempat mempersiapkan interaksi sosial disebut dengan back

1
region/backstage, tempat penyampaian ekspresi dalam interaksi sosial disebut
front region, individu yang melihat interaksi tersebut disebut audience,
penampilan dari pihak-pihak yang melakukan interaksi disebut dengan team of
performers, dan orang yang tidak melihat interaksi tersebut disebut dengan
outsider. Berdasarkan penjelasan di atas maka, penulis dapat menyimpulkan
bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia yang saling
mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan antar individu, antar
kelompok maupun atar individu dan kelompok. Interaksi sosial merupakan suatu
pondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang berdasarkan norma dan nilai
sosial yang berlaku dan diterapkan di dalam masyarakat. Dengan adanya nilai
dan norma yang berlaku, interaksi sosial itu sendiri dapat berlangsung dengan
baik jika aturan - aturan dan nilai – nilai yang ada dapat dilakukan dengan baik.
Jika tidak adanya kesadaran atas pribadi masing – masing, maka proses sosial itu
sendiri tidak dapat berjalan sesuai dengan yang kita harapkan.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa pengertian interaksi sosial

2. Bagaimana bentuk bentuk interaksi sosial

3. sebutkan contoh Bentuk interaksi sosial asosiatif

1.3 Tujuan masalah

1. Interaksi sosial adalah proses penyesuaian unsur - unsur yang berbeda


dalam masyarakat menjadi satu kesatuan. Interaksi sosial dalam kehidupan
dapat terwujud dengan adanya keteraturan sosial.

2. Terdapat 3 bentuk interaksi sosial yaitu interaksi normatif, fungsional dan


koersif.

3. Bentuk interaksi sosial asosiatif beserta contohnya adalah:

• Kerjasama : bekerjasama melakukan kerja bakti bersih desa.

•Akomodasi: melerai perkelahian sebagai upaya meredam konflik.

2
•Asimilasi: membangun masjd bercorak tionghoa dengan tujuan
mengurangi perbedaan antarkelompok.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi penelitian


terutama kajian tentang interaksi sosial suku-suku yang ada di Sulawesi Utara.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan lebih lanjut,


khususnya mengenai penelitian selanjutnya yang sejenis.

BAB II

3
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial. Untuk itu dengan tidak
adanya komunikasi ataupun interaksi antar suku-suku di Kaidipang satu sama lain
maka tidak mungkin ada kehidupan bersama. Jika hanya fisik yang saling
berhadapan antara satu sama lain, tidak dapat menghasilkan suatu bentuk
kelompok sosial yang dapat saling berinteraksi. Maka dari itu dapat disebutkan
bahwa interaksi merupakan dasar dari suatu bentuk proses sosial karena tanpa
adanya interaksi sosial, maka kegiatan–kegiatan antar satu individu dengan yang
lain tidak dapat disebut interaksi. Bertitik tolak dari latar belakang di atas maka
dapat dirumuskan judul dalam penelitian ini adalah “Interaksi Sosial Masyarakat
Gorontalo dan Masayarakat Kaidipang’’Ada beberapa bentuk interaksi sosial
yang perlu diketahui. Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang tentu berinteraksi
satu sama lain. Hal itu dikarenakan manusia sebagai makhluk sosial
membutuhkan orang lain untuk bisa terus bertahan hidup.

Secara umum, pengertian interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara
individu dengan individu maupun kelompok, atau kelompok dengan kelompok.
Interaksi sosial bisa terjadi di mana saja, termasuk di lingkungan sekitar kita
dalam kehidupan sehari-hari. Jenis interaksi sosial dibedakan menjadi dua, yakni
interaksi sosial asosiatif dan disosiatif.

2.2 Bentuk-bentuk interaksi sosial di sosiatif

Ilustrasi toleransi dan keberagaman Seperti sudah disebutkan di atas, interaksi


sosial disosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang lebih mengarah kepada
konflik dan perpecahan, baik individu maupun kelompok.

1. Kompetisi

4
Kompetisi atau persaingan adalah bentuk interaksi sosial disosiatif, di mana
orang-orang atau kelompok-kelompok berlomba meraih tujuan yang sama.
Persaingan dilakukan secara sportif sesuai aturan tanpa adanya benturan
fisik.

2. Kontravensi

Kontravensi adalah bentuk interaksi sosial disosiatif berupa sikap


menentang dengan tersembunyi agar tidak adanya perselisihan atau
konflik terbuka. Kontravensi merupakan proses sosial dengan tanda
ketidakpastian, keraguan, penolakan, dan penyangkalan yang tidak
diungkapkan secara terbuka.Ada beberapa macam-macam kontravensi,
yaitu kontravensi umum, sederhana, intensif, rahasia dan taktis.

3. Konflik sosial

Konflik sosial atau pertikaian, yakni bentuk interaksi sosial disosiatif yang
terjadi karena perbedaan paham dan kepentingan antarindividu atau
kelompok.Adanya konflik ditandai dengan ancaman, kekerasan dan kontak
fisik antar pihak-pihak yang bertentangan.

2.3 Bentuk interaksi sosial asosiatif

Bentuk interaksi sosial yang mengarah pada kesatuan. Ingat, ya, begitu
mendengar kata "asosiatif", yang terbayang adalah kegiatan-kegiatan yang
bersifat "baik". Bentuk interaksi sosial asosiatif bisa berupa kerja sama, asimilasi,
dan akulturasi.

1. Kerja Sama

Kerja sama, secara istilah berarti suatu usaha yang dilakukan bersama antara
individu atau kelompok, tujuannya untuk mencapai satu tujuan atau
beberapa tujuan bersama. Bentuk interaksi sosial asosiatif adalah bentuk
interaksi sosial yang mengarah pada kesatuan. Ingat, ya, begitu mendengar
kata "asosiatif", yang terbayang adalah kegiatan-kegiatan yang bersifat

5
"baik". Bentuk interaksi sosial asosiatif bisa berupa kerja sama, asimilasi, dan
akulturasi.

2. Asimilasi

Asimilasi adalah percampuran dua atau lebih kebudayaan berbeda yang


melebur menjadi suatu kebudayaan baru. Ketiga musik tersebut bercampur
menjadi satu dan membentuk genre musik baru, yaitu musik dangdut yang
menghilangkan ciri budaya lamanya. Makanya, banyak orang menyangka
kalo musik dangdut adalah musik khas Indonesia.

3. Akulturasi

Selanjutnya, akulturasi adalah perpaduan dua atau lebih budaya yang


berbeda tanpa menghilangkan ciri budaya lamanya.Contohnya itu bangunan
Masjid Kudus yang mencerminkan adanya interaksi antara budaya Jawa,
Hindu, dan Islam.

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat dapat disimpulkan tentang interaksi sosial


yang terjadi pada anak usai 7-8 tahun yang dibesarkan oleh orangtua tunggal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi sosial yang bersifat
asosiatif (positif) dan disosiatif (negatif). Bentuk interaksi positif yaitu kerjasama,
akomodasi, dan asimilasi. Bentuk interaksi negatif yaitu adanya konflik atau
pertiakaian.Bentuk interaksi kerjasama yang terjadi, anak melakukan suatu usaha
yang mengarah kepada penyatuan dengan, (1) Anak membantu orangtua
mengerjakan pekerjaan rumah, (2) Anak menolong orangtua mengangkat
jemuran, (3) Anak membantu membereskan buku dan mainannya, (4) Anak
mengantarkan adiknya jajan, dan (5) Anakmembantu orangtua membereskan
ruang tengah.Bentuk interaksi akomodasi, suatu cara untuk menyelesaikan suatu
konflik tanpa menghancurkan pihak lawan. Bentuk akomodasi yang terjadi pada
anak yaitu: (1) Anak tidak membalas perlakuan adiknya yang memukul
tangannya, (2) Anak tidak merespon adiknya yang melempar sepatu sekolah
anak, (3) Anak menasehati adiknya yang menggangu saat belajar, (4) Anggota
keluarga melerai anak melakukan tindakan kurang menyenangkan kepada
anggota keluarga.Bentuk interaksi asimilasi merupakan suatu upaya untuk
mengurangi perbedaan yang ada. Bentuk asimilasi yang muncul pada anak usia
7-8 tahun yaitu: (1) Komunikasi antara orangtua dan anak menggunakan bahasa
daerah, (2) Orangtua tunggal dan anak menggunakan bahasa asing saat berada di
rumah tetapi tetap menggunakan bahasa Indonesia pada saat berada di luar
rumah, dan (3) Anak menyukai kebudayaan asing dengan menirukan gaya
berpakaian dan menghafal lagu-lagu dan tarian dari Korea. Namun hal tersebut
tidak mengurungkan niat anak untuk tetap mempelajari kebudayaan-
kebudayaan yang ada di Indonesia.

7
Bentuk interaksi konflik, sebuah interaksi sosial yang timbul karena perbedaan
atau ketidaksukaan terhadap pihak lain. Berdasarkan temuan lapangan konflik
yang terjadi antara orangtua dengan anak, anak dengan anggota keluarga, dan
anak dengan teman sebaya. Hal ini terlihat dari temuan penelitian yaitu:

(1) Adik memukul tangan anak,

(2) kakak melempar benda ke arah anak,

(3) Anak meluapkan kekesalan dengan berkata kasar kepada teman saat
bermain, (4) Adik menendang punggung anak saat tidak mau bergantian ain
handphone,

(5) Anak merebut mainan adiknya dengan paksa,

(6) Orangtua mencubit anak-anaknya yang sedang bertikai,

(7) Anak berkata kasar kepada adik ketika adiknya melemparkan bola

kearahnya.

Temuan lapangan dari faktor-faktor yang mempengaruhi

interaksi sosial yang terjadi pada anak usia 7-8 tahun diantaranya

faktor imitasi, faktor sugesti, faktor identifikasi, dan faktor simpati.

Faktor imitasi, anak belajar meniru perilaku yang dapat diterima secara

sosial terhadap apa yang telah dilihatnya. Faktor imitasi yang terjadi

pada subjek penelitian yaitu: (1) Anak mengikuti gaya dan tingkah laku

seperti girlsband kesukaannya dari Korea yaitu blackpink, (2) Anak

mengikuti hobby dari orangtua tunggal yaitu bermain games online di

ponselnya, (3) Anak berpenampilan dan memiliki gaya rambut yang

sama seperti tokoh idolanya di televisi.

Faktor yang mempengaruhi selanjutnya adalah faktor sugesti.

8
Sugesti merupakan keinginan yang timbul pada seseorang karena

terpengaruh atau mempengaruhi orang lain dalam kehidupan sosial.

Perilaku yang terjadi di lapangan yaitu:

(1) Anak melakukan ibadah sholat 5 waktu karena orangtua selalu mengingatkan
anaknya dari sedini mungkin,

(2) Orangtua menasehati anak perihal belajar agar anak dapat berprestasi di
sekolah,

(3) Anak rajin belajar agar anak berhasil dan sukses seperti bude dan pakdenya.

Faktor identifikasi proses terjadinya pengaruh sosial pada seseorang yang


dibesarkan pada anak tersebut untuk menjadi sama seperti individu lain. Anak
tanpa sadar berperilaku sama seperti sosok idola atau figur yang dikaguminya.

(1) Anak mengikuti gaya bicara tokoh idolanya saat bermain Isquishy,

(2) Anak mengkoleksi banyak mainan squishy seperti idolanya,

(3) Anak selalu bermain bola setiap hari karena anak ingin menjadi pemain sepak
bola hebat yang ada ditimnas,

(4) Anak rajin belajar karena ingin pintar dan sukses seperti pakde dan budenya.

Faktor simpati merupakan perasaan tertarik, yang timbul tidak atas dasar logos
rasional, tetapi berdasarkan penilaian perasaan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa anak memiliki rasa simpati terhadap orang lain seperti:

(1) Anak membantu teman yang kesusahan dan terkena musibah,

(2) Anak ikut berbahagia dengan adanya kabar gembira dari sanak saudara, dan

(3) Anak juga memberikan perhatian kepada anggota keluarga jika ada yang
sedang sakit.

Interaksi sosial asosiatif anak usia 7-8 tahun yang dibesarkan oleh orangtua
tunggal ditandai dengan

9
(1) Anak mulai berinteraksi dengan teman sebayanya di sekolah,

(2) Anak bisa menilai bagaimana karakteristik anak yang lainnya,

(3) Anak usia 7-8 tahun dalam berinteraksi dengan teman-temannya,

(4) Anak juga mempunyai standar penilaian sendiri untuk mengenal satu sama
lain,

(5) Anak tahu bagaimana menyikapi teman-teman yang memiliki karakteristik


yang berbeda-beda satu dengan lainnya.

Interaksi sosial anak 7-8 tahun yang dibesarkan oleh orangtua tunggal juga
mengalami interaksi sosial yang kurang berkembang di lingkungan masyarakat.
Hal ini terlihat dari hasil penelitian yaitu:

(1) Orangtua tunggal memfasilitasi anak-anaknya dengan gadget,

(2) Orangtua menyediakan akses internet di rumah,

(3) Anak lebih senang bermain games online dan bermain sosial media
dibandingkan bermain dengan teman sebayanya di lingkungan rumah.

Interaksi sosial anak usia 7-8 tahun yang dibesarkan oleh orangtua tunggal yang
diakibatkan karena perceraian dan kematian menimbulkan reaksi yang bersifat
fisik dan emosional. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa adannya interaksi sosial
disosiatif yang terjadi pada orangtua dengan anak, anak dengan anggota
keluarga, dan anak dengan teman sebaya. Perilaku disosiatif yang terjadi pada
anak usia 7-8 tahun yaitu:

(1) Anak memukul adiknya,

(2) Anak berkata kasar kepada teman sebayanya saat bermain di lingkungan
rumah,

(3)Adik menendang punggung anak,

(4) Orangtua mencubit anak-anaknya yang bertikai,

10
(5) Orangtua berkata kasar kepda anak-anaknya,

(6) Anak merampas mainan adiknya dengan paksa, dan (7) Orangtua
melemparkan benda ke anaknya jika tidak melaksanakan perintah.

Ketidakutuhan keluarga secara interaksi sosial sangat berpengaruh negatif


terhadap perkembangan sosial anak. Adanya kekerasan fisik dan kekerasan
verbal yang terjadi pada orangtua, anak dan anggota keluarga. Hal ini disebabkan
karena kurangnya intensitas komunikasi dan pengawasan serta kontrol yang
diberikan oleh orangtua tunggal. Kesibukan orangtua dalam bekerja membuat
orangtua tunggal tidak memiliki banyak waktu untuk mengasuh dan mendidik
bahkan berkomunikasi dengan anak.

3.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa saran yang dapat dikemukakan,


antara lain :

1. Orangtua Tunggal berkewajiban memaksimalkan peran mereka dalam


mendidik dan mengasuh terutama dalam berkomunikasi serta pengawasan dan
kontrol dalam menggunakan gadget kepada anak agar anak dapat bersosialisasi
dengan baik di lingkungan masyarakat.

2. Lingkungan masyarakat di jalan Tugu Karya RW/001, Cipondoh, Kota


Tangerang seharusnya memberikan ruang aktualisasi diri bagi para orangtua
tunggal. Masyarakat sekitar juga membantu menciptakan lingkungan masyarakat
yang mendidik untuk anak.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat mengkaji ulang penelitian


tentang interaksi sosial anak untuk memperoleh hasil yang lebih sempurna.
Penelitian ini menjadi salah satu bahan referensi untuk menambah ilmu
pengetahuan pada umumnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Rifki. "Integrasi pendidikan lingkungan hidup melalui pembelajaran IPS di


sekolah dasar sebagai alternatif menciptakan sekolah hijau."
PEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan 2, no. 1 (2013): 98-108.

KARTIKA, D.A., 2020. INTERAKSI SOSIAL PADA PEMBELAJARAN TEMATIK


MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK SISWA KELAS IV
(STUDI KASUS DI SD NEGERI SIDOHARJO) (Doctoral dissertation,
STKIP PGRI PACITAN).

Tahir, Thamrin. "Modernisasi Dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Sosial


Masyarakat Petani Padi Sawah Di Desa Mojong Kabupaten
Sidenreng Rappang." Pionir Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu
Ekonomi & Manajemen 8.7 (2009): 1-12.

Paputungan, Mardjan. "EVALUASI KINERJA LULUSAN PROGRAM STUDI


PENDIDIKAN KIMIA FMIPA UNG BERDASARKAN PENILAIAN
STAKEHOLDERS." Penelitian Penguatan Akreditasi Prodi (PNBP)
1.1747 (2015).

Rifki, Maulana. "Interaksi sosial masyarakat Islam dan Kristen dalam perspektif
Georg Simmel: studi tentang bentuk-bentuk interaksi sosial Islam-
Kristen di Dusun Mutersari Desa Ngrimbi Kabupaten Jombang."
PhD diss., UIN Sunan Ampel Surabaya, 2018.

Prasetyo, E. (2019). Konsep Diri Otaku Anime Anggota Komunitas Animez Id


Regional Bandung (Studi Deskriptif Mengenai Otaku Anime
Anggota Komunitas Animez ID Regional Bandung) (Doctoral
dissertation, Universitas Komputer Indonesia).

PRIBADI, PAPARAN TEORI DARI PENGALAMAN. "BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR


BELAKANG.

12

Anda mungkin juga menyukai