Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

INTERAKSI SOCIAL DALAM MASYARAKAT

DOSEN PENGAMPU:

Marini Kristina Situmeang, M. Sos., M.A.

Disusun oleh :

Kelompok III
Alma (210901009)
Khairiani (210901143)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGATAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah dengan judul “Interaksi Social Dalam Masyarakat” ini dapat tersusun hingga
selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan terima kasih kepada dosen penganpu yang telah mendukung, mengajarkan serta
membimbing kami dalam menyelesaikan tugas ini.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah
Sosiologi. Selain itu pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah pengetahuan dan
wawasan bagi para pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.

Banda Aceh, 06 November 2022

Penyusun,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………......
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………….…
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………..
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………….
1.3 Tujuan Masalah …………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN…………………………..………………………………………………
2.1 Definisi Interaksi Social ………………………………………………………….
2.2. Bentuk- Bentuk Interaksi Social ………………………………………………….
2.3 Faktor- Factor Interaksi Social ……………………………………………………

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………..…………


3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………...
3.2 Saran ………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..…….
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dan individu lain, individu
satu dapat mempengaruhi individu lain atau sebaliknya, jadi terdapat hubungan yang
saling timbal balik (Walgito dalam Sunaryo, 2002). Interaksi sosial sangat penting bagi
remaja, karena apabila seorang remaja tidak memiliki kemampuan untuk berinteraksi
sosial atau bahkan tidak dapat berinteraksi, disadari atau tidak hal ini akan mempengaruhi
perkembangan sosial pada remaja.
Menurut penelitian Hair, et al (2008) interaksi sosial pada remaja saat ini kurang
baik karena kurangnya komunikasi yang dilakukan secara langsung pada keluarga, teman
sebaya dan orang disekitarnya. Kemampuan komunikasi pada remaja juga kurang
berkembang karena lebih suka menyendiri, kurang nyaman untuk bersosialisasi dengan
orang lain, serta merasa kurang diterima secara sosial. Morris et al (2005) menyatakan
bahwa interaksi sosial remaja saat ini lebih pasif karena remaja saat ini lebih memilih
untuk berinteraksi melalui dunia virtual dibandingkan berinteraksi secara langsung.
Interaksi sosial secara aktif yaitu interaksi yang bertemu secara langsung dan bertatap
muka secara langsung tanpa perantara alat apapun. Interaksi sosial pada remaja sangat
penting karena interaksi sosial ini mempengaruhi perkembangan sosial pada remaja
seperti cara remaja berbicara dengan orang lain.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dari Definisi interaksi Sosial?
2. Apa saja bentuk- bentuk dari interaksi social?
3. Apa saja masalah- masalah dalam interaksi sosial?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk menemukan dan memberikan penjelasan akan definisi dari interraksi social.
2. Interaksi sosial terdiri dari beberapa ahli yang mengemukakan pendapat.
3. Dengan cara memahami dan berfikir akan interaksi social.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Interaksi Social


Manusia terlahir sebagai makhluk sosial, kenyataan tersebut menyebabkan manusia
tidak akan dapat hidup normal tanpa kehadiran manusia yang lain. Hubungan tersebut
dapat dikategorikan sebagai interaksi sosial. Adapun pengertian interaksi sosial
menurut para ahli dapat dikemukakan sebagai berikut:
Walgito (2007) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu
dengan individu lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya,
sehingga terdapat hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat terjadi antara
individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok. Adapun
Basrowi (20015) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan dinamis yang
mempertemukan orang dengan orang, kelompok dengan kelompok, maupun orang dengan
kelompok manusia. Bentuknya tidak hanya bersifat kerjasama, tetapi juga berbentuk tindakan,
persaingan, pertikaian dan sejenisnya.
Menurut Partowisastro (2003) interaksi sosial ialah relasi sosial yang berfungsi menjalin
berbagai jenis relasi sosial yang dinamis, baik relasi itu berbentuk antar individu, kelompok
dengan kelompok, atau individu dengan kelompok. Soekanto (2002) mengemukakan bahwa
interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang meliputi hubungan
antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara perorangan
dengan kelompok manusia. Menurut Sarwono dan Meinarno (2009) interaksi sosial adalah
hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara individu dengan individu lain, individu
dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok lain.
Gerungan (2006) secara lebih mendalam menyatakan interaksi sosial adalah proses
individu satu dapat menyesuaikan diri secara autoplastis kepada individu yang lain, dimana
dirinya dipengaruhi oleh diri yang lain. Individu yang satu dapat juga menyesuaikan diri secara
aloplastis dengan individu lain, dimana individu yang lain itulah yang dipengaruhi oleh dirinya
yang pertama.
Harja (2005:20) dengan merujuk pada Barliana (2010) menyatakan, bahwa "interaksi
sosial dan kultural memberi pelajaran penting bagi individu dalam masyarakat tentang norma
sosial sekaligus ruang baginya berekspresi dan mengembangkan diri di depan individu lainnya."
Barliana menambahkan, ketika kota tidak lagi tertata dengan baik, dan ketika ruang publik
semakin terbatas, maka semakin sedikit pula kesempatan masyarakat untuk membangun
hubungan sosial dan interpersonal, kepercayaan, kerjasama, dan penyelesaian masalah bersama.
Keterbatasan ruang publik dalam desain perumahan, segmentasi dan segregasi tata ruang,
ekslusifitas sosial dan spasial, desain yang tercerabut dari akar budaya dan lokalitas, adalah
beberapa gejala yang mengemukan.

Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa interaksi sosial
adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki perilaku
yang berlangsung antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok
dengan kelompok.

2.2. Bentuk- Bentuk Interaksi Social


Interaksi sosial dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu asosiatif dan disosiatif.

a. Asosiatif
Interaksi sosial bersifat asosiatif akan mengarah pada bentuk penyatuan. Interaksi sosial
ini terdiri atas beberapa hal berikut.

1) Kerja sama (cooperation)


Kerjasama terbentuk karena masyarakat menyadari bahwa mereka mempunyai
kepentingan-kepentingan yang sama sehingga sepakat untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan
bersama. Berdasarkan pelaksanaannya terdapat empat bentuk kerjasama, yaitu bargaining
(tawar-menawar), cooptation (kooptasi), koalisi dan joint-venture (usaha patungan).

2) Akomodasi
Akomodasi merupakan suatu proses penyesuaian antara individu denganindividu,
individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok guna mengurangi, mencegah, atau
mengatasi ketegangan dan kekacauan. Proses akomodasi dibedakan menjadi bebrapa bentuk
antara lain:
 Coercion yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya
paksaan.
 Kompromi yaitu, suatu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat masing-
masing mengurangi tuntutannya agar dicapai suatu penyelesaian terhadap suatu konflik
yang ada.
 Mediasi yaitu, cara menyelesaikan konflik dengan jalan meminta bantuan pihak ketiga
yang netral,
 Arbitration yaitu, cara mencapai compromise dengan cara meminta bantuan pihak ketiga
yang dipilih oleh kedua belah pihak atau oleh badan yang berkedudukannya lebih dari
pihak-pihak yang bertikai.
 Adjudication (peradilan)yaitu, suatu bentuk penyelesaian konflik melalui pengadilan.
 Stalemate yaitu, Suatu keadaan dimana pihak-pihak yang bertentangan memiliki
kekuatan yang seimbang dan berhenti melakukan pertentangan pada suatu titik karena
kedua belah pihak sudah tidak mungkin lagi maju atau mundur.
 Toleransi yaitu, suatu bentuk akomodasi tanpa adanya persetujuan formal.
 Consiliation yaitu, usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan pihak-pihak yang
berselisih bagi tercapainya suatu persetujuan bersama.

3) Asimilasi
Proses asimilasi menunjuk pada proses yang ditandai adanya usaha mengurangi
perbedaan yang terdapat diantara beberapa orang atau kelompok dalam masyarakat serta usaha
menyamakan sikap, mental, dan tindakan demi tercapainya tujuan bersama. Asimilasi timbul bila
ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara
intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah
sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.

4) Akulturasi
Proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan suatu
kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian
rupa sehingga lambat laun unsur unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam
kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu sendiri,

b. Disosiatif
Interaksi sosial ini mengarah pada bentuk pemisahan dan terbagi dalam tiga bentuk
sebagai berikut:
1). Persaingan/kompetisi
Adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu, agar
memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau
benturan fisik di pihak lawannya.

2) Kontravensi
Adalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan atau
konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi maupun
secara terang-terangan seperti perbuatan menghalangi, menghasut, memfitnah, berkhianat,
provokasi, dan intimidasi yang ditunjukan terhadap perorangan atau kelompok atau terhadap
unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian
akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik.

3) Konflik
Adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu, akibat adanya
perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya
semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial di antara mereka yang
bertikai tersebut.

2.3 Faktor- Factor Interaksi Social

Interaksi sosial dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu (Mirza, 2009).

1. Motivasi;
Motivasi merupakan kekuatan dalam diri seseorang yang menggerakkan seseorang untuk
berbuat sesuatu. Motivasi yang dimiliki seseorang mampu mempengaruhi seseorang untuk
melakukan interaksi sosial. Ada beberapa kondisi anak yang mempengaruhi tingkat keterampilan
social anak antara lain tempramen anak,emosi serta kemampuan sosial kognitif. Anak-anak yang
memiliki tempramen sulit dan cenderung mudah terluka secara psikis, takut, malu-malu dalam
menghadapi stimulus sosial yang baru lebih agresif dan impulsive schingga sering ditolak oleh
teman sebayanya. Mengatur emosi adalah cara yang baik untuk bersosialisasi sehingga jika anak
bisa mengatur emosi dia akan memiliki ketrampilan sosial yang tinggi. Kemampuan sosial
kognitif mampu mengenali isyarat sosial, menginterprestasi isyarat sosial dengan cara tepat,
bermakna serta kemampuan melihat dari perspektif orang lain dengan empati (Mirza, 2009).

2. Jenis kelamin
Perbedaan jenis kelamin bisa mempengaruhi interaksi seseorang terhadap orang
lain.Berdasarkan jenis kelamin anak laki-laki lebih sering menderita autis dibandingkan anak
perempuan.Gangguan anak autis terjadi sebelum anak berusia 3 tahun.Prevalensi gangguan anak
autis adalah 2-5 kasus per 10.000 di bawah 12 tahun. Sebuah penelitian menemukan anak laki-
laki lebih banyak mengalami gangguan autis dan penyebabnya adalah hormon seks. Laki-laki
lebih banyak memproduksi hormon testosteron sementara permpuan lebih banyak memproduksi
esterogen. Kedua hormon itu memiliki efek bertolak belakang terhadap suatu gen pengatutr
fungsi otak yang disebut retinoic acid-related orphan reseptor-alpha atau RORA Testosteron
menghambat kinerja RORA sementara esterogen justru meningkatkan kinerja RORA. Anak autis
lebih rentan mengalami gangguan interaksi sosial, jadi lebih banyak anak laki-laki yang
mengalami gangguan interaksi social (Mirza, 2009).

3. Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan sekitar individu baik lingkungan alam,
kebudayaan, dan masyarakat yang mampu mempengaruhi proses sosialisasi. Misalnya di ruang
kelas yang mempunyai banyak permainan game atau peralatan yang menciptakan sebuah
lingkungan yang mendorong interaksi social dan memberikan kesempatan lebih pada anak untuk
mempraktekan ketrampilan social anak. Lingkungan keluarga yang tidak harmonis dapat
memberikan dampak besar pada perilaku anak secara tidak langsung (Mirza, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian Twistiandayani dan Khoiroh (2017) menunjukkan bahwa
belum tentu juga jika tidak ada teman interaksi di rumah mempunyai tingkat interaksi yang
kurang. Kondisi lingkungan sekitar tidak menentukan, tetapi mampu mempengaruhi dan
membatasi proses sosialisasi seseorang contoh lingkungan sekolah adalah tempat yang kritis
untuk meningkatkan tidak hanya aspek kognitif tetapi juga aspek perilaku dan emosi.

4. Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku. Nilai tersebut adalah apa yang
dianggap sehingga penting dalam hidup oleh seseorang dan pengaruh dari ekspresi pemikiran
dan ide.

5. Latar belakang sosio kultural


Budaya merupakan bentuk kondisi yang menunjukkan dirinya melalui tingkah laku.
Budaya mempengaruhi anak dalam melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor sosial budaya tidak ada hubungan
dengan interaksi sosial anak autis. Belum tentu juga anak autis dengan pemahaman sosial budaya
jawa mempunyai interaksi sosial yang lebih baik dibanding dengan budaya perpaduan maupun
luar jawa (Twistiandayani dan Khoiroh, 2017).

6. Usia
Perkembangan anak usia 5-12 tahun ini yang sering kali menjadi penentu karakteristik
dominan saat anak dewasa. Pada usia inilah seorang anak mulai memasuki dunia sekolah yang
penuh dengan berbagai macam karakteristik orang yang ditemuinya. Sedikit banyak lingkungan
sekolah ini memberikan andil dalam pembentukan karakter anak. Fase anak sekolah 5-12 tahun
mengalami berbagai macam pola perkembangan seperti intelektual, bahasa, emosi, sosial, moral,
motorik dan penghayatan keagamaan. Berbagai macam perkembangan ini menjadi faktor-faktor
pembentuk yang mempengaruhi perkembangan karakteristik anak. Akan tetapi yang terjadi pada
anak autis mereka tidak memperdulikan kondisi lingkungan sekitarnya, mereka seolah-olah
memiliki dunia sendiri didalam pemikirannya sehingga mereka menarik diri dari interaksi sosial
dilingkungan sekitarnya (Mirza, 2009).

Interaksi sosial asosiatif adalah bentuk interaksi sosial positif, yang mengarah kepada
kesatuan dan kerja sama, sedangkan interaksi sosial disosiatif adalah bentuk interaksi sosial
yang lebih mengarah kepada konflik dan perpecahan, baik individu maupun kelompok.
Contoh interaksi sosial disosiatif, antara lain: - Suatu organisasi atau kelompok yang
ingin menjatuhkan organisasi lain dengan menjelek-jelekkan sehingga dapat memicu konflik. -
Menjelek-jelekkan teman kepada orang lain sehingga dapat menjadikan masalah bahkan
pertengkaran.

Berikut penjelasan singkat dan contohnya:

Kerja sama Adalah interaksi sosial yang utama. Kerja sama dilakukan untuk memenuhi
kepentingan, tujuan, ataupun kebutuhan bersama. Contohnya, kerja sama dalam tim sepak bola,
kerja sama warga dalam kerja bakti, dan kerja sama guru dan murid dalam proses pembelajaran.
Masalah-Masalah dalam Interaksi Sosial yang dapat Memicu Konflik Sosial

Masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai budaya, secara logis akan mengalami
berbagai permasalahan, di antara permasalah tersebut adalah terjadinya silang budaya, apakah
antara sesama budaya lokal maupun dengan budaya yang datang dari luar.
Di abad ke-21 ini, yang dikenal dengan era trasnparansi atau era lintas batas (globalisasi)
yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah berdampak pada
perubahan perilaku sosial masyarakat. Sebagai konsekuensi logis dari kemajuan dan
perkembangan IPTEK tersebut, batas-batas territorial antar negara, kesukuan, kepercayaan,
kebudayaan yang dulu dianggap sebagai hambatan dalam berinteraksi kini menjadi lenyap dan
menjadi sebuah keniscayaan yang dihadapi Akibat hilangnya batas-batas tersebut orang merasa
lebih mudah dalam melakukan interaksi baik regional maupun nasional bahkan internasional,
baik personal maupun kelompok.
Salah satu konsekuensi logis era globalisasi dalam kenyataan sosial adalah silang
kebudayaan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lain, yang pada gilirannya berdampak
kepada persentuhan antar budaya, Nilai-nilai yang terkandung dalam kebudayaan menjadi acuan
sikap dan perilaku manusia sebagai makhluk individual yang tidak terlepas dari kaitannya pada
kehidupan masyarakat dengan orientasi kebudayaannya yang khas, sehingga baik pelestarian
maupun pengembangan nilai-nilai budaya merupakan proses yang bermatra individual, sosial
dan cultural sekaligus.
Dalam kenyataan persentuhan nilai-nilai budaya sebagai manifestasi dinamika
kebudayaan tidak selamanya berjalan secara mulus. Permasalahan silang budaya dalam
masyarakat majemuk (heterogen) dan jamak (pluralistis). seringkali bersumber dari masalah
interaksi antar masyarakat, kesenjangan tingkat pengetahuan, status sosial, geografis, adat
kebiasaan dapat merupakan kendala bagi tercapainya suatu konsensus yang perlu disepakati dan
selanjutnya ditaati secara luas. Ditambah lagi dengan posisi Indonesia sebagai negara
berkembang akan selalu mengalami perubahan yang pesat dalam berbagai aspek kehidupan.
Interaksi sosial yang terjadi secara dinamis dalam proses tawar menawar bisa
mewujudkan perubahan tata nilai yang tampil sekedar sebagai pergeseran (shift) antar nilai, atau
peresengketaan (conflict) antar nilai atau bahkan dapat berupa benturan (clash) antar nilai
tersebut. Apapun bentuk dan perwujudan dari permasalahan silang budaya, harus dapat dipandu
dan dikendalikan, atau paling tidak diupayakan adanya mekanisme yang dapat menjembatani
permasalahan.
Sebuah tujuan yang ingin dicapai tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan,
namun apapun jenis dan bentuk tujuan tersebut, dalam proses pencapaiannya pasti akan ada
kendala/rintangan yang menghambat. Berikut ini, beberapa bentuk permasalahan yang dapat
memicu konflik dalam interaksi sosial adalah:

1. Etnosentrisme
Etnosentrisme secara formal didefinisikan sebagai pandangan bahwa kelompok sendiri
adalah pusat segalanya dan kelompok lain akan selalu dibandingkan dan dinilai sesuai dengan
standar kelompok sendiri." Etnosentrisme merupakan sebuah kecenderungan menghakimi nilai,
adat istiadat, perilaku atau aspek-aspek budaya lain yaitu menggunakan kelompok sendiri dan
adat istiadat kita sendiri sebagai standar bagi semua penilaian, Etnosentrisme membuat
kebudayaan diri sebagai patokan dalam mengukur baik buruknya, atau tinggi rendahnya dan
benar atau ganjilnya kebudayaan lain dalam proporsi kemiripannya dengan kebudayaan sendiri,
adanya. kesetiakawanan yang kuat dan tanpa kritik pada kelompok etnis atau bangsa sendiri
disertai dengan prasangka terhadap kelompok etnis dan bangsa yang lain. Orang-orang yang
berkepribadian etnosentris cenderung berasal dari kelompok masyarakat yang mempunyai
banyak keterbatasan baik dalam pengetahuan, pengalaman, maupun komunikasi, sehingga sangat
mudah terprofokasi. Perlu pula dipahami bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia masih
berada pada berbagai keterbatasan tersebut.

2. Misunderstanding of culture values


Secara sosiologis, manusia terdiri dari berbagai etnis dan budaya yang saling berbeda dan
mengikatkan dirinya antara satu dengan lainnya. Suatu bangsa terdiri dari berbagai suku-suku
yang beraneka ragam, masyarakat terdiri dari keluarga-keluarga yang berlainan, keluarga itu
sendiri terdiri dari individu-individu yang tidak sama. Semuanya menunjukkan adanya
perbedaan, keragaman dan keunikan, namun tetap dalam suatu persatuan Perbedaan-perbedaan
individu melebur menjadi satu kesatuan keluarga, keluarga melebur menjadi satu ikatan sosial,
keanekaan suku-suku terangkum dalam satu bangsa dan masyarakat dunia. Keseluruhan
parsialitas tersebut adalah bagian dari pluralitas.

Pluralitas dan keragaman antar suku, bangsa, agama dan budaya dalam pemahaman
kerangkan kesatuan manusia menciptakan sikap sikap moderat bagi setiap individu, itu pada satu
sisi, namun pada sisi lain akan memunculkan gesekan-gesekan yang pada akhirnya melahirkan
sikap egosentrisme yang berimplikasi pada penolakan terhadap budaya lain dengan klaim budaya
sendiri sebagai standar, dengan memaksakan nilai-nilai budayanya sebagai acuan terhadap
budaya lain.

3. Stereotip
Stereotip merupakan keyakinan yang terlalu menggenalisir, disederhanakan, atau dilebih-
lebihkan terhadap kelompok etnis tertentu Stereotip adalah mengidentifikasi individu pada basis
anggota kelompok tertentu, dan menilai diri individu tersebut. Berdasarkan pemahaman stereotip
di atas, Maka ketika kita melakukan kontak antarbudaya dengan seseorang pada dasarnya kita
sedang berkomunikasi dengan identitas etnis dari individu tersebut.
4. Prasangka
Penghambat komunikasi antarbudaya lainnya adalah prasangka. Prasangka akan selalu
merujuk pada pendapat atau penilaian seseorang sebelum kenal dengan orang tersebut.
Prasangka merupakan resistensi atau penolakan terhdap semua bukti yang akan menggesernya.
Kita cenderung menjadi emosional ketika prasangka terancam oleh hal-hal yang bersifat
kontradiktif, Prasangka merupakan sikap yang tidak beralasan terhadap out group yang
didasarkan pada komparasi dengan ingroup seseorang. Biasanya, prasangkan diekspresikan
melalui komunikasi. Prasangka merupakan jenis dari kebutuhan cultural. la menghalangi kita
untuk melihat realitas secara akurat.

Kesimpulan:
Manusia adalah makhluk sosial, maka manusia tidak akan pernah hidup

di dunia ini tanpa melakukan interaksi dengan manusia yang lain, baik dalambentuk
kelompok maupun secara individu. Bentuk interaksi Manusia dengan manusia yang lain dapat
bentuk Asosiatif maupun Disosiatif. Beberapa permasalahan yang dapat menghasilkan bentuk
interaksi sosial yang sifatnya asosiatif adalah, etnosentrisme, misunderstanding in value, streotip,
dan prasangka.

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Manusia adalah makhluk sosial, maka manusia tidak akan pernah hidup di dunia ini tanpa
melakukan interaksi dengan manusia yang lain, baik dalambentuk kelompok maupun secara
individu. Bentuk interaksi Manusia dengan manusia yang lain dapat bentuk Asosiatif maupun
Disosiatif. Beberapa permasalahan yang dapat menghasilkan bentuk interaksi sosial yang
sifatnya asosiatif adalah, etnosentrisme, misunderstanding in value, streotip, dan prasangka.

2. Saran
Adapun makalah ini yang kami buat, kami sadari kurang dari kata sempurnanya, jadi sangat
diharapkan adanya masukan berupa saran dan kritik agar tulisan ini lebih menjadi lebih baik dan
lebih bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Twistiandayani, Retno & Umah, Khairoh. (2019). Terapi Wicara dan Sosial Stories Pada
Interaksi Sosial Anak Autis. Surabaya: UMSurabaya Publishing.

Ahmad, Rendi. (2017). Partisipasi masyarakat dalam bergotong royong di Desa Batu
Timbau Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Kutai Timur.
Bakti. (2006). Ruang bermain untuk anak di kampung kota studi presepsi
lingkungan, setting dan prilaku anak di Kampung Kode Utara. Jurnal Manusia dan Lingkungan,
Vol. 13, 60-70.

Barliana, M. Syaom. (2010). Arsitektur, komunitas, dan modal sosial. Bandung: Metatekstur.

Budihardjo, Eko. (2014). Reformasi perkotaan: Mencegah wilayah urban menjadi


'human zoo'. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Elvinaro, Ardianto., dkk. (2011). Interaksi dan komunikasi masyarakat di Perumahan


Bumi Rancaekek Kencana Kabupaten Bandung sosiohumaniora, Vol. 13, 315 – 326.

Anda mungkin juga menyukai