Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

INTERAKSI SOSIAL DILINGKUNGAN PONDOK PESANTREN

ASY-SYADZILI 2

Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Disusun oleh:

Najmah Zahiroh (21115)

SEKOLAH MENENGAH ATAS ISLAM TERPADU

ASY SYADZILI

2023
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketika seorang anak beranjak menjadi remaja, maka terjadi perubahan aspek
sosialnya. Yang awalnya bersifat egosentris berubah mejadi sociable. Pada masa kanak-
kanak lebih mengutamakan relasi sosial dengan ayah, ibu, dan saudara kandung. Anak
akan merasa aman bila berada di bawah pengawasan dan perhatian orang tuanya. Relasi
anak dan orang tua lebih bersifat pemenuhan kebutuhan-kebutuhan fisiologis (makan,
minum, dan sebagainya). Begitu mereka memasuki usia remaja, kebutuhan fisiologis dan
kasih sayang orang tua akan dikesampingkan dan digantikan oleh kebutuhan akan
kehadiran teman-teman.
Masa remaja dianggap sebagai masa labil yaitu berusaha mencari jati dirinya dan
mudah sekali menerima informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran lebih lanjut.
Remaja berusaha menemukan identitas dirinya dihadapkan pada situasi yang menuntut
harus mampu menyesuaikan diri, dan bukan hanya terhadap dirinya sendiri tetapi juga
pada lingkungannya.
Bagi santri yang berusia remaja yang baru memasuki lingkungan pesantren harus
dapat menenyesuaikan diri dengan kehidupan pondok pesantren. Namun itu bukan suatu
hal yang mudah bagi para santri, peralihan dari lingkungan keluarga ke lingkungan
pesantren akan menimbulkan perubahan yang sangat berpengaruh bagi santri. Perubahan
yang terjadi pada diri dan lingkungan menuntut seorang santri melakukan penyesuaian
diri. Hal ini perlu dilakukan agar terjadi keselarasan antara pribadi santri dengan
lingkungan pesantren, sehingga santri dapat tinggal di lingkungan pesantren dengan
nyaman.
Salah satu cara santri untuk dapat menyelaraskan diri adalah dengan interaksi sosial.
Interaksi sosial merupakan bentuk hubungan yang dinamis menyangkut hubungan antara
orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang
perorangan dengan kelompok manusia. Suatu interaksi sendiri tidak akan terbentuk tanpa
adanya kontak sosial dan komunikasi yang terjalin. Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat
berupa kerjasama, persaingan bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian
(Soekanto, 2002).
Interaksi sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang
berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan nilai sosial yang diterapkan di
dalam masyarakat. Dengan adanya nilai dan norma yang berlaku, interaksi sosial itu
sendiri dapat berlangsung dengan baik jika aturan-aturan dan nilai yang ada dapat
dilakukan dengan baik. Jika tidak adanya kesadaran atas pribadi masing-masing, maka
proses sosial itu sendiri tidak dapat berjalan sesuai dengan yang kita harapkan.

B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah yang akan di uji dalam makalah ini adalah mengetahui
bagaimana interaksi sosial yang terjadi pada santri pondok pesantren.

C. Tujuan
Tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses
interaksi sosial yang terjadi pada santri pondok pesantren
BAB II
PEMBAHASAN

A. Interaksi Sosial
1. Pengertian interaksi sosial Menurut para ahli :
a. Maryati dan Suryawati (2003)
Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi
dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok
b. Murdiyatmoko dan Handayani (2004)
Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu
proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada
akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial.
c. Young dan Raymond W. Mack
Interaksi Sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis dan
menyangkut hubungan-hubungan antar individu, baik antara individu dengan
kelompok, maupun antara kelompok dengan kelompok.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah
interaksi sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia yang saling
mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan antar individu, antar
kelompok maupun atar individu dan kelompok.
2. Ciri-Ciri Interaksi Sosial
Proses interaksi sosial dalam masyarakat memiliki ciri sebagai
Berikut :
a. Adanya dua orang pelaku atau lebih
b. Adanya hubungan timbale balik antar pelaku
c. Diawali dengan adanya kontak sosial, baik secara langsung.
d. Mempunyai maksud dan tujuan yang jelas.
3. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Proses interaksi sosial dalam masyarakat terjadi apabila terpenuhi dua syarat
sebagai berikut:
a. Kontak sosial, yaitu hubungan sosial antara individu satu dengan individu lain
yang bersifat langsung, seperti dengan sentuhan, percakapn, maupun tatap
muka sebagai wujud aksi dan reaksi.
b. Komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang
lain yang dilakukan secara langsung maupun dengan alat bantu agar orang
lain memberikan tanggapan atau tindakan tertentu.
4. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
Interaksi sosial dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu asosiatif dan disosiatif.
a. Asosiatif
Interaksi sosial bersifat asosiatif akan mengarah pada bentuk penyatuan.
Interaksi sosial ini terdiri atas beberapa hal berikut.
b. Kerja sama (cooperation)
Kerjasama terbentuk karena masyarakat menyadari bahwa mereka
mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama sehingga sepakat untuk
bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Berdasarkan pelaksanaannya
terdapat empat bentuk kerjasama, yaitu bargaining (tawar-menawar),
cooptation (kooptasi), koalisi dan joint-venture (usaha patungan)
c. Akomodasi
Akomodasi merupakan suatu proses penyesuaian antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok guna
mengurangi, mencegah, atau mengatasi ketegangan dan kekacauan. Proses
akomodasi dibedakan menjadi bebrapa bentuk antara lain :
1) Coercion yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan
karena adanya paksaan contohnya: perbudakan.
2) Kompromi yaitu, suatu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang
terlibat masing-masing mengurangi tuntutannya agar dicapai suatu
penyelesaian terhadap suatu konflik yang ada.contohnya: kompromi
antara sejumlah partai politik untuk berbagi kekuasaan sesuai dengan
suara yang diperoleh masing-masing.
3) Mediasi yaitu, cara menyelesaikan konflik dengan jalan meminta bantuan
pihak ketiga yang netral.
Contoh : Seorang ayah melerai anak-anaknya yg sedang berkelahi.
4) Arbitration yaitu, cara mencapai compromise dengan cara meminta
bantuan pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak atau oleh badan
yang berkedudukannya lebih dari pihak-pihak yang bertikai.contoh :
konflik antara buruh dan pengusaha dengan bantuan suatu badan
penyelesaian perburuan Depnaker sebagai pihak ketiga.
5) Adjudication (peradilan)yaitu, suatu bentuk penyelesaian konflik melalui
pengadilan.Contoh: pembelian tanah atau rumah,tetapi mempunyai
masalah. Maka harus diselesaikan di pengadilan.
6) Stalemate yaitu, Suatu keadaan dimana pihak-pihak yang bertentangan
memiliki kekuatan yang seimbang dan berhenti melakukan pertentangan
pada suatu titik karena kedua belah pihak sudah tidak mungkin lagi maju
atau mundur.Contoh : Gencatan senjata antara kedua belah pihak yang
terjadi konflik.
7) Toleransi yaitu, suatu bentuk akomodasi tanpa adanya persetujuan
formal.Contoh : Toleransi untuk saling menghormati antar satu ras
dengan ras yang lainnya.
8) Consiliation yaitu, usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan
pihak-pihak yang berselisih bagi tercapainya suatu persetujuan
bersama.Contohnya: pertemuan beberapa partai politik di dalam lembaga
legislatif (DPR) untuk duduk bersama menyelesaikan perbedaan-
perbedaan sehingga dicapai kesepakatan bersama.
9) Asimilasi
Proses asimilasi menunjuk pada proses yang ditandai adanya usaha
mengurangi perbedaan yang terdapat diantara beberapa orang atau
kelompok dalam masyarakat serta usaha menyamakan sikap, mental, dan
tindakan demi tercapainya tujuan bersama. Asimilasi timbul bila ada
kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda,
saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat
laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya
membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.
10) Akulturasi
proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia
dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur - unsur dari
suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur -
unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan
sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu
sendiri.
d. Disosiatif
Interaksi sosial ini mengarah pada bentuk pemisahan dan terbagi dalam tiga
bentuk sebagai berikut:
1) Persaingan/kompetisi
Adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial
tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa
menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak lawannya.
2) Kontravensi
Adalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan
pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak
senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang - terangan seperti
perbuatan menghalangi, menghasut, memfitnah, berkhianat, provokasi,
dan intimidasi yang ditunjukan terhadap perorangan atau kelompok atau
terhadap unsur - unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat
berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan
atau konflik.
3) Konflik
Adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu,
akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar,
sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah yang
mengganjal interaksi sosial di antara mereka yang bertikai tersebut.
5. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial
a. Sugesti yaitu, proses pemberian pandangan atau pengaruh kepada orang lain
dengan cara tertentu sehingga pendangan atau pengaruh tersebut diikuti tanpa
berfikir panjang.Contoh : Seorang remaja putus sekolah akan dengan mudah
ikut-ikutan terlibat kenalan remaja. Tanpa memikirkan akibatnya kelak .
b. Imitasi yaitu, pembentukan nilai melalui dengan meniru cara- cara orang
lain.Contoh: Seorang anak sering kali meniru kebiasan – kebiasan orang
tuanya .
c. Identifikasi yaitu, menirukan dirinya menjadi sama dengan orang yang
ditirunya .Contoh: Seorang anak laki – laki yang begitu dekat dan akrab
dengan ayahnya suka mengidentifikasikan dirinya menjadi sama dengan ayah
nya .
d. Simpati yaitu, perasaan tertarik yang timbul dalam diri seseorang yang
membuatnya merasa seolah-olah berada dalam keadaan orang lain.Contoh:
mengucapkan ulang tahun pada hari ulang tahun merupakan wujud simpati
pada seseorang.
e. Empati yaitu, rasa haru ketika seseorang melihat orang lain mengalami
sesuatu yang menarik perhatian. Empati merupakan kelanjutan rasa simpati
yang berupa perbuatan nyata untuk mewujudkan rasa simpatinya.Contoh:
apabila kita melihat seseorang yang kecelakaan kita berempati untuk ikut
membantu korban kecelakaan itu.
f. Motivasi yaitu, dorongan yang mendasari seseorang untuk melakukan
perbuatan berdasarkan pertimbangan rasionalistis. Motivasi dalam diri
seorang muncul disebabkan faktor atau pengaruh dari orang lain sehingga
individu melakukan kontak dengan orang lain.Contoh : Pemberian tugas dari
seorang guru kepada muridnya merupakan salah satu bentuk motivasi supaya
mereka mau belajar dengan rajin dan penuh rasa tanggung jawab

B. Pondok Pesantren
1. Pengertian Pondok Pesantren
Istilah pesantren berasal dari kata pe-santri-an. Dalam Bahasa Jawa kata
“santri” berarti murid.Sedangkan istilah pondok berasal dari bahasa Arab, 
funduuq (‫دوق‬EE‫ )فن‬yang berarti penginapan.  Khusus di Aceh, pesantren disebut
dayah.Biasanya, pesantren dipimpin oleh seorang kyai.  Dalam mengatur
kehidupan di pondok pesantren, kyai menunjuk seorang santri senior yang
disebuh lurah pondok untuk mengurus adik-adik kelasnya.Tujuan para santri
dipisahkan dari orangtua dan keluarga mereka adalah agar dapat belajar hidup
mandiri dan meningkatkan hubungan dengan Allah dan dengan kyai
mereka.Berkaitan dengan istilah, ada pendapat lain yang menyebutkan bahwa
pesantren berasal dari kata santri yang dapat diartikan sebagai tempat santri.
Kata santri berasal dari kata Cantrik (bahasa Sansakerta, atau mungkin Jawa)
yang berarti orang yang selalu mengikuti guru, yang kemudian dikembangkan
oleh Perguruan Taman Siswa dalam sistem asrama yang disebut Pawiyatan.Istilah
santri juga ada dalam bahasa Tamil yang berarti guru mengaji, sedangkan
antropologi C.C Berg berpendapat,  kata tersebut berasal dari istilah shastri, yang
dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau
seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu.Terkadang santri juga dianggap
sebagai gabungan kata “saint” (manusia baik) dengan suku kata “tra” (suka
menolong), sehingga pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-
baik.
2. Kelahiran
Umumnya, suatu pondok pesantren bermula dari adanya seorang kyai di suatu
tempat, kemudian datang santri yang ingin belajar agama kepadanya.Setelah
semakin hari semakin banyak santri yang datang,  timbullah gagasan untuk
mendirikan pondok atau asrama di samping rumah kyai.Pada zaman dahulu,  kyai
tidak merencanakan bagaimana membangun pondoknya itu,  namun yang terpikir
hanyalah bagaimana mengajarkan ilmu agama supaya dapat dipahami dan
dimengerti oleh para santri.Kyai saat itu belum memberikan perhatian atas
tempat-tempat yang didiami oleh para santri, yang umumnya sangat kecil dan
sederhana.Mereka menempati sebuah gedung atau rumah kecil yang mereka
dirikan sendiri di sekitar rumah kyai.Semakin banyak jumlah santri, maka
bertambah pula rumah yang didirikan.Para santri selanjutnya mempopulerkan
keberadaan pondok pesantren tersebut, sehingga menjadi terkenal ke mana-mana,
seperti pondok-pondok yang lahir pada zaman Walisongo.
3. Ajaran
Pesantren pada mulanya merupakan pusat penggemblengan nilai-nilai dan
penyiaran agama Islam.  Namun, dalam perkembangannya, lembaga ini semakin
meluaskan wilayah garapannya yang tidak selalu mengakselerasikan mobilitas
vertikal (dengan penjejelan materi-materi keagamaan), tapi juga mobilitas
horizontal (kesadaran sosial).Pesantren kini tidak lagi berkutat pada kurikulum
yang berbasis keagamaan dan cenderung melangit, namun juga kurikulum yang
menyentuh persoalan kekinian masyarakat.Dengan demikian, pesantren tidak bisa
lagi didakwa semata-mata sebagai lembaga keagamaan murni, tetapi juga
(seharusnya) menjadi lembaga sosial yang terus merespons berbagai persoalan
masyarakat di sekitarnya.Maka kini muncul pondok pesantren moderen.
Moderenisasi pesantren disebabkan oleh beberapa hal.Pertama, munculnya
wacana penolakan taqlid (mengikuti tanpa alas an) dengan “kembali kepada Al-
Quran dan Sunnah” sebagai isu sentral yang mulai dibicarakan sejak tahun 1900.
Sejak saat itu,  perdebatan antara kaum tua dan kaum muda, atau kalangan
reformis dengan kalangan ortodoks atau konservatif, mulai mengemuka sebagai
wacana publik.Kedua, kian mengemukanya wacana perlawanan nasional atas
kolonialisme Belanda.Ketiga, terbitnya kesadaran kalangan Muslim untuk
memperbarui organisasi ke-Islaman mereka yang berkonsentrasi dalam aspek
sosial ekonomi.Keempat,  dorongan kaum Muslim untuk memperbaharui sistem
pendidikan Islam.Salah satu dari keempat faktor tersebut dalam pandangan Karel
A. Steenbrink, sejatinya selalu menjadi sumber inspirasi para pembaharu Islam
untuk melakukan perubahan Islam di Indonesia.
4. Budaya
Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang merupakan
produk budaya Indonesia.Keberadaan Pesantren di Indonesia dimulai sejak Islam
memasuki negeri ini dengan mengadopsi sistem pendidikan keagamaan yang
sebenarnya telah lama berkembang sebelum kedatangan Islam di
Nusantara.Sebagai lembaga pendidikan yang telah lama berakar di negeri ini,
pondok pesantren diakui memiliki andil yang sangat besar dalam perjalanan
sejarah bangsa Indonesia.Banyak pesantren di Indonesia hanya membebankan
para santrinya dengan biaya yang rendah, meskipun beberapa pesantren moderen
menerapkan biaya yang relative tinggi.Organisasi massa (ormas) Islam yang
paling banyak memiliki pesantren adalah Nahdlatul Ulama (NU).Ormas Islam
lainnya yang juga memiliki banyak pesantren adalah Al-Washliyah, Hidayatullah,
Muhammadiyah dan Persis (Persatuan Islam).

C. Interaksi Sosial Santri di Dalam Lingkungan Pondok Pesantren


Bentuk-bentuk interaksi antar sesama anggota terlihat melalui berbagai kegiatan di
pesantren tersebut misalnya dalam kegiatan:
1. Sekolah Diniyah
Sekolah diniyah di pesantren ini dilakukan setiap hari kecuali hari Jumat, Sabtu
dan Ahad dari pukul 07.30 wib hingga pukul 08.30 wib.
2. Kegiatan Bersih-bersih
Kegiatan bersih-bersih berlangsung setiap hari Jum’at dilakukan pagi hari mulai
pukul 07.00 wib pagi hingga pukul 09.00 wib. Kegiatan kerja bakti masal
dilakukan meliputi bersih-bersih lapangan sekitar, gedung-gedung, maupun
pembuatan parit-parit drainase lingkungan pondok pesantren.
3. Muhadoroh (latihan ceramah)
Kegiatan muhadoroh di pesantren dilakukan setiap malam sabtu selepas sholat
isya, kegiatan ini bertujuan untuk memupuk bakat santri pondok pesantren agar
mampu dan juga berbakat dalam bidang public speaking yang dapat di
implementasikan dalam bidang dakwah.Observasi yang di lakukan ini akan lebih
berfokus pada interaksi sosial dalam kegiatan bersih-bersih atau kerja bakti masal
yang di lakukan santri yang berusia remaja
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Interaksi sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan
yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan nilai sosial yang diterapkan
di dalam masyarakat. Dengan adanya nilai dan norma yang berlaku, interaksi sosial
itu sendiri dapat berlangsung dengan baik jika aturan-aturan dan nilai yang ada dapat
dilakukan dengan baik. Jika tidak adanya kesadaran atas pribadi masing-masing,
maka proses sosial itu sendiri tidak dapat berjalan sesuai dengan yang kita harapkan.
B. Saran
Pembaca sebaiknya tidak hanya membaca dari materi makalah ini saja karena
masih banyak refrensi yang lain yang lebih lengkap yang membahas materi dari
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hurlock, B. E. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Kuswanto dan Bambang Siswanto. 2003. Sosiologi. Solo: Tiga Serangkai.
Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai