Interaksi sosial terjadi saat masih bayi terutama dengan pengasuhnya, kemudian berlanjut
dengan anggota keluarga, teman sepermainan, sekolah, kolega orang lain. Misalnya, makanan
kita sehari-hari merupakan hasil kerja keras para petani, rumah adalah hasil dari kerja sama para
pekerja bangunan, dan bahkan kebahagiaan yang didapat pun kebanyakan terjadi akibat dari
interaksi sosial, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam interaksi sosial, hubungan yang terjadi harus dilakukan secara timbal balik oleh
kedua belah pihak. Artinya kedua belah pihak harus saling merespon. Jika yang satu bertanya
maka dia menjawab, jika diminta bantuan dia membantu, jika diajak bermain dia ikut main. Lalu
mengapa manusia berinteraksi sosial? Terdapat beberapa faktor yang mendorong manusia untuk
berinteraksi.
3. Faktor identifikasi,
yakni kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang
untuk menjadi sama dengan orang lain.
Contohnya, seorang anak yang mengidolakan figur publik, sehingga semua tingkah laku
idolanya akan diikuti dan dilakukan.
4. Faktor simpati,
merupakan kemampuan untuk merasakan diri seolah-olah dalam keadaan orang lain dan
ikut merasakan apa yang dilakukan, dialami, atau diderita orang lain. Contohnya adalah
ketika ada tetangga yang tertimpa musibah, maka kita ikut merasakan kesedihannya dan
berusaha membantunya.
Faktor-faktor tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri, secara terpisah maupun dalam keadaan
tergabung.
Namun tidak semua tindakan manusia seperti itu merupakan interaksi sosial. Tindakan yang
bagaimana yang dapat dikatakan sebagai interaksi sosial? Tindakan tersebut harus memenuhi
syarat atau ciri-ciri interaksi sosial di bawah ini.
2. Syarat Interaksi Sosial
Syarat terjadinya interaksi sosial adalah berbagai ciri-ciri yang menjadi penanda suatu proses
interaksi sosial sedang terjadi.
Proses interaksi sosial akan terjadi apabila memiliki syarat berikut ini.
1. Jumlah pelakunya lebih dari seorang, biasanya dua atau lebih.
2. Berlangsung secara timbal-balik (saling berbalas atau tidak satu arah).
3. Adanya komunikasi antarpelaku dengan menggunakan simbol-simbol yang disepakati
(misalnya menggunakan bahasa yang sama-sama dikuasai).
4. Adanya suatu tujuan tertentu (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 88).
3. Aturan Interaksi Sosial
Saat interaksi sosial berlangsung di dalam masyarakat akan terdapat aturan yang mengatur
perilaku manusia dalam berinteraksi.
Aturan-aturan tersebut meliputi beberapa hal di bawah ini.
1. Aturan mengenai ruang,
yakni aturan di mana terjadinya interaksi sosial tersebut. Misalnya, interaksi yang terjadi
di rumah antara orang tua dengan anak, anak dengan anak. Interaksi di sekolah antara
teman dengan teman, siswa dengan kepala sekolah, guru, dan karyawan. Interaksi di
masyarakat antara teman sebaya dan dengan orang yang lebih tua.
2. Aturan mengenai waktu,
aturan mengenai kapan interaksi sosial itu terjadi. Misalnya, interaksi sosial dulu dan
sekarang.
3. Pertentangan (Konflik)
Pertentangan atau konflik adalah suatu proses di mana individu atau kelompok berusaha
untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman
dan kekerasan. Konflik dikatakan telah terjadi jika kedua pihak berusaha saling menggagalkan
tujuan masing-masing.
Konflik dapat disebabkan oleh:
1. perbedaan antara individu-individu,
2. berbagai perbedaan kebudayaan,
3. perbedaan kepentingan, dan
4. perubahan sosial.
Bentuk-bentuk pertentangan atau konflik yang terjadi di masyarakat seperti konflik pribadi,
konflik sosial, konflik antarkelas-kelas sosial, konflik politik, dan konflik internasional.
Akibat pertentangan (konflik) dapat meliputi harta benda hancur, kebahagiaan keluarga
terampas, dan bisa sampai banyak nyawa terenggut secara paksa.
Pengaruh interaksi sosial terhadap pembentukan lembaga sosial amatlah besar, karena
Interaksi sosial yang terjalin secara berpola akan menghasilkan lembaga sosial. Melalui interaksi
sosial manusia saling bekerja sama, menghargai, menghormati, atau berkompetisi untuk
mencapai hal yang lebih baik.
Melalui berbagai sikap dan perlakuan tersebutlah, tercipta aktivitas yang diulang-ulang dan
terpola untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Akibatnya timbul pula kebutuhan keteraturan dan
ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat yang mendorong munculnya lembaga sosial.
Bertemunya orang perorangan atau kelompok dalam pergaulan hidup akan menghasilkan
suatu kelompok sosial yang hidup bersama yang membutuhkan suatu aturan. Suatu lembaga
sosial terbentuk akibat dari berbagai aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan melalui
interaksi sosial.
Peristiwa aktivitas manusia yang selalu diulang-ulang dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan
mencari berbagai alternatif kebutuhan itu akhirnya melembaga dan melekat pada masing-masing
individu.
C. Lembaga Sosial
1. Pengertian Lembaga Sosial
Lembaga sosial adalah lembaga yang mengatur rangkaian tata cara dalam memenuhi
kebutuhan manusia dalam menjalani kehidupan dengan tujuan mendapatkan keteraturan hidup
(Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 120).
Terbentuknya lembaga sosial berawal dari kebutuhan masyarakat akan keteraturan kehidupan
bersama. Lembaga sosial terbentuk dari norma-norma yang dianggap penting dalam hidup
bermasyarakat. Pada awalnya norma-norma tersebut terbentuk secara tidak sengaja berdasarkan
kebutuhan manusia.
Namun lama-kelamaan norma-norma tersebut dibuat secara sadar. Misalnya dalam bidang
ekonomi, dahulu dalam jual beli, seorang perantara tidak harus diberi bagian dari keuntungan.
Kemudian terjadi perubahan kebiasaan bahwa perantara harus mendapat bagiannya.
Hal tersebut terjadi karena masyarakat menganggap perantara memiliki peranan penting dalam
proses jual-beli. Lama-kelamaan hak komisi penjualan tanah itu juga bahkan dilindungi oleh
hukum.
a. Ciri Lembaga Sosial
Tidak semua norma dan aturan-aturan yang ada di masyarakat dapat disebut lembaga sosial.
Karena untuk menjadi sebuah lembaga kemasyarakatan, kumpulan norma mengalami proses
yang panjang.
Sistem norma atau aturan-aturan yang dapat kategorikan sebagai lembaga sosial harus memiliki
syarat atau ciri-ciri sebagai berikut:
1. sebagian besar anggota masyarakat menerima norma tersebut,
2. norma tersebut menjiwai seluruh warga dalam sistem sosial,
3. norma tersebut mempunyai sanksi yang mengikat setiap anggota masyarakat.
b. Tingkatan Norma
Sejalan dengan terbentuknya norma untuk menertibkan hubungan antara manusia di dalam
suatu masyarakat, tercipta pula tingkatan norma sosial yang berbeda. Ada norma yang memiliki
ikatan sangat kuat, ada pula norma yang kekuatan mengikatnya lemah.
Tingkatan norma dalam masyarakat terdiri dari cara (usage), kebiasaan (folksway), tata kelakuan
(mores), dan adat istiadat (customs).
Berikut adalah penjelasan masing-masing tingkatan norma masyarakat.
1. Cara (Usage),
yakni norma yang lebih terlihat pada perbuatan individu dalam masyarakat.
Penyimpangan dalam norma cara ini tidak akan mendapatkan hukuman berat akan tetapi
hanya sekedar celaan. Contohnya saat seseorang membung sampah semabarangan atau
berpakaian kurang pantas cenderung akan mendapat celaan.
2. Kebiasaan (Folksway),
adalah norma perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama.
Contohnya kebiasaan memberi hormat kepada yang lebih tua usianya, mendahulukan
orang yang sudah lanjut usia ketika sedang antri, dan sebagainya. Biasanya mereka yang
melanggar akan dikenakan sanksi sosial berupa teguran atas penyimpangan terhadap
kebiasaan tersebut.