Anda di halaman 1dari 40

Interaksi Sosial ( Pengertian, Syarat, Ciri, Faktor, Bentuk, Jenis )

Interaksi Sosial - Dalam artikel kali ini akan dibahas secara detail tentang Interaksi Sosial, Pengertian Interaksi Sosial, Syarat Terjadinya
Interaksi Sosial, Ciri-Ciri Interaksi Sosial, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Interaksi Sosial, Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial,
Interaksi Sosial sebagai Wujud Status dan Peranan Sosial, Jenis - jenis interaksi sosial.
Sebagai bahan acuan pembuatan makalah anda dapat melihat disini

1. Pengertian Interaksi Sosial

Interaksi Sosial adalah hubungan timbal balik anatara dua orang atau lebih, dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan
peran secara aktif. Dalam interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak- pihak yang terlibat melainkan terjadi saling
mempengaruhi.
Pengertian Interaksi Sosial Menurut Para Ahli :

 Pengertian Interaksi Sosial Menurut Homans ( dalam Ali, 2004: 87) mendefinisikan interaksi sebagai suatu kejadian ketika suatu
aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu
tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya. Konsep yang dikemukakan oleh Homans ini mengandung pengertian
bahwa interaksi adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksi merupakan suatu stimulus bagi tindakan
individu lain yang menjadi pasangannya.

 Pengertian Interaksi sosial menurut Bonner ( dalam Ali, 2004) merupakan suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu,
dimana kelakuan individu mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi individu lain atau sebaliknya.

 Pengertian Interaksi Sosial Menurut John Lewis Gillin [1]


"Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial dinamis yang menyangkut hubungan antarindividu, antara individu dan
kelompok, atau antar kelompok."
 2. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Berdasarkan pendapat menurut Tim Sosiologi (2002), interaksi sosial dapat berlangsung jika memenuhi dua syarat di bawah ini, yaitu (p. 26)
:

Kontak sosial
Adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan awal terjadinya interaksi sosial, dan masing - masing pihak saling
bereaksi antara satu dengan yang lain meski tidak harus bersentuhan secara fisik.

b. Komunikasi
Artinya berhubungan atau bergaul dengan orang lain.

 3. Ciri-Ciri Interaksi Sosial

 Menurut Tim Sosiologi (2002), ada empat ciri - ciri interaksi sosial, antara lain (p. 23) :
a. Jumlah pelakunya lebih dari satu orang
b. Terjadinya komunikasi di antara pelaku melalui kontak sosial
c. Mempunyai maksud atau tujuan yang jelas
d. Dilaksanakan melalui suatu pola sistem sosial tertentu

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Interaksi Sosial

 Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada beberapa faktor berikut ini.
 
a. Sugesti
Sugesti adalah pemberian pengaruh pandangan seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu, sehingga orang tersebut mengikuti
pandangan/pengaruh tersebut tanpa berpikir panjang. Sugesti biasanya dilakukan oleh orang yang berwibawa, mempunyai pengaruh besar,
atau terkenal dalam masyarakat. Contoh sugesti salah satunya adalah obat yang harganya mahal yang merupakan produk impor dianggap
pasti manjur menyembuhkan penyakit. Anggapan tersebut merupakan sugesti yang muncul akibat harga obat yang mahal dan embel-embel
produk luar negeri.

b. Imitasi
Imitasi adalah tindakan atau usaha untuk meniru tindakan orang lain sebagai tokoh idealnya. Imitasi cenderung secara tidak disadari
dilakukan oleh seseorang. Imitasi pertama kali akan terjadi dalam sosialisasi keluarga. Misalnya, seorang anak sering meniru kebiasaan-
kebiasaan orang tuanya seperti cara berbicara dan berpakaian. Namun, imitasi sangat dipengaruhi oleh lingkungannya terutama lingkungan
di sekolah. Karena seseorang (terutama saat seseorang sudah menginjak usia remaja) cenderung lebih sering di sekolah dan bersosialisasi
dengan temannya dengan berbagai macam kebiasaan.
 
c. Identifikasi
Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain. Identifikasi mengakibatkan
terjadinya pengaruh yang lebih dalam dari sugesti dan imitasi karena identifikasi dilakukan oleh seseorang secara sadar.

Contoh identifikasi: seorang pengagum berat artis terkenal, ia sering mengidentifikasi dirinya menjadi artis idolanya dengan meniru model
rambut, model pakaian, atau gaya perilakunya dan menganggap dirinya sama dengan artis tersebut.
 
d. Simpati
Simpati adalah suatu proses seseorang yang merasa tertarik pada orang lain. Perasaan simpati itu bisa juga disampaikan kepada
seseorang atau sekelompok orang atau suatu lembaga formal pada saat-saat khusus. Contoh simpati adalah pada peringatan ulang tahun,
pada saat lulus ujian, atau pada saat mencapai suatu prestasi.
 
e. Empati
Empati adalah kemampuan mengambil atau memainkan peranan secara efektif dan seseorang atau orang lain dalam konsidi yang sebenar-
benarnya, seolah-olah ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain tersebut seperti rasa senang, sakit, susah, dan bahagia. Empat
hampir mirip dengan sikap simpati. Perbedaannya, sikap empati lebih menjiwai atau lebih terlihat secara emosional. Contoh empati adalah
saat kita turut merasakan empati terhadap masyarakat Yogyakarta yang menjadi korban letusan Gunung Merapi.
 
f. Motivasi
Motivasi adalah dorongan, rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang diberikan seorang individu kepada individu yang lain sedemikian rupa
sehingga orang yang diberi motivasi tersebut menuruti atau melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional, dan penuh
tanggung jawab. Contoh motivasi adalah guru yang memberikan motivasi kepada siswanya supaya siswanya semakin giat belajar.

Tidak selamanya interaksi berjalan sesuai dengan rencana. Kontak sosial yang berlangsung kadang-kadang dapat berjalan sesuai dengan
apa yang kita inginkan, namun sebaliknya suatu interaksi akan mengalami gangguan dan bahkan terhenti seandainya terjadi hal-hal berikut:
Subjek-subjek yang terlibat dalam interaksi tidak mempunyai harapan lagi untuk mencapai tujuan. Interaksi yang terjadi tidak lagi bermanfaat
atau tidak mendatangkan keuntungan. Tidak adanya adaptasi atau penyesuaian antara pihak-pihak yang saling berinteraksi. Salah satu
pihak atau keduanya tidak bersedia lagi mengadakan interaksi.

 5. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Hubungan yang terjadi antar warga masyarakat berlangsung sepanjang waktu. Rentang waktu yang panjang serta banyaknya warga yang
terlibat dalam hubungan antar warga melahirkan berbagai bentuk interaksi sosial.

Di mana pun dan kapan pun kehidupan sosial selalu diwarnai oleh dua kecenderungan yang saling bertolak belakang. Di satu sisi manusia
berinteraksi untuk saling bekerja sama, menghargai, menghormati, hidup rukun, dan bergotong royong. Di sisi lain, manusia berinteraksi
dalam bentuk pertikaian, peperangan, tidak adanya rasa saling memiliki, dan lain-lain. Dengan demikian interaksi sosial mempunyai dua
bentuk, yakni interaksi sosial yang mengarah pada bentuk penyatuan (proses asosiatif) dan mengarah pada bentuk pemisahan (proses
disosiatif).

1. Proses asosiatif

Interaksi sosial asosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang menghasilkan kerja sama. Ada beberapa bentuk interaksi sosial asosiatif, antara
lain sebagai berikut.
 
a. Kerja Sama (Cooperation)

Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan
bersama.

Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang
bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut;
kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama
yang berguna.

Ada beberapa bentuk interaksi sosial yang berupa kerja sama, yaitu:

    Bargaining adalah pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang atau jasa antara dua organisasi atau lebih.
    Cooptation (kooptasi) adalah suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu
organisasi untuk menghindari kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan.
    Coalition (koalisi) adalah kerja sama yang dilaksanakan oleh dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama. Koalisi dapat
menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu, karena dua organisasi atau lebih tersebut mungkin mempunyai struktur
yang berbeda satu sama lain.
    Join venture adalah kerja sama dengan pengusaha proyek tertentu untuk menghasilkan keuntungan yang akan dibagi menurut proporsi
tertentu. Join venture jika diterjemahkan akan menjadi ‘usaha patungan’.

b. Akomodasi (Accomodation)

Akomodasi adalah suatu proses di mana orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia yang mula-mula saling bertentangan, saling
mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan.

Bentuk-bentuk akomodasi adalah sebagai berikut:

    Tolerant participation (toleransi) adalah suatu watak seseorang atau kelompok untuk sedapat mungkin menghindari perselisihan. Individu
semacam itu disebut tolerant.
    Compromise (kompromi) adalah suatu bentuk akomodasi di mana masing-masing pihak mengerti pihak lain sehingga pihak-pihak yang
bersangkutan mengurangi tuntutannya agar tercapai penyelesaiannya terhadap perselisihan. Kompromi dapat pula disebut perundingan.
    Coercion (koersi) adalah bentuk akomodasi yang proses pelaksanaannya menggunakan paksaan. Pemaksaan terjadi bila satu pihak
menduduki posisi kuat, sedangkan pihak lain dalam posisi lemah.
    Arbitration adalah proses akomodasi yang proses pelaksanaannya menggunakan pihak ketiga dengan kedudukan yang lebih tinggi dari
kedua belah pihak yang bertentangan. Penentuan pihak ketiga harus disepakati oleh dua pihak yang berkonflik. Keputusan pihak ketiga ini
bersifat mengikat.Mediasi adalah menggunakan pihak ketiga yang netral untuk menyelesaikan kedua belah pihak yang bertikai. Berbeda
dengan arbitration, keputusan pihak ketiga ini bersifat tidak mengikat.
    Concilation adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan yang berselisih agar tercapai persetujuan bersama. Biasanya dilakukan
melalui perundingan.
    Ajudication adalah penyelesaian perkara melalui pengadilan. Pada umumnya cara ini ditempuh sebagai alternatif terakhir dalam
penyelesaian konflik.
    Stalemate adalah suatu akomodasi semacam balance of power (politik keseimbangan) sehingga kedua belah pihak yang berselisih
sampai pada titik kekuatan yang seimbang. Posisi itu sama dengan zero option (titik nol) yang sama-sama mengurangi kekuatan serendah
mungkin. Dua belah pihak yang bertentangan tidak dapat lagi maju atau mundur.
    Segregasi adalah upaya saling memisahkan diri atau saling menghindar di antara pihak-pihak yang bertentangan dalam rangka
mengurangi ketegangan.
    Gencatan senjata adalah penangguhan permusuhan atau peperangan dalam jangka waktu tertentu. Masa penangguhan digunakan untuk
mencari upaya penyelesaian konflik di antara pihak-pihak yang bertikai.

C. Akulturasi

Akulturasi adalah suatu proses yang timbul apabila suatu kelompok manusia dan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari
kebudayaan asing dengan sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima tanpa menyebabkan hilangnya
kepribadian kebudayaan itu sendiri.

Biasanya unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima adalah unsur kebudayaan kebendaan dam peralatan yang sangat mudah
dipakai dan dirasakan sangat bermanfaat seperti komputer, handphone, mobil, dan lain-lain. Sedangkan kebudayaan asing yang sulit
diterima adalah unsur kebudayaan asing yang sulit diterima adalah unsur kebudayaan yang menyangkut ideologi, keyakinan, atau nilai
tertentu yang menyangkut prinsip hidup seperti paham komunisme, kapitalisme, liberalisme, dan lain-lain.
 d. Asimilasi (assimilation)

Asimilasi adalah usaha mengurangi perbedaan yang terdapat di antara beberapa orang atau kelompok serta usaha menyamakan sikap,
mental, dan tindakan demi tercapainya tujuan bersama. Contoh asimilasi antar dua kelompok masyarakat adalah upaya untuk membaurkan
etnis Tionghoa dengan masyarakat pribumi.

Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi antara lain adalah:

     Toleransi

     Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi

     Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya

     Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat

     Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan

     Perkawinan campuran (amalgamation)

     Adanya musuh bersama dari luar


Selain beberapa faktor yang mempermudah terjadinya asimilasi, ada pula faktor-faktor yang menghambat asimilasi. Antara lain sebagai
berikut:

     Adanya isolasi kebudayaan dari salah satu kebudayaan kelompok

     Minimnya pengetahuan dari salah satu kebudayaan kelompok atas kebudayaan kelompok lain

     Ketakutan atas kekuatan kebudayaan kelompok lain

     Perasaan superioritas atas kebudayaan kelompok tertentu

     Adanya perbedaan ciri-ciri badaniah

     Adanya perasaan in-group yang kuat

     Adanya diskriminasi

     Adanya perbedaan kepentingan antar kelompok

2. Proses Disosiatif

Interaksi sosial disosiatif merupakan bentuk interaksi sosial yang menghasilkan sebuah perpecahan. Ada beberapa bentuk interaksi sosial
disosiatif, antara lain sebagai berikut:
 
a. Persaingan (competition)

Persaingan adalah proses sosial yang ditandai dengan adanya saling berlomba atau bersaing antar individu atau antar kelompok tanpa
menggunakan ancaman atau kekerasan untuk mengejar suatu nilai tertentu supaya lebih maju, lebih baik, atau lebih kuat.

Contoh persaingan adalah saat siswa bersaing untuk mendapatkan peringkat pertama atau pada saat berlangsungnya suatu pertandingan.

b. Kontravensi (contravention)
Kontravensi adalah suatu bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan konflik. Bentuk kontravensi ada 5 yaitu:
 
Kontravensi yang bersifat umum. Seperti penolakan, keenganan, gangguan terhadap pihak lain, pengacauan rencana pihak lain, dan
perbuatan kekerasan. Kontravensi yang bersifat sederhana. Seperti memaki-maki, menyangkal pihak lain, mencerca, memfitnah, dan
menyebarkan surat selebaran. Kontravensi yang bersifat intensif. Seperti penghasutan, penyebaran desas-desus, dan mengecewakan pihak
lain. Kontravensi yang bersifat rahasia. Seperti menumumkan rahasia pihak lain dan berkhianat. Kontravensi yang bersifat taktis. Seperti
intimidasi, provokasi, mengejutkan pihak lawan, dan mengganggu atau membingungkan pihak lawan.

c. Konflik

Konflik adalah suatu proses sosial di mana orang perorangan atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuan dengan jalan
menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan. Faktor-faktor penyebab terjadinya konflik adalah:

    Adanya perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan
    Berprasangka buruk kepada pihak lain
    Individu kurang bisa mengendalikan emosi
    Adanya perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok
    Persaingan yang sangat tajam sehingga kontrol sosial kurang berfungsi

6. Interaksi Sosial sebagai Wujud Status dan Peranan Sosial


a. Kedudukan (Status)
Status (kedudukan) adalah posisi sosial yang merupakan tempat di mana seseorang menjalankan kewajiban-kewajiban dan berbagai
aktivitas lain sekaligus merupakan tempat bagi seseorang untuk menanamkan harapan-harapan.

b. PerananPeranan merupakan aspek dinamis kedudukan atau status. Peranan adalah perilaku yang diharapkan oleh pihak lain dalam
melaksanakan hal dan kewajiban sesuai dengan status yang dimilikinya.

7. Jenis - jenis interaksi sosial

 Menurut Maryati dan Suryawati (2003) interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam, yaitu (p. 23) :

1. Interaksi antara individu dan individu

Dalam hubungan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif. Interaksi positif, jika jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan.
Interaksi negatif, jika hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan).

2. Interaksi antara individu dan kelompok


Interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam - macam sesuai
situasi dan kondisinya.

3. Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok


Interaksi sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua
perusahaan untuk membicarakan suatu proyek.

 8. Aturan - aturan dalam interaksi sosial

Dalam kajian sosiologis, ada beberapa aturan mengenai interaksi sosial yang berbeda dengan kelima faktor yang telah disebutkan di atas.
Karl dan Yoels (1979) menyebutkan 3 jenis aturan dalam interaksi sosial, yaitu sebagai berikut :
1. Aturan Mengenai Ruang. Karl & Yoels mendasarkan teorinya pada karya Edward T. Hall (1982) mengenai konsep jarak sosial. Menurut
Hall, dalam situasi sosial orang cendrung menggunakan empat macam jarak, yaitu jarak intim (intimate distance), jarak pribadi (personal
distance), jarak sosial (social distance), dan jarak publik (public distance).
Pada jarak intim (sekitar 0-45 cm), terjadi keterlibatan intensif panca indera dengan tubuh orang lain. contoh, dua orang yang melakukan
olah raga jarak dekat seperti sumo dan gulat. Apabila seseorang terpaksa berada pada jarak intim, seperti di dalam bus atau kereta yang
penuh sesak, ia akan berusaha sebisa mungkin menghindari kontak tubuh dan kontak pandangan mata dengan orang di sekitarnya. Jarak
pribadi (sekitar 45 cm – 1,22 m) cendrung dijumpai dalam interaksi antara orang yang berhubungan dekat, seperti suami-istri atau ibu dan
anak. Pada jarak sosial (sekitar 1,22 m – 3,66 m), orang yang berinteraksi dapat berbicara secara wajar dan tidak saling menyentuh.
Contoh, interaksi dalam pertemuan santai (dengan teman, guru, dan sebagainya). Interaksi di dalam rapat pekerjaan formal juga masuk ke
dalam jarak ini. Sementara jarak publik (di atas 3,66 m) umumnya dipelihara oleh orang yang harus tampil di depan umum, seperti politisi
dan aktor. Semakin besar jarak, semakin keras pula suara yang harus dikeluarkan. Kata dan kalimat semakin dipilih secara sek sama.
2. Aturan Mengenai Waktu. Waktu juga dapat mengatur interaksi, misalnya, di masyarakat yang kurang disiplin sering dijumpai ketiadaan
orientasi waktu atau dikenal denga istilah “jam karet”. Keterlambatan kedatangan bus, pesawat, kereta menjadi hal biasa. Tapi jika kondisi
ini terjadi di negara maju, banyak aktivitas orang menjadi terganggu. Contoh lain, di masyarakat kita, keterlambatan seorang pembicara
datang ke sebuah seminar bukanlah hal yang perlu dibesar-besarkan. Sementara itu di masyarakat eropa seperti inggris misalnya,
pembicara ini akan dianggap sebagai orang yang tidak bertanggunjawab dan menghina majelis seminar.
3. Aturan Mengenai Gerak Tubuh. Komunikasi non verbal merupakan bentuk komunikasi pertama bagi manusia. Komunikasi non verbal ini
terkadang, disadari atau tidak, digunakan seseorang untuk menyampaikan pesan dalam interaksinya dengan orang lain. contoh,
memicingkan mata, menjulurkan lidah, mengangkat bahu, menganggukkan kepala, mengerutkan dahi, mengangkat ibu jari, atau
membungkukkan badan. Namun demikian, makna komunikasi ini bisa berbeda antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Oleh
karena itu, komunikasi non verbal hanya efektif dilakukan dalam interaksi antar anggota masyarakat yang memiliki pemaknaan yang sama
terhadapnya.

9. Sumber Informasi yang mendasari interaksi sosial


Selain membahas tentang aturan-aturan dalam interaksi sosial, Karl dan Yoels juga membahas tentang sumber-sumber informasi yang
mendasari interaksi seseorang denga orang lain. sama seperti Goffman yang menyatakan bahwa seseorang akan berusaha mencari
informasi tentang orang lain yang ditemuinya agar dapat mendefinisikan situasi, Karl dan Yoels pun menyatakan bahwa apabila seseorang
baru menjumpai orang lain yang belum dikenal, ia akan berusaha mencari informasi tentang orang itu. Menurut Karl dan Yoels, ada
beberapa sumber informasi. Diantaranya sebagai berikut :

a) Warna Kulit.
Ciri seseorang yang dibawa sejak lahir seperti jenis kelamin, usia, dan ras sangat menentukan interaksi terutama pada masyarakat yang
sehari-harinya berada di lingkungan yang diskriminatif. Contoh, di negara Afrika Selatan pada era apartheid, orang kulit putih cendrung tidak
mau berinteraksi dengan orang kulit hitam. Orang-orang kulit putih menganggap orang kulit hitam cenderung berprilaku kriminal.

b) Usia.
Cara seseorang berinteraksi dengan orang yang lebih tua seringkali berbeda dengan orang yang sebaya, atau orang yang lebih muda
seperti adik, kakak, atau teman sepermainan.

c) Jenis kelamin
Jenis kelamin juga bisa mempengaruhi interaksi seseorang terhadap yang lainnya. Contoh, laki-laki cenderung menghindari sekelompok
perempuan yang tengah membicarakan kosmetik atau model sepatu terbaru. Sebaliknya, perempuan pun cenderung menghindari dari
percakapan laki-laki tentang elektronik atau otomotif.

d) Penampilan Fisik.
Selain warna kulit, usia, dan jenis kelamin, penampilan fisik juga sering menjadi sumber informasi dalam interaksi sosial. Umumnya, yang
pertama kali dilihat dalam interaksi adalah penampilan fisik seseorang. Ada beberapa penelitian yang memperlihatkan bahwa orang yang
berpenampilan menarik cenderung lebih mudah mendapatkan pasangan daripada orang dengan penampilan kurang menarik.

e) Bentuk Tubuh.
Menurut penelitian Well & Siegal, orang cenderung menganggap bahwa terdapat kaitan antara bentuk tubuh dengan sifat seseorang. Orang
yang memiliki tubuh endomorph (bulat,gemuk) dianggap memiliki sifat tenang, santai, dan pemaaf. Orang yang memiliki tubuh mesomorph
(atletis, berotot) dianggap memiliki sifat dominan, yakin, dan aktif. Sementara orang yang bertubuh ectomorph (tinggi, kurus) dianggap
bersifat tegang dan pemalu.

f) Pakaian
Sumber informasi juga dapat diperoleh dari pakaian seseorang, seringkali seseorang yang berpakaian seperti eksekutif muda lebih dihormati
dibandingkan dengan orang yang berpakaian seperti gelandangan.

g) Wacana
Dari pembicaraan seseorang, kita pun dapat memperoleh informasi tentang dirinya. Kadang-kadang kita mendengar seseorang berbicara
bahwa ia baru saja bertemu dengan direktur sebuah perusahaan terkenal atau dengan seorang gubernur. Dari perkataan orang tersebut
bisa diperoleh informasi dengan siapa kita berbicara. Dengan kata lain, kita bisa menebak status orang berdasarkan pembicaraannya.
Meskipun pada kenyataannya, terdapat pula orang yang tidak berkata jujur tentang dirinya.

Tahapan Pendekatan dan Perenggangan Hubungan dalam Interaksi Sosial

Menurut Mark L. Knapp dalam bukunya Social Intercourse : From Greeting to Goodbye (1978), dalam interaksi sosial terdapat tahap yang
bisa mendekatkan dan tahap yang bisa merenggangkan hubungan orang-orang yang berinteraksi. Di bawah ini adalah penjelasan kedua
tahap tersebut.

Tahap yang Mendekatkan

Tahap yang mendekatkan dirinci menjadi tahap memulai (initiating), menjajaki (experimenting), meningkatkan (intensifying),
menyatupadukan (integrating), dan mempertalikan (bonding). Contoh, saat pertama kali masuk sekolah, kalian tentu memulai menjajaki
hubungan dengan orang lain dengan saling bertegur-sapa yang diikuti dengan obrolan-obrolan ringan, seperti asal sekola darimana,
rumahnya dimana, atau bagaimana cara pergi ke sekolah. Hasil penjajakan ini dijadikan dasar untuk memutuskan apakah hubungan kalian
bisa ditingkatkan, dipertahankan atau tidak dilanjutkan sama sekali. Hal yang sama juga terjadi pada pasangan suami istri. Awalnya dimulai
dari tahap penjajakan untuk menemukan apakah hubungan bisa ditingkatkan, dipertahankan atau tidak dilanjutkan.

Apabila ditingkatkan, tahap selanjutnya adalah penyatupaduan. Pada tahap ini, kamu dan temanmu mulai merasa ada kesamaan atau
kesatuan. Demikian pula, para calon suami istri. Dari tahap menyatupadukan ini, lama-kelamaan interaksi ini bisa mencapai tahap pertalian
seperti penikahan pada calon suami istri.

Tahap yang Merenggangkan

Dalam interaksi, selain terjadi proses pendekatan terjadi juga proses perenggangan. Proses ini terdiri dari tahap membeda-bedakan
(differentiating), membatasi (circumscribing), memacetkan (stagnation), menghindari (avoiding), dan memutuskan (terminating). Contoh, dua
orang yang dulunya berteman dan biasa melakukan kegiatan secara bersama-sama, mulai melakukan kegiatan sehari-hari seperti makan
atau pulang sekolah sendiri-sendiri. Setelah itu, pembicaraan tentang pertemanan mereka pun mulai dibatasi. Obrolan menjadi dangkal dan
sekedar basa basi saja. Sering kali pihak yang satu berbicara tentang sesuatu, yang lain menyangkal, membantah, melarang dan
membentak.

Tahap selanjutnya adalah memacetkan. Di tahap ini tidak terjadi komunikasi. Kalaupun ada, hal ini dilakukan karena terpaksa dan
dilaksanakan secara sangat hati-hati. Perbedaan kedua teman itu sudah sangat besar sehingga untuk membicarakan hal yang paling
sederhana saja pun sulit dan dapat menyulut konflik. Jika kedua orang yang tadinya berteman itu sudah tidak berkomunikasi tapi masih
berada pada lingkungan yang sama seperti berada dalam satu sekolah, maka mereka berdua berusaha untuk saling menghindar. Misalnya,
berusaha tidak melewati jalan, lorong, atau ruang yang sama. Setelah terjadi jarak komunikasi dan fisik seperti ini, mereka berdua pun
berada di dalam tahap pemutusan hubungan.

Status, Peranan, dan hubungan individu dalam interaksi sosial.

Status dan peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesepakatan-kesepakatan apa yang diberikan masyarakat
kepadanya. Semakin banyak status dan perananan seseorang, semakin beragam pula interaksinya denga orang lain. jadi, interaksi sosial
seseorang akan tergantung pada status dan perannya dalam masyarakat.

Secara empiris perbedaan status mempengaruhi cara bersikap seseorang dalam berinteraksi sosial. Orang yang memiliki status tinggi
mempunyai sikap yang berbeda dengan orang yang statusnya rendah. Contohnya, cara bicara dan cara makan seorang pemilik perusahaan
tentu berbeda dengan seorang karyawan rendah. Status seorang menentukan perannya dan peran seorang menentukan apa yang
diperbuat (perilaku).

Kedudukan atau status sosial merupakan posisi seseorang secara umum dalam masyarakat dalam hubungannya dengan orang lain. Posisi
seseorang menyangkut lingkungan pergaulan, prestise, hak-hak, dan kewajibannya. Secara abstrak, kedudukan berarti tempat seseorang
dalam satu pola tertentu. Bahkan seseorang bisa mempunyai beberapa kedudukan karena memiliki beberapa pola kehidupan. Contoh, tuan
X sebagai warga masyarakat merupakan kombinasi dari segenap kedudukannya sebagai guru, kepala sekolah, ketua RT, suami nyonya S,
dan ayah dari anak-anaknya.

Kedudukan (Status)

Menurut Ralph Linton, dalam kehidupan masyarakat terdapat 3 macam status, yaitu ascribed status, achieved status, dan assigned status.
Ascribed status merupakan status seseorang yang dicapai dengan sendirinya tanpa memperhatikan perbedaan rohaniah dan kemampuan.
Status tersebut bisa diperoleh sejak lahir. Contohnya, anak yang lahir dari keluarga bangsawan, dengan sendirinya langsung memperoleh
status bangsawan. Pada umumnya, ascribed status lebih banyak dijumpai pada masyarakat dengan sistem lapisan yang tertutup seperti
masyarakat feodal.

Achieved status merupakan status yang diperoleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Status ini tidak diperoleh atas dasas
keturunan akan tetapi tergantung pada kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya. Jadi, status ini
bersifat terbuka bagi siapa saja. Contoh, setiap orang bisa menjadi hakim asalkan memenuhi persyaratan tertentu, seperti lulusan fakultas
hukum, masa kerja mencukupi, dan lulus ujian.

Assigned status merupakan status yang diperoleh dari pemberian pihak lain. assigned status mempunyai hubungan yang erat dengan
achieved status. Artinya, suatu kelompok atau golongan memberikan status yang lebih tinggi kepada seorang yang berjasa. Status ini
diberikan karena orang tersebut telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Contoh, gelar-
gelar seperti pahlawan revolusi, siswa teladan, dan peraih kalpataru.

Di dalam masyarakat, seseorang bisa mempunyai beberapa status. Hal ini kadangkala menimbulkan pertentangan atau konflik (status
conflict). Konflik status di sini dapat diartikan sebagai konflik batin yang dialami seseorang sebagai akibat adanya beberapa status yang
dimilikinya yang saling bertentangan. Contoh, ibu Risna adalah seorang guru SMP yang harus ke sekolah setiap hari kecuali hari libur.
Namun, ibu Risna adalah juga seorang ibu rumah tangga yang harus merawat anak-anaknya. Ibu Risna bingung untuk memilih menjadi ibu
rumah tangga saja atau menjadi guru saja.

Peranan Sosial (Role)

Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan atau status. Perananan adalah perilaku yang diharapkan oleh pihak lain dalam
melaksanakan hak dan kewajiban seseuai dengan status yang dimilikinya. Status dan peranan tidak dapat dipisahkan karena tidak ada
peranan tanpa status dan tidak ada status tanpa peranan. Contoh, status kepala sekolah H. Mhd. Yusuf, BA. Dengan status tersebut,
seseorang diharapkan berperan memimpin sekolahnya. Peranan ini tidak akan melekat pada seseorang jika ia tidak memiliki status kepala
sekolah Sinar Husni. Demikian sebaliknya, dengan status kepala sekolah Sinar Husni, seseorang memiliki peranan memimpin sekolah
tersebut.

Dalam kehidupan sehari-hari, peranan menjadi penting karena ia mengatur perilaku seseorang. Pada beberapa kasus, peranan
menyebabkan seseorang dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain. orang yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan
perilakunya dengan perilaku orang di sekitarnya.

Ada 3 hal yang tercakup dalam peranan, yaitu :


1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungakan dengan posisi atau kedudukan seseorang dalam masyarakat.
2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi..
3. Peranan merupakan perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Bentuk-bentuk Interaksi Pendorong Terciptanya Lembaga, Kelompok, dan Organisasi Sosial

Gillin & Gillin menyebutkan dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, yaitu proses asosiatif (processes of
association) dan proses disosiatif (processes of dissociation). Proses asosiatif merupakan proses menuju

terbentuknya persatuan atau integrasi sosial. Proses disosiatif sering juga disebut sebagai proses oposional (oppositional process) yang
berarti cara berjuang melawan seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.

Proses asosiatif dan disosiatif memiliki turunan bentuk-bentuk interaksi sosial sebagai berikut :
A. Proses Asosiatif
Proses asosiatif mempunyai bentuk-bentuk sebagai berikut :
1) Kerja sama (cooperation)
Kerjasama adalah suatu usaha bersama antar individu atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama timbul apabila orang
menyadari memiliki kepentingan dan tujuan yang sama dan bahwa hal tersebut bermanfaat bagi dirinya atau orang lain. kerja sama timbul
karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya (in-group) dan kelompok lainnya (out-group). Menurut Charles H. Cooley, kerja
sama timbul apabila seseorang menyadari dirinya mempunyai kepentingan yang sama dengan orang lain dan pada saat bersamaan
memiliki pengetahuan dan pengendalian terhadap dirinya sendiri untuk memenuhi kepentingan tersebut. Kesadaran akan adanya
kepentingan yang sama dan pengorganisasian diri merupakan fakta penting dalam kerja sama.
Kerja sama mungkin akan bertambah kuat apabila ada bahaya yang mengancam. Selain itu, kerja sama juga dapat bertambah kuat jika ada
tindakan-tindakan luar yang menyinggung kesetian yang secara tradisional atau institusional telah tertanam dalam kelompok, dalam diri
seseorang, atau segolongan orang. Contoh, kerja sama antar prajurit dalam satu kesatuan dalam menghadapi musuh di dalam sebuah
medan pertempuran.
Proses sosial yang erat kaitannya dengan kerja sama adalah konsensus. Konsensus hanya mungkin terjadi bila dua belah pihak atau lebih
yang ingin memelihara suatu hubungan yang masing-masing memandangnya sebagai kepentingan sendiri. Keputusan untuk mengadakan
konsensus timbul apabila anggota-anggota dari kelompok atau persekutuan menghadapi beberapa perbedaan pendapat. Dalam konsensus,
pertentangan kepentingan kelihatan cukup nyata tetapi tidak sebesar dalam konflik.
Berdasarkan pelaksanaannya, kerja sama memiliki 5 bentuk, yaitu :
1. Kerukunan atau gotong-royong
2. Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang atau jasa antara dua organisasi atau lebih.
3. Kooptasi, yaitu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan dan pelaksanaan politik organisasi sebagai satu-
satunya cara untuk menghindari konflik yang bisa mengguncang organisasi.
4. Koalisi, yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan
keadaan yang tidak stabil sebab mereka memiliki strukturnya sendiri-sendiri.
5. Joint-venture, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek tertentu, misalnya pengeboran minyak, perhotelan, dan lain-lain.
Selain itu beberapa ahli juga membagi kerja sama dalam beberapa bentuk berikut :
1. Kerja sama spontan (kerja sama serta-merta)
2. Kerja sama langsung (hasil dari perintah atasan atau penguasa)
3. Kerja sama kontrak (kerja sama atas dasar tertentu)
4. Kerja sama tradisional (kerja sama sebagai bagian antara unsur dalam sistem sosial, seperti gotong-royong atau gugur gunung).
2) Akomodasi (Acomodation)
Akomodasi memiliki dua arti, yaitu yang menunjukkan pada keadaan dan yang menunjukkan pada proses. Akomodasi yang pada keadaan
menunjukkan adanya keseimbangan dalam interaksi antar individu atau antar kelompok yang berkaitan dengan nilai dan norma sosial yang
berlaku. Akomodasi sebagai sebuah proses menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan agar tercipta
keseimbangan. Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan lawan. Tujuan
akomodasi berbeda-beda tergantung pada situasi yang dihadapi. Diantaranya sebagai berikut :
1. Untuk menghasilkan sintesis atau titik temu antara dua atau beberapa pendapat yang berbeda agar menghasilkan suatu pola
baru.
2. Mencegah terjadinya pertentangan untuk sementara waktu.
3. Berusaha mengadakan kerja sama antar kelompok sosial Untuk menghasilkan sintesis atau titik temu antara dua atau beberapa
pendapat yang berbeda agar menghasilkan suatu pola baru.
4. Mencegah terjadinya pertentangan untuk sementara waktu.
5. Berusaha mengadakan kerja sama antar kelompok sosial yang terpisah akibat faktor sosial dan psikologis atau kebudayaan.
Misalnya, kerja sama antar individu yang berbeda kasta.
6. Mengusahakan peleburan antar kelompok sosial yang tepisah. Misalnya lewat perkawinan (amalgamasi).
Akomodasi sebagai sebuah proses mempunyai beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut :

 Koersi (coercion), yaitu bentuk akomodasi yang prosesnya melalui paksaan secara fisik maupun psikologis. Dalam koersi, salah
satu pihak berada dalam posisi yang lemah. Misalnya dalam sistem perbudakan atau penjajahan.

 Kompromi (compromise), yaitu bentuk akomodasi di mana pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu
penyelesaian. Contoh, perjanjian antar negara tentang batas wilayah perairan.

 Arbitrasi (arbitration), yaitu cara untuk mencapai sebuah kompromi melalui pihak ketiga sebab pihak-pihak yang bertikai tidak
mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Pihak ketiga ini dipilih oleh kedua belah pihak atau oleh badan yang berwenang.
Contoh, masalah antara karyawan dan perusahaan tentang gaji. Masalah ini bisa diatasi dengn meminta bantuan pemerintah
yang kemudian menetapkan upah minimum.

 Mediasi (mediation), hampir mirip dengan arbitrasi, hanya saja pihak ketiganya netral. Kedudukannya hanya sebagai penasehat
yang mengusahakan jalan damai tapi tidak memiliki wewenang dalam mengambil sebuah keputusan untuk menyelesaikan
masalah.
 Konsiliasi (conciliation), yaitu suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak yang bertikai untuk mencapai
suatu kesepakatan. Contoh, mempertemukan wakil buruh, perusahaan, dan jamsostek untuk saling mengungkapkan keinginan
guna mencapai kesepakatan.

 Toleransi (toleration), yaitu bentuk akomodasi yang terjadinya tanpa persetujuan yang sifatnya formal. Kadang-kadang toleransi
timbul secara tidak sadar dan spontan akibat reaksi alamiah individu atau kelompok yang ingin menghindari perselisiahan.
Contoh, pada bulan puasa, umat yang tidak berpuasa tidak makan di sembarang tempat. Demikian pula, saat umat beribadah
yang lain tidak membuat keributan.

 Stalemate, terjadi ketika pihak-pihak yang bertikai memiliki kekuatan yang seimbang hingga pada akhirnya pertikaian tersebut
berhenti pada titik tertentu. Misalnya, ketegangan Korea Utara dan Korea Selatan di bidang senjata nuklir.

 Ajudikasi (adjudicationI), yaitu cara menyelesaikan masalah melalui pengadilan.

 Segresi (segretion), yaitu masing-masing pihak memisahkan diri dan saling menghindar dalam rangka mengurangi ketetangan.

 Eliminasi (elimination), yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat dalam konflik karena mengalah.

 Subjugation atau domination, yaitu pihak yang mempunyai kekuatan besar untuk meminta pihak lainnya mentaatinya.

 Keputusan mayoritas (majority rule), yaitu keputusan yang diambil berdasarkan suara terbanyak dalam voting

 Minority consent, yaitu golongan minoritas yang tidak merasa dikalahkan tetapi dapat melakukan kegiatan bersama.

 Konversi, yaitu penyelesaian konflik di mana salah satu pihak bersedia mengalah dan mau menerima pendirian pihak lain.

 Genjatan senjata (cease fire), yaitu penangguhan permusuhan dalam jangka waktu tertentu.
3) Asimilasi (assimilation).
Asimilasi adalah usaha-usaha untuk menghilangkan perbedaan antar individu atau kelompok-kelompok. Asimilasi akan membuat ciri
masing-masing individu atau kelompok hilang dan membentuk satu ciri yang baru. Misalnya, perkawinan campuran (amalgamasi).
Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya asimilasi adalah sebagai berikut :

 Sikap toleransi

 Kesempatan yang seimbang dalam ekonomi (tiap-tiap individu mendapat kesempatan yang sama untuk mencapai kedudukan
tertentu atas dasar kemampuan dan jasanya).

 Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya.

 Sikap terbuka dari golongan penguasa dalam masyarakat.

 Persamaan dalam unsur kebudayaan.

 Perkawinanan campuran (amalgamasi)

 Adanya musuh bersama dari luar.


Sebaliknya, faktor-faktor yang menjadi penghalang terjadinya asimilasi adalah sebagai berikut :

 Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat. Contoh, orang Indian di Amerika Serikat yang diharuskan
bertempat tinggal di wilayah-wilayah tertentu (reservation).

 Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi.

 Adanya perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan atau kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan golongan
atau kelompok lainnya.

 Adanya perbedaan warna kulit atau ciri-ciri badaniah. Adanya in-group feeling yang kuat. Artinya, ada suatu perasaan yang kuat
bahwa individu terikat pada kelompok dan kebudayaan kelompok yang bersangkutan.

 Adanya gangguan golongan minoritas terhadap golongan yang berkuasa. Contoh, perlakuan kasar terhadap orang-orang Jepang
yang tinggal di Amerika Serikat sesudah pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat Pearl Harbor diserang secara mendadak oleh
tentara Jepang pada tahun 1941.

 Adanya perbedaan kepentingan dan pertentangan-pertentangan pribadi.


4) Akulturasi
Akulturasi adalah berpadunya dua kebudayaan yang membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan ciri dari masing-masing
kebudayaan tersebut. Contoh, candi borobudur merupakan perpaduan kebudayaan India dan Indonesia, musik keroncong merupakan
perpaduan antara musik portugis dan musik Indonesia, dan sebagainya.

B. Proses Disosiatif
Proses disosiatif atau oposisi dibedakan ke dalam 3 bentuk, yaitu sebagai berikut :

1) Persaingan (competition)
Persaingan adalah suatu perjuangan dari berbagai pihak untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Persaingan mempunyai dua tipe, yaitu yang
bersifat pribadi dan tidak bersifat pribadi. Tipe yang bersifat pribadi disebut juga dengan rivalry. Dalam rivalry, individu akan bersaing secara
langsung, misalnya, untuk memperoleh kedudukan tertentu dalam sebuah organisasi. Dalam tipe yang bersifat tidak pribadi, yang langsung
bersaing bukan individu-individu, melainkan kelompok. Contoh, antara dua partai berbeda dalam merebut simpati rakyat atau dua
kesebelasan sepak bola berebut kemenangan untuk maju ke babak berikutnya. Salah satu ciri dari persaingan adalah perjuangan yang
dilakukan secara damai, sportif, fair play. Artinya, persaingan selalu menjunjung tinggi batas-batas yang diharuskan.persaingan sangat
berguna dalam meningkatkan prestasi seseorang.

2) Kontravensi (contravention)
Kontravensi ditandai oleh adanya ketidakpuasan dan ketidakpastian nengenai diri seseorang, rencana dan perasaan tidak suka yang
disembunyikan, kebencian atau keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang. Kontravensi apabila dibandingkan denganpersaingan atau
pertentangan bersifat rahasi. Perang dingin merupakan kontravensi karena tujuannya membuat lawan tidak tenang atau resah. Dalam hal ini
lawan tidak diserang secara fisik tetapi secara psikologis.
Sikap tersembunyi seperti ini dapat berubah menjadi pertentangan atau pertikaian. Wujudnya dapat berupa protes, sentimen, mengacaukan
pihak lain, memfitnah, memaki-maki melalui surat selebaran, agitasi, subversi, dan lain-lain.
Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker, kontravensi memiliki 5 bentuk, yaitu sebagai berikut :
1. Umum, seperti penolakan, keengganan, perlawanan, protes, perbuatan menghalang-halangi, melakukan kekerasan, atau
mengacaukan rencana pihak lain.
2. Sederhana, seperti menyangkal pernyataan orang di muka umum, memaki melalui surat selebaran, atau mencerca.
3. Intensif, seperti penghasutan atau menyebarkan desas-desus.
4. Rahasia, seperti mengumumkan rahasia lawan atau berkhianat.
5. Taktis, seperti mengejutkan lawan, membingungkan pihak lawan, provokasi, atau intimidasi.

3) Pertentangan atau konflik (conflict).


Pertentangan atau konflik adalah suatu perjuangan individu atau kelompok sosial untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak
lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan. Bentuk-bentuknya dapat berupa konfrontasi, perang, dan sebagainya.
Pertentangan mempunyai bentuk-bentuk khusus. Diantaranya sebagai berikut :
• Pertentangan pribadi.
• Pertentangan rasial
• Pertentangan antar kelas sosial

Pertentangan politik
• Pertentangan yang bersifat internasional.

10. Sosialisasi dan Pembentukan Keperibadian

Penanaman atau proses belajar anggota kelompok atau masyarakat tentang kebiasaan-kebiasaan di dalam kelompok atau masyarakatnya
dalam sosiologi disebut Sosialisasi. Sosialisasi adalah sebuah proses penamaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu
generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Menurut Peter Berger, sosialisasi adalah proses belajar seorang
anak untuk menjadi anggota yang berpartisipasi di dalam masyarakat. Sementara menurut David Gaslin, sosialisasi adalah proses belajar
yang dialami seseorang untuk memperoleh pengetahuan tentang nilai dan norma-norma agar ia dapat berpartisipasi sebagai anggota
kelompok masyarakat.

Menurut Berger dan sejumlah tokoh sosiologi, yang dipelajari dalam proses sosialisasi adalah peran-peran. Bagaimana seorang berperan
sesuai dengan nilai, kebiasaan, dan norma yang berlaku dan ditransfer dari masyarakat atau kelompoknya. Sementara beberapa tokoh
lainnya seperti Gaslin mengemukakan bahwa yang dipelajari dalam proses sosialisasi adalah nilai dan norma sosial. Oleh sebab itu, teori
sosialisasi dari sejumlah tokoh sosiologi merupakan teori mengenai peran (role theory).

Nilai Sosial

Soerjono Soekanto mendefinisikan nilai sebagai konsepsi abstrak dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang
dianggap buruk. Contoh, orang menganggap menolong bernilai baik, sedangkan mencuri bernilai buruk. Dengan demikian, nilai sosial
adalah nilai yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat.

Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat
dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat yang satu dan masyarakat yang lainnya
terdapat perbedaan tata nilai. Contoh, masyarakat yang tinggal di perkotaan lebih menyukai persaingan karena dalam persaingan akan
muncul pembaharuan-pembaharuan. Sementara pada masyarakat tradisional lebih cenderung menghindari persaingan karena dalam
persaingan akan mengganggu keharmonisan dan tradisi yang turun temurun.

Berdasarkan ciri-cirinya, nilai sosial dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :

1. Nilai Dominan,
Adalah nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai lainnya. Ukuran dominan tidaknya suatu nilai didasarkan pada hal-hal berikut :
• Banyaknya orang yang menganut nilai tersebut.
• Berapa lama nilai tersebut telah dianut oleh masyarakat.
• Tinggi rendahnya usaha orang untuk dapat melaksanakan nilai tersebut.
• Prestise atau kebanggaan bagi orang yang melaksanakan nilai tersebut.

2. Nilai Mendarah Daging (internalized value).


Adalah nilai yang telah menjadi kepribadian dan kebiasaan sehingga ketika seseorang melakukannya kadang tidak melalui proses berpikir
atau pertimbangan lagi (bawah sadar).

Dari uraian di atas, dapatlah kita kemukakan beberapa ciri nilai sosial. Diantaranya sebagai berikut :
 Nilai sosial merupakan konstruksi masyarakat sebagai hasil interaksi antar warga masyarakat.

 Nilai sosial disebarkan di antara warga masyarakat (bukan bawaan dari lahir).

 Nilai sosial terbentuk melalui sosialisasi (proses belajar)

 Nilai sosial merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan sosial manusia.

 Nilai sosial bervariaasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan lainnya.

 Nilai sosial dapat mempengaruhi pengembangan diri seseorang

 Nilai sosial memiliki pengaruh yang berbeda antar warga masyarakat.

 Nilai sosial cenderung berkaitan satu dan yang lainnya.

Dalam filsafat, nilai dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :


a. nilai logika adalah nilai benar-salah;
b. nilai estetika adalah nilai indah-tidak indah (jelek);
c. nilai etika/moral adalah nilai baik-buruk.

Menurut NotonegoroNotonegoro, nilai dibedakan menjadi tiga macam, yaitu nilai material, nilai vital, dan nilai kerohanian.
a. Nilai material adalah segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau kebutuhan ragawi manusia.
b. Nilai vital adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
c. Nilai kerohanian adalah segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.

Nilai kerohanian meliputi :


1) nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi,cipta) manusia;
2) nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan manusia;
3) nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak (karsa) manusia;
4) nilai religius (agama) yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak yang bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.

Norma Sosial

Dalama kehidupan bermasyarakat selalu terdapat aturan atau kaidah yang mengatur kehidupan bersama baik yang berupa suatu
keharusan, anjuran, maupun larangan. Aturan atau kaidah itu sering disebut sebagai norma. Jadi, norma adalah seperangkat peraturan
yang berisi tentang perintah dan larangan beserta sanksinya.

Ada hubungan yang erat antara nilai dan norma. kaidah atau norma yang ada dalam masyarakat merupakan perwujudan dari nilai-nilai yang
dianut oleh masyarakat tersebut. Bila nilai adalah sesuatu yang baik, diinginkan, dan dicita-citakan oleh masyarakat, maka norma
merupakan aturan bertindak atau berbuat yang dibenarkan untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Jika kita analogikan dengan minum kopi,
kenikmatan rasa kopi merupakan nilainya, sedangkan tindakan mencampurkan kopi dan gula secara proporsional untuk mendapatkan
kenikmatan adalah normanya.

Norma dapat dibedakan sebagai berikut :


a. Cara (Usage) Cara mengacu pada suatu bentuk perbuatan yang lebih menonjolkan pada hubungan antarindividu. Penyimpangan pada
cara tidak akan mendapatkan hukuman yang berat, tetapi sekadar celaan, cemoohan, atau ejekan. Misalnya, orang yang mengeluarkan
bunyi dari mulut (serdawa) sebagai pertanda rasa kepuasan setelah makan. Dalam suatu masyarakat, cara makan seperti itu dianggap tidak
sopan. Jika cara itu dilakukan, orang lain akan merasa tersinggung dan mencela cara makan seperti itu.
b. Kebiasaan (Folkways ) Kebiasaan mempunyai kekuatan mengikat yang lebih tinggi daripada cara (usage). Kebiasaan diartikan sebagai
perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama karena orang banyak menyukai perbuatan tersebut. Misalnya, kebiasaan
menghormati orang yang lebih tua.
c. Tata Kelakuan (Mores) Jika kebiasaan tidak semata-mata dianggap sebagai cara berperilaku, tetapi diterima sebagai norma pengatur,
kebiasaan tersebut menjadi tata kelakuan. Tata kelakuan mencerminkan sifat-sifat yang hidup dari sekelompok manusia, yang dilaksanakan
atas pengawasan baik secara sadar maupun tidak sadar terhadap anggotanya. Tata kelakuan, di satu pihak memaksakan suatu perbuatan,
sedangkan di lain pihak merupakan larangan sehingga secara langsung menjadi alat agar anggota masyarakat menyesuaikan perbuatan-
perbuatannya dengan tata kelakuan individu. Misalnya, larangan perkawinan yang terlalu dekat hubungan darah (incest).
d. Adat Istiadat (Custom)Tata kelakuan yang terintegrasi secara kuat dengan pola-pola perilaku masyarakat dapat meningkat menjadi adat
istiadat. Anggota masyarakat yang melanggar adat istiadat akan mendapat sanksi keras. Misalnya, hukum adat di Lampung melarang
terjadinya perceraian pasangan suami istri. Jika terjadi perceraian, orang yang melakukan pelanggaran, termasuk keturunannya akan
dikeluarkan dari masyarakat hingga suatu saat keadaannya pulih kembali.

Menurut resmi tidaknya, keseluruhan norma kelakuan hidup masyarakat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu norma tidak resmi dan norma
resmi
1) Norma tidak resmi ialah norma yang patokannya dirumuskan secara tidak jelas dan pelaksanaannya tidak diwajibkan bagi warga yang
bersangkutan. Norma tidak resmi tumbuh dari kebiasaan bertindak yang seragam dan diterima oleh masyarakat. Patokan tidak resmi
dijumpai dalam kelompok primer seperti keluarga, kumpulan tidak resmi, dan ikatan paguyuban.
2) Norma resmi (formal) ialah norma yang patokannya dirumuskan dan diwajibkan dengan jelas dan tegas oleh pihak yang berwenang
kepada semua warga masyarakat. Keseluruhan norma formal ini merupakan suatu tubuh hukum yang dimiliki oleh masyarakat modern,
sebagian dari patokan resmi dijabarkan dalam suatu kompleks peraturan hukum (law). Masyarakat adat diubah menjadi masyarakat hukum.
Patokan resmi dapat dijumpai, antara lain dalam perundang-undangan, keputusan, dan peraturan.

Dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, norma memiliki sanksi-sanksi tersendiri yang berbeda tingkat kekuatannya. Adapun jenis
norma berdasarkan kekuatan sanksinya adalah seperti diuraikan berikut ini :
1) Norma agama adalah suatu petunjuk hidup yang berasal dari Tuhan bagi penganutnya agar mereka mematuhi segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya. Jadi, norma agama berisikan peraturan hidup yang diterima sebagai perintah-perintah, laranganlarangan,
dan anjuran-anjuran yang berasal dari Tuhan. Misalnya, semua agama mengajarkan agar umatnya tidak berdusta atau berzina. Apabila
dilanggar, sanksinya adalah rasa berdosa.
2) Norma kesopanan adalah peraturan hidup yang timbul dari pergaulan segolongan manusia dan dianggap sebagai tuntutan pergaulan
sehari-hari sekelompok masyarakat. Satu golongan tertentu dapat menetapkan peraturan-peraturan tertentu mengenai kesopanan dalam
masayarakat itu. Misalnya, pada kelompok masyarakat tertentu, kita dilarang meludah sembarangan.
3) Norma kelaziman adalah tindakan manusia mengikuti kebiasaan yang umumnya dilakukan tanpa pikir panjang karena kebiasaan itu
dianggap baik, patut, sopan, dan sesuai dengan tata krama. Segala tindakan tertentu yang dianggap baik, patut, sopan, dan mengikuti tata
laksana seolah-olah sudah tercetak dalam kebiasaan sekelompok manusia. Misalnya, cara makan, minum, berjalan, dan berpakaian.
4) Norma kesusilaan adalah pedoman-pedoman yang mengandung makna dan dianggap penting untuk kesejahteraan masyarakat. Norma
kesusilaan bersandar pada suatu nilai kebudayaan. Norma kesusilaan itu dianggap sebagai aturan yang datang dari suara hati manusia.
Penyimpangan dari norma kesusilaan dianggap salah atau tidak bermoral sehingga pelanggarnya akan menjadi bahan sindiran atau ejekan.
Misalnya, di Jawa, anak yang berjalan melewati orang tua harus membungkukkan badan tanda menghormati orang tua tersebut. Apabila
anak tidak melakukan hal tersebut akan disindir karena tindakannya dianggap asusila.
5) Norma hukum Semua norma yang disebutkan di atas bertujuan untuk membina ketertiban kehidupan manusia, namun belum cukup
memberi jaminan untuk menjaga ketertiban dalam masyarakat. Norma-norma di atas tidak bersifat memaksa dan tidak mempunyai sanksi
tegas apabila salah satu peraturannya dilanggar sehingga dapat membahayakan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan juga norma lain
yang bersifat memaksa dan mempunyai sanksi-sanksi yang tegas. Jenis norma yang dimaksud adalah norma hukum. utisnaSutisna
SutisnaSutisna Sutisna berpendapat bahwa hukum adalah aturan tertulis maupun tidak tertulis yang berisi perintah atau larangan yang
memaksa dan akan memberikan sanksi tegas bagi setiap orang yang melanggarnya.
6) Mode (fashion) adalah cara dan gaya dalam melakukan dan membuat sesuatu yang sifatnya berubah-ubah serta diikuti oleh banyak
orang. Ciri-ciri utama mode adalah orang yang mengikuti bersifat massal dan mencakup berbagai kalangan dalam masyarakat.

Di masyarakat tradisional atau pedesaan norma cendrung statis atau tidak berubah. Sementara, pada masyarakat modern atau perkotaan,
norma cenderung dinamis mengikuti perubahan-perubahan yang ada, seperti perubahan dalam aspek politik, ekonomi, dan sosial. Norma
dapat berfungsi dengan baik jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Norma harus diketahui oleh masyarakat.
b. Norma harus dipahami dan dimengerti
c. Norma dihargai karena bermanfaat bagi anggota masyarakat
d. Norma dapat ditaati dan dilaksanakan

KEPRIBADIAN

Sering kita mendengar pendapat orang mengenai perilaku atau perangai si A yang baik dan perangai si B yang buruk. Orang mengartikan
sikap atau perangai dan tingkah laku tersebut sebagai kepribadian (personality) seseorang. Namun sebenarnya sikap atau perangai dan
tingkah-laku yang disebutkan itu hanya sebagian kecil dari kepribadian seseorang.

Menurut Yinger, kepribadian adalah keseluruhan perilaku seorang individu dengan sistem kecendrungan tertentu yang berinteraksi dengan
serangkaian situasi. Ungkapan sistem kecendrungan tertentu tersebut menyatakan bahwa setiap orang mempunyai cara berperilaku yang
khas, seperti sikap, bakat, adat, kecakapan, kebiasaan, dan tindakan yang sama setiap hari. Sementara ungkapan interaksi dengan
serangkaian situasi menyatakan bahwa perilaku merupakan produk gabungan dari kecendrungan perilaku seseorang dan situasi perilaku
yang dihadapi seseorang. Contoh, sekali waktu Taufik berbohong pada orang tuanya untuk menutupi nilai ulangannya yang jelek. Tindakan
berbohongnya itu ia ulangi terus-menerus pada situasi yang hampir sama hingga membentuk pola perilaku dan menjadi kepribadiannya.

Dalam sosiologi, istilah kepribadian dikenal dengan sebuah diri (self). Sosialisasi bertujuan untuk membentuk diri seseorang agar dapat
bertindak dan berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang dianut oleh masyarakat di mana ia tinggal.

Menurut Goerge Herbert Mead dalam bukunya Mind, Self, and Society (1972), ketika manusia lahir ia belum mempunyai diri (self). Diri
manusia berkembang tahap demi tahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain. setiap anggota baru dalam masyarakat harus
mempelajari peran-peran yang ada dalam masyarakat. Hal ini merupakan suatu proses yang disebut Mead sebagai role taking
(pengambilan peran). Dalam proses ini, seseorang belajar mengetahui peran apa yang harus dijalankan dirinya dan peran apa yang
dijalankan orang lain.

Ada tiga tahap perkembangan diri manusia. Ketiga tahap itu adalah sebagai berikut :
a. Play stage. Dalam tahap ini, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peran orang-orang yang berada di sekitarnya. Ia mulai meniru
peran yang dijalankan oleh orang tuanya, kakaknya, tetangganya, atau orang yang sering berinteraksi dengannya (significant others).
Contoh, kita sering melihat anak kecil bermain menjadi polisi atau menjadi dokter. Pada tahap ini, seorang anak belum sepenuhnya
memahami isi peran-peran yang ditirunya. Ia belum mengetahui mengapa polisi menangkap penjahat atau mengapa dokter menyuntik
pasien.
b. Game stage. Pada tahap ini, seorang anak tidak hanya mengetahui peran yang harus dijalankannya, tetapi telah mengetahui peran yang
dijalankan orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Anak tersebut sudah menyadari peran yang ia jalankan dan peran yang dijalankan orang
lain. contohnya, dalam bermain sepak bola ia menyadari adanya peranan sebagai wasit, sebagai kiper, dan penjaga garis.
c. Generalized others. Pada tahap ketiga dari sosialisasi, anak telah mampu mengambil peran-peran orang lain yang lebih luas (generalized
others), tidak sekedar orang-orang terdekatnya (significant others). Dalam tahap ini, ia telah mampu berinteraksi dengan orang lain dalam
masyarakat karena telah memahami peran dirinya dan peran orang lain. contoh, sebagai siswa ia memahami peran guru, sebagai anak ia
memahami peran orang tua. Jika anak telah mencapai tahap ini, maka ia telah mempunyai suatu diri.
Seperti halnya Mead, Charles Horton Cooley pun menyatakan bahwa konsep diri seseorang berkembang melalui interaksi denga orang lain.
diri seseorang merupakan sebuah produk sosial, yaitu sebuah produk dari interaksi sosial. Lebih lanjut Cooley menyatakan bahwa diri
seseorang memantulkan apa yang dirasakan sebagai tanggapan masyarakat terhadapnya. Diri seseorang yang berkembang melalui
interaksi dengan orang lain ini disebut Cooley sebagai looking-glass self.

Cooley menganalogikan pembentukan diri seseorang dengan cermin. Cermin selalu memantulkan apa yang ada di depannya. Demikian
pula dengan diri seseorang. Ia memantulkan apa yang dirasakannya sebagai tanggapan masyarakat terhadap dirinya. Oleh karena itu,
Cooley menyebutkan bahwa looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap berikut :
1. Seseorang membayangkan bagaimana perilaku atau tindakannya tampak bagi orang lain.
2. Seseorang membayangkan bagaimana orang lain menilai perilaku atau tindakan itu.
3. Seseorang membangun konsepsi tentang dirinya berdasarkan asumsi penilaian orang lain terhadap dirinya itu. Contoh, seorang siswa
beberapa kali mendapat nilai merah untuk mata pelajaran matematika. Ia dimarahi guru matematikanya. Oleh karena itu, ia merasa bahwa
guru matematika menganggap dirinya bodoh. Anggapan itu ada di dalam pikiran siswa dan mempengaruhi pandangan siswa tersebut
terhadap dirinya sendiri. Contoh lain, sejak kecil seorang gadis dinilai cantik oleh keluarganya dan orang-orang lain. lambat laun penilaian
orang ini mempengaruhi dirinya sehingga ia merasa dan bertindak seperti orang yang cantik. Perasaan seseorang tentang penilaian orang
lain terhadap dirinya menentukan penilaian terhadap dirinya sendiri.

Tujuan sosialisasi antara lain adalah sebagai berikut :


a) Membekali seseorang dengan keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat.
b) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara efektif, seperti membaca, menulis, dan berbicara.
c) Mengendalikan fungsi-fungsi oraganik melalui latihan mawas diri yang tepat.
d) Membiasakan diri berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan kepercayaan pokok yang ada di masyarakat.

Menurut Paul B. Horton faktor-faktor pembentuk kepribadian adalah sebagai berikut :


1. Warisan Biologis. Setiap warisan biologis orang bersifat unik. Artinya, tidak seorang pun mempunyai karakteristik fisik yang sama.
2. Lingkungan Fisik. Lingkungan fisik dapat mempengaruhi timbulnya budaya yang berbeda-beda di masing-masing masyarakat. Kebiasaan,
adat-istiadat, dan cara mempertahankan hidup menimbulkan kepribadian yang berbeda-beda pula.
3. Lingkungan Kebudayaan. Lingkungan kebudayaan sangat dominan untuk menentukan apakah sesuatu dianggap pantas atau tidak
pantas, baik atau buruk, benar atau salah. Hal ini disebut nilai atau ukuran yang menjadi dasar acuan kepribadian anggota dari suatu
kebudayaan.
4. Pengalaman Kelompok. Melalui pengalaman kelompok, seseorang akan melihat bagaimana menilai diri sendiri atau bagaimana
membentuk jati dirinya.
5. Pengalaman Unik. Peristiwa atau pengalaman unik akan berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang.

Agen-Agen, Bentuk, Tipe, dan Pola Sosialisasi

Agen-agen Sosialisasi

Dalam sosiologi pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi disebut sebagai agen atau media sosialisasi. Fuller dan Jacobs
mengidentifikasikan empat agen sosialisasi utama atau pihak-pihak yang melaksanakan proses sosialisasi utama. Keempat agen atau
media sosialisasi tersebut adalah keluarga, kelompok sebaya atau sepermainan, sekolah, dan media massa. Jika agen-agen sosialisasi
menyampaikan pesan-pesan yang sepadan, maka proses sosialisasi akan berlangsung lancar. Namun, jika terjadi ketidaksepadanan pesan
yang diberikan maka orang yang menjalani proses sosialisasi akan mengalami konflik pribadi.

Bentuk Sosialisasi

Menurut Light, Keller & Callhoun bentuk sosialisasi dapat dibedakan menjadi :
1) Sosialisasi Primer. Adalah sosialisasi pada tahap-tahap awal kehidupan seseorang sebagai manusia. Berger & Luckman menjelaskan
sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil, di mana ia belajar menjadi anggota masyarakat. Hal itu
dipelajarinya dalam keluarga. Sosialisasi primer akan mempengaruhi seorang anak untuk dapat membedakan dirinya dengan orang lain
yang berada di sekitarnya, seperti ayah, ibu, kakak, dan adik.
2) Sosialisasi Sekunder. Adalah proses berikutnya yang memperkenalkan individu ke dalam lingkungan di luar keluarganya, seperti sekolah,
lingkungan bermain, dan lingkungan kerja.

Tipe Sosialisasi

Ada dua tipe sosialisasi, yaitu :


1) Sosialisasi Formal. Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara,
seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.
2) Sosialisasi Informal. Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti antara teman,
sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.

Pola sosialisasi

Jaeger membagi sosialisasi ke dalam dua pola, yaitu :


1) Sosialisasi Represif. Menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan
pada kepatuhan anak pada orang tua, penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, non verbal dan bersifat perintah, penekanan
sosialisasi terletak pada orang tua dan pada keinginan peran keluarga sebagai significant other.
2) Sosialisasi Partisipatoris. Merupakan pola di mana anak diberi imbalan ketika berperilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat
simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang
menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan keperluan anak. Keluarga menjadi generalized other.

Dalam kehidupan, manusia tidak bisa lepas dari interaksi sosial yang menjadi syarat terjalinnya hubungan antar manusia.

Sebelum membahas lebih lanjut, Anda pasti sedang bertanya-tanya “Apa yang dimaksud dengan interaksi sosial?”.

Arti interaksi sosial adalah segala bentuk hubungan antara satu individu dengan individu lain, individu dengan kelompok sosial, atau
kelompok sosial dengan kelompok sosial lainnya.

Dengan terjadinya interaksi sosial, maka akan terbentuk pola, proses, dan cara hidup. Melalui interaksi sosial itu pula terbangun
struktur, sistem, dan aturan yang menata kehidupan bermasyarakat. Bahkan sering kali bentuk interaksi yang terjadi menimbulkan
kultur baru di masyarakat.

Makalah interaksi sosial berikut ini akan memberikan penjelasan dari segi pengertian, bentuk, contoh, ciri, syarat, faktor pendorong,
proses, dan tujuan.

. PENGERTIAN INTERAKSI SOSIAL

Interaksi sosial adalah Hubungan timbal balik dalam masyarakat yang tercipta karena adanya komunikasi antara satu pihak

dengan pihak lainnya melalui sebuah tindakan tertentu. Tindakan yang dimaksud disini adalah semua tindakan yang sesuai

dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, seorang
manusia merupakan makhluk yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia pasti membutuhkan bantuan dari individu atau

kelompok lain, oleh karena itu kita sebagai manusia sebenarnya melakukan interaksi sosial dengan tujuan utama untuk

bertahan hidup.

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-
kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.
2. Syarat-syarat terjadinya interaksi soisial adalah dengan adanya kontak sosial dan komunikasi.
3. Bentuk-bentuk interaksi sosial meliputi proses asosiatif (kerja sama, akomodasi, dan asimilasi) dan disosiatif (persaingan, kontravensi, dan
pertentangan).
4. Pendidikan sebagai proses sosial budaya adalah usaha pembudayaan sekolah sebagai pranata sosial untuk untuk membudayakan sikap,
pengetahuan, keterampilan dan tradisi yang ada dalam suatu komunitas budaya, serta untuk mengembangkan budaya dalam suatu komunitas melalui
pencapaian akademik siswa dengan pemaksimalan 10 segi pendidikan yang harus dilaksanakan secara lengkap, yaitu:
a. Pendidikan adalah pembinaan tingkah laku perbuatan.
b. Pendidikan adalah pendidikan diri pribadi.
c. Pendidikan diperankan di berbagai pusat lembaga.
d. Pendidikan diarahkan kepada keseluruhan aspek kebudayaan dan kepribadian.
e. Pendidikan berlangsung sepanjang hidup (life proses).
f. Pendidikan adalah persiapan penyesuaian yang intelligent terhadap perubahan sosial.
g. Pendidikan harus mengabdi seluruh masyarakyat.
h. Pendidikan harus diarahkan kepembinaan cita-cita hidup yang luhur.
i. Pendidikan jiwa nasionalisme seimbang dengan jiwa internasionalisme.
j. Pendidikan agama unsur mutlak dalam pembinaan karakteristik dan bangsa.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Interaksi sebagai Proses Sosial. (Online), (http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1809953-interaksi-sebagai-proses-sosial/,
diakses pada 6 Maret 2010).
Anonim. 2010. Pendidikan sebagai Proses Sosial Budaya. (Online), (http://tentangkomputerkita.blogspot.com/2010/01/pendidikan-sebagai-proses-
sosial-budaya.html, diakses pada 6 Maret 2010).
Nanath. 2008. Proses Sosial dan Interaksi Sosial. (Online), (http://kuliahkomunikasi.com/2008/06/proses-sosial-dan-interaksi-sosial/, diakses pada 6
Maret 2010).
Saifullah, Ali. (1982). Pendidikan-Pengajaran dan Kebudayaan: Pendidikan Sebagai Gejala Kebudayaan. Surabaya: Usaha Nasional.
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

KETERKAITAN
1. Pranata Keluarga dengan Pranata Ekonomi
Akibat dari sebuah perkawinan adalah terbentuknya sebuah pranata keluarga. Pranata keluarga mempunyai fungsi sosial dan ekonomi yag
kompleks. Di antaranya adalah pengaturan ekonomi  keluarga. Setiap keluarga apapun bentuknya selalu mempunyai dapur yang setiap hari
harus “berasap” agar anggota keluarga dapat mempertahankan hidup. Jika fungsi ekonomi ini dikaitakan dengan kegiatan ekonomi yang
meliputi produksi, distribusi, dan konsumsi, maka akan banyak dijumpai pada  keluarga- keluarga di pedesaan, terutama yang berlandaskan
ekonomi agraris. Di pedesaan, keluarga berfungsi sebagi unit produksi, misalnya semua anggota keluarga dilibatkan dalam mengolah tanah
ataupun menanam benih. Mereka juga secara bersama- sama menjual serta menikmati  hasilnya, sedang pada keluarga di perkotaan tidak
lagi berperan dalam kegiatan produksi bahan pangan, mereka lebih banyak bergerak dalam produksi jasa dan akan mendapatkan uang
sebagai imbal jasa yang akan  dipakai untuk memenuhi segala kebutuhan keluaga.
1. Pranata keluarga dengan Pranata Politik
Pranata politik adalah jalan atau alat untuk mencapai tujuan bersama dalam hidup bermasyarakat. seperti sistem hukum, sistem kekuasaan,
partai, wewenang, dan pemerintahan, sedangakan pranata keluarga adalah
Salah satu tujuan dari pranata politik  misalnya adalah menyelesaikan konflik yang terjadi di antara para warga masyarakat sehubungan
dengan kepentingan tertentu dari warga masyarakat yang bersangkutan. Dari fungsi tersebut kita dapat mengambil kesimpulan bahwa
pranata politik dan keluarga saling bersangkutan. Dalam hal penyelesaian konflik antara para warga harus melibatkan anggota keluarga lain
misalnya orang tua, kakak, adik, dll. Anggota keluarga dapat lebih mampu untuk mengontrol anggota keluarga lain ketika melakukan
perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai - nilai sosial. Sedangkan peran pemerintah yaitu melaksanakan undang – undang untuk
mengambil keputusan dalam penyelesaian konflik. Jadi dalam kasus tersebut antara pranata keluarga dan pranata politik sangat terkait
dalam mencapai tujuan yaitu menjaga stabilitas dalam kehidupan sosial keamsyarakatan.
Contoh dalam kehidupan sehari – hari mengenai keterkaitan antara pranata keluarga dengan  pranata politik yaitu saat terjadi pemilu doktrin
keluarga biasanya sangat kuat dalam mempengaruhi seorang anggota keluarga dalam memilih partai yang diyakininya. Misal seseorang
yang keluarganya agamis dan turun temurun menjadi aktivis partai tertentu yang besifat agamis pula, maka secara tidak langsung orang
tersebut akan terpegaruh oleh anggota keluarganya. Hal ini terjadi karena pranata keluarga sangat berpengaruh terhadap bagaimana
kehidupan politik seseorang, apakah kontribusi yang dapat diberikan, dan perannya dalam pranata politik.
1. Pranata Keluarga dengan Pranata Agama
Masuknya agama islam di Indonesia dianggap sebagai faktor yang menghilangkan praktik kemaksiatan yang ada dalam masyarakat. Praktik
kemaksiatan itu di dalam masyarakat Jawa dikenal dengan sebutan mo limo. Kurang lebih dalam bahasa IndonesiaM yang lima yaitu:
madat, main, madon, minum, dan maling. Begitu pula masuknya agam kristen di Flores yang dianggap sebagai faktor yang secara bertahap
menghapuskan praktik poligami dan menhalangi terjadinya kasus percerian dalam masyarakat, demikianlah pengaruh agama terhadap
pranata keluarga.
1. Pranata keluarga dengan Pranata Pendidikan
Di dalam sebuah masyarakat terdapat pendidikan yang dilaksanakan secara informal. Yaitu pendidikan yang dilaksanakan di lingkungan
keluarga. Pendidikan keluarga merupakan sebuah konsep pendidikan seumur hidup. Dalam lingkungan ini, seseorang secara sadar atau
tidak, disengaja atau tidak, direncanakan atau tidak, memperoleh sejumlah pengalaman yang berharga dari lingkungannya sejak lahir
hingga mati.
Berikut adalah ciri yang berkaitan dengan proses pendidikan dala keluarga:
 Proses pendidikan dapat berlangsung tanpa terikat oleh waktu dan tempat
 Proses dapat berlangsung tanpa adanya guru dan murid, tetapu berlangsung antara anggota keluarga
 Tidak mengenal persyaratan usia
 Tidak menggunakan metode tertentu yang dikenal dalam dunia pendidikan formal.

Contoh Perubahan Sosial Budaya

Oiya kalian juga bisa baca mengenai dampak perubahan sosial budaya untuk lebih memahami contoh-contoh
perubahannya, jika sudah berikut ini 18 contoh perubahan sosial budaya yang sudah kami kumpulkan :
1. Cara Berkomunikasi

Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi membawa perubahan yang besar dalam cara kita berkomunikasi. Dulu
kita sering melakukan surat-menyurat, dikirim terus menunggu balasan, kalau apes mungkin surat kita kekirim ke orang lain.

Kalau sekarang sangat mudah, pakai smartphone ataupun Komputer kita bisa berkomunikasi secara kilat dengan berbagai
media aplikasi.

2. Pakaian

Karena pengaruh modernisasi dan globalisasi, masyarakat mulai mengubah cara berpakaian mereka.

Tadinya masyarakat kerap memakai baju tradisional atau baju adat daerah masing-masing, kalau sekarang mereka
memakai baju bisa karena mengikuti trend atau sekedar ingin mengenakan sesuai selera mereka.

3. Gaya Hidup

Gaya hidup kebanyakan orang juga berubah, ada yang menjadikan sebagai gaya hidup yang baik seperti vegetarian. Namun
ada pula yang sesat seperit mengkonsumsi narkoba.

4. Pertanian

Ada petani yang cerdas memanfaatkan perubahan sosial budaya dengan cara meningkatkan produktifitas kerjanya dengan
teknologi yang sudah berkembang namun ada pula yang tidak.

Selain itu kasus di Indonesia bisa dibilang dalam sektor pertanian sangat menurun karena cenderung suka membeli produk
dari negara lain dibandingkan dengan produk lokal.

5. Westernisasi

Westernisasi atau kebarat-baratan sudah bukan hal langka untuk dijumpai, bahkan di Indonesia sendiri sudah lama
terjangkit seperti masuknya budaya Halloween maupun Valentine yang kontroversial.

6. Ekonomi

Dalam faktor ekonomi, hampir menyinggung seperti ekonomi. Contoh saja masyarakat lebih memilih berlibur ke luar negri
dibanding dalam negri. Membeli barang merk luar negeri dibanding negara sendiri.

7. Kepercayaan (Religi)
Contoh nyata, dahulu orang Indonesia berpegang teguh pada ajaran nenek moyang atau leluhur mereka yang telah tiada,
namun sekarang mereka mengedepankan logika dan dengan bukti-bukti yang telah ada.

8. Pola Hidup

Semakin kesini masyarakat lebih memilih membeli sesuatu dibanding membuat sesuatu, mungkin saja karena kita terlena
dengan teknologi yang ada.

9. Perilaku

Dalam kasus ini banyak contoh anak yang suka membantah kepada orang tua mereka.

10. Emansipasi Wanita

Emansipasi wanita semakin berkembang, di Indonesia tempo dulu wanita hanya berperan sebagai pendukung rumah tangga
yang kerjaanya di rumah terus. Sekarang mereka bisa bekerja sesuai kemampuan mereka.

11. Masyarakat Semakin Kritis

Teknologi informasi semakin berkembang, berbagai media cetak online maupun offline banyak beredar. Namun kita harus
bisa mengolah informasi yang ada dengan fakta yang memang benar-benar valid.

12. Model Rambut

Banyak pelajar yang suka mencontoh artis idola mereka sehingga menimbulkan efek “hitz” dalam pergaulan mereka. Namun
juga harus dalam pengawasan yang pas supaya apa yang mereka lakukan tidak berlebihan.

13. Kesenian

Karena banyaknya berbagai kesenian yang masuk dari luar negeri, beberapa kesenian asli dari Indonesia sudah jarang
ditemukan. Namun tetap saja masih ada yang populer dan dilestarikan hingga saat ini.

14. Permainan

Dalam hal permainan juga ditemukan banyak kasus permainan asli Indonesia yang hilang. Adminpun sudah tidak
menjumpai permainan congklak ataupun sundamanda di daerah sini, lebih banyak yang memilih bermain online game
seperti DOTA ataupun game console.
 

15. Bahasa

Contoh perubahan sosial budaya yang lainnya ialah penggunaan bahasa. Di Indonesia sendiri banyak masyarakat yang
sudah kurang peduli terhadap bahasa daerah mereka, bisa buktiin sendiri deh berapa orang yang bisa pelajaran bahasa
daerah di sekolamu.

16. Industri

Munculnya revolusi industri membawa perubahan besar, banyak ketimpangan, pengangguran dan gerakan sosialis juga
masih banyak lainnya.

17. Pendidikan

Contoh simplenya seperti sekarang, kalian yang sedang belajar di Eduspensa.id atau media online lainnya. Pembelajaran
juga tidak usah dari sekolah langsung, referensi banyak bertebaran. Di sekolah-sekolah tertentu juga biasanya tersedia
komputer untuk pembelajaran.

18. Budaya

Sudah banyak contoh budaya yang berubah akibat perubahan sosial budaya, dari perayaan yang sebelumnya tidak ada di
Indonesia seperti valentine, budaya merayakan ulang tahun dan sebagainya. Selain itu banyak anak muda yang suka budaya
Jejepangan seperti Cosplay.

19. Sopan santun

Karena kondisi lingkungan maupun background keluarga, sopan santun seseorang bisa berubah. Yang dulunya menjadi baik
sekarang bisa hilang rasa sopan santun mereka.

20. Tempat tinggal

Rumah daerah sepertinya sudah jarang ditemui. Sekarang banyak masyarakat yang sudah beralih dari rumah daerah
menjadi rumah modern ataupun gedung apartemen.

21. Musyawarah

Sekitar tahun 1900an masyarakat Indonesia lebih memilih untuk menyelesaikan suatu permasalahn dengan cara
musyawarah. Semua anggora masyarakat yang datang akan memberikan pendapat dan juga pertimbangan.
Pemimpin dalam musyawarah tersebut akan mengambil keputusan dari yang disepakati bersama.

Namun mulai tahun 2000an, kegiatan seperti ini cenderung memudar.

Analisa Kasus Perubahan Sosial


     Perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada  suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai, sikap-sikap sosial,
dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Perubahan ini dapat menghasilkan budaya dan pola perilaku baru dalam masyarakat itu
sendiri. Perubahan sosial dapat menjadi sebuah   tolak ukur kondisi psikologis dalam kehidupan masyarakat. Bagaimana cara masyarakat menyikapi perubahan
tersebut, dan apa saja hasil dari perubahan serta dampak langsung bagi proses sosial suatu masyarakat. Salah satu dampak dari perubahan sosial adalah
kenakalan remaja. 

        Di Indonesia sendiri, banyak kasus yang melibatkan kenakalan remaja seperti tawuran, narkoba dan miras. Berbagai kasus tersebut dapat kita cermati sebagai
proses seorang remaja menyikapi perubahan yang ada. Mengapa demikian ? struktur dan pola pengajaran serta pemikiran remaja sekarang berbeda dengan
dahulu. Remaja sekarang cenderung bebas mengeksploitasi dan berfikir dewasa melebihi usianya. Salah satu kasus yang saya ungkap berikut ini adalah Remaja
yang terjerat "aroma" miras. Berikut petikan beritanya.

Satpol PP Tangkap Siswa SMP sedang Pesta Miras


Jum'at, 26 Oktober 2012

Metrotvnews.com, Nganjuk: Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Kamis (25/10), menangkap siswa SMP
yang tengah pesta minuman keras (miras). Aksi terjadi usai pulang sekolah.

Dalam penggerebekan itu, seorang siswa tertangkap dalam keadaan telanjang dada. Ia tertangkap karena terperangkap di dalam ruangan. 

Sementara tiga siswa lainnya berhasil kabur. Satu di antaranya adalah seorang siswi. Mereka kepergok ketika sedang menenggak miras di Gedung
Juang. 

Menurut warga, aksi pesta miras di gedung juang itu sudah sering dilakukan para pelajar SMP maupun pelajar SMA usai pulang sekolah. (****)

Dalam berita tersebut, kita dapat ambil refleksi diantaranya :

Jenis Kasus

Kenakalan Remaja
Latar Belakang Kasus

Kasus penangkapan remaja pelaku miras terjadi pada Kamis (25/10), oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP, Nganjuk). Para pelaku miras
tersebut adalah para remaja SMP. Remaja tersebut memanfaatkan waktu pulang sekolah untuk melakukan "aksi"nya tersebut dan memanfaatkan
lokasi gedung juang. Dari berita diatas, didapatkan bahwa pesta miras tersebut sudah sering terjadi. Hal ini mengindikasikan bahwa hal ini bukanlah
satu kali terjadi melainkan berulang-ulang. Remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang
timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial. Kasus diatas adalah salah satu contohnya. Perubahan sosial dan lingkungan yang tidak menyadari
"berat" masalah ini membuat remaja menjadikan hal tersebut sebagai kesenangan dan kewajaran bagi usianya. Pengaruh budaya dan perhatian
menjadi peran sentral dalam jiwa remaja. 

Penyelesaian

Dalam kasus diatas, satpol PP berhasil menangkap seorang siswa yang terjebak didalam ruangan, sementara tiga siswa lainnya melarikan diri. Kasus
diatas tidak akan menemui titik penyelesaian tanpa adanya tanggapan serius dari masyarakat dan pemerintah.

Analisa Dampak Perubahan Sosial Terhadap Kenakalan Remaja

         Seperti disebutkan diatas, perubahan sosial dapat diartikan sebagai perubahan struktur dan pola kehidupan masyarakat yang berkaitan dengan
nilai, norma, adat, budaya dan perilaku. Kenakalan remaja merupakan bukti bahwa adanya perubahan dalam tata nilai dan norma yang ada dalam
masyarakat. Nilai dan norma seakan tidak dijadikan pegangan dan terlepas begitu saja seiring dengan perkembangan jaman. Remaja identik dengan
pribadi yang serba instant dan dalam fase "percarian jati diri". Oleh karena itu, setiap hal yang hinggap dari jiwa seorang remaja akan dianggap sebagai
sesuatu yang baru dan perlu tindak lanjut. Tindak lanjut dari perbuatan remaja dapat menghasilkan perilaku positif dan negatif. Perilaku positif yang
dihasilkan perubahan sosial bagi seorang remaja diantaranya Pribadi yang kreatif dan kritis, sedangkan dampak negatifnya sendiri yaitu berupa
kenakalan dan jiwa tidak tentu arah. 

        Masa remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya
perubahan sosial. Minuman keras pada remaja bukanlah sesuatu yang datang dengan begitu saja, namun melalui proses. Proses itulah yang terjadi
dalam perubahan. Perubahan sosial yang mempengaruhi kasus ini diataranya, Masuknya budaya luar, sikap masyarakat yang tidak kritis, remaja yang
cenderung bersikap berdasarkan nalar, kurangnya norma yang diterapkan, dan pendidikan yang tidak intensif.

        Perubahan bukanlah penyebab tetapi hasil. Maka dari itu, kita harus menyikapi setiap perubahan dalam masyarakat secara positif.

Sumber acuan :

www.metrotvnews.com

www.catatansosiologi.blogspot.com

Dampak Positif Perubahan Sosial


Dampak positif mengarah pada kemajuan dengan menuju terciptanya masyarakat yang adil dan sejahtera. Hal inilah yang dijadikan harapan

oleh masyarakat. Dampak sosial dari berlangsungnya perubahan sosial antara lain :

1. Munculnya Nilai dan Norma Baru

Adakalanya suatu nilai dan norma dirasa tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan manusia yang semakin kompleks. Dengan adanya
perubahan sosial diharapkan mampu mendorong munculnya nilai maupun norma baru yang lebih sesuai dengan tuntutan perkembangan

zaman.

2. Adanya Struktur dan Hubungan Sosial Baru 

Struktur dan hubungan sosial baru ini biasanya lebih menekankan pada penghormatan terhadap hak asasi manusia.

3. Adanya Upaya Memberdayakan Perempuan dan Mewujudkan Kesetaraan Gender

Bentuk pemberdayaan perempuan harus diletakkan dalam kerangka gender related development yaitu dengan menambah anggaran

kesehatan dan pendidikan. Memastikan bahwa perempuan sudah mendapatkan porsi yang layak, terutama terkait dengan peningkatan

pelayanan kesehatan dan beasiswa bagi pelajar perempuan.

Kesetaraan yang harmonis diupayakan agar peranan perempuan sebagai pelaku kegiatan ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup.

Perempuan diharapkan lebih leluasa menggali dan mengembangkan potensi ataupun sumber daya yang dimilikinya.

4. Terjadinya Diferensiasi Struktural

Diferensiasi struktural yaitu berkembangnya lembaga-lembaga sosial baru, sehingga lebih memungkinkan anggota masyarakat untuk

memenuhi berbagai macam kebutuhan yang semakin kompleks. Dengan demikian, diharapkan fungsi pemenuhan kebutuhan tersebut dapat

dilaksanakan dengan lebih baik.

5. Munculnya Budaya Ilmuwan

Setiap gejala sosial maupun non-sosial dilakukan dengan mengacu pada deskripsi ilmiah. Itulah sebabnya, penalaran dan observasi harus

dilakukan secara tepat agar dapat berfungsi sebagai sarana pencarian pengetahuan ilmiah.

6. Kesadaran Politik Semakin Tinggi

Tingginya kesadaran politik ditandai dengan meningkatnya partisipasi dalam politik praktis. Pendidikan politik mulai menyentuh lapisan

bawah masyarakat, sehingga berkembang kesadaran tentang pentingnya penggunaan hak politik.

7. Meningkatnya Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Munculnya penelitian ilmiah semakin menyadarkan manusia terhadap pentingnya penguasaan Iptek dengan peningkatan taraf hidupnya.

8. Tingkat Pendidikan Formal Semakin Tinggi dan Merata

Perkembangan berbagai jenjang pendidikan formal, dengan jurusan dan biaya yang beragam akan semakin meningkatkan akses anggota

masyarakat terhadap pendidikan.

Berkembangnya Industrialisasi

Perkembangan ini memunculkan produktivitas dan nilai tambah yang signifikan, sehingga menyerap banyak tenaga kerja serta

meningkatkan peluang ekspor.

10. Terbukanya Peluang Mobilitas


Hambatan untuk melakukan mobilitas sosial kini semakin berkurang. Semakin terbukanya kesempatan untuk mengadakan mobilitas sosial

pada semua strata.

11. Perlindungan dan Penghormatan terhadap Kebebasan dalam Kehidupan Beragama

Perlindungan dan penghormatan ini mencakup penanaman cara hidup saling menghormati, tulus, dan toleran terhadap keanekaragaman

agam yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat yang plural. Dengan demikian diharapkan akan tercipta kerukunan antar

umat beragama yang bermuara pada terwujudnya kebebasan beragama secara hakiki.

12. Masyarakat Semakin Menghargai Waktu

Dalam orientasinya ke masa depan, anggota masyarakat berupaya meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam berbagai aktivitas.

Dampak Negatif Perubahan Sosial


Dampak negatif mengarah pada kemunduran yang ditandai dengan adanya tindak kriminalitas, konflik sosial, deviasi sosial, serta berbagai

masalah sosial lainnya. Hal inilah yang menjadi titik jenuh dari perubahan sosial dalam masyarakat. Adapun dampak yang bersifat negatif

antara lain.

1. Adanya Disorientasi Nilai dan Norma

Norma dan nilai terkadang diabaikan seiring semakin tingginya kebutuhan akan kebebasan maupun independensi dari otoritas tradisional.

2. Perubahan Tingkah Laku

Perubahan tingkah laku yang mungkin menjurus pada perilaku menyimpang. Suatu perilaku dianggap manyimpang apabila tidak sesuai

dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.

3. Budaya Konsumtif yang Semakin Besar

Individu mengonsumsi suatu barang karena dianggap sebagai simbol status.

4. Berkembangnya Sifat Individualisme

Saat ini, masyarakat lebih mementingkan kepentingan pribadi, sehingga sering mengesampingkan kepentingan hukum. Hubungan antar

manusia bersifat sekunder, serba terbatas pada bidang kehidupan tertentu saja.

5. Munculnya Konflik Sosial Vertikal maupun Horizontal

Konflik dan kekerasan muncul sebagai akibat adanya perbedaan sikap dan kepentingan dalam menghadapi perubahan sosial.
6. Lembaga-lembaga Sosial yang ada Tidak Dapat Berfungsi Maksimal

Ketidakmampuan lembaga sosial berfungsi secara maksimal dikarenakan adanya konflik antara kelompok pendukung dan penentang

perubahan sosial.

7. Banyak Pengangguran

Di masa industrialisasi seharusnya tercipta banyak peluang usaha dan kesempatan kerja. Namun, sebagian anggota masyarakat tidak siap

untuk menyesuaikan diri dengan pola industrialisasi, sehingga dapat meningkatkan jumlah pengangguaran.

8. Adanya Kesenjangan Sosial

Anggota masyarakat yang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan tentu akan mampu meningkatkan taraf hidupnya. Namun

sebaliknya, apabila masyarakat tidak mampu melakukan penyesuaian, maka lama kelamaan akan semakin terbelakang dan mengalami

penurunan kualitas hidup. Sehubungan bergulirnya perubahan, semakin lebar pula kesenjangan sosial yang tercipta dalam hubungan antara

dua keadaan yang saling bertolak belakang ini.

9. Terjadinya Berbagai Bentuk Kerusakan Lingkungan dan Bencana Alam

Pemanasan global (global warming) merupakan sebagai salah satu bentuk kerusakan lingkungan dan bencana alam yang diakibatkan oleh

perubahan pola kehidupan masyarakat. Hal ini telah menjadi sorotan masyarakat dunia, terutama negara yang mengalami industrialisasi

dan pola konsumtif tinggi.

Akibat Perubahan Sosial


Akibat perubahan sosial dan budaya yang terjadi tidak jarang berdampak pada gejala sosial lainnya yang bisa diamati, misalnya sebagai
berikut.

1. Anomie
Yaitu keadaan dimana seseorang sudah tidak mempunyai pegangan apapun dalam menjalani kehidupan. Nilai-nilai yang ada sudah mulai
luntur bahkan hilang sama sekali.

2. Culture shock atau kegoncangan budaya


Kegoncangan budaya yaitu keadaan dimana seseorang atau masyarakat tidak siap menerima kebudayaan baru yang sifatnya asing yang
tiba-tiba datang.

3. Culture lag atau ketertinggalan budaya


Ketertinggalan budaya adalah kondisi dimana salah satu komponen budaya tidak bisa menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan
komponen budaya lainnya yang sudah mengalami perubahan terlebih dahulu.

Bentuk-Bentuk Mobilitas Sosial - Dalam kehidupan sosial budaya di masyarakat, kita mengenal tiga bentuk mobilitas sosial, yaitu mobilitas fisik,
mobilitas horizontal, dan mobilitas vertikal.

a. Mobilitas Fisik (Physical Mobility)


Mobilitas fisik memberi kemungkinan dan kesempatan kepada seseorang untuk memindahkan tempat kediaman dalam hubungannya dengan alat-alat
transportasi dan lalu lintas modern. Artinya, dengan adanya alat-alat transportasi dan lalu lintas modern, akan memberikan kemudahan anggota
masyarakat untuk melakukan perpindahan dari satu daerah ke daerah lain. 
Akibatnya, akan terjadi proses-proses asimilasi dan akulturasi yang selanjutnya akan membawa pengaruh tertentu, misalnya kita sering tidak
mengenal latar belakang sosial dari seorang pendatang baru. Contohnya, dengan adanya alat transportasi dan lalu lintas mutakhir, seperti pesawat
terbang, kereta api cepat atau yang lainnya, merangsang pemikiran seseorang untuk melakukan perpindahan secara fisik dari satu tempat ke tempat
lainnya.

b. Mobilitas Horizontal (Horizontally Mobility)


Menurut Soerjono Soekanto, mobilitas horizontal dapat diartikan sebagai perpindahan individu atau objek-objek sosial lainnya dari suatu kelompok ke
kelompok lainnya yang sederajat. Atau dapat dikatakan pula sebagai perpindahan status sosial yang dialami seseorang atau sekelompok warga
secara mendatar dalam lapisan sosial yang sama. 

Mobilitas sosial horizontal ini memberi kemungkinan perubahan dalam pekerjaan dan atau kedudukan yang tidak bersifat sebagai suatu pergeseran
dalam hierarki sosial. Ciri utama mobilitas sosial horizontal adalah lapisan sosial yang ditempati tidak mengalami perubahan.

Dalam masyarakat, kita mengenal dua bentuk mobilitas horizontal, yaitu mobilitas horizontal intragenerasi dan mobilitas horizontal antargenerasi.

1. Mobilitas horizontal intragenerasi adalah mobilitas horizontal yang terjadi dalam diri seseorang. Misalnya seorang dosen sebuah perguruan
tinggi swasta yang ingin memperbaiki nasibnya. Ia mencoba mengikuti serangkaian tes untuk diterima sebagai dosen di perguruan tinggi
negeri. Setelah melewati beberapa tahapan tes, akhirnya ia diterima dan menjadi dosen di perguruan tinggi negeri.

2. Mobilitas horizontal antargenerasi adalah mobilitas horizontal yang terjadi dalam dua generasi atau lebih. Misalnya, Sukardono adalah
seorang anggota TNI dengan pangkat mayor, yang dapat digolongkan ke dalam lapisan menengah. Sedangkan Munaf, anaknya, tidak
mau mengikuti jejak ayahnya sebagai seorang anggota TNI, dan lebih memilih menjadi seorang dosen di perguruan tinggi negeri yang
berada pada lapisan menengah pula. Perubahan dari pekerjaan sang ayah sebagai anggota TNI dengan pangkat mayor ke anaknya
sebagai seorang dosen perguruan tinggi negeri merupakan bentuk mobilitas horizontal antar generasi yang dapat kita temui di masyarakat.

Mobilitas Vertikal (Vertically Mobility)


Mobilitas vertikal adalah sebuah peralihan individu atau objek-objek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak
sederajat. Mobilitas vertikal ini memberi kemungkinan terjadinya pergeseran status, baik ke atas maupun ke bawah.

Macam-Macam Mobilitas Vertikal


Berdasarkan penjelasan tersebut, sesuai dengan arahnya kita dapat membedakan mobilitas vertikal atas mobilitas vertikal naik dan mobilitas vertikal
turun.

a. Mobilitas vertikal naik (social climbing atau upward mobility) 


adalah peralihan individu atau objek-objek sosial menuju pada tingkat yang lebih tinggi. Adapun yang menjadi ciri-ciri mobilitas ini adalah sebagai
berikut.

 Masuknya individu yang mempunyai kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi.

 Pembentukan kelompok baru, yang kemudian ditempatkan pada derajat yang lebih tinggi dari kedudukan individu pembentuk kelompok
tersebut.

b. Mobilitas vertikal turun (social sinking atau downward mobility) 


adalah peralihan individu atau objek-objek sosial menuju pada tingkat yang lebih rendah. Adapun yang menjadi ciri-ciri mobilitas ini adalah sebagai
berikut.

 Turunnya kedudukan sosial individu ke kedudukan yang lebih rendah derajatnya.

 Turunnya derajat sekelompok individu yang dapat berupa disintegrasi dalam kelompok sebagai suatu kesatuan.

Di samping itu, kita juga dapat membedakan mobilitas vertikal ini atas mobilitas vertikal intragenerasi dan mobilitas vertikal antargenerasi.

a. Mobilitas vertikal intragenerasi 


adalah mobilitas vertikal yang terjadi dalam diri seseorang atau mobilitas yang dialami oleh orang itu sendiri. Misalnya bekerja di perusahaan itu Resita
adalah seseorang yang bekerja pada sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jurnalistik. Pada awalnya, ia melamar dan diterima sebagai reporter
atau wartawan. Karena prestasinya, dua tahun kemudian ia dinaikkan kedudukannya sebagai redaktur. Setelah dua tahun menjadi redaktur, dirinya
dinilai pantas untuk menduduki jabatan sebagai pimpinan redaksi, dikarenakan dedikasinya kepada perusahaan sangat baik.

Dalam hal ini, Resita mengalami mobilitas vertikal intragenerasi naik. Selain itu juga ada mobilitas vertikal intragenerasi turun. Contohnya adalah yang
diturunkan pangkatnya atau bahkan dikeluarkan (desersi)dari kesatuan karena menyalahgunakan kekuasaan seorang anggota militer.

b. Mobilitas vertikal antargenerasi 


adalah mobilitas vertikal yang terjadi antara dua generasi atau lebih. Misalnya generasi ayah–ibu, generasi anak, generasi cucu dan seterusnya, atau
generasi sekarang dengan generasi terdahulu. Contohnya, zaman dulu ayahnya adalah seorang buruh tani yang tidak berpendidikan dan miskin,
tetapi ia berhasil mendidik dan menyekolahkan anaknya, sehingga anaknya menjadi seorang sarjana dan kemudian menjadi seorang pengusaha
sukses yang kaya.

2. Prinsip Umum Mobilitas Vertikal


Berdasarkan penjelasan mengenai mobilitas vertikal di atas, perlu kamu ketahui bahwa Pitirim A. Sorokin mengemukakan adanya beberapa prinsip
umum yang sangat penting bagi mobilitas vertikal, antara lain sebagai berikut.

 Hampir tidak ada masyarakat yang sifat sistem pelapisannya secara mutlak tertutup, sekalipun itu pada masyarakat yang memakai tipe
kasta seperti di India, walaupun mobilitas sosialnya hampir tidak tampak, namun diyakini proses mobilitas sosial vertikal ini pasti ada.

 Betapapun terbukanya sistem pelapisan sosial dalam suatu masyarakat, tidak mungkin mobilitas sosial vertikal dapat dilakukan sebebas-
bebasnya, atau dengan kata lain sedikit banyak pasti ada hambatannya.
 Tidak ada mobilitas sosial vertikal yang umum yang berlaku bagi semua masyarakat. Setiap masyarakat memiliki ciri-ciri khas dalam
mobilitas sosial vertikal.

 Laju mobilitas sosial vertikal yang disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi, politik, serta pekerjaan adalah berbeda-beda.

ngan Pranata Ekonomi

Hubungannya pranata politik dengan pranata ekonomi misalnya ditandai dengan lahirnya paham ekonomisme dan politisme ( Ramlan
Surbakti, 1992). Dalam pandangan ekonomisme, ekonomilah yang menentukan politik, sebaliknya pandangan politisme politiklah yang menentukan
ekonomi. Pandangan yang lebih realistik adalah yang memandang antara keduanya terjadi interaksi yang saling mempengaruhi hal ini dapat dilihat
secara empirik kehidupan politik yang setabil akan mendorong berkembangnya ekonomi, begitu pula berkembangnya ekonomi akan berpengaruh
terhadap perkembangan kehidupan politik yang demokratis. Selain itu pranata politik juga mengatur kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan
pranata ekonomi seperti mengatur perizinan yang mau berinvestasi, segala perdagangan luar negeri.

Keterkaitan antara Pranata Politik dengan Pranata Pendidikan

Hubungannya kita memandang dari segi Intelektualnya buat kemajuan bangsa


dan negara yang memerlukan peranan pranata pendidikan untuk menghasilkan
orang-orang yang pandai yang dapat membuat kebijakan perundangan dan
peraturan yang baik agar dapat membangun bangasa kita ke arah yang lebih
baik. Disini pranata pendidikan lebih dominan pada pranata politik untuk
mengatur dan membuat kebijakan agar tidak terjadi stagnan karena dunia selalu

Beberapa Sektor yang Menjadi Peluang bagi Indonesia dalam MEA

Sebenarnya adanya MEA memberi peluang bagi Indonesia. Mengingat Indonesia memiliki jumlah penduduk yang terbesar di Asia Tenggara.
Total jumlah penduduk Indonesia hampir 40% dari total keseluruhan penduduk ASEAN. Fakta ini bisa dijadikan acuan untuk menguasai pasar
ASEAN jika didukung dengan produktivitas yang tinggi. Selain itu, Indonesia juga memiliki sumber daya alam (SDA) dan sumber daya
manusia (SDM) yang potensial.

Tentu saja hal tersebut sejalan dengan ASEAN Economic Community Blueprint yang intinya adalah MEA sangat diperlukan dalam mengurangi
kesenjangan antarnegara ASEAN. MEA juga dapat digunakan sebagai jembatan dalam membangun rantai suplai makanan dan bisa menjadi
perantara untuk melakukan kegiatan ekspor-impor dengan negara-negara non-ASEAN.

Kesempatan baik tersebut dapat dimanfaatkan Indonesia untuk mengurangi hambatan perdagangan. Dengan tidak adanya hambatan di
bidang perdagangan, Indonesia mampu meningkatkan kegiatan ekspor-impor sehingga bisa meningkatkan gross domestic product (GDP)
atau produk domestik bruto (PDB). Karena itu, Indonesia sanggup berkompetisi dengan produk-produk unggulannya di perikanan, pertanian,
dan perkebunan.

Pengembangan Sektor Investasi dan SDM Perlu Menjadi Prioritas

Selain sektor jasa dan sumber daya alam, Pemerintah juga fokus dalam mengembangkan sektor investasi dan SDM. Di sektor investasi,
mengingat potensi yang dimiliki Indonesia cukup besar maka diprediksi akan sangat mudah untuk meningkatkan masuknya Foreign Direct
Investment (FDI). Masuknya FDI ini bakal mampu memicu pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui perkembangan teknologi, penciptaan
lapangan kerja, dan pengembangan SDM.

Indonesia sangat mungkin memposisikan diri sebagai negara tujuan investor karena tingkat kebutuhan akan barang dan jasa yang tinggi
serta jumlah populasinya yang tinggi juga. Di bidang ini banyak sekali para pengusaha yang melirik investasi, termasuk properti. Sebagai
lahan investasi yang sangat potensial, masyarakat Indonesia bisa mengambil kesempatan emas tersebut untuk memanfaatkan aliran modal
asing.

Dilihat dari aspek ketenagakerjaan Indonesia juga memiliki kesempatan yang sangat besar karena dengan jumlah populasi yang dimiliki
akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja apalagi jika mereka sudah memiliki kualitas SDM yang mumpuni. Dengan begitu, tenaga kerja
Indonesia bisa mengisi kekosongan-kekosongan posisi yang ada di luar negeri. Ini juga menjadi kabar baik bagi para wirausaha karena
mereka akan lebih mudah dalam mencari tenaga kerja yang lebih berkompeten dari berbagai negara di wilayah Asia Tenggara.

Tantangan yang Dihadapi Indonesia

Seiring dengan terciptanya peluang-peluang bisnis yang telah disebutkan di atas, ternyata setiap peluang tersebut juga memiliki risikonya
masing-masing. Risiko tersebut bukan menjadi titik akhir yang tidak bisa diatasi. Akan tetapi, lebih menjadi tantangan bagi Indonesia untuk
meminimalkan berbagai kemungkinan yang terjadi setiap adanya peluang bisnis tersebut. Berikut ini adalah beberapa tantangan yang harus
dihadapi dengan adanya peluang-peluang yang telah disebutkan di atas.

Tantangan di Bidang Perdagangan Barang dan Jasa

Arus perdagangan bebas entah itu barang maupun jasa akan memunculkan competition risk. Artinya, selain menjadi negara pengekspor,
Indonesia juga menjadi sasaran empuk eksportir dari negara lain. Hal ini mengakibatkan munculnya produk-produk luar yang beragam dalam
jumlah banyak ke Indonesia. Hal ini perlu diwaspadai jika produk-produk yang datang dari luar negeri memiliki kualitas yang lebih bagus.
Industri lokal pun akan terancam akibat hal tersebut. Efek besar yang ditimbulkan adalah adanya defisit neraca perdagangan.

Oleh karena itu, para pelaku usaha khususnya para produsen menciptakan produk yang memiliki standar terbaik sehingga produk lokal tetap
memiliki kualitas. Pada sektor ini, yang memiliki peluang besar adalah para pelaku UMKM. Mulai dari diberlakukannya MEA sejak awal
Januari 2016, Pemerintah telah bekerja keras melalui Balai Riset dan Standarisasi Industri (Baristand) di bawah komando Kementerian
Perindustrian (Kemenperin) dalam melakukan sosialiasi dan melakukan peningkatan kualitas SDM.

Tantangan di Bidang Investasi

Pada sektor ini, Indonesia terbilang memiliki risiko yang sangat tinggi karena adanya exploitation risk. Sebabnya, Indonesia kurang memiliki
aturan dan regulasi yang ketat sehingga sektor-sektor riil semisal pertambangan mudah saja dikelola negara asing. Untuk yang satu ini,
tentunya tidak banyak yang bisa diperbuat masyarakat. Padahal, Pemerintah memiliki kekuasaan penuh untuk mencegah adanya eksploitasi
alam yang dilakukan perusahaan-perusahaan asing.

Tantangan di Bidang Ketenagakerjaan

Masalah ketenagakerjaan Indonesia memiliki tantangan yang luar biasa. Kalau dilihat dari sisi pendidikan dan produktivitas, Indonesia masih
kalah jauh dari negara-negara tetangga, seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia. Seperti halnya yang dilansir Republika, pada 2013,
Indonesia masih berada di peringkat ke-4 dalam hal pendidikan dan produktivitas yang dimiliki. Meskipun demikian, Indonesia masih
memiliki posisi yang aman dalam hal ini. Mengingat standar upah yang berlaku di Indonesia masih tergolong kecil sehingga tenaga kerja
asing masih enggan untuk bekerja di sini. Malah sebaliknya, tenaga kerja Indonesia lebih memiliki peluang untuk bekerja di luar negeri untuk
mendapatkan gaji yang lebih layak.

Tantangan di Bidang UMKM

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi salah satu sasaran dan fokus Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dalam menciptakan
stabilitas dan perkembangan ekonomi di wilayah regional ASEAN. UMKM Indonesia memiliki banyak tantangan yang harus dihadapi,
terutama tentang kualitas barang yang dihasilkan. Kebanyakan kualitas produk UKM Indonesia belum memenuhi standar. Hal itu disebabkan
beberapa faktor. Pertama, biaya produksi dalam negeri yang sangat mahal sehingga tidak mampu menciptakan efisiensi produksi. Kedua,
kurangnya pengetahuan para pelaku usaha kecil menengah (UKM) dalam menghasilkan barang ataupun jasa yang berkualitas. Kedua hal
tersebut sangat berkaitan dan perlu sesegera mungkin diupayakan solusinya, baik oleh Pemerintah maupun pelaku usaha sendiri.

Manfaatkan Peluangnya, Hadapi Tantangannya

Dalam menghadapi MEA, kita harus bisa memanfaatkan peluang dan menghadapi tantangan yang datang. Kreativitas dan inovasi dalam
menghasilkan produk dan jasa bisa menunjang eksisnya produk dan jasa dari dalam negeri untuk terus bersaing dengan produk luar negeri.
Di luar itu, peningkatan kualitas SDM dan pemanfaatan SDA harus terus dilakukan seoptimal mungkin agar tak tersungkur jatuh di hadapan
negara-negara lain dalam persaingan di pasar bebas ini.

Minggu, 17 April 2016

STRATEGI PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI


ASEAN (MEA)

STRATEGI PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN


(MEA)

LAILATUL FITRIYAH

128620600096

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

(PGSD)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH


SIDOARJO

April 2016
STRATEGI PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
(MEA)

Lailatul Fitriyah

ABSTRAK

Salah satu program yang dicanangkan oleh ASEAN Vision 2020 dalam rangka integrasi ekonomi
yaitu ASEAN Economic Community atau Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). MEA diberlakukan pada
bulan Desember 2015. Dalam menghadapi era MEA pemerintah Indonesia dituntut untuk mampu
mengembangkan potensi yang dimiliki dari berbagai sektor melalui strategi atau langkah yang tepat
sehingga mampu bersaing dengan anggota ASEAN lainnya dalam perdagangan bebas. Tujuan
dibentuknya strategi adalah untuk menyeimbangkan antara ekspor dan impor serta agar mampu
bersaing dengan negara-negara anggota ASEAN lainnya. Strategi atau langkah yang telah dilakukan
pemerintah adalah: 1) Meningkatkan daya saing ekonomi dengan menghasilkan produk Indonesia yang
berkualitas mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar berpotensi menjadi pasar bagi
produk sejenis dari negara tetangga, 2) Membentuk program Aku Cinta Indonesia (ACI) yang dapat
mewujudkan kecintaan yang lebih masyarakat terhadap produk-produk Indonesia, 3) Penguatan sektor
UMKM melalui pembinaan dan pemberdayaan, 4) Perbaikan infrastruktur, 5) Peningkatan Kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM), 6) Reformasi Kelembagaan dan Pemerintahan. Strategi semacam ini tidak
dimaksudkan sebagai cara Indonesia memproteksi pasar Indonesia tetapi tidak lain hanya untuk
menyeimbangkan antara ekspor dan impor dalam menghadapi era MEA 2015.

Kata Kunci: Strategi pemerintah, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Latar Belakang
Proyek yang telah lama disiapkan seluruh anggota ASEAN yang bertujuan untuk meningkatkan
stabilitas perekonomian di kawasan ASEAN dan membentuk kawasan ekonomi antar negara ASEAN
yang kuat telah diberlakukan pada bulan Desember 2015 yaitu Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) /
AEC (Asean Economic Community). Adanya MEA mengakibatkan negara-negara anggota ASEAN akan
mengalami perdagangan bebas barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja terdidik dari dan ke masing-
masing negara.

Maka sebagai bagian dari anggota ASEAN, Indonesia harus memiliki strategi dan berusaha
untuk mempersiapkan kualitas diri dalam memanfaatkan peluang MEA 2015, sehingga dapat
bersaing dengan negara-negara anggota ASEAN lainnya. Dengan demikian ketakutan akan kalah
saing di negeri sendiri akibat diberlakukannya MEA 2015 tidak terjadi.

Pemerintah telah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 11 Tahun 2011 tentang
Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru MEA dalam upaya persiapan menghadapi pasar bebas ASEAN.
Dalam cetak biru MEA, terdapat 12 sektor prioritas yang akan diintegrasikan oleh pemerintah.
Sektor tersebut terdiri dari tujuh sektor barang yaitu industri agro, otomotif, elektronik, perikanan,
industri berbasis karet, industri berbasis kayu, dan tekstil. Kemudian sisanya berasal dari lima sektor
jasa yaitu transportasi udara, kesehatan, pariwisata, logistik, dan teknologi informasi. Sektor-sektor
tersebut pada era MEA akan diwujudkan dalam bentuk pembebasan arus barang, jasa, investasi, dan
tenaga kerja. (Sholeh. 2013. “Persiapan Indonesia Dalam Menghadapi AEC (Asean Economic
Community) 2015”. eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (2): 509-522)

Dari berbagai sektor yang menjadi prioritas pemerintah akan dapat diwujudkan dengan baik
dan mampu bersaing dengan negara-negara anggota ASEAN lainnya jika pemerintah memiliki
strategi yang tepat dalam menghadapi era MEA saat ini. Potensi yang dimiliki oleh indonesia dalam
berbagai sektor sangat beragam dan perlu dikembangkan melalui strategi yang tepat. Dalam tulisan
ini akan mengulas secara ringkas strategi pemerintah dalam menghadapi MEA / AEC.

             
            Pembahasan

Pada KTT ASEAN ke 9 di Bali pada tahun 2003 dihasilkan Bali Concord II, yang menyepakati
pembentukan ASEAN Community untuk mempererat integrasi ASEAN. Terdapat tiga komunitas
dalam ASEAN Community yang disesuaikan dengan tiga pilar didalam ASEAN Vision 2020, yaitu pada
bidang keamanan politik (ASEAN Political-Security Community), ekonomi (ASEAN Economic
Community), dan sosial budaya (ASEAN Socio-Culture
Community). MEA adalah tujuan akhir integrasi ekonomi seperti yang dicanangkan dalam ASEAN
Vision 2020, adalah :

To create a stable, prosperous and highly competitive ASEAN economic region in which there is
free flow of goods, services, investment, skill labor and freer flow of capital, equitable economic
development and reduced poverty and socio-economic disparities in year 2020." (Humphrey Wangke.
2014. “Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi Asean 2015”. eJournal Ilmu Hubungan
Internasional:2)

Terbentuknya MEA merupakan hasil dari pertemuan KTT ASEAN ke 9 di Bali pada tahun 2003
dihasilkan Bali Concord II yang merupakan tujuan akhir integrasi ekonomi seperti yang dicanangkan
dalam ASEAN Vision 2020.

Menurut Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Hendri Saparini, kesiapan
Indonesia dalam menghadapi MEA 2015 baru mencapai 82 persen. Hal itu ditengarai dari empat (4)
isu penting yang perlu segera diantisipasi pemerintah dalam menghadapi MEA 2015, yaitu: 1)
Indonesia berpotensi sekedar pemasok energi dan bahan baku bagi industrilasasi di kawasan ASEAN,
sehingga manfaat yang diperoleh dari kekayaan sumber daya alam minimal, tetapi defisit neraca
perdagangan barang Indonesia yang saat ini paling besar di antara negara-negara ASEAN semakin
bertambah, 2) melebarkan defisit perdagangan jasa seiring peningkatan perdagangan barang, 3)
membebaskan aliran tenaga kerja sehingga Indonesia harus mengantisipasi dengan menyiapkan
strategi karena potensi membanjirnya Tenaga Kerja Asing (TKA), dan 4) masuknya investasi ke
Indonesia dari dalam dan luar ASEAN. (Humphrey Wangke. 2014. “Peluang Indonesia Dalam
Masyarakat Ekonomi Asean 2015”. eJournal Ilmu Hubungan Internasional:4)

Dari pendapat tersebut Indonesia perlu menyiapkan strategi yang tepat guna dalam
menghadapi MEA agar siap dan mampu mengembangkan potensi yang dimiliki.

Dari sisi liberalisasi perdagangan, produk Indonesia praktis tidak terlalu menghadapi masalah
sebab hampir 80 persen perdagangan Indonesia sudah bebas hambatan. Bahkan ekonomi yang
berbasis kerakyatan (UMKM) berpeluang menembus pasar negara ASEAN. Pemerintah telah
melakukan upaya percepatan pemerataan pembangunan sebagai bagian dari penguatan ekonomi
kerakyatan antara tahun 2011-2013, investasi Indonesia banyak diarahkan pada wilayah-wilayah di
luar pulau Jawa dengan memberikan rangsangan tax holiday. Dengan demikian, pusat pertumbuhan
ekonomi di masa depan bukan hanya terpusat di Jawa saja tetapi juga di luar Jawa. Usaha lain yang
dilakukan pemerintah adalah dengan membentuk kluster untuk pembinaan UMKM agar memiliki
daya saing. ." (Humphrey Wangke. 2014. “Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi Asean
2015”. eJournal Ilmu Hubungan Internasional:3)

Sejauh ini, langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Indonesia berdasarkan rencana
strategis pemerintah untuk menghadapi MEA / AEC, antara lain :
1.    Penguatan Daya Saing Ekonomi
Pada 27 Mei 2011, Pemerintah meluncurkan Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). MP3EI merupakan perwujudan transformasi
ekonomi nasional dengan orientasi yang berbasis pada pertumbuhan ekonomi yang kuat,
inklusif, berkualitas, dan berkelanjutan. Sejak MP3EI diluncurkan sampai akhir Desember
2011 telah dilaksanakan Groundbreaking sebanyak 94 proyek investasi sektor riil dan
pembangunan infrastruktur. (dalam Kemendag RI : 2009:17).
Dengan adanya MP3EI maka transformasi ekonomi nasional dengan orientasi yang
berbasis pada pertumbuhan ekonomi semakin kuat, inklusif, berkualitas, dan berkelanjutan.
2.    Program ACI (Aku Cinta Indonesia)
ACI (Aku Cinta Indonesia) merupakan salah satu gerakan ‘Nation Branding’ bagian
dari pengembangan ekonomi kreatif yang termasuk dalam Inpres No.6 Tahun 2009 yang
berisikan Program Ekonomi Kreatif bagi 27 Kementrian Negara dan Pemda. Gerakan ini
sendiri masih berjalan sampai sekarang dalam bentuk kampanye nasional yang terus berjalan
dalam berbagai produk dalam negeri seperti busana, aksesoris, entertainment, pariwisata dan
lain sebagainya. (dalam Kemendag RI : 2009:17).
Dengan adanya program ACI maka masyarakat akan lebih mencintai produk dalam
negeri dibandingkan produk luar negeri sehingga industri dalam negeri akan semakin
berkembang.
3.    Penguatan Sektor UMKM
Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan UMKM di Indonesia, pihak Kadin
mengadakan beberapa program, antara lain adalah ‘Pameran Koperasi dan UKM Festival’
pada 5 Juni 2013 lalu yang diikuti oleh 463 KUKM. Acara ini bertujuan untuk
memperkenalkan produk-produk UKM yang ada di Indonesia dan juga sebagai stimulan bagi
masyarakat untuk lebih kreatif lagi dalam mengembangkan usaha kecil serta menengah.
Selain itu, persiapan Indonesia dari sektor Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
(KUKM) untuk menghadapi MEA 2015 adalah pembentukan Komite Nasional Persiapan
MEA 2015, yang berfungsi merumuskan langkah antisipasi serta melakukan sosialisasi
kepada masyarakat dan KUKM mengenai pemberlakuan MEA pada akhir 2015.
Adapun langkah-langkah antisipasi yang telah disusun Kementerian Koperasi dan
UKM untuk membantu pelaku KUKM menyongsong era pasar bebas ASEAN itu, antara lain
peningkatan wawasan pelaku KUKM terhadap MEA, peningkatan efisiensi produksi dan
manajemen usaha, peningkatan daya serap pasar produk KUKM lokal, penciptaan iklim
usaha yang kondusif.
Namun, salah satu faktor hambatan utama bagi sektor Koperasi dan UKM untuk
bersaing dalam era pasar bebas adalah kualitas sumber daya manusia (SDM) pelaku KUKM
yang secara umum masih rendah. Oleh karena itu, pihak Kementrian Koperasi dan UKM
melakukan pembinaan dan pemberdayaan KUKM yang diarahkan pada peningkatan kualitas
dan standar produk, agar mampu meningkatkan kinerja KUKM untuk menghasilkan produk-
produk yang berdaya saing tinggi.
Pihak Kementrian Perindustrian juga tengah melaksanakan pembinaan dan
pemberdayaan terhadap sektor industri kecil menengah (IKM) yang merupakan bagian dari
sektor UMKM. Penguatan IKM berperan penting dalam upaya pengentasan kemiskinan
melalui perluasan kesempatan kerja dan menghasilkan barang atau jasa untuk dieskpor.
Selain itu, koordinasi dan konsolidasi antar lembaga dan kementerian pun terus ditingkatkan
sehingga faktor penghambat dapat dieliminir. (Sholeh. 2013. “Persiapan Indonesia Dalam
Menghadapi AEC (Asean Economic Community) 2015”. eJournal Ilmu Hubungan
Internasional, 2013, 1 (2): 509-522.
Dalam meningkatkan kualitas SDM agar mampu bersaing dalam era pasar bebas maka
pihak Kementerian Koperasi dan Perindustrian melakukan pembinaan dan pemberdayaan
KUKM yang diarahkan pada peningkatan kualitas dan standar produk dan pemberdayaan
terhadap sektor industri kecil menengah (IKM) yang merupakan bagian dari sektor UMKM.
4.    Perbaikan Infrastruktur
Dalam rangka mendukung peningkatan daya saing sektor riil, selama tahun 2010 telah
berhasil dicapai peningkatan kapasitas dan kualitas infrastruktur seperti prasarana jalan,
perkeretaapian, transportasi darat, transportasi laut, transportasi udara, komunikasi dan
informatika, serta ketenagalistrikan : 1) Perbaikan akses jalan dan transportasi, 2) Perbaikan
dan Pengembangan Jalur TIK, 3) Perbaikan dan Pengembangan Bidang Energi Listrik.
(Sholeh. 2013. “Persiapan Indonesia Dalam Menghadapi AEC (Asean Economic Community)
2015”. eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (2): 509-522.
Dengan perbaikan infrastruktur maka dapat mendukung peningkatan daya saing sektor
riil, seperti prasarana jalan, perkeretaapian, transportasi darat, transportasi laut, transportasi
udara, komunikasi dan informatika, serta ketenagalistrikan
5.    Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Salah satu jalan untuk meningkatkan kualitas SDM adalah melalui jalur pendidikan.
Selain itu, dalam rangka memberikan layanan pendidikan yang bermutu, pemerintah telah
membangun sarana dan prasarana pendidikan secara memadai, termasuk rehabilitasi ruang
kelas rusak berat. Data Kemdikbud tahun 2011 menunjukkan bahwa masih terdapat sekitar
173.344 ruang kelas jenjang SD dan SMP dalam kondisi rusak berat. (dalam Bappenas RI
Buku I, 2011:36).
Upaya pemerintah dalam meningkatkan SDM yaitu melaui jalur pendidikan dengan
memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu dan berkualitas. Dengan SDM yang
berkualitas dapat meningkatkan ketrampilan dan mampu menciptakan produk-produk dalam
negeri yang bermutu.
6.    Reformasi Kelembagaan dan Pemerintahan
Dalam rangka mendorong Percepatan Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi, telah
ditetapkan strategi nasional pencegahan dan pemberantasan korupsi jangka panjang 2012-
2025 dan menengah 2012-2014 sebagai acuan bagi seluruh pemangku kepentingan untuk
pelaksanaan aksi setiap tahunnya. Upaya penindakan terhadap Tindak Pidana Korupsi (TPK)
ditingkatkan melalui koordinasi dan supervisi yang dilakukan oleh KPK kepada Kejaksaan
dan Kepolisian. (dalam Bappenas RI Buku II, 2011:36).
Dengan adanya reformasi kelembagaan dan pemerintahan maka dapat mendorong
Percepatan Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi sehingga uang negara dijalankan dengan
semestinya untuk kepentingan rakyat dan demi peningkatan ekonomi Indonesia.
Dengan demikian dalam mengahapi era MEA Indonesia perlu menyiapkan strategi
yang tepat agar mampu mengembangkan potensi yang dimiliki dan dapat bersaing dengan
negara-negara anggota ASEAN lainnya.

             Simpulan
Dalam menghadapi era MEA dimana adanya perdagangan bebas ASEAN, strategi atau
langkah yang telah dilakukan pemerintah adalah: 1) Meningkatkan daya saing ekonomi
dengan menghasilkan produk Indonesia yang berkualitas mengingat jumlah penduduk
Indonesia yang sangat besar berpotensi menjadi pasar bagi produk sejenis dari negara
tetangga, 2) Membentuk program Aku Cinta Indonesia (ACI) yang dapat mewujudkan
kecintaan yang lebih masyarakat terhadap produk-produk Indonesia, 3) Penguatan sektor
UMKM melalui pembinaan dan pemberdayaan, 4) perbaikan infrastruktur, 5) Peningkatan
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), 6) Reformasi Kelembagaan dan Pemerintahan
Selain itu, parlemen Indonesia perlu membantu tugas pemerintah dengan mempersiapkan
berbagai regulasi untuk melindungi pasar Indonesia dari serbuan barang produk negara-
negara ASEAN. Strategi semacam ini tidak dimaksudkan sebagai cara Indonesia
memproteksi pasar Indonesia tetapi tidak lain hanya untuk menyeimbangkan antara ekspor
dan impor dalam menghadapi era MEA 2015.
Hipotesis

Penulis berasumsi bahwa Indonesia berkontribusi dalam DK PBB terhadap penyelesaian


konflik di Israel-Pelestina. Bentuk kontribusinya adalah melalui voting, diplomasi dan atau
pendapat yang dinyatakan oleh pemerintah RI. Kontribusi ini yang pada akhirnya berhasil
membuat resolusi dari DK PBB. Posisi Indonesia adalah mendukung kemerdekaan Palestina
karena bagi Indonesia, Palestina merupakan negara sahabat. Selain diakibatkan kedua negara
merupakan negara yang mayoritas muslim, Konstitusi Indonesia di Pembukaan UUD 1945,
secara jelas menyebutkan bahwa Indonesia menentang segala bentuk penjajahan.

PEMBAHASAN

Posisi Indonesia terhadap Isu Israel-Palestina

Presiden RI 2004-2009, Susilo Bambang Yudhoyono, pada awal masa kepemimpinannya,


mengatakan bahwa membantu proses pencapaian perdamaian di Timur Tengah merupakan
batu pertama politik luar negeri Indonesia pada masa kepemimpinanya. Perdamaian ini
menurutnya hanya akan dicapai apabila Palestina diberi kebebasan untuk merdeka. Pada
pertemuan dengan 119 diplomat yang mewakili Indonesia di 85 negara pada 13 Desember
2004, SBY berpidato:

“I asked the diplomats to be more proactive, and to keep searching for an opportunity to
contribute to the Middle East peace process, particularly in the case of Palestine. I know it is
not easy to find an entry point to get involved in the peace process, and the problem is also
very complicated. But I am sure there is always a chance as long as we are proactive in
examining this matter. We are sure that peace in the (Middle East) region can be achieved if
the Palestinian’s right to freedom is fulfilled.” (The Jakarta Post, 14/12/2004)[11]

Posisi Indonesia dalam masalah Israel-Palestina secara konsiten mendukung perjuangan


bangsa Palestina berdasarkan Resolusi DK-PBB No. 242 (1967) dan Resolusi DK-PBB No.
338 (1973), yang menyebutkan pengembalian tanpa syarat semua wilayah Arab yang
diduduki Israel dan pengakuan atas hak-hak sah rakyat Palestina untuk menentukan nasibnya
sendiri, serta mendirikan negara di atas tanah airnya sendiri dengan al-Quds as- Syarif
(Jerusalem Timur) sebagai ibukotanya, di bawah prinsip “land for peace”.[12] Indonesia
mendukung upaya perdamaian yang sejalan dengan resolusi-resolusi yang telah dikeluarkan
baik oleh PBB maupu OKI (Organisasi Konferensi Islam)—yang dihasilkan diantaranya pada
Konferensi Perdamaian Madrid (1991), Oslo (1993), Sharm Al Sheikh (1999), serta Peta
Jalan Perdamaian (Road Map) gagasan quartet AS, Russia, PBB dan UE.[13] Indonesia
pecaya bahwa Palestina dapat merdeka dengan menjalankan hasil-hasil resolusi dan
konferensi ini.

Indonesia mendukung Palestina akibat pola persahabatan yang telah dijalin sejak lama.
Berbicara mengenai Palestina tentunya juga berbicara dengan dunia Arab, karena secara
kultural, emosional, dan geografis sangat berikatan. Sejak abad ke-13 para saudagar Timur
Tengah banyak melakukan interaksi bisnis dengan pribumi. Pada waktu itu sekaligus
dilakukan penyiaran agama Islam dan pendidikan ke tengah masyarakat Nusantara. Pada
masa awal-awal kemerdekaan, dunia Arab: Mesir, Saudi Arabia, Libanon, dan Syiria; secara
de facto dan de jure mengakui keeksitensian Indonesia sekaligus memberikan dukungan
untuk mempertahankan kemerdekaan, baik berbentuk logistik maupun diplomasi.[14]
Indonesia dengan demikian menganggap negara-negara Arab sebagai sahabat, sehingga
apabila salah satu bagian dari sahabat tersebut yakni Palestina menderita akibat haknya untuk
merdeka dikesampingkan oleh sebagian komunitas Internasional, maka Indonesia
berkepentingan membela dan memperjuangkan hak-hak Palestina tersebut.

Alasan Indonesia mendukung Palestina tidak sebatas semata-mata solidaritas Islam,


mengingat kedua negara berpenduduk mayoritas muslim. Namun lebih jauh, dukungan ini
dilandasi amanat konstitusi, pada pembukaan UUD 1945, yang menyatakan bahwa Indonesia
harus membantu perjuangan bangsa-bangsa terjajah untuk merdeka.[15] Kekonsistensian
Indonesia terhadap amanat konstitusi ini dibuktikan diantaranya ketika Indonesia bersama
dengan 28 negara-negara Asia Afrika menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika (KAA)
pada 19 April 1955, yang menghasilkan 10 butir kesepakatan disebut Dasasila Bandung. Isi
Dasasila Bandung ini pada dasarnya ialah pembenaran kemerdekaan kepada negara-negara
dan bangsa yang terjajah. Maka dukungan kepada kemerdekaan Palestina, sekaligus
merupakan implementasi Dasasila Bandung ini.

Kepentingan nasional Indonesia yang bersifat inti yakni diantaranya adalah ekonomi dapat
pula dicapai dengan kerja sama dengan negara-negara Timur Tengah. Sebelumnya, dukungan
Indonesia kepada Palestina, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Timur Tengah,
dapat dijadikan sebagai modal untuk mempererat hubungan emosional antara Indonesia-
Timur Tengah yang pada akhirnya diharapkan timbul kepercayaan dari Timur Tengah kepada
Indonesia—dalam hal ini adalah berbentuk  investasi. Dalam lawatan ke beberapa negara
Timur Tengah pada Maret 2008, SBY mengagendakan setalah menghadiri pertemuan OKI di
Senegal, Indonesia akan bertemu dengan investor Timur Tengah di Uni Emirat Arab.
Indonesia meminta agar negara-negara Timur Tengah, meningkatkan investasi dan volume
perdagangan dengan Indonesia—sehingga ada dampak ekonomis dari eksistensi dukungan
Indonesia kepada Palestina.[16] Namun demikian, Indonesia harus memastikan terlebih
dahulu kepastian hukum, hubungan perburuhan, pelayanan pajak dan kepabean mendukung
kenyamanan investasi. Indonesia harus lebih kompetitif dalam persaingan untuk memajukan
hubungan dagang dan investasi dengan Timur Tengah.[17] Pada kuartal pertama 2008,
dengan Qatar, telah ditandatangani Joint Investment Fund dengan modal awal sebesar USD 1
milyar.[18]

Keinginan dan kepentingan Indonesia terhadap penyelesaian konflik Israel-Palestina,


mendapatkan momentum yang menguntungkan ketika Indonesia terpilih menjadi anggota
Dewan Keamanan Tidak Tetap PBB periode 2007-2008. Dalam pemungutan suara di Majelis
Umum PBB (16/10/2006), Indonesia mendapatkan dukungan 158 suara dari 192 negara
anggota yang memiliki hak pilih. Hal ini mencerminkan pengakuan masyarakat internasional
terhadap peran dan sumbangan Indonesia dalam upaya menciptakan keamanan dan
perdamaian kawasan maupun dunia. Alasan lain adalah Indonesia merupakan negara
berkembang dengan predikat negara demokrasi ketiga terbesar di dunia, memiliki visi
moderat, dan juga merupakan negara terbesar keempat populasinya di DK PBB.[19] Alasan-
alasan ini cukup untuk menjadikan Indonesia terpilih, karena Calvocoressi (1985)
menjelaskan bahwa Majelis Umum PBB, sesuai yang ada dalam Charter, ketika memilih
anggota tidak tetap DK PBB harus mempertimbangkan dua hal: pertama, kontribusi negara
tersebut dalam menjaga perdamaian dan keamanan dunia. Kedua, kepantasan perwakilan
geografi. (equitable geographical distribution), yang dalam hal ini Indonesia mewakili
kawasan Asia.[20]
Kehadiran Indonesia di DK PBB juga berpotensi memberikan warna kerja, termasuk dalam
menentukan prioritas dan pendekatan terhadap suatu isyu—sebagai salah satu anggota yang
mewakili negara Asia sekaligus wakil dari negara berpenduduk muslim. Keanggotaan
Indonesia di DK PBB memudahkan Indonesia menyampaikan kepentingannya ke sesama
anggota termasuk lima negara yang memiliki hak veto.[21] Walaupun hal ini tidak menjamin
bahwa semua kepentingan Indonesia tersebut diakomodasi dalam sebuah resolusi atau
kebijakan, karena ada kebijakan tertentu dalam pengambilan keputusan. Sebelumnya pada
1974-1975 dan 1995-1996, Indonesia pernah menjadi DK PBB.

Garis Besar Agenda dan Partisipasi Diplomasi RI di DK PBB 2007-2008

Keanggotaan Indonesia di DK PBB memiliki konsekuensi bahwa Indonesia harus


berpartisipasi aktif terhadap pemeliharaan keamanan dunia. Untuk melakukan tugasnya
Indonesia bersama anggota DK lainnya memiliki kewenangan dan kekuatan: Pertama,
menginvestigasi perselisihan, atau situasi lain yang berpotensi menyebabkan friksi
internasional. Kedua, merekomendasikan prosedur dan metode yang tepat untuk mengatasi
ini. Ketiga, meminta negara anggota untuk memecahkan hubungan ekonomi kepada suatu
negara. Keempat, mengimplementasikan keputusannya dengan militer atau dengan cara lain
yang efektif. Kelima, menghindari konflik dan memfokuskan kepada usaha kerja sama.
Ketujuh, memberikan rekomendasi kandidat Sekretearis Jenderal baru di Majelis Umum
PBB.[22]

Mekanisme pengambilan keputusan dilakukan dengan pengambilan suara (voting). Di dalam


Chapter V Artikel 27 diatur sebagai berikut: pertama, setiap anggota DK memiliki satu suara.
Kedua, keputusan final DK harus setidaknya melibatkan sembilan anggota yang setuju akan
keputusan itu, lima diantaranya harus dari anggota Tetap DK PBB. Dan pihak yang terlibat
dalam pertikaian harus abstain pada pengambilan suara.[23] Ketentuan di atas membuat
Indonesia tidak bisa secara bebas dan mudah membuat keputusan DK PBB sesuai dengan
keinginannya. Termasuk dalam agenda penyelesaian konflik Israel-Palestina, Indonesia harus
mendapat dukungan dari lima negara DK permanen, dan tiga lainnya.

Pada kurun waktu 2007-2008, DK PBB membahas dan mengambil tindak lanjut tindakan
atas permasalahan-permasalahan di berbagai kawasan dunia, khusunya Afrika, Timur
Tengah, dan Asia. Di Afrika DK PBB meredam konflik yang terjadi di Darfur, Congo, dan
Sierra Leone. Di Timur Tengah, konflik Israel-Palestina serta ketegangan dan kekerasan di
Irak dan Afghanistan tetap menjadi isyu utama. Di Asia, Myanmar dengan isyu demokrasi
dan HAM-nya menjadi juga agenda pembahasan di DK PBB.[24] Di samping mencakup
kawasan, DK juga membahas isyu-isyu tematik yang mencakup isu penguatan hukum
internasional, kerjasama dengan organisasi regional, penguatan perdamaian dan keamanan
internasional, isyu-isyu nonproliferasi serta isu perlindungan rakyat sipil dalam konflik
bersenjata.[25] Indonesia sebagai anggota dari DK PBB juga mengikuti agenda ini dalam
kerjanya.

Selama keanggotaan Indonesia sebagai anggota Tidak Tetap DK PBB 2007-2008, Indonesia
konsisten mendukung negara Palestina merdeka, demokratis, dan viable—terlepas dari
konflik internal Palestina antara Fatah-Hamas.[26] Indonesia mendorong DK PBB untuk
mengeluarkan keputusan terkait dengan masalah termasuk dalam bentuk presidential
statement (PRST) maupun resolusi, sebagai cerminan tanggung jawab DK PBB dalam
memelihara perdamaian dan keamanan internasional.[27]
Implikasi Diplomasi Indonesia: Pembuatan Resolusi DK PBB 1850 dan pra 1860

Akibat konsistensi dorongan Indonesia selama keanggotaannya di DK PBB terhadap


penyelesaian konflik Israel-Palestina, pada 16 Desember 2008, untuk pertama kalinya sejak
2004, DK PBB mengesahkan resolusi No. 1850 mengenai proses perdamaian Timur Tengah,
khususnya Israel-Palestina, yang rancangannya disiapkan oleh delegasi AS dan Rusia.[28]
Dengan keluarnya Resolusi 1850 ini, menunjukkan prestasi Indonesia melakukan negosiasi
dan menyebarkan pengaruh di dalam tubuh DK PBB dengan wacana pentingnya resolusi
untuk pencapaian perdamaian di Israel-Palestina.

Isi dari Resolusi No. 1850 (2008), secara garis besar adalah sebagai berikut:

1. Declares its support for the negotiations initiated at Annapolis…

2. Supports the parties’ agreed principles for the bilateral negotiating process and their
determined efforts to reach their goal of concluding a peace treaty…

3. Calls on both parties to fulfil their obligations under the Performance-Based Roadmap…

4. Calls on all States and international organizations to contribute to an atmosphere


conducive to negotiations and…, to assist in the development of the Palestinian economy…

5. Urges an intensification of diplomatic efforts to foster…mutual recognition and peaceful


coexistence…

6. Welcomes the Quartet’s consideration, in consultation with the parties, of an international


meeting in Moscow in 2009;

7. Decides to remain seized of the matter.

-United Nations Security Council, S/RES/1850 (2008)-[29]

Namun tidak lama resolusi itu dikeluarkan, akhir 2008, dimulai pada 27 Desember konflik
Israel-Palestina kembali memanas akibat serangan masif Israel ke Palestina. Sehubungan
dengan ini, 31 Desmber 2008 DK PBB mengadakan Sidang Darurat membahas
perkembangan situasi di Jalur Gaza. Indonesia berpartisipasi di dalamnya dan menjadi
konsultan elemen-lemen apa yang harus dimuat di dalam persidangan. Sidang tersebut
merujuk kepada:[30] a) kutukan terhadap serangan Israel; b) desakan penghentian serangan
oleh Israel; c) seruan bagi perlindungan internasional terhadap warga sipil di Jalur Gaza; d)
desakan pembukaan akses kemanusiaan di Jalur Gaza; e) seruan bagi bantuan internasional
dalam mengatasi krisis.

Hasil Sidang Darurat ini kemudian ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya Resolusi 1860.
Resolusi ini mendesak gancatan senjata segera, langgeng, dan dihormati semua pihak. Serta
di dalamnya meminta Israel menarik pasukannya di wilayah Palestina. Resolusi ini disetujui
oleh 14 anggota DK PBB, AS abstain. Resolusi 1860 juga meminta bantuan kemanusiaan
internasional dan menyambut baik inisiatif Mesir untuk menjadi mediator.[31]

Sebagai kelanjutan dari peranannya di DK PBB, Indonesia melalui Biro Koordinasi GNB di
New York, telah menjadi salah satu penggagas utama dilaksanakannya Sidang Khusus
Majelis Umum PBB yang nantinya dilaksanakan pada tanggal 15-16 Januari 2009 mengenai
isyu Palestina, dan menghasilkan resolusi no. A/RES/ES-10/18 yang berisi dukungan bagi
implementasi resolusi DK PBB 1860 serta seruan kepada masyarakat internasional untuk
membantu krisis kemanusiaan di Jalur Gaza.[32]

KESIMPULAN

Menjadi anggota DK PBB memiliki tanggung jawab untuk proaktif membantu penyelesaian
konflik dan isyu perdamaian yang ada di tingkat internasional. Pada tahun 2007-2008,
Indonesia terpilih menjadi anggota DK PBB dan sekaligus memikul tanggung memelihara
perdamaian dunia. Salah satu tanggung jawabnya termasuk bagaimana menyelesaikan konflik
Israel-Palestina yang tidak kunjung selesai sejak tahun 1948.

Konflik Israel-Palestina bagi Indonesia merupakan sebuah konflik yang menjadi perhatian
tersendiri. Indonesia mengatakan bahwa perdamaian Israel-Palestina hanya bisa tercapai
dengan memberikan kemerdekaan penuh kepada Palestina. Indonesia sangat mendukung
kemerdekaan Palestina karena: (1) Konstitusi Indonesia di dalam UUD 1945 menyebutkan
bahwa segala bentuk penjajahan tidak dibenarkan. (2) Pola historis persahabatan Indonesia
dengan negara-negara Timur Tengah. Dukungan yang diberikan Indonesia juga didasari oleh
kepentingan nasional berupa memberikan dukungan kepada negara sahabat (Palestina), dan
juga keuntungan ekonomi yang dapat diterima dari investor-investor Timur Tengah. Di dalam
DK PBB inilah Indonesia mendapatkan keuntungan dalam hal menyuarakan kepentingannya
merealisasikan perdamaian Israel-Palestina.

Peran Indonesia dalam menyelesaikan konflik Israel-Palestina dapat dilihat dari konsistensi
Indonesia di dalam DK PBB bernegosiasi dengan sesama anggota untuk bersama membuat
langkah-langkah perdamaian di sana. Peran Indonesia ini mendapatkan prestasi ketika DK
PBB mengeluarkan resolusi no. 1850 pada 2008 setelah selama empat tahun DK PBB tidak
memiliki kebijakan konkrit menyelesaikan konflik Israel-Palestina. Di samping itu, Indonesia
juga berhasil menginisiasi resolusi DK PBB no. 1860 yang meminta Israel menarik pasukan
dari Palestina dan melakukan gencatan senjata.

berkembang jadi kita membutuhkan penambahan perundangan,kebijakan dan


peraturan ataupun merevisinya.

 Ketekaitan antara Pranata Politik dengan Pranata Agama



 Hubungannya memandang politik bukan suatu yang kotor, tetapi mulia karena kita lihat dari segi pendekatan moral. Dikatakan politik
sebagai sesuatu yang mulia karena politik merupakan kegiatan untuk mendiskusikan merumuskan pemerintahan yang baik sesuai
dengan ketentuan dan norma agama.
 Contoh : Banyak di negara kita berdiri partai-partai beraliran atau berasaskan agama,sebagai contoh PPP (Partai Persatuan
Pembangunan), PKS (Partai Keadilan Sejahtera), PDS (Partai Damai Sejahtera),dll.

 Keterkaitan antara Pranata Politik dengan Pranata Ekonomi

 Hubungannya pranata politik dengan pranata ekonomi misalnya ditandai dengan lahirnya paham ekonomisme dan politisme ( Ramlan
Surbakti, 1992). Dalam pandangan ekonomisme, ekonomilah yang menentukan politik, sebaliknya pandangan politisme politiklah
yang menentukan ekonomi. Pandangan yang lebih realistik adalah yang memandang antara keduanya terjadi interaksi yang saling
mempengaruhi hal ini dapat dilihat secara empirik kehidupan politik yang setabil akan mendorong berkembangnya ekonomi, begitu
pula berkembangnya ekonomi akan berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan politik yang demokratis. Selain itu pranata
politik juga mengatur kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan pranata ekonomi seperti mengatur perizinan yang mau
berinvestasi, segala perdagangan luar negeri.



 Keterkaitan antara Pranata Politik dengan Pranata Pendidikan

Hubungannya kita memandang dari segi Intelektualnya buat kemajuan


bangsa dan negara yang memerlukan peranan pranata pendidikan
untuk menghasilkan orang-orang yang pandai yang dapat membuat
kebijakan perundangan dan peraturan yang baik agar dapat
membangun bangasa kita ke arah yang lebih baik. Disini pranata
pendidikan lebih dominan pada pranata politik untuk mengatur dan
membuat kebijakan agar tidak terjadi stagnan karena dunia selalu
berkembang jadi kita membutuhkan penambahan
perundangan,kebijakan dan peraturan ataupun merevisinya.

Anda mungkin juga menyukai