Anda di halaman 1dari 12

STRATIFIKASI SOSIAL YANG BERSIFAT TERTUTUP MAMPU MEMPENGARUHI

MOBILITAS SOSIAL YANG ADA DALAM MASYARAKAT


TERUTAMA PADA MASYARAKAT HINDU

Alam Wida Andriyan


130721607481
Jurusan Geografi
FIS Universitas Negeri Malang

Abstrak
Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beraneka ragam adat, suku, dan
budaya. Hal ini menyebabkan perbedaan di antara individu yang satu dengan yang
lainnya terlihat jelas. Dari perbedaan-perbedaan yang ada terkadang
memunculkan terciptanya tingkatan sosial atau sering disebut dengan stratifikasi
sosial. Dari adanya stratifikasi sosial ini menyebabkan seseorang berpendapat
bahwa kedudukan sosial menjadi sesuatu hal yang sangat penting, karena
pemikiran tersebut menyebabkan seseorang berusaha untuk memperoleh
kedudukan sosial yang tertinggi. Seseorang yang semula memiliki kedudukan di
bawah akan berusaha untuk meningkatkan kelas sosialnya, perubahan status sosial
ini sering disebut dengan mobilitas sosial. Dengan adanya stratifikasi sosial dalam
masyarakat, maka akan menimbulkan masalah bagi masyarakat itu sendiri,
kususnya bagi masyarakat yang memiliki stratifikasi sosial tertutup. Dimana
masyarakat yang menganut sistem stratifikasi tertutup terdapat pada masyarakat
yan beragama hindu, dimana mereka sulit melakukan mobilitas sosial dikarenakan
mereka menganut system kasta.
Kata kunci: stratifikasi sosial, mobilitas sosial, kedudukan sosial, sistem kasta

PENDAHULUAN
Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal tertentu
dalam masyarakat yang bersangkutan. Penghargaan yang lebih tinggi terhadap hal-hal tertentu
akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal-hal lainnya.
Timbulnya pelapisan sosial dalam masyarakat karena ada sesuatu yang dihargai, dan setiap
masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargainya, sesuatu itu akan menjai bibit yang dapat

menumbuhkan adanya sistem lapisan dalam masyarakat itu sendiri. Sesuatu yang dihargai di
dalam masyarakat dapat berupa uang atau benda-benda yang bernilai ekonomis, seperti tanah,
kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesalehan dalam agama atau mungkin juga keturunan yang
terhormat. Dalam sistem sosial terdapat kelas sosial, yaitu semua orang dan keluarga yang sadar
akan kedudukannya di dalam lapisan masyarakat, sedangkan kedudukan mereka itu oleh
masyarakat umum diketahui serta diakui. Perlunya sistem lapisan masyarakat dikarenakan pada
umumnya manusia bercita-cita agar ada perbedaan kedudukan dan peranan dalam masyarakat.
Akan tetapi, cita-cita tersbut selalu akan tertumbuk pada kenyataan yang berlainan.
Setiap masyarakat harus menempatkan individu-individu pada tempat-tempat tertentu
dalam struktur sosial dan mendorong mereka untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya
sebagai akibat penempatan tersebut dan kedua mendorong agar mereka melaksanakan
kewajibannya. Dalam sebuah kedudukan dan peranan tersebut terdapat gerak sosial(social
mobility). Gerak sosial/mobilitas sosial adalah pergerakan dalam struktur sosial, yaitu pola-pola
tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat-sifat
hubungan antara individu dalam kelompok itu dan hubungan antara individu dengan
kelompoknya. Tetapi gerak sosial tersebut dapat terhambat karena adanya stratifikasi sosial atau
pelapisan masyarakat secara bertingkat. Tujuan penulisan jurnal ini adalah untuk mengetahui
pengertian stratifikasi sosial, terjadinya lapisan masyarakat, sifat sistem lapisan masyarakat,
dasar lapisan masyarakat, unsur-unsur lapisan masyarakat, mobilitas sosial,serta pengaruh
stratifikasi sosial terhadap gerak sosial dalam masyarakat. Metode yang digunakan dalam jurnal
ini adalah memadukan dengan hasil makalah Sosiologi yang sudah ada.
Teori tentang mobilitas sosial
Mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis yang berarti mudah dipindahkan atau banyak
bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Kata sosial yang ada pada istilah tersebut
mengandung makna gerak yang melibatkan seseorang atau sekelompok warga dalam kelompok
sosial. Definisi mobilitas sosial menurut pendapat para ahli :
1. William Kornblum (1988:172). Mobilitas sosial ialah perpindahan individu-individu,
keluarga-keluarga, dan kelompok sosial dari satu lapisan ke lapisan sosial lainnya.

2. Michael S. Basis (1988:276). Mobilitas sosial ialah perpindahan lingkungan sosioekonomi baik ke atas ataupun ke bawah yang dapat mengubah status sosial seseorang di
dalam masyarakat.
3. H. Edward Ransford (Sunarto, 2001:108). Mobilitas sosial ialah perpindahan baik ke atas
ataupun ke bawah di dalam lingkungan sosial secara hierarki.
4. Kimball Young dan Raymond W. Mack (Soekanto, 2001:275). Mobilitas sosial
merupakan suatu mobilitas dalam struktur sosial, yaitu pola-pola tertentu yang mengatur
organisasi dalam suatu kelompok sosial. Jadi, mobilitas sosial ialah suatu perubahan atau
perpindahan kelas-kelas sosial, baik keatas ataupun ke bawah, yang dialami oleh seorang
individu atau kelompok sosial, sehingga memberikan dampak berupa perubahan kelas
baru yang diperoleh individu atau kelompok tersebut.
5. Paul B. Horton, mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke
kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya.
6. Kimball Young dan Raymond W. Mack, mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam
struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial.
Struktur sosial mencakup sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan
antara individu dengan kelompoknya.
Berdasarkan tipenya, mobilitas sosial dibedakan menjadi empat macam yaitu mobilitas
sosial vertikal, mobilitias sosial horizontal, mobilitas sosial lateral, dan mobilitas sosial
struktural.
1. Mobilitas sosial vertikal
Mobilitas sosial vertikal merupakan perpindahan individu atau objek dari suatu
kedudukan sosial tertentu ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat. Jadi
pergerakannya bersifat vertikal, dari kedudukan sosial atas ke kedudukan sosial bawah atau
sebaliknya dari bawah ke atas(Soerjono, Soekanto,220:2012).
2. Moblitas Sosial Horizontal
Mobilitas sosial horizontal adalah peralihan individu atau kelompok sosial dari suatu
kedudukan sosial tertentu ke kedudukan sosial lainnya yang sederajat. Mobilitas sosial

horizontal tidak menimbulkan pengaruh sosial secara langsung terhadap status sosial seorang
individu dan skala wibawanyapun tidak berubah menjadi naik ataupun turun(Soerjono,
Soekanto,220:2012).
3. Mobilitas Sosial Lateral
Mobilitas sosial lateral disebut juga mobilitas geografis. Mobilitas sosial lateral
mengacu pada mobilitas perpindahan orang-orang, baik secara individu maupun kelompok,
dari wilayah satu ke wilayah yang lain yang secara tidak langsung mengubah status sosial
seseorang. Mobilitas sosial lateral dibagi menjadi dua macam, yaitu:
Mobilitas permanen, yaitu mobilitas sosial yang bermaksud melakukan perpindahan
secara permanen.
Mobilitas tidak permanen, yaitu segala bentuk mobilitas individu atau kelompok yang
bersifat sementara.
Ciri khas dari mobilitas sosial lateral adalah adanya mobilitas individu maupun kelompok
secara fisik dari suatu tempat ke tempat lain.
4. Mobilitas Sosial Struktural
Menurut Basis, mobilitas struktural merupakan mobilitas yang disebabkan oleh inovasi
tekhnologi, urbanisasi, pertumbuhan ekonomi, peperangan dan kejadian-kejadian lainnya
yang mengubah struktur dan jenis kelompok-kelompok dalam masyarakat. Jadi dapat
disimpulkan bahwa mobilitas struktural dapat meliputi kesatuan yang luas dan kompleks.
Mobilitas struktural dapat pula mengarah pada perpindahan status sosial ke atas dan dapat
pula mengarah pada perpindahan status sosial ke bawah. Jadi dapat disimpulkan bahwa,
mobilitas struktural lebih cenderung untuk mengarah pada mobilitas sosial vertikal
Dari beberapa definisi mobilitas sosial yang diungkapkan oleh para ahli tersebut, dapat
disimpulkan bahwa mobilitas sosial merupakan suatu pergerakan dalam struktur sosial, yaitu
pola tertentu yang mengatur organisasi dalam suatu kelompok sosial. Mobilitas sosial dapat
terjadi pada semua anggota masyarakat walaupun dengan kecepatan yang relatif berbeda, sesuai
dengan sistem yang diterapkan masyarakat dalam menyusun kehidupan sosialnya. Selain itu,
dalam mobilitas sosial terdapat tipe-tipe mobilitas sosial yang dibedakan menjadi 4 macam, yaitu

mobilitas sosial vertikal, mobilitias sosial horizontal, mobilitas sosial lateral, dan mobilitas sosial
struktural.
Dalam dunia modern, banyak orang berupaya melakukan mobilitas sosial. Mereka yakin
bahwa hal tersebut akan membuat orang menjadi lebih bahagia dan memungkinkan mereka
melakukan jenis pekerjaan yang peling cocok bagi diri mereka. Bila tingkat mobilitas sosial
tinggi, meskipun latar belakang sosial berbeda. Mereka tetap dapat merasa mempunyai hak yang
sama dalam mencapai kedudukan sosial yang lebih tinggi. Bila tingkat mobilitas sosial rendah,
tentu saja kebanyakan orang akan terkukung dalam status nenek moyang mereka. Mereka hidup
dalam kelas sosial tertutup. Mobilitas sosial lebih mudah terjadi pada masyarakat terbuka karena
lebih memungkinkan untuk berpindah strata. Sebaliknya, pada masyarakat yang sifatnya tertutup
kemungkinan untuk pindah strata lebih sulit. Contohnya, masyarakat feodal atau pada
masyarakat yang menganut sistem kasta. Pada masyarakat yang menganut sistem kasta, bila
seseorang lahir dari kasta yang paling rendah untuk selamanya ia tetap berada pada kasta yang
rendah. Dia tidak mungkin dapat pindah ke kasta yang lebih tinggi, meskipun ia memiliki
kemampuan atau keahlian. Karena yang menjadi kriteria stratifikasi adalah keturunan. Dengan
demikian, tidak terjadi gerak sosial dari strata satu ke strata lain yang lebih tinggi.
Teori tentang stratifikasi sosial
Stratifikasisosial (Social Stratification) berasaldari kata bahasa latin stratum (tunggal)
atau strata (jamak) yang berarti lapisan. Dalam sosiologi, stratifikasi sosial dapat diartikan
sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat. Berikut
adalah beberapa defenisi Stratifikasi Sosial menurut para ahli:
1. Pitirim A. Sorokin, mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau
masyarakat kedalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki).
2. Max Weber, mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang
termasuk dalam suatu system sosial tertentu kedalam lapisan-lapisan hierarki menurut
dimensi kekuasaan, previllege dan prestise.
3. Cuber, mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan di atas
kategori dari hak-hak yang berbeda.

4. Drs. Robert. M.Z. Lawang, stratifikasi sosial adalah penggolongan orang-orang yang
termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut
dimensi kekuasaan, privilese, danprestise.
Pemahaman antara stratifikasi sosial dan kelas sosial sering kali di samakan, padahal di
sisi lain pengertian antara stratifikasi sosial dan kelas sosial terdapat perbedaan. Penyamaan dua
konsep pengertian stratifikasi sosial dan kelas sosial akan melahirkan pemahaman yang rancu.
Stratifikasi sosial lebih merujuk pada pengelompokan orang kedalam tingkatan atau strata dalam
heirarki secara vertical. Membicarakan stratifikasi sosial berarti mengkaji posisi atau kedudukan
antar orang/sekelompok orang dalam keadaan yang tidak sederajat. Adapun pengertian kelas
sosial sebenarnya berada dalam ruang lingkup kajian yang lebih sempit, artinya kelas sosial lebih
merujuk pada satu lapisan atau strata tertentu dalam sebuah stratifikasi sosial. Kelas sosial
cenderung diartikan sebagai kelompok yang anggota-anggota memiliki orientasi polititik, nilai
budaya, sikap dan prilaku sosial yang secara umum sama(Soerjono, Soekanto,199:2012).
Dengan demikian, dapat dimpulkan bahwa stratifikasi sosial merupakan pembedaan
masyarakat atau penduduk berdasarkan kelas-kelas yang telah ditentukan secara bertingkat
berdasarkan dimensi kekuasaan, previllege (hak istimewa atau kehormatan) dan prestise
(wibawa).
System stratifikasi sosial masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses
pertumbuhan masyarakat itu. Pembentuk system lapisan tersebut adalah kepandaian, tingkat
umur (yang senior), dan mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu. Akan tetapi ada pula
yang dengan disengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Hal itu biasanya berkaitan
dengan pembagian kekuasaan dan wewenang resmi dalam organisasi-organisasi formal seperti
pemerintahan, perusahaan, partai politik, angkatan bersenjata atau perkumpulan.
Dalam stratifikasi sosial terdapat 3 sistem, salah satunya adalah sistem stratifikasi sosial
yang bersifat terbuka. Stratifikasi sosial yang terbuka ada kemungkinan anggota masyarakat
dapat berpindah dari status satu ke status yang lainnya berdasarkan usaha-usaha tertentu.
Misalnya seorang yang berkerja sebagai petani mempunyai kemungkinan dapat menjadi tokoh
agama jika ia mampu meningkatkan kesalehannya dalam menjalankan agamanya. Seorang anak
buruh tani dapat mengubah statusnya menjadi seorang dokter atau menjadi presiden sekalipun,
apabila ia rajin belajar, berpolitik dan bercita-cita untuk itu. Sebaliknya seorang anak presiden
belum tentu dapat mencapai status presiden. Dengan demikian berarti dalam sistem sistem

stratifikasi terbuka, setiap anggota masyarakat berhak dan mempunyai kesempatan untuk
berusaha dengan kemampuan sendiri untuk naik status, atau mungkin juga justru stabil atau turun
status sesuai dengan kualitas dan kuantitas usahanya sendiri. Dalam Sistem stratifikasi ini
biasanya terdapat motivasi yang kuat pada setiap anggota masyarakat untuk berusaha
memperbaiki status dan kesejahteraan hidupnya. Sistem stratifikasi terbuka lebih dinamis dan
anggota-anggotanya cenderung mempunyai cita-cita yang tinggi.
Sistem yang ke dua adalah sistem stratifikasi tertutup. Pada sistem stratifikasi sosial
tertutup terdapat pembatasan kemungkinan untuk pindah ke status satu ke status lainnya dalam
masyarakat. Dalam sistem ini satu-satunya kemungkinan untuk dapat masuk ada status tinggi
dan terhormat dalam masyarakat adalah karena kelahiran atau keturunan.
Selain kedua sistem tersebut, ada satu sistem lagi yang disebut stratifikasi campuran.
Stratifikasi campuran diartikan sebagai sistem stratifikasi yang membatasi kemungkinan
berpindah strata pada bidang tertentu, tetapi membiarkan untuk melakukan perpindahan lapisan
pada bidang lain.
Dengan demikian, stratifikasi terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu stratifikasi tertutup,
terbuka maupun campuran. Stratifikasi tertutup yaitu seseorang ketika sudah tergolong menjadi
kelas tinggi, dia tidak akan menjadi kelas bawah dan sebaliknya. Stratifikasi terbuka yaitu
seseorang yang berada dikelas bawah bisa naik ke kelas atas dengan usahanya yang bersungguhsungguh. Sedangkan stratifikasi campuran yaitu seseorang awalnya dihormati karena terdapat
didalam kelas atas, namun tiba-tiba berbalik arah karena harus menyesuaikan tempat ia tinggal.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Mobilitas sosial merupakan perpindahan status atau kedudukan dari satu lapisan ke
lapisan yang lain. Perpindahan tersebut terjadi dalam suatu struktur sosial yang berdimensi
vertikal, artinya mudah atau tidaknya seseorang melakukan mobilitas sosial tergantung pada
struktur sosial masyarakatnya.
Apabila masyarakat tersebut memiliki struktur sosial yang kaku, maka kemungkinan
terjadinya mobilitas sosial sangat tipis dan hal ini terjadi pada masyarakat yang menganut sistem
stratifikasi sosial tertutup. Sedangkan pada masyarakat dengan struktur sosial yang luwes
terjadinya mobilitas sosial sangatlah besar, hal ini terjadi pada masyarakat yang menganut sistem
stratifikasi sosial terbuka. Oleh sebab itu mobilitas sosial erat kaitannya dengan stratifikasi
sosial, terutama mobilitas sosial vertikal.
Masyarakat yang memiliki sistem stratifikasi sosial terbuka memberi kesempatan pada
para anggotanya untuk melakukan mobilitas sosial vertikal. Mobilitas sosil vertikal yang terjadi
dapat berupa social climbing atupun social sinking. Hal ini terjadi karena dalam masyarakat yang
berstratifikasi sosial terbuka, komunikasi antaranggota masyarakat dari berbagai strata bersifat
terbuka serta proses komunikasi dan perubahan berjalan lebih lancar. Misalnya pada masyarakat
modern.
Mobilitas sosial dapat bergerak naik ataupun bergerak turun dari satu strata ke strata yang
lain. Namun, ada beberapa prinsip umum dalam mobilitas sosial vertikal. Prinsip tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Tidak ada satupun masyarakat yang mutlak tertutup terhadap mobilitas sosial vertikal
b. Seterbuka apapun suatu masyarakat terhadap mobilitas sosial, terkadang tetap ada
hambatan-hambatan.
c. Setiap masyarakat pasti memiliki tipe mobilitas sosial vertikal sendiri, tidak ada tipe yang
berlaku umum bagi setiap masyarakat.
d. Laju mobilitas sosial disebabkan oleh faktor ekonomi, politik, dan pekerjaan yang
berbeda-beda.

e. Mobilitas sosial yang disebabkan oleh faktor ekonomi, politik, dan pekerjaan, tidak
menunjukkan adanya kecenderungan yang berkelanjutan tentang bertambah atau
berkurangnya laju mobilitas sosial
Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem stratifikasi sosial yang tetutup
kemungkinan terjadinya mobilitas sosial vertikal sangat kecil. Hal ini terjadi karena
masyarakatnya lebih mengutamakan nilai-nilai tradisional. Contohnya pada masyarakat suku
Badui Dalam. Mereka lebih memilih menjaga nilai-nilai tradisional dan menolak adanya
perubahan., begitu juga dengan masyarakat yang manganut sistem kasta seperti di Bali. Selain itu
sistem tertutup juga jelas terlihat pada masyarakat yang beragama hindu mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Keanggotaan pada kasta diperoleh karena kewarisan atau kelahiran.Anak yang
lahir memperoleh kedudukan orang tuanya.
2. Keanggotaan yang diwariskan tadi berlaku seumur hidup,karena seseorang tak
mungkin mengubah kedudukannya, kecuali bila ia dikeluarkan dari kastanya.
3. Perkawinan bersifat endogami, artinya harus dipilih dari orang yang sekasta.
4. Hubungan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya bersifat terbatas.
5. Kesadaran pada keanggotaan suatu kasta tertentu terutama terlihat jelas dari nama
kasta, identifikasi anggota pada kastanya, penyesuaian diri yang ketat terhadap
nrma-norma kasta, dan lain sebagainya.
6. Kasta diikat oleh kedudukan-kedudukan yang secara tradisional telah ditetapkan.
7. Prestise suatu kasta benar-benar diperhatikan(Soerjono,Soekanto,202:2012)

Sistem lapisan yang tertutup, dalam batasan-batas tertentu, yang dijumpai pada
masyarakat Bali. Menurut kitab-kitab suci orang Bali, masyarakat terbagi dalam empat lapisan,
yaitu Brahmana, Satria, Waisa, dan Sudra. Ketiga lapisan pertama biasa disebut triangsa,
sedangkan lapisan terakhir

disebut jaba yang merupakan lapisaan dengan jumlah warga

terbanyak. Keempat lapisan tersebut terbagi lagi dalam lapisan-lapisan khusus. Biasanya orangorang mengetahui dari gelar seseorang, ke dalam kasta mana dia tergolong. Gelar-gelar tersebut
diwariskan menurut garis keturunan laki-laki yang sepihak patrilineal seperti Ida Bagus,
Tjokro,Dewa, Nhahan, Bagus,I Gusti, Gusti. Gelar pertama adalah gelar orang Brahmana. Gelar
kedua sampai dengan keempat bagi orang-orang satria, sedangkan yang kelima dan keenam
berlaku bagi Waisa. Orang-orang sudra juga memakai gelar-gelar seperti Pande,Kbon, Pasek dan

selanjutnya. Kehidupan sistem kasta di Bali umumnya terlihat jelas dalam hubungan perkawinan.
Seorang gadis suatu kasta tertentu umumnya dilarang bersuamikan seseorng dari kasta yang
lebih rendah. Jadi sistem lapisan tertutup tidak memungkinkan pindahnya seseorang dari satu
lapisan ke lapisan yang lain, baik gerak pindahnya itu ke atas atau ke bawah. Di dalam sistem
yang demikian, satu-satunya jalan untuk masuk menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakt
adalah melalui kelahiran(Soerjono, Soekanto,203:2012).
Secara umum, cara orang untuk dapat melakukan mobilitas sosial ke atas adalah
sebagai berikut :
1. Perubahan standar hidup kenaikan penghasilan tidak menaikan status secara otomatis,
melainkan akan mereflesikan suatu standar hidup yang lebih tinggi. Ini akan
mempengaruhi peningkatan status. Contoh: Seorang pegawai rendahan, karena
keberhasilan dan prestasinya diberikan kenaikan pangkat menjadi Manager, sehingga
tingkat pendapatannya naik. Status sosialnya di masyarakat tidak dapat dikatakan naik
apabila ia tidak merubah standar hidupnya, misalnya jika dia memutuskan untuk tetap
hidup sederhana seperti ketika ia menjadi pegawai rendahan.
2. Perkawinan. Untuk meningkatkan status sosial yang lebih tinggi dapat dilakukan melalui
perkawinan. Contoh: Seseorang wanita yang berasal dari keluarga sangat sederhana
menikah dengan laki-laki dari keluarga kaya dan terpandang di masyarakatnya.
Perkawinan ini dapat menaikan status si wanita tersebut.
3. Perubahan tempat tinggal. Untuk meningkatkan status sosial, seseorang dapat berpindah
tempat tinggal dari tempat tinggal yang lama ke tempat tinggal yang baru. Atau dengan
cara merekonstruksi tempat tinggalnya yang lama menjadi lebih megah, indah, dan
mewah. Secara otomatis, seseorang yang memiliki tempat tinggal mewah akan disebut
sebagai orang kaya oleh masyarakat, hal ini menunjukkan terjadinya gerak sosial ke atas.

KESIMPULSAN
Sistem stratifikasi sosial dibedakan menjadi 2, yaitu terbuka dan tertutup. Masyarakat
yang memiliki sistem stratifikasi sosial terbuka memberi kesempatan pada para anggotanya
untuk melakukan mobilitas sosial vertikal. Mobilitas sosil vertikal yang terjadi dapat berupa
social climbing atupun social sinking. Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem
stratifikasi sosial yang tetutup kemungkinan terjadinya mobilitas sosial vertikal sangat kecil. Hal
ini terjadi karena masyarakatnya lebih mengutamakan nilai-nilai tradisional, contohnya terdapat
pada masyarakat Bali.
Pada lapisan sosial tertutup, terutama yang ada pada masyarakat Bali, masyarakat terbagi
dalam empat lapisan, yaitu Brahmana, Satria, Waisa, dan Sudra. Keempat lapisan tersebut terbagi
lagi dalam lapisan-lapisan khusus. Biasanya orang-orang mengetahui dari gelar seseorang, ke
dalam kasta mana dia tergolong. Gelar-gelar tersebut diwariskan menurut garis keturunan lakilaki yang sepihak patrilineal. Kehidupan sistem kasta di Bali umumnya terlihat jelas dalam
hubungan perkawinan. Seorang gadis suatu kasta tertentu umumnya dilarang bersuamikan
seseorng dari kasta yang lebih rendah. Jadi

sistem lapisan tertutup tidak memungkinkan

pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain, baik gerak pindahnya itu ke atas atau
ke bawah. Di dalam sistem yang demikian, satu-satunya jalan untuk masuk menjadi anggota
suatu lapisan dalam masyarakt adalah melalui kelahiran.
Jadi stratifikasi sosial yang ada pada masyarakat beragama hindu sulit untuk melakukan
mobilitas sosial. Hal ini disebabkan karena masyarakat hindu menggunakan sistem kasta yang
cenderung tertutup.

DATAR RUJUKAN
Fatchan, A. 2013. Sosiologi: Objek dan Kajian Materinya. Malang: Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang.
Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Cetakan Ke Empat Puluh Empat, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2012).
Abdulsyani, SosiologiSkematika, TeoridanTerapan, BumiAksara, (Jakarta : IKAPI, 1994).
Novan. 2012. Stratifikasi sosial, (online),
(http://edoernovan.wordpress.com/bahan-ajar/sosiologi/stratifikasi-sosial/), diakses pada tanggal
1 Mei 2014
Rose. Stratifikasi sosial, (online),
(http://likulros.blogspot.com/2013/10/makalah-stratifikasi-sosial.htm),

diakses pada tanggal 1

Mei 2014

Sunarto Kamanto. Pengantar Sosiologi. Cetakan ketiga, (Jakarta, Penerbit fakultas Ekonomi,
2004)

Anda mungkin juga menyukai