Anda di halaman 1dari 19

Nama : Muhammad Rifki Ahlan Ramadhan

NIM : 11170150000045

Jurusan/Semester : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial/3

Mata Kuliah : Sosiologi Pedesaan dan Perkotaan

Ø TEORI SOSIOLOGI PERKOTAAN CHICAGO

Untuk periode yang cukup lama, sosiologi dikatakan sebagai bidang ilmu yang paling
banyak membawa sifat-sifat Amerika. Chicago School (Chicago sociology) sebagai sains
Amerika adalah mazhab yang paling besar pengaruhnya dibandingkan mazhab-mazhab lainnya.
Paling tidak, sebelum Perang Dunia II, dapat dikatakan bahwa sosiologi Amerika dalam periode
tersebut tidak lain merupakan sosiologi dari Chicago sociology. Setelah Perang Dunia II,
bersamaan dengan munculnya aliran fungsionalisme dari Talcot Parsons, untuk sesaat Chicago
sociology menjadi ‘barang yang dilupakan’ dalam sosiologi Amerika. Akan tetapi, di paruh akhir
era 1960-an, Neo Chicago School yang diwakili oleh symbolic interactionism dari Blumer, dan
juga diwakili oleh Janowitz, mulai melebarkan pengaruhnya di dunia sosiologi, dan bersamaan
dengan ini Chicago sociology juga bangkit kembali. Sebenarnya Chicago sociology diakui dan
diterima dalam sosiologi Amerika, terutama dalam bidang sosiologi perkotaan. Setelah Perang
Dunia II, dengan terbentuknya Pax Americana, sosiologi melebarkan sayapnya ke seluruh dunia
sebagai sains Amerika. Ini terutama bidang sosiologi perkotaan dan sosiologi industri yang
menempati posisi sentral diterima oleh para sosiolog di seluruh penjuru dunia. Akan tetapi, bila
kita membatasi diri pada sosiologi perkotaan, bidang ini sangat ditentukan oleh karakter
istimewa dari kota Chicago. Sosiologi perkotaan yang muncul dari ilmu-ilmu sosial di
Universitas Chicago pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, pada kenyataannya adalah
human ecology. Human ecology ini merupakan bidang ilmu yang berusaha menjelaskan
lingkungan urban dengan membuat analogi ekologi flora-fauna.2 Sosiologi perkotaan yang mulai
dengan human ecology ini juga bukan merupakan suatu kebetulan. Sehubungan dengan ini, kita
perlu melihat bagaimana kota Chicago terbentuk. Pada tahun 1830, Chicago hanya merupakan
sebuah pelabuhan yang ditujukan untuk pembukaan daerah frontier, dengan jumlah penduduk
tidak lebih dari 100 orang. Akan tetapi, seabad kemudian, yakni tahun 1930, jumlah
penduduknya berlipat ganda hingga melampaui 3,3 juta dan menjadi salah satu kota besar di
Amerika Serikat. Dengan kata lain, Chicago merupakan tipikal dari laboratorium hidup yang
dapat menunjukkan apa yang akan terjadi dari suatu wilayah yang mengalami perubahan besar;
dari sebagai satu wilayah yang nyaris tidak memiliki apapun, dalam waktu singkat memiliki
penduduk dalam jumlah besar dengan beragam kelompok etnis. Human ecology adalah bidang
ilmu yang lahir dari ‘shock city’ di Chicago yang menjadi semacam ‘laboratorium masyarakat’
(social laboratory) itu. Dengan demikian, dapat dimengerti apabila sosiologi perkotaan yang
berangkat dari human ecology, sangat menekankan arti penting perspektif alam dan pragmatis.
Seperti sudah banyak diketahui, dari sosiologi perkotaan seperti itulah muncul sejumlah karya
Chicago Monograph, seperti Gold Coast and Slum dan Hobo (Faris 1967). Dengan demikian,
sosiologi perkotaan merupakan bidang ilmu yang muncul dengan karakteristik Amerika3 yang
sangat kental, berlatar belakang Chicago, sebuah tipikal kota di negara yang dianggap tidak
memiliki sejarah. Sosiologi perkotaan Chicago School pada perkembangannya membentuk
genealogi yang khas serta tradisinya sendiri.

Ø GAMBARAN SINGKAT SOSIOLOG-SOSIOLOG UNIVERSITY OF CHICAGO

Mahzab Chicago merupakan sebuah konsep pemikiran yang melakukan pendekatan-


pendekatan kritis terhadap masalah-masalah sosial dan dibawah pengaruh konsep-konsep
pemikiran pragmatis. Mahzab Chicago berasal dari pemikiran sosiolog-sosiolog University of
Chicago.

University of Chicago didirikan tahun 1892 atas bantuan dana sebesar 35 juta dollar US
dari John D. Rockfeller, presiden Standard Oil Company, Rockfeller merupakan orang yang
mendanai banyak penelitian-penelitian terhadap studi komunikasi oleh ahli-ahli ilmu sosial
Amerika pada tahun 1933-1955.

Diantara peneliti peneliti tersebut yang didanai oleh Rockfeller Foundation adalah Paul
F.Lazarsfeld, Clark Hull, Carl I.Hovland, Kurt Lewin, Harold D.Laswell, Wilbur Schram,
Norbert Wiener dan Gregory Bateson. Mahzab Chicago berawal dari berdirinya fakultas
sosiologi di Universitas Chicago yang mana merupakan fakultas sosiologi pertama di Amerika
yang diprakasai oleh Albion W. Small, dia adalah lulusan dari Universitas Berlin dan banyak
dipengaruhi oleh teori teori Georg Simmel.

Di perkembangan berikutnya, teori-teori Simmel merupakan teori-teori Eropa yang


paling dominan mempengaruhi mahzab chicago. Perspektif teori Simmel tentang komunikasi
dimana Robert Park juga menggambarkannya pada tiap penelitian dan tulisannya, dapat di
rangkum seperti dibawah ini

1. Masyarakat, konsep dasar dari sosiologi, terdiri dari komunikasi diantara individu-individu
didalamnya.

2. Semua komunikasi yang dilakukan manusia mewakili sejenis pertukaran yang memiliki efek
timbal balik pada keterlibatan di tingkat invidu

3. Komunikasi terjadi diatara individu individu yang beragam yang bertahan pada jenjang
tingkatan sosial dari yang lain

4. Tipe tipe tertentu komunikasi menjadi stabil atau diperbaiki waktu dan hal ini menggambarkan
struktur sosial dan budaya.

Perkembangan ilmu psikologi dan sosiologi di chicago merupakan hasil kerja dari beberapa
sarjana diantaranya:

-Charles Horton Cooley

-John Dewey

-George Herbert Mead

-Robert E Park

Mereka merupakan ilmuwan yang membahas masalah-masalah sosial di Amerika dengan


memahami permasalahan-permasalahan sosial tersebut lebih akurat. Mereka sangat optimis dan
merasa bahwa perkembangan kemajuan sosial sangat dibutuhkan agar demokrasi di Amerika
tumbuh di komunitas urban/kota.
Terdapat beberapa karakteristik umum pada diri ke 4 sarjana penting Amerika ini, antara lain:

1. Mereka lahir antara tahun 1859-1864, dimana saat itu Amerika mengalami perang sipil.
Mereka semua beragama Protestan dan memiliki latar belakang moral yang baik, tetapi
mereka selalu membahas masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat Amerika waktu itu.

2. Mereka memiliki kaitan dengan Universitas Michigan dan Universitas Chicago

3. Cooley dan Mead menemukan interaksi psikologi sosial yang kemudian dikenal sebagai
interaksi simbolik. Mereka menentang insting sebagai hal yang membentuk dasar kepribadian
manusia dan melihat komunikasi interpersonal sebagai pusat formasi kepribadian.

4. Mereka menekan Subjektivitas dalam Human Communication, dimana penerima sebuah pesan
memaknai isi didalam suatu cara yang unik (memiliki keistimewaan tersendiri) menurut masing-
masing individu. Sementara mereka berpendapat bahwa komunikator yang memberikan makna
pada pesan dimana pesan tersebut memiliki tujuan

5. Sarjana-sarjana mahzab Chicago menelititi berdasarkan empirik tetapi tidak terlalu kuantitatif,
tetapi pada sekitar tahun 1930-an Sosiolog Chicago mulai menggunakan metode statistik untuk
analisa data kuantitatif.

Ø FIGUR-FIGUR UTAMA MAHZAB CHICAGO

A. CHARLES HORTON COOLEY (1864-1929)

Cooley memberikan pemahaman tentang sosialisasi kepribadian dengan menggunakan


observasi sebagai metode penelitian. Cooley mengembangkan dua konsep dasar yaitu

1. Primary Group – tatap muka, keintiman, dan penting dalam membentuk alam sosial seseorang.
Dia menyebutnya “primary” karena menyadari pentingnya hal tersebut dalam sosialisasi
kepribadian dan juga karena primary group seperti orangtua, saudara kandung, sahabat, dan guru
menjadi hal awal dalam kehidupan manusia.
2. Looking Glass-Self – Gagasan bahwa interaksi manusia menggambarkan lingkungan awal
individu, yang berperan sebagai cermin bagi pikiran. “I am what I think you thing I am” - “Aku
adalah seperti apa yang aku memikirkan tentang kamu memikirkan aku”. Konsep ini
menekankan pada pentingnya komunikasi interpersonal dalam sosialisasi kepribadian, Cooley
diilhami oleh Adam Smith ketika menemukan konsep Looking Glass Self ini.

Cooley banyak membaca buku buku dari Spencer, August Comte dan Gabriel Tarde dan
mengagumi Charles Darwin sebagai “scientific imagination” dirinya. Kemudian banyak
pemikirannya dipengaruhi pemikiran William James di bukunya berjudul Principles of
psychology.

Menurut Cooley, tanpa komunikasi pikiran tidak akan berkembang seperti manusia layaknya.
Cooley mengungkapkan pemahaman dini tentang defenisi komunikasi bahwa komunikasi berarti
mekanisme yang didalamnya terdapat hubungan antar individu dan membangun semua simbol-
simbol dari pikiran, bersama dengan makna-makna yang mereka sampaikan melalui ruang dan
waktu.

B. JOHN DEWEY (1859-1952)

Adalah eksponen paham pragmatis/pragmatism, filsafat yang memaknai arti-arti


kepercayaan seharusnya dibuat dalam kerangka efek-efek praktis atau isi dan dari pendidikan
yang progresif. Dewey percaya bahwa individu dapat menemukan kesadaran diri dalam
melakukan kerjasama dengan orang lain, karena itu komunitas menjadi hal yang mendasar bagi
sebuah demokrasi. Dewey dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran hegel.

Dewey disebut sebagai philosofi demokrasi. Komunikasi bagi dewey, berarti membawa
orang untuk secara penuh menjadi anggota masyarakat yang berpartisipasi. Dewey menganggap
bahwa “masyarakat ada bukan hanya oleh transmisi, oleh komunikasi, tetapi ada dalam
transmisi, dalam komunikasi”. Meskipun demikian, pemikiran dewey adalah bagian yang tidak
diambil oleh para peneliti Komunikasi massa Amerika.

Dewey mengemukakan bahwa masyarakat yang besar yang tercipta dari asap dan listrik
mungkin sebuah masyarakat, tetapi bukan sebuah komunitas. Dewey lagu bahwa demokrasi akan
bertahan dalam masyarakat perkotaan melainkan jika peraturan-pertauran tertentu dari
masyarakat diperbaiki. Dia berharap media komunikasi modern seperti koran, dapat
menghubungkan orang dengan yang lain dalam masyarakat metropolitan.

C. GEORGE HERBERT MEAD (1863-1931)

Pemikiran Mead melahirkan teori Symbolic Interactionism. Menurut Mead tindakan


adalah unit dasar dari ilmu sosial karena signifikansi simbolic yang dimilikinya. Tindakan (act)
adalah sosial karena dimaknai individu lain. Pemikiran Mead banyak dipengaruhi oleh Charles
Sanders Peirce, William James, Josiah Royce, James Mark Baldwin, John Dewey, Charles
Horton Cooley, Wilhelm Wundt dan Chauncey Wright.

Mead sangat menentang dualisme dari pikiran-tubuh. Konsep penting dari pemikiran
mead adalah pengambilan peran (role taking), kemampuan dari individu sendiri untuk
mengambil tindakan sosial yang sama seperti dia menginginkan orang lain mengambil tindakan
sosial terhadap dirinya. Teori-teori Mead mengungkapkan bahwa masing-masing individu harus
mengetahui diri mereka melalui interaksi dengan yang lainnya, yang mengkomunikasi kepada
mereka siapa sebenarnya mereka.

Symbolic Interactionism, sebuah hasil pemikiran Herbert Mead, adalah sebuah Perspektif
teori Amerika yang jelas, yang mana tumbuh dari ahli ahli psikologi sosial di Chicago, yang
berakar pada Philosopi Pragmatism. Yang merupakan sebuah perspektif yang luas daripada
sebuah teori yang khusus dan memiliki pendirian bahwa human communication terjadi melalui
pertukaran simbol-simbol dan makna-makna. Perilaku manusia dapat dimengerti dengan
mempelajari bagaimana individu memaknai informasi simbolik yang mereka sampaikan kepada
orang lain.

Symbolic Interactionism didasarkan pada pemikiran bahwa individu-individu bertindak


ke pada objek didasarkan bahwa maknamakna pada objek-objek tersebut dituju untuk mereka.,
makna-makna ini muncul dari interaksi sosial dengan seseorang, dan makna-makna ini diubah
melalui sebuah proses pemaknaan oleh individu.

D. ROBERT E.PARK (1864-1944)


Park sering digambarkan sebagai orang yang paling berpengaruh dalam sosiologi
amerika. Mengikuti teori evolusi, khususnya pendapat Charles Darwin tentang “struggle of
existance”,

Park menggambarkan 4 garis besar proses sosial:

1. Competition, pertentangan diantara unit unit dalam sebuah sistem untuk sumber sumber
(resource) yang langka.

2. Conflict, kompetisi diantara unit-unit yang saling melakukan kontak atau komunikasi dengan
yang lain. Komunikasi didefenisikan terjadi ketika pikiranpikiran bertemu sehingga dua orang
atau lebih saling mempengaruhi satu sama linnya. Komunikasi disini dipandang sebagai
komunikasi yang efektif.

3. Accommodation, yang terjadi ketika konflik terjadi, dikarenakan alokasi status dan kekuasaan
sehingga hubungan superordinat-subordinat diperbaiki dan dikontrol oleh struktur sosial.

4. Assimilation, pertukaran dan pembagian elemen-elemen sosial sehingga dihasilkan sebuah


pemecahan bersama.

Park melakukan elaborasi pada konsep “sosial distance” Simmel, yaitu terjadinya
perasaan kekurang intiman antara dua atau lebih individu atau kategori lain dikarenakan adanya
rentang sosial atau status sosial diantara mereka. Konsep ini dikenal sebagai sebagai konsep “the
stranger and the social distance”.

Park disebut sebagai “the first theorist of mass communication”, dimana Park
mendefenisikan komunikasi sebagai sebuah proses psikologi sosial yang mana individu
dimungkinkan untuk menganggap, dalam beberapa pengertian dan beberapa tingkat tingkah laku
dan memiliki sudut pandang kepada yang lain, merupakan sebuah proses rasional dan moral
diantara manusia yang bukan hanya di sesuatu yang hanya bersifat insting dan psikologi belaka.
Komunikasi melibatkan perasaan empatik kedalam satu partner komunikasi dan hal ini
memungkin adanya sebuah alam sosial di masyarakat.

E. LOUIS WIRTH
Pada tahun 1938 Wirth dan asistennya, Margaret Furez, disusun pertama Lokal Fakta
Komunitas Buku yang berisi data sensus penting pada 75 komunitas Chicago. Buku ini langsung
menjadi populer di kalangan akademisi dan pejabat publik sama. Pada tahun yang sama Wirth
menerbitkan makalah yang paling terkenal, "Urbanisme sebagai Way of Life," dalam American
Journal of Sociology. Tulisan ini hanya upaya diterbitkan Wirth pada mengusulkan teori formal
urbanisme. Dikombinasikan perspektif baik Eropa dan Chicago School untuk menganalisis
urbanisasi sebagai proses sosial. Menurut penulis biografi Roger A. Salerno, "Ini merupakan
lambang sastra sosiologis perkotaan klasik. Dengan memanfaatkan konsep, metode, dan postur
pragmatis gurunya, Louis Wirth berusaha untuk membuat teori urbanisme yang akan mewakili
perkotaan sosiologis paradigma dalam tradisi sekolah Chicago. " Dalam esai ini Wirth menulis
bahwa "Ciri khas dari modus manusia hidup di era modern adalah konsentrasinya dalam agregasi
raksasa sekitar yang mengelompokkan pusat yang lebih rendah dan dari yang memancar ide-ide
dan praktek-praktek yang kita sebut peradaban." Dalam esai ini Wirth menjelaskan bahwa
ukuran, kepadatan, dan heterogenitas didefinisikan kota. Itu tiga fitur yang menciptakan cara
khusus perkotaan hidup. Seperti ahli teori klasik Max Weber dan Emile Durkheim, Wirth
percaya bahwa pengembangan institusi dan birokrasi menciptakan, tersegmentasi, dan gaya
hidup yang dangkal impersonal yang akan menyebabkan kerusakan pribadi dan masyarakat.
Karena pandangan ini, "Wirthian" perspektif menjadi terkait dengan jenis pesimis teori
perkotaan. Namun, Wirth sendiri juga melihat fitur bermanfaat dari kehidupan perkotaan. Secara
khusus ia mencatat bahwa kota diberikan banyak kebebasan pribadi dan mobilitas yang
menyebabkan kesempatan yang lebih besar untuk ekspresi pribadi dan kreativitas.

Louis Wirth seorang ahli sosiologi dalam tulisannya ‘Urbanism as a way of life’ yang
diterbitkan dalam American Journal of sociology pada tahun 1938, berpendapat bahwa
masyarakat yang maju ialah masyarakat urbanisme yang dianggap pusat kecemerlangan, yang
akan melahirkan tamadun sebuah masyarakat. Louis Wirth (1938) dalam “Urbanism as a way of
life”, mengembangkan teori pengaruh dalam organisasi sosial dan perilakunya urban life. Louis
Wirth, menyatakan bahwa urbanisme akan baik bila pendekatannya dilakukan dari tiga
perspektif (cara pandang) yang saling berhubungan (inter-related): 1. as a physical structure
(struktur fisiknya); 2. as a system of social organization (sistem dari organisasi sosialnya); dan 3.
as a set of attitudes and ideas and a “constellation of personalities” (tatanan perilaku dan gagasan
serta “kumpulan dari kepribadian”). Karena Wirth begitu tertarik untuk menempatkan sosiologi
dalam praktek, tidak mengherankan bahwa dia adalah seorang pendukung kuat perencanaan
kota. Ini adalah cara yang Wirth bisa mengambil pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian
sosiologis dan menggunakannya untuk memecahkan masalah perkotaan, seperti pembangunan
perumahan, zonasi, dan isu-isu penggunaan lahan lainnya. Perencanaan kota menjadi populer
selama pemerintahan Roosevelt, diakui bahwa insinyur dan arsitek saja tidak cukup untuk
mengatasi masalah perkotaan dan ilmuwan sosial menyambut ke arena. Pada tahun 1944 Wirth
menjadi direktur perencanaan untuk Komisi Perencanaan Perang Illinois Post.

F. R.D McKENZIE
Pendekatan Ekologikal, pendekatan ini mula-mula dikembangkan antara 1916-1940 oleh
masyarakat ilmiah di Chicago School of Urban Sociology. Pada waktu kemudian orang
beranggapan bahwa ecological approach identik dengan Chicago school. Ide analisis untuk
sebuah kota, pertama kali diilhami oleh proses persaingan alami yang terjadi pada masyarakat
tumbuhan dan binatang. Dalam masyarakat binatang dan tumbuhan ini terlihat adanya interrelasi
antara berbagai jenis spesies dengan lingkungan dan proses interrelasi ini telah menimbulkan
perimbangan kualitas dan kuantitas spesies yang kemudian pada jangka waktu tertentu akan
membentuk pola persebaran species yang khas. Ide di atas mendorong pengembangan "human
ecology'' yang kemudian oleh McKenzie (1925), diartikannya sebagai suatu studi hubungan
spatial dan temporal dari manusia yang dipengaruhi oleh kekuatan, selektif, distributif dan
akomodatif daripada lingkungan (Human ecology is the study of the spatial and temporal
relations of human beings as affected by the selective, distributive and accomodantive forces of
the environment). Kota yang dipandang sebagai suatu obyek studi di mana di dalamnya terdapat
masyarakat manusia yang sangat komplek, telah mengalami proses interelasi antarmanusia dan
antara manusia dengan lingkungannya. Produk hubungan tersebut ternyata mengakibatkan
terciptanya pola keteraturan daripada penggunaan lahan. Menurut Park (1936), masyarakat
manusia terorganisir ke dalam 2 tingkat yaitu: (1) natural/biotic level (2) novel/cultural level
Pada tingkat natural/biotis, proses-proses ekologis yang terjadi pada masyarakat manusia mirip
dengan apa yang terjadi pada masyarakat tumbuh-tumbuhan/binatang. Proses impersonal ini
(lihat ciri-ciri makhluk hidup) antara lain:
(1) membutuhkan tempat untuk tinggal (2) mengembangkan keturunannya
(3) membutuhkan tempat untuk mencari makan. Proses tersebut sangat jelas terlihat pada sesuatu
kota melalui sistem sosial yang ada dan kemudian menghasilkan polapola diferensiasi sosial dan
pola deferensiasi penggunaan lahan. Pada tingkat novel, proses interaksi yang terjadi semakin
kompieks karena manusia tidak lagi hanya dipandang sebagai makhluk hidup saja, tetapi
dipandang sebagai makhluk berbudaya dan beragama yang mempunyai kekuatan mencipta,
berkarsa, berkarya, yang selalu berkembang baik dalam kaitannya dengan hubungan manusia
dengan manusia lain, dengan lingkungannya maupun dengan Tuhannya.

Ø PENOLAKAN TERHADAP CHICAGO

Pengaruh mahzab Chicago merosot drastis setelah tahun 1935 setelah Robert E.Park
pensiun sebagai ketua Universitas Chicago. Penyebab penolakan ini juga dikarenakan
bertambahnya persaingan antara universitas, antara lain Harvard University dan Columbia
University.

Sementara itu perubahan lahan penelitian sosial berubah drastis di amerika saat itu,
sosiolog amerika memfokuskan diri meneliti masalah-masalah sosial seperti kejahatan,
prostitusi, dll. Metode penelitian Chicago berubah dari penekanannya terhadap metode kualitatif
ethnologikal menjadi kuantitatif dan pendekatan statistik tetapi hanya setelah beberapa tahun
terjadinya konflik.

Selain itu dengan datangnya pemikiran-pemikiran dari eropa seperti Maxweber,


penolakan terhadap Chicago semakin besar. Penolakan terhadap Chicago semakin bertambah
besar dikarenakan permintaan pasar (situasi ekonomi), ditambah dengan semakin banyaknya
metodologi scientific sosial yang menyediakan jawaban-jawaban yang lebih akurat tentang
masyarakat dan komunikasi.

Maka penolakan terhadap pendekatan kritis terhadap masyarakat dan komunikasi


dibawah pengaruh pemikiran Pragmatism dan penerapannya oleh Mahzab Chicago terlihat
menjadi sangat kuat pada tahun 1940-an di Amerika. Selain itu penolakan terhadap Chicago juga
dipengaruhi berkurangnya minat sosiolog untuk menjadikan studi psikologi sosial sebagai
spesialisasi mereka.
Ø TEORI MARXISME

Abad kesembilan belas membuka lembaran sejarah kegemilangan di Jerman dengan


kelahiran seorang tokoh hebat dunia yang memiliki pengaruh kekal dan kuat terhadap sejarah
kehidupan manusia. Kekuatan pengaruh keintelektualannya telah menjadi fenomena global abad
kedua puluh kerana gagasan pemikiran falsafahnya tidak hanya dijadikan sekadar rujukan ilmiah
sahaja, tetapi segala idea dan teori-teori Marxisme digerakkan dalam bentuk tindakan yang
realistik bersesuaian dengan keadaan semasa. Tidak hairanlah, jika Karl Marx (1818-1883)
menduduki tangga kedua puluh tujuh dari seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah.
Salah satu sumbangan besarnya adalah konsep perjuangan kelas yang menjadi pemangkin
kepada kaum buruh untuk bangkit mempertahankan hak dan kebebasan mereka dari terus
menjadi ‘kuda tunggangan’ kaum kapitalis. Lantaran itu, ajaran Marxisme telah dijadikan
pegangan perjuangan kaum buruh hampir ke seluruh dunia. Sebagai sebuah ideologi, Marxisme
merupakan inspirasi bagi sebahagian besar gerakan pembebasan sosial dan beransur-ansur
menjadi gerakan politik dan sosial di pelbagai tempat dan negara. Konsep Historical Materalism
dan Dialectic Materialism merupakan ideologi utama yang melahirkan konsep kelas, hubungan
antara kelas dan perjuangan kelas dalam gagasan pemikiran Marxisme. Marx meneliti sejarah
manusia dari dua aspek iaitu pertama, faktor ekonomi yang memaparkan rangkaian tahap
perkembangan ekonomi manusia meliputi kaedah-kaedah mengeluarkan produk keperluan hidup
dalam menentukan segala perubahan kehidupan manusia. Kedua, faktor sosial kerana Marx
menggambarkan sifat semula jadi manusia yang suka bergaul. Namun faktor sosial tidak lengkap
tanpa berhubung terus dengan faktor ekonomi kerana kehidupan sosial manusia tidak akan
bertahan lebih lama melainkan manusia menghasilkan barangan atau produk untuk memenuhi
keperluan hidup dan masyarakat sekelilingnya. Marx mengakui bahawa manusia lahir dalam era
zaman yang berbeza-beza. Justeru itu, cara dan hubungan pengeluaran turut melalui tahap
perkembangan kuasa-kuasa produksi material yang berbeza-beza. Setiap cara pengeluaran
digambarkan dengan penguasaan kuasa produktif yang khusus dan satu bentuk hubungan sosial
yang awalnya berfungsi untuk membangunkan kuasa tersebut. Aspek utama dalam hubungan
tersebut adalah hubungan harta yang akan mewujudkan kelas-kelas sosial. Lantaran itu, muncul
dua kelas utama berasaskan jenis-jenis harta yang mempengaruhi pengeluaran keperluan hidup.
Satu kelas akan menguasai harta tersebut, manakala kelas lagi satu pula digunakan untuk
menghasilkan kekayaan daripada harta tersebut. Marx telah mengemukakan lima tahap cara
pengeluaran yang berbeza-beza di mana setiap masyarakat perlu merentasinya iaitu tahap
Komunis Primitif, Perhambaan Kuno (Classical Slavery), Feudalisme, Kapitalisme dan
Komunisme. Walau bagaimanapun, pembangunan dan kemajuan terhadap cara dan hubungan
pengeluaran turut menyumbang usaha ke arah memacu daya inovasi dan kreativiti manusia
melalui penemuan baru seperti penggunaan mesin wap, pembinaan kapal layar dan sebagainya.
Cuma bagi Marx, keadaan tersebut akan menambah tekanan terhadap cara pengeluaran sedia ada
kerana sejarah perubahan yang berlaku akan mewujudkan perjuangan kelas iaitu penentangan
satu kelas ke atas satu kelas yang lain. Kesannya berlaku revolusi yang akan mewujudkan tahap
baru bagi sejarah. Lantaran itu, kemuculan tahap baru akan melahirkan kelas atasan baru (new
ruling class) yang akan menentang kelas bawahan yang terdiri dari kelas buruh dan petani. Maka
tidak hairanlah jika kita meletakkan cara pengeluaran sebagai perintis terhadap kewujudan kelas
sosial. Hubungan antara manusia dan alam yang saling bertukar-tukar dan dikendalikan melalui
cara pengeluaran khusus telah menghasilkan cara-cara dan keperluan-keperluan baru bagi
memenuhi kemahuan masyarakat. Hubungan tersebut diabadikan oleh Marx dalam teori
Dialectic Materialism yang menekankan tiga formula serangkai iaitu Theses, Anti-Thesis dan
Syntheses. Contohnya, gambaran Marx tentang lima tahap cara pengeluaran iaitu tahap
Feudalisme mewakili theses dalam zaman pertengahan. Apabila tahap Feudalisme dikontradiksi
dengan kebangkitan kelas pertengahan iaitu kelas bourgeois, maka Kapitalisme dianggap sebagai
anti-theses dan seterusnya diganti pula oleh tahap Komusnisme yang dianggap sebagai
Syntheses. Proses ‘dialektik’ tersebut dijadikan senjata moral bagi perjuangan kelas buruh untuk
membebaskan diri dari belenggu penindasan kelas kapitalis melalui proses revolusi. Oleh
demikian itu, sikap manusia itu sendiri dijadikan ‘subjek’ dialektik kepada perubahan sosial.
Hasilnya, lahirlah organisasi buruh sosial dengan keperluan baru dan akhirnya kuasa produktif
mereka mengalami peningkatan secara mendadak. Marx dan Engels menegaskan bahawa
fenomena sosial termasuklah konflik-konflik yang berlaku dalam kelas sosial tercetus melalui
siri-siri kontradiksi yang diimplementasi dari konsep dialektik tersebut. Justeru itu, fahaman
Dialectical Materialism dilihat telah berjaya mengorganisasi masyarakat dalam kelas-kelas sosial
ekonomi dengan menyediakan kuasa-kuasa peralihan ke arah tahap tertinggi dalam
perkembangan sejarah manusia.

Karl Marx adalah seorang ilmuwan, sejarwan, ekonom, filsuf, pemilik revolusioner dan
dia juga terlibat dalam aktivis gerakan buruh. Meskipun pengaruhnya di kalangan sosialis justru
terjadi setelah dia meninggal yang konon karena kemiskinannya, Marx berasal dari kelas
menengah. Bapaknya adalah seorang lawyer. Marx lahir di Trier, Jerman, pada 5 Mei 1818 dan
meninggal di London pada 14 Maret 1883.

Pada intinya sejarah kehidupnnya yang membuat ia menjadi seorang pemikir yang paling
mumpuni, karangan filsafatnya konsisten dan komprehensif dalam melihat realitas sosial. Marx
bukan nabi, dia tidak mendapatkan teorinya dari wahyu ilahi. Tiap keping dari teorinya diambil
dari kondisi material ekonomi dan politik yang berkembang pada zamannya. Oleh sebab itu,
kritik terhadap Marx seharusnya juga mencakup kritik terhadap segala kondisi praktis yang
menuntutnya hingga teorinya lahir.

Hal yang menarik dari Marx adalah konisten dan komprehensifnya pemikiran filsaftanya.
Marx menanamkan teorinya sebagai kritik terhadap politik ekonomi dari perspektif kaum
proletar, maupun konsep materialis tentang sejarah. Historical Materialism inilah yang menjadi
landasan filsafat Marx dan menjelaskan landasan seluruh pikiran yan tetruang dalam tulisan-
tulisannya. Plekanov (1984) adalah orang pertama yang mengatakan bahwa marxisme adalah
suatu “a whole world view” dan sekaligus ia memperkenalkan dialektika materialisme sebagai
pandangan hidup dan analisi sosial.

Kelebihan marxisme sebagai ilmu adalah ia memperlakukan realitas dan masyarakat


sebagai totalitas yang bersifat saling berkaitan, dialektis, serta dapat dijelaskan jika kita
memahaminya bukan dari subjektivitas, melainkan berlandaskan dasar material yang konkret.
Marxisme menurut Lenin adalah “a concrete analysis of a concrete situation”.

Ide –Ide Karl Marx


Kelebihan Marxisme adalah pada sistem yang ditawarkannya, yang serba mancakup.
Artinya, ide-ide Karl Marx memiliki pembahasan yang komprehensif dan memiliki
interkonksitas pada semua jenis lembaga sosial yang ada. Marxisme juga menunjukkan adanya
interkoneksitas antara politik dan ekonomi.

Ini sebabnya, ajaran Marxisme dianggap sebagai ajaran yang paling komprehensif dalam
konsep ekonomi politik. Konsep yang serba mencakup ini membuat Marx yakin bahwa
ajarannya jauh lebih baik ketimbang pendekatan deduktif dari ekonomi politik klasik.

Sosialisme dan Kritik Terhadap Kapitalis

Sosialisme, secara sederhana adalah sebuah sistem organisasi sosial dimana harta benda
dan pemasukan pendapatan menjadi obyek dari kontrol sisial. Ini juga bisa dipahami sebagai
sebuah gerakan politik yang bertujuan menempatkan sistem dalam kehidupan praktis. Kontrol
sosial diatas memang dipahami secara luas dan berbagai kepentingan. Marxisme-sebagai sebuah
ideologi dan teori sosial ekonomi yang dikembangkan oleh Karl Marx dan Friedrich Engels. Dan
mereka memandang sosialisme sendiri sebagai sebuah transisi perubahan dari kapitalisme
menjadi komunisme.

Marx yang menjadi tokoh terpenting dalam sosialisme selalu menyerukan sebuah
revolusi untuk menggulingkan kapitalisme. Disinilah yang membedakan Marx dengan para
pemikir sosial lainnya, kalau tokoh sosial lain mengajarkan bagaimana memahami dunia atau
realita, maka Marx menawarkan sosialisme yang bersifat analisis ilmiah terhadap perkembangan
sejarah yang meniscayakan akan kehancuran kapitalisme menuju sosialisme, dimana perubahan
atau perkembangan sjarah tersebut berdasarkan penelitian syarat-syarat objektif perkembangan
masyarakat. Kelebihan Marx adalah ia menghasilkan perubahan kualitatif dalam sejarah
pemikiran sosial dia menafsirkan sejarah, memahami dinamika, memprediksi masa depan, tapi
disamping memperkirakan itu, ia menyatakan konsep revolusioner: dunia seharusnya tidak hanya
ditafsirkan, tapi harus diubah.

Mengenai Kapitalisme, Marx memandang bahwa kapitalisme telah mengakhiri


ketidakadilan dan irrasional feodal dan telah menggantikannya dengan ketidakadilan dan
irrasionalitasnya sendiri. Kapitalisme telah mengembangkan industry, yang mampu membangun
komunisme dengan landasan industry industry itu sendiri. Jadi, sosialisme telah mengambil
agenda sejarah bukan karena berkat kaum intelektual ataupun para buruh idealistik, namun
berkat kapitalisme itu sendiri. Disini, Marx bukanlah orang pertama yang mengkritik
kapitalisme, namun dialah orang pertama yang melakukan itu tidak dari sudut pandang feodal
(seperti Burke), dan tidak juga dari sudut pandang utopian (seperti para sosialis Perancis awal).
Marx adalah orang pertama yang melahirkan filsafat sosial yang dirancang untuk membuka
kemungkinan bagi sosialisme untuk tampil dalam perkembangan sejarah yang nyata.

Klaim Marx sosialismenya adalah sosialisme ilmiah, bahwa kehancuran kapitalisme dan
terwujudnya sosialisme bukan sekedar tujuan moral-politik para penentang kapitalisme,
melainkan merupakan hukum sejarah yang harus dibuktikan dengan memperlihatkan bahwa
kapitalisme, berdasarkan dinamika ekonominya dengan sendiri akan menuju kehancuran.
Dengan kata lain, pandangan Marx tersebut mempresentasikan bahwa kehancuran kapitalisme
menuju sosialisme adalah suatu keniscayaan yang tidak bisa dielakan.

Materialisme-Dialektika-Historis

Materialisme dalam dunia filsuf dipertentangkan oleh kubu satunya lagi, yaitu idealisme.
Semua persoalan filsafat dan ilmu pengetahuan akan berujung pada pertntangan dua kubu itu.
Hal ini karena persoalan penting dari persoalan filsafat pada dasarnya adalah soal hubungan
antara pemikiran dengan kenyataan, hubungan antara jiwa dan alam. Mereka yang menganggap
pikiran adalah primmer daripada alam berada dalam kubu idealisme sementara yang
menganggap alam sebagai hal yang primer berada dalam kubu materialisme.

Tidak seperti idelisme, marxisme menganggap persepsi, ide, pandangan, teori kita
merupakan refleksi, bayangan dari yang menyimpang melalui praktik. “manusia harus
membuktikan kebenaran, misalnya realitas kekuasaan, keduniawian dari pemikiran praktik”.
demikian menurut Marx. “perdebatan mengenai realitas dan non-realitas dari pemikiran yang
dipisahkan dari praktik adalah sebuah persoalan yang benar-benar skolastis!”. Praktik adalah
kriteria kebenaran karena ia mendasari pengetahuan tentang realitas dan karena hasil dari proses
kognitif direalisasikann dalam aktivitas material, objektif manusia. Marx menandaskan bahwa
praktik adalah satu-satunya kriteria objektif dari kebenaran sejauh hal itu mempresentasikan
bukan hanya mental manusia, melainkan juga keterkaitan manusia yang ada secara objektif
dengan dunia alam dan sosial yang melingkupi diri manusia. Pasalnya, alam ‘pada dirinya’ tidak
bisa menjadi objek pengetahuan jika ia bukan objek dari aktivitas manusia.
Materialisme dialektika adalah pandangan dunia yang mndekati gelaja-gejala alam;
caranya mendekati gejala dan fenomena alam adalah dialektis, sedangkan interpretasinya
mengenai gejala-gejala alam adalah materialis. Sementara itu, materialisme historis adalah
perluasan prinsip-prinsip materialisme dialektik pada studi mengenai kehidupan masyarakat.
Metode dialektik ini sebenernya sudah ditemukan oleh Hegel. Marx dan Engels mengambil
“intinya yang rasional” dan membuang kulitnya yang idealis.

Menguliti Eksploitasi Kapitalisme

Kritik terhadap ekonomi politik merupakan bagian penting dari pemikiran Karl Marx.
Hal ini menempatkan analisis murni tentang kapitalisme sebagai dasar ilmiah bagi gerakan buruh
dengan menjelaskan hukum dari corak produksi tersebut. Dasarnya tetaplah dari sudut pandang
kelas pekerja (buruh), dengan tesis pokoknya: analisis tentang eksploitasi, bukti bahwa sistem
kapitalisme harus ambruk karena dasar eksplotatif tersebut.

Yang jelas analisis tersebut adalah penerapan prinsip materialisme historis pada mode
produksi kapitalis dan berakar pada analisis tentang kerja-tepatnya kerja yang teraliensi. Kerja
teraliensi merupakan kerja yang dijual pada orang lain, kerja yang diupah (wage labour). Ia
bukan hanya kondisi dalam otak manusia, melainkan fakta konkret. Namun, fakta ini hanya
dapat dilihat dan dirasakan dari sudut pandang kelas buruh. Marx adalah seorang filsuf dan
ekonom pertama yang meneliti proses kerja dari sudur pandang kaum buruh, yang objektif
karena berdasar prinsip materialisme historis (bukan idealisme).

Makna aliensi kerja, menurt Marx adalah kerja bersifat eksternal bagi pekerja, kerja
bukan bagian dari wataknya, dan sebagai akibatnya, dia tidak bisa memenuhi dirinya dalam
kerja. Kerja semacam itu tidak berdasarkan kebebasannya sebagai spesies, tetapi telah tereduksi
demi aktivitas yang tertukar dengan uang. Pekerja tidak menjad subjek dalam dunianya, tetapi
menjadi objek atas dunianya sendiri, bukan untuk pemenuhan ungkapan individualnya yang
sejati, melainkan untuk wilayah eksternalnya, yakni kapitalis. Aktivitas yang bukan dari (dan
demi) dirinya sendiri adalah aktivitas yang teraliensi. Marx menganggap aliensi aktivitas praktis
manusia, kerja, berasal dari dua aspek.
a. Hubungan pekerja dengan produknya sebagai objek asing yang menguasainya. Hubungan
ini pada saat bersamaan merupakan hubungan dengan dunia eksternal, dengan benda-
benda alam, sebagai dunia asing dan memusuhi.
b. Hubungan kerja dengan tindakan produksi dalam kerja. Ini merupakan hubungan kerja
dengan aktivitasnya sendiri sebagai sesuatu yang asing dan tidak menjadi miliknya,
aktivitas yang menderita (pasivitas), kekuatan sebagai ketidakberdayaan, penciptaan
sebagai pengebirian, energi fisik dan mental pekerja, kehidupan pribadinya sebagai
sebuah aktivitas yang ditujukan untuk melawan dirinya, independen darinya, dan tidak
menjadi miliknya.

Sementara teori nilai lebih berangkat dari fakta bahwa buruh tidak memiliki alat produksi
sehingga ia harus menjual kerja kepada kapitalis dan mendapatkan upah. Upah adalah jumlah
uang yang dibayar oleh kapitalis untuk waktu kerja tertentu. Kapitallis membeli dari buruh bukan
kerjanya, melainkan tenaga kerjanya. Setelah membeli tenaga kerja buruh, kapitalis kemudian
menyuruh kaum buruh untuk bekerja selama waktu yang telah ditentukan, misalnya 7 jam sehari,
40 jam seminggu, atau 26 hari dalam sebulan (bagi buruh bulanan).

Akan tetapi, bagaimana kapitalis atau (pemerintah dalam masyarkat kapitalis) menentuka
upan buruhnya sebesar 591.000 rupiah perbulan ( di DKI misalnya) atau 20 ribu perhari (untuk 7
jam kerja misalnya)? Jawabannya adalah karena tenaga kerjanya adalah barang dagangan yang
sama nilainya dengan barang dagangan lain. Semua itu ditentukan oleh jumlah kebutuhan sosial
untuk memproduksinya. Cukup agar buruh tetap punya tenaga agar dapat bekerja terus, yaitu
kebutuhan hidupnya yang penting, seperti kebutuhan pangan, sandang, dan papan termasuk juga
untuk menghidupi keluarganya.

Jadi, upah yang dibayarkan oleh kapitalis bukanlah berdasrkan berapa besar jumlah barang
dan keuntungan yang diperoleh kapitalis. Jelas keuntungan yang didapat dari hasil kegiatan
produksinya. Perlu diperhatikan, yang mengerjakan produksi bukan pemilik modal, melainkan
para buruh yang bekerja diperusahaannya yang menghasilkan produksi ini. Mereka mengubah
kapas menjadi benang, mengubah benang menjadi kain, mengubah kain menjadi pakaian, dan
semua contoh kegiatan produksi atau jasa lainnya. Kerja kaum buruhlah yang menciptakan nilai-
nilai baru dari barang-barang sebelumnya.
Itulah yang dinamakan ketidakadilan itulah yang dinamakan eksploitasi atau pengisapan.
Karenanya kapitalisme, dengan disangga oleh hubungan 2 kelas utama (buruh dan kapitalisme)
adalah sistem penindasan masyarakat. Penindasan dalam kpaitalisme juga akan memproses suatu
generasi yang mana pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan juga akan mendukung
terjadinya penindasan itu.

Anda mungkin juga menyukai