Anda di halaman 1dari 9

Volume 7, Nomor 1, April 2018 http://doi.org/10.

21009/JPPP

PENGARUH PERILAKU INTERPERSONAL GURU TERHADAP


MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA
ANGKASA 1 JAKARTA

Ratna Dyah Suryaratri* Helmy Putra**

*Universitas Negeri Jakarta


** Universitas Negeri Jakarta

DOI: https://doi.org/10.21009/JPPP.071.01

Alamat Korespondensi:
suryaratri@unj.ac.id

ABSTRACT
This research aims to investigate the influence of interpersonal behavior of teacher on learning interest of
Angkasa 1 Senior High School Students in 10th grade. The research method is quantitative using the Likert
Scale. Thereby, researchers used the instruments, that have been adapted, the Interpersonal Behavior of
Teacher. The literatures used are “Questionnaire on Teacher Interaction” which was written by Wubbels,
Creton, and Holvast and modified/edited by Maulana, and “Minat Belajar Matematika” which was written by
Fahrul Usman and Fitriani. There are totally 100 Angkasa 1 Senior High School’s students in the 10th grade
between the ages of 15 and 17 as the samples of this research, which are collected by using the sampling
insidental as a method. The method of data processing used for the hypothesis is regression analysis. The result
is impressive, the ‘higher’ interpersonal behavior the teacher shows, the more learning interest on
Mathematics the students have. After all, it shows statistically that the learning interest on mathematics is 26%
influenced by the interpersonal behavior of teacher and the rest 74% by another factors.

Keywords
Interpersonal behavior, teachers, learning interest, mathematics

1. Pendahuluan merupakan proses mengatur lingkungan yang


memungkinkan siswa betah dan merasa senang
Menurut Purwanto, “belajar adalah proses
belajar sehingga mereka dapat berkembang secara
yang menimbulkan terjadinya perubahan dalam
optimal sesuai dengan bakat, minat, dan potensi
tingkah laku atau kecakapan. Sampai di mana
yang dimilikinya (Sanjaya, 2008, dalam
perubahan itu dapat tercapai, berhasil atau
Maulidina, 2016). Hal ini senada dengan
tidaknya belajar, tergantung kepada bermacam-
pandangan (Van Petergem, dkk. 2005) yang
macam faktor, diantaranya yaitu guru dan cara
mengemukakan bahwa pada beberapa kasus
mengajarnya”. Dalam belajar di sekolah, guru dan
terdapat guru yang lebih menyukai lingkungan
cara mengajarnya merupakan faktor yang penting.
disiplin untuk belajar, sedangkan beberapa yang
Sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya
lain ingin menciptakan suasana kelas yang
pengetahuan yang dimiliki guru, dan cara guru
menyenangkan, dimana siswa dapat merasa aman
mengajarkan pengetahuan kepada siswa turut
untuk mengambil risiko dan menjadi kreatif.
menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat
Salah satu fakta terkait rendahnya mutu
dicapai (Purwanto, 2011, dalam Maulidina, 2016).
pendidikan di Indonesia adalah realitas pada
Bagi guru, mengajar tidak hanya
rendahnya mutu pendidikan. Terkait dengan
menyampaikan materi pembelajaran tapi juga

1
Ratna Dyah Suryaratri Pengaruh Perilaku Interpersonal Guru Terhadap Minat Belajar
Helmy Putra Matematika Siswa Kelas X SMA Angkasa 1 Jakarta

laporan dari Human Development Report (2015) Behaviour (MITB). Pada kerangka berbasis teori
dipublikasikan berdasarkan laporan Human pelengkap yang dipopulerkan oleh Pianta (2001),
Development Report, dinyatakan bahwa angka hubungan guru dan siswa dapat diketahui dengan
buta huruf dewasa (adult illiteracy rate) di menggunakan tiga dimensi, yaitu kedekatan
Indonesia mencapai 6,1%. Ini berarti, dari setiap (closeness), konflik (conflict), dan kepercayaan
100 orang Indonesia dewasa yang berusia 15 (dependency) (Wubbels, dkk. 2015).
tahun ke atas, ada 7 orang yang tidak bisa
membaca. Angka ini relatif jauh lebih tinggi, Dalam MITB yang dikembangkan oleh
apabila kita bandingkan dengan negara-negara Wubbels, dkk (1985), yang merupakan hasil
lain, seperti Filipina (3,7%), Thailand (3,3%), dan adaptasi dari model Interpersonal Diagnosis of
singapura (3,2%). (http://hdr.undp.org) Personality di dalam kelas yang dikembangkan
oleh Leary (1957), perilaku guru dipetakan
Sejalan dengan fakta di atas, melaporkan menjadi dua dimensi yaitu dimensi pengaruh
mengenai kondisi HDI (Human Development (influence) dan dimensi kedekatan (proximity)
Indeks) di Indonesia. Dalam laporan tersebut, HDI (Maulana, dkk. 2012). Dimensi pengaruh
Indonesia berada pada urutan ke 113 dari 194 (influence) memiliki dua sumbu yaitu dominance
negara. Posisi ini masih jauh dari negara-negara (D) dan submission (S). Dimensi kedekatan
tetangga, seperti Malaysia yang menempati urutan (proximity) memiliki dua sumbu yaitu
ke-59, Brunei Darussalam yang menempati urutan cooperation (C) dan opposition (O). Dimensi
ke 30 dan Singapura yang menempati urutan ke-5. pengaruh (influence) menggambarkan orang yang
Dibandingkan data yang ada pada tahun 2009, mengontrol atau mengarahkan proses komunikasi
Indonesia mengalami kenaikan jumlah persentase dan seberapa sering hal itu terjadi di kelas.
yang cukup membaik. Jika pada tahun 2009 Sedangkan, dimensi kedekatan (proximity)
indonesia memiliki jumlah persentase sebesar 8% menunjukkan tingkat kerja sama atau kedekatan
yang berarti dari 100 orang dewasa yang berusia di antara guru-siswa yang terlibat dalam proses
15 tahun ke atas, ada 8 orang yang tidak bisa pembelajaran di kelas (Goh, 2004, dalam
membaca, dan saat ini Indonesia memiliki jumlah Maulidina, 2016).
persentase di angka 6,1%. (http://hdr.undp.org). Kedua sistem dimensi koordinat tersebut
Hubungan guru dan siswa dipahami sebagai kemudian dibagi menjadi delapan skala perilaku
interaksi interpersonal yang terjadi antara guru interpersonal guru, yaitu perilaku kepemimpinan
dengan siswa yang mengikat mereka satu sama (leadership behaviour) (DC), perilaku
lain. Hubungan ini diasumsikan berasal dari membantu/bersahabat (helping/friendly
bentuk interaksi tersebut. Pendekatan terhadap behaviour) (CD), perilaku pengertian
hubungan interpersonal guru dan siswa (understanding behaviour) (CS), perilaku
dikonseptualisasikan melalui pengaturan kelas memberi tanggung jawab/kebebasan siswa
berdasarkan level perilaku interpersonal guru (student responsibility/freedom behaviour) (SC),
(Wubbels, dkk. 2015). perilaku ragu-ragu (uncertain behaviour) (SO),
perilaku tidak puas (dissatisfied behaviour) (OS),
Hubungan guru dan siswa dapat dipelajari perilaku menegur (admonishing behaviour) (OD)
melalui dua kerangka teori yaitu teori dan perilaku disiplin (strict behaviour) (DO)
interpersonal (Wubbels dkk. 1985) dan kerangka (Maulana, dkk. 2011, dalam Maulidina, 2016).
berbasis teori pelengkap (Pianta, 2001). Teori Slameto (1988) menyatakan minat besar
interpersonal mendeskripsikan persepsi dari pengaruhnya terhadap belajar karena bila bahan
perilaku guru dengan siswa yang berhubungan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan
dan berinteraksi dalam sebuah sistem. Dalam teori minat siswa maka siswa tidak akan belajar dengan
ini, hubungan guru dan siswa digolongkan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik
berdasarkan kombinasi dari dua dimensi, yaitu baginya (Slameto, 1988: 57).
dimensi pengaruh (influence) dan kedekatan
(proximity) dalam Model Perilaku Interpersonal Siswa akan terdorong untuk belajar manakala
Guru atau Model of Interpersonal Teacher mereka memiliki minat untuk belajar. Oleh sebab

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 7, 1, April 2018 2


Ratna Dyah Suryaratri Pengaruh Perilaku Interpersonal Guru Terhadap Minat Belajar
Helmy Putra Matematika Siswa Kelas X SMA Angkasa 1 Jakarta

itu, mengembangkan minat belajar siswa kadang tinggi kadang rendah dan rata-rata nilai
merupakan salah satu teknik dalam kelas x adalah 6,75. Oleh karena itu, perlu
mengembangkan motivasi belajar dan salah satu dilakukan perbaikan pembelajaran yang tepat agar
cara untuk membangkitkan minat belajar siswa nilai tetap stabil. Selanjutnya, berdasarkan hasil
dengan menghubungkan bahan pelajaran yang wawancara dengan siswa tentang perilaku guru
akan diajarkan dengan kebutuhan siswa. Wina matematika yang mengajar mereka di kelas, guru
Sanjaya (2011, dalam Usman, 2016) mengatakan matematika mengajar dengan perilaku yang
minat siswa akan tumbuh manakala ia dapat cenderung positif, contohnya guru menunjukkan
menangkap bahwa materi pelajaran itu berguna sikap yang bersahabat dengan para siswanya,
untuk kehidupannya. Guru perlu menjelaskan namun terkadang mereka menuturkan guru
keterkaitan materi pelajaran dengan kebutuhan cenderung membosankan dengan cara mengajar
siswa. yang diberikan kepada para siswanya
Salah satu prestasi belajar yang penting Perilaku Interpersonal Guru
diperhatikan adalah prestasi belajar matematika,
karena penguasaan matematika bagi siswa akan Menurut (Wubbels, dkk. 2015) pendekatan
menjadi sasaran ampuh untuk mempelajari mata terhadap hubungan interpersonal guru dan siswa
pelajaran lain baik pada jenjang pendidikan dikonseptualisasikan melalui pengaturan kelas
sekolah dasar maupun pada jenjang pendidikan berdasarkan level perilaku interpersonal guru.
yang lebih tinggi. Matematika merupakan dasar
yang melandasi semua disiplin ilmu, baik ilmu Model Perilaku Interpersonal Guru didasarkan
eksakta maupun ilmu sosial sehingga matematika pada penelitian Timothy Leary tentang diagnosa
menjadi tujuan yang aktual dalam setiap kepribadian interpersonal dan aplikasinya
perubahan masyarakat dan dunia pendidikan terhadap pengajaran. Dalam model ini, perilaku
(Nawang Sari, 2001). guru dipetakan menjadi dua dimensi, yaitu
dimensi Influence (Pengaruh) memiliki dua
Menurut Ginsburg (1983), matematika sumbu, yaitu Dominance (D) dan Submission (S).
merupakan salah satu mata pelajaran yang Dimensi Proximity (kedekatan) memiliki dua
memperoleh perhatian khusus dalam dunia sumbu, yaitu Opposition (O) dan Cooperation
pendidikan, khususnya pendidikan dasar, dimana (Wubbels & Brekelmans, 2005).
siswa diajak mengenal, memahami, serta mahir
dalam menggunakan bilangan dalam kaitannya Dimensi Influence (pengaruh)
dengan praktik kehidupan sehari-hari. menggambarkan siapa yang mengontrol atau
Kemampuan matematika pada anak dapat mengarahkan proses komunikasi dan seberapa
dijadikan dasar untuk memudahkan, menerima sering hal itu terjadi. Sedangkan dimensi
pelajaran lain, mengembangkan kemampuan Proximity (Kedekatan) menunjukkan tingkat
berkomunikasi dengan menggunakan bilangan kerjasama atau kedekatan di antara mereka yang
dan simbol, mempertajam penalaran yang dapat terlibat dalam proses komunikasi. Kedua dimensi
memperjelas permasalahan dalam kehidupan Influence (Pengaruh) dan Proximity (Kedekatan)
sehari-hari, menguasai materi kejenjang secara bebas mengingatkan pada perilaku guru
berikutnya dan menumbuhkan kemampuan yang efektif yang dapat mempengaruhi proses
melakukan analisis. Melalui pendidikan pembelajaran di kelas. Masing-masing dari dua
matematika seseorang siswa diharapkan mampu sumbu dimensi DS dan CO mewakili perilaku
dan terampil dalam melakukan penalaran serta yang berlawanan, sumbu DS untuk dominasi
berpikir kritis, logis, dan sistematis deduktif serta (dominance) dan kepatuhan (submission) dan
dapat memperlakukan objek empiris secara sumbu CO untuk kerjasama (cooperation) dan
abstrak (Sudjiono, 2003). oposisi (opposition) (Goh, 1994).

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Setiap kuadran dari struktur koordinat
matematika SMA Angkasa 1, hasil belajar siswa yang dihasilkan berdasarkan dua dimensi
pada mata pelajaran matematika belum stabil, menampilkan dua segmen dari perilaku guru.
Sektor yang ada didefinisikan bergantung pada

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 7, 1, April 2018 3


Ratna Dyah Suryaratri Pengaruh Perilaku Interpersonal Guru Terhadap Minat Belajar
Helmy Putra Matematika Siswa Kelas X SMA Angkasa 1 Jakarta

derajat dari perilaku yang ditentukan. Sebagai Murid-murid yang ikut aktif secara aqliyah atau
contoh, kuadran pertama terdiri atas dua karakter secara batinniyah dalam proses pengajaran.
yang berbeda yang disebut Dominance- Sementara itu, minat tidak timbul secara tiba-tiba
Cooperation (DC) dan Cooperation-Dominance atau spontan melainkan timbul akibat dari
(CD). DC menunjukkan perilaku guru yang partisipasi. Jadi, jelas bahwa soal minat akan
terkarakterisasi dengan tingginya tingkat selalu berkait dengan soal kebutuhan atau
dominasi dan sedikit kerjasama. Sedangkan CD keinginan. Oleh karena itu, yang penting
menampilkan perilaku guru dengan yang bagaimana menciptakan kondisi tertentu agar
dikarakteristikan dengan tingginya tingkat siswa selalu aktif dan ingin terus belajar.
dominasi dan sedikit kerja sama. Sedangkan CD
menampilkan perilaku guru dengan tingginya 2. Perhatian
tingkat kerja sama dan tingkat dominasi yang Perhatian akan lebih besar bila pada siswa
lebih sedikit. Selanjutnya, tiap kuadran dari model ada minat dan bakat. Bakat telah dibawa siswa
ini terdiri atas dua sektor perilaku yang sejak lahir, namun dapat berkembang karena
digambarkan pertama kali dari perilaku yang pengaruh pendidikan dan lingkungan. Perhatian
paling umum dan kemudian diikuti oleh perilaku dapat berarti sama dengan konsentrasi, dapat pula
kedua dari dimensi yang sama (Maulana, dkk. minat momentan, yaitu perasaan tertarik pada
2012). suatu masalah yang sedang dipelajari. Konsentrasi
dalam belajar dipengaruhi oleh perasaan siswa
Kedua sistem dimensi koordinat tersebut dalam minatnya terhadap belajar. Siswa yang
kemudian dibagi menjadi delapan skala perilaku merasa tidak senang dalam belajar dan tidak
interpersonal guru-siswa, yaitu perilaku berminat dalam materi pelajaran akan mengalami
kepemimpinan (leadership behavior) (DC), kesulitan dalam memusatkan tenaga dan
perilaku membantu/bersahabat (helping/friendly energinya. Sebaliknya siswa yang merasa senang
behavior) (CD), perilaku pengertian dan berminat akan mudah berkonsentrasi dalam
(understanding behavior) (CS), perilaku memberi belajar. Senada dengan pendapat di atas
tanggung jawab/kebebasan siswa (student menyatakan bahwa perhatian adalah konsentrasi
responsibility/freedom behavior) (SC), perilaku atau aktivitas jiwa kita terhadap pengamatan,
ragu-ragu (uncertain behavior) (SO), perilaku pengertian, dan sebagainya.
tidak puas (dissatisfied behavior) (OS), perilaku
menegur (admonishing behavior) (OD) dan 3. Perasaan
perilaku disiplin (strict behavior) (DO) (Maulana, Perasaan adalah suatu pernyataan jiwa yang
dkk. 2012). sedikit banyak bersifat subjektif untuk merasakan
Minat Belajar Matematika senang atau tidak senang dan tidak bergantung
pada perangsang dan alat-alat indra. Sementara
Slameto (1988) menyatakan minat besar itu, perasaan adalah keadaan atau state individu
pengaruhnya terhadap belajar karena bila bahan sebagai akibat dari persepsi terhadap stimulus
pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan baik eksternal maupun internal. Perasaan di sini
minat siswa maka siswa tidak akan belajar dengan adalah perasaan momentan dan intensional.
sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik Momentan berarti bahwa perasaan pada saat-saat
baginya. Menurut Slameto indikator minat belajar tertentu, intensional yang berarti bahwa reaksi
terdiri dari perbuatan, perhatian, dan perasaan perasaan diberikan terhadap sesuatu, seseorang
senang. atau situasi tertentu. Apabila situasi berubah maka
1. Partisipasi-Perbuatan perasan berganti pula sehingga perasaan
Minat yang telah muncul, diikuti oleh momentan dan intensional dapat digolongkan ke
tercurahnya perhatian pada kegiatan belajar dalam perasaan tidak senang antara minat dan
mengajar dengan sendirinya telah membawa merasa senang terdapat hubungan timbal balik
murid ke suasana partisipasi aktif dalam kegiatan sehingga tidak mengherankan kalau siswa yang
belajar mengajar. Kegiatan berpartisipasi aktif merasa tidak senang juga akan kurang berminat
tidak selalu berupa gerakan-gerakan badaniah. dan sebaliknya. Beberapa ahli pendidikan

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 7, 1, April 2018 4


Ratna Dyah Suryaratri Pengaruh Perilaku Interpersonal Guru Terhadap Minat Belajar
Helmy Putra Matematika Siswa Kelas X SMA Angkasa 1 Jakarta

berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk (Maulana, dkk. 2011). Instrumen perilaku
membangkitkan minat belajar pada suatu subyek interpersonal guru terdiri dari 52 item dengan 37
yang baru adalah dengan menggunakan minat- item favorable dan 15 item unfavorable. Pada
minat siswa yang telah ada. Misalnya siswa penelitian ini menggunakan skala likert untuk
menaruh minat pada olahraga balap mobil. mengukur pengungkapan diri dari jawaban
Sebelum mengajarkan percepatan gerak, pengajar responden. Responden diminta untuk memilih
dapat menarik perhatian siswa dengan empat alternatif jawaban selalu, sering, kadang-
menceritakan sedikit mengenai balap mobil yang kadang, dan tidak pernah. Alat ukur minat belajar
baru saja berlangsung kemudian sedikit demi matematika yang peneliti gunakan dalam
sedikit diarahkan ke materi pelajaran yang penelitian ini adalah Skala Minat Belajar
sesungguhnya. Matematika yang disusun oleh Fahrul Usman dan
Fitriani (2016). Instrumen minat belajar
2. Metode Penelitian matematika terdiri dari 14 item dengan 6 item
favorable dan 8 item unfavorable. Pada penelitian
Tipe penelitian yang digunakan pada penelitian
ini menggunakan skala likert untuk mengukur
ini adalah kuantitatif. Metode ini sebagai metode
pengungkapan diri dari jawaban responden.
ilmiah karena telah memenuhi kaidah-kaidah
Responden diminta untuk memilih empat
ilmiah yaitu konkret/empiris, obyektif, terukur,
alternatif jawaban sangat setuju, setuju, tidak
rasional, dan sistematis. Melalui klasifikasi
setuju, dan sangat tidak setuju.
tersebut pengambilan data yang dilakukan oleh
peneliti menggunakan metode penelitian Uji coba instrumen ini dilakukan pada 70
berdasarkan tingkat kealamiahan dengan metode subjek yang memiliki karakteristik yang sesuai
survey karena tidak adanya pengkondisian pada dengan kriteria yang diinginkan oleh peneliti. Uji
subjek penelitian. coba validitas dan reliabilitas menggunakan
Winstep 3.73. Reliabilitas merupakan indeks yang
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
menunjukkan seberapa jauh alat ukur dapat
kelas X di SMA Angkasa 1 Jakarta yang berusia
dipercaya. Dalam penelitian ini, uji validitas dan
15 - 17. Dalam penelitian ini, teknik pengambilan
reliabilitas instrumen menggunakan pemodelan
sampel yang digunakan adalah non probability
Rasch.
sampling jenis Sampling Insidental. Untuk
menentukan jumlah sampel dari populasi Tabel 1. Skala Likert Untuk Instrumen Perilaku
penelitian, peneliti menggunakan penentuan Interpersonal Guru dan Minat Belajar Matematika
jumlah sampel yang dikemukakan oleh Slovin, Instrumen Jawaban Fav Unfav
rumus perhitungan jumlah sampel dijabarkan Tdk Pernah 1 4
dibawah ini:
Perilaku Kadang-kadang 2 3
Interpersonal
Guru Sering 3 2
= 85,71 = 86
Selalu 4 1

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan Sangat Tidak Setuju 1 4


dengan rumus Slovin, maka sampel yang
Tidak Setuju 2 3
digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100
orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan Minat Belajar Setuju 3 2
Matematika
pada penelitian ini adalah teknik survei dengan Sangat Setuju 4 1
menggunakan kuesioner untuk siswa dan
wawancara tidak terstruktur untuk guru dan siswa.
Metode penelitian berisi jenis penelitian,
Alat ukur perilaku interpersonal guru yang metode penelitian yang digunakan, pedekatan
peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah QTI penelitian yang digunakan (kuantitatif/kualitatif),
(Questionnaire on Teacher Interaction) yang variabel penelitian, jenis data penelitian,
disusun oleh Wubbels, Creton, dan Holvast responden penelitian (populasi dan sampel),
(1998) dengan konstruk yang modifikasi oleh

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 7, 1, April 2018 5


Ratna Dyah Suryaratri Pengaruh Perilaku Interpersonal Guru Terhadap Minat Belajar
Helmy Putra Matematika Siswa Kelas X SMA Angkasa 1 Jakarta

teknik pengumpulan data, instrumen penelitian


yang digunakan, dan teknik analisis data. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui
Metode penelitian disajikan menggunakan font bahwa variabel perilaku interpersonal guru
Times New Roman 12pts, spasi 1,0.
memiliki dua kategori skor, yaitu: kategori rendah
3. Hasil Penelitian dan Diskusi berjumlah 56 responden atau sebesar 56% dan
tinggi berjumlah 44 responden atau sebesar 44%.
Sebelum instrumen digunakan untuk
pengambilan data final, terlebih dahulu dilakukan
Tabel 3. Kategorisasi Skor Minat Belajar
proses uji validitas dan reliabilitas. Untuk Matematika
pengujian validitas pada penelitian ini melalui
Kategori Frekuensi Presentase
expert judgment dari salah satu dosen yang ahli
terkait penelitian ini. Untuk reliabilitas instrument Rendah 40 40%
perilaku interpersonal guru sebesar 0,98 atau
dapat dikategorikan kriteria istimewa, sedangkan Tinggi 60 60%
untuk instrument minat belajar matematika
memiliki reliabilitas sebesar 0,98 atau dapat Tottal 100 100%
dikategorikan kriteria istimewa. Peneliti
membagikan kuesioner langsung kepada siswa
SMA Angkasa 1 pada tanggal 29 Mei dan kepada Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui
SMA 93 pada tanggal 13 juni untuk diisi sesuai bahwa variabel minat belajar matematika
dengan apa yang dialami dan dirasakan oleh siswa memiliki dua kategori skor, yaitu: kategori rendah
tersebut, tetapi khusus unuk siswa SMA 93 berjumlah 40 responden atau sebesar 40% dan
responden didapat saat sedang berada diluar kelas.
tinggi berjumlah 60 responden atau sebesar 60%.
Selanjutnya pada tanggal 20 juni peneliti
membagikan kuesioner via google form kepada
beberapa siswa SMA kelas X melalui kontak Tabel 4. Koefisien Model Summary
Adjust Std. Error
personal.
RSquare of the
Berdasarkan hasil analisis regresi dapat R R Square Estimate
diketahui nilai F hitung yang diperoleh adalah
sebesar 4,036 dengan nilai F tabel (dengan df 0,5212 0,262 0,197 0,94092
8:91) adalah 3,95. Maka F hitung > dari F tabel
dan nilai sig= 0,000 lebih kecil daripada nilai α=
Tabel tersebut menampilkan perhitungan
0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan
indeks korelasi ganda (R) sebesar 0,512 dan R
terdapat pengaruh antara perilaku kepemimpinan,
square sebesar 0,262. Oleh karena hanya ada dua
membantu/bersahabat, memahami, tanggung
variabel maka besarnya indeks korelasi (r) dan
jawab siswa/kebebasan, ragu-ragu, tidak puas,
korelasi ganda (R) sama. Melalui tabel ini juga
menjengkelkan, dan ketat secara simultan
diperoleh nilai R Square yang menunjukkan
terhadap minat belajar matematika siswa kelas X
seberapa bagus model regresi yang dibentuk oleh
SMA Angkasa 1 Jakarta.
interaksi variabel bebas dan variabel terikat. Nilai
Tabel 2. Kategorisasi Skor
Perilaku Interpersonal Guru R Square 0,262 dapat diinterpretasikan bahwa
Kategori Frekuensi Presentase variabel perilaku interpersonal guru memiliki
pengaruh kontribusi sebesar 26% terhadap
Rendah 56 56% variabel minat belajar matematika sedangkan
Tinggi 44 44% sisanya 74% lainnya dipengaruhi oleh faktor-
faktor diluar variabel perilaku interpersonal guru.
Tottal 100 100%

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 7, 1, April 2018 6


Ratna Dyah Suryaratri Pengaruh Perilaku Interpersonal Guru Terhadap Minat Belajar
Helmy Putra Matematika Siswa Kelas X SMA Angkasa 1 Jakarta

Tabel 3 . Koefisien Model Summary Dimensi kesimpulan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak,
Perilaku Interpersonal Guru artinya terdapat terdapat pengaruh yang signifikan
Dimensi R R Adjus
perilaku kepemimpinan, membantu/bersahabat,
Square tR memahami, tanggung jawab siswa/kebebasan,
ragu-ragu, tidak puas, menjengkelkan, ketat
Perilaku 0,192 0,037 0,027 secara simultan terhadap minat belajar
kepemimpinan
matematika siswa kelas X SMA Angkasa 1
sebesar 26% sedangkan sisanya 74% lainnya
Perilaku 0,462 0,213 0,205
Membantu/ dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak diteliti
Bersahabat dalam penelitian ini. Namun dari delapan dimensi
perilaku hanya lima dimensi perilaku yang
Perilaku 0,350 0,122 0,113
memiliki pengaruh terhadap minat belajar
Memahami matematika yaitu terdapat pada dimensi perilaku
membantu/bersahabat, perilaku memahami,
Perilaku Ragu- 0,240 0,058 0,048 perilaku ragu-ragu, perilaku tidak puas, dan
ragu
perilaku menjengkelkan. Sedangkan tiga dimensi
perilaku lainnya yaitu perilaku kepemimpinan,
Perilaku Tidak 0,397 0,157 0,149
Puas perilaku tanggung jawab, dan perilaku ketat tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Perilaku 0,262 0,069 0,059 minat belajar matematika.
Menjengkelkan Hasil di atas selaras dengan dimensi perilaku
guru yang bekerja sama dan mendominasi tampak
Perilaku Ketat 0,049 0,002 -0,008 berkontribusi pada sikap siswa yang
menyenangkan terhadap mata pelajaran,
sedangkan perilaku perlawanan dan kepatuhan
guru yang memiliki efek sebaliknya (Fisher &
Tabel di atas menujukkan nilai koefisien Rickards, 1995). Hal ini juga mengindikasikan
korelasi dari dimensi perilaku kepemimpinan bahwa guru matematika di SMA memiliki
sebesar 0,192 atau 19,2%, perilaku kecenderungan yang cukup besar untuk
membantu/bersahabat sebesar 0,462 atau 46,2%, membantu siswa termotivasi dalam belajar dan
perilaku memahami sebesar 0,350 atau 35%, mendapatkan pencapaian hasil belajar yang baik
perilaku tanggung jawab/kebebasan sebesar 0,168 di sekolah karena guru memiliki perilaku
atau 16,8%, perilaku ragu-ragu sebesar 0,240 atau interpersonal yang mendukung (Reid & Fisher,
24%, perilaku tidak puas sebesar 0,397 atau 2008). Hal ini juga berkesinambungan antara
39,7%, perilaku menjengkelkan sebesar 0,262 pengaruh perilaku guru terhadap minat belajar
atau 26,2%, dan perilaku ketat sebesar 0,049 atau siswa seperti apa yang diutarakan Slameto (1988)
4,9%. Berdasarkan nilai tersebut dapat minat besar pengaruhnya terhadap belajar karena
diinterprestasikan bahwa dimensi perilaku bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai
membantu/bersahabat memiliki kontribusi dengan minat siswa maka siswa tidak akan belajar
terbesar terhadap variabel minat belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik
matematika, yaitu sebesar 46,2%. baginya. Sehingga secara signifikansi perilaku
interpersonal guru berpengaruh terhadap minat
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat belajar matematika.
melalui uji analisis regresi dapat ditarik

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 7, 1, April 2018 7


Ratna Dyah Suryaratri Pengaruh Perilaku Interpersonal Guru Terhadap Minat Belajar
Helmy Putra Matematika Siswa Kelas X SMA Angkasa 1 Jakarta

4. Kesimpulan Tanggerang Selatan. (skripsi). Fakultas Ilmu


Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta.
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
h. 206.
perilaku membantu/bersahabat, tanggung jawab
Nawangsari, N.A.F. (2001). Pengaruh Self-
siswa/kebebasan, ragu-ragu, tidak puas, dan
Afficacy dan Expentacy Value terhadap
ketat/disiplin secara simultan terhadap minat
kecemasan Menghadapi Matematika. Insan
belajar siswa kelas X SMA Angkasa 1 dan
Media Psikologi, 3 ;75-88.
pengaruh yang dihasilkan bersifat positif. Artinya
Pianta, Robert C., PhD. (2001). STRS Student-
semakin tinggi perilaku interpersonal guru pada
Teacher Relationships Scale Professional
dimensi membantu/bersahabat, tanggung jawab
Manual. Psychological Assessment
siswa/kebebasan, ragu-ragu, tidak puas, dan
Resources, Inc.
ketat/disiplin secara simultan maka akan semakin
Purwanto, N. (2011). Psikologi Pendidikan.
tinggi minat belajar siswa kelas X SMA Angkasa
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
1. Selanjutnya dapat dilihat dilihat bahwa terdapat
Rangkuti, A. A. (2012). Konsep dan Teknik
pengaruh yang signifikan antara perilaku
Analisis Data Penelitian Kuantitatif Bidang
kepemimpinan, memahami, dan menjengkelkan
Psikologi dan Pendidikan. Jakarta: FIP Press.
secara simultan terhadap minat belajar
Rangkuti, A. A. (2017). Statistika Inferensial
matematika siswa kelas X SMA Angkasa 1 dan
untuk Psikologi & Pendidikan. Jakarta:
pengaruh yang dihasilkan bersifat negatif. Artinya
Kencana.
semakin tinggi perilaku interpersonal guru pada
Reid, C., & Fisher, D. (2008). Teacher
dimensi kepemimpinan, memahami, dan
Interpersonal Behaviour: Its Influence on
menjengkelkan secara simultan maka akan
Student Motivation in Science. Proceedings
semakin rendah minat belajar siswa kelas X SMA
of the Fifth International Conference on
Angkasa 1.
Science, Mathematics and Technology
Education Udon Thani, Thailand (pp. 437-
5. Daftar Pustaka
45). Perth: Key Centre for School Science
Ginsburg, H.P. (1983). The Development of and Mathematics.
Matematical Thinking. New York: Academic Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran
Press. Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Goh, S. C. (1994). Introducing A Model of
Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran
Interpersonal Teacher Behaviour. Journal
Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Teaching and Learning Vol. 15 No.1, 30-40.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Human Development Reports. (2015). Diakses
Slameto. (1988). Belajar dan Faktor-faktor yang
pada Mei 27 2015. Tersedia di:
Mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksara.
http:/hdr.undp.org.
Usman. F. & Fitriani. (2016). Pengaruh
Maulana, R. dkk. (2011). Teacher-Student
Komunikasi Interpersonal Guru Terhadap
Interpersonal Relationship in Indonesia:
Minat Belajar Pada Mata Pelajaran
Profiles and Importance to Student
Matematika. Journal Seminar Nasional
Motivation. Asia Pasific Journal of
Matematika dan Pendidikan Matematika. 59-
Education, 33-49.
66.
Van Petergem, K. dkk. (2005). Relationship
Maulana, R. dkk. (2012). Teacher-Student
Between Teacher Characteristics,
Interpersonal Relationship in Indonesia
Interpersonal Teacher Behaviour and Teacher
Lower Secondary Education: Teacher and
Wellbeing. Journal of Classroom Interaction,
Student Perceptions. Learning Environment
34-43.
Research Vol. 15, 251-271.
Wubbels, T. (1985). Discipline Problems of
Maulidina. D. (2016). Analisis Persepsi Siswa
Beginning Teachers, Interactional Teacher
Terhadap Hubungan Interpersonal Guru-
Behaviour Mapped Out.
Siswa Pada Pembelajaran Kimia Di Kota

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 7, 1, April 2018 8


Ratna Dyah Suryaratri Pengaruh Perilaku Interpersonal Guru Terhadap Minat Belajar
Helmy Putra Matematika Siswa Kelas X SMA Angkasa 1 Jakarta

Wubbels, T. dkk. (2015). Teacher-Student


Relationship and Classroom Management. In
E. T. Emmer, & E. J. Sabornie, Handbook of
Classroom Management: Second Edition (pp.
363-386). New York: Routledge.
Wubbels, T., & Brekelmans, M. (2005). Two
Decades of Research on Teacher-Student
Relationship in Class. International Journal
of Educational Research Volume 43, 6-24.

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 7, 1, April 2018 9

Anda mungkin juga menyukai