YOGYAKARTA
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
Agusti Randi
15413241032
AGUSTUS 2019
BAB I
PENDAHULUAN
wisatawan lokal maupun asing dan tujuan wisata kedua setelah bali di
Indonesia. Berbagai daya tarik wisata terdapat di provinsi ini baik itu alam,
budaya dan minat khusus. Pariwisata bagi DIY sudah merupakan sebuah
Objek wisata alam, bangunan bersejarah, dan tempat tempat wisata lainnya
Menurut Haryanti 2008 dalam (Albertus, 2016) ruang terbuka publik adalah
dikenal alun-alun sebagai salah satu ruang terbuka kota. Alun-alun merupakan
ruang terbuka yang luas dibagian wilayah Kraton, yang terbentuk dari
Kraton agar tidak membelakangai arah laut Selatan. Berbeda dengan Alun-alun
utara, di Alun-alun selatan tidak ada kegiatan ritual yang khas pada awalnya.
prajurit Kraton dan latihan perang. Latihan baris biasanya dilakukan sehari
budaya lainnya adalah sebagai tempat sowan abdi dalem saat bulan puasa.
Beberapa aktivitas lain yang pernah diadakan di Alun-alun selatan yang kini
tidak ada lagi antara lain sebagai tempat latihan memanah baik untuk prajurit
atau keluarga Kraton. Alun-alun selatan juga pernah dipakai sebagai tempat
adu harimau melawan kerbau. Atraksi ini dianggap penting pada awal kraton
berdiri dan merupakan salah satu upacara adat tertinggi kraton. Sejak
menjelang tahun 2000 gajahan (kandang gajah yang terletak di sisi barat alun-
alun selatan) diaktifkan lagi. Selain untuk untuk atraksi wisata Kraton,
mengakibatkan gajahan tidak diaktifkan lagi sejak tahun 2010, namun hal ini
tidak menghentikan kegiatan kreatif alun-alun selatan. Para pelaku usaha tetap
bertahan. Kegiatan ritual masangin (berjalan menembus di antara dua pohon
beringin), kuliner lesehan serta dihibur oleh musisi jalanan dan kereta lampu
menjadi ruang publik melebihi ramainya alun-alun utara. Hal ini menarik
musisi jalanan. Seorang musisi bisa berkarya kapanpun tanpa ada batas ruang
dan waktu. Musisi berkarya ditempat yang berbeda-beda, ada yang berkarya di
studio, dipanggung hiburan, dan bahkan sampai dijalanan. Tetapi tidak semua
miliki. Musisi yang yang hidup berkesenian dijalanan (ruang publik) biasa
dikenal dengan musisi jalanan yang dikenal begitu keras dan jauh dari
menghasilkan karya yang luar biasa. Musisi jalanan sanggup membuat karya
yang indah dari kesederhanaan yang mereka miliki. Bagi mereka, berkesenian
sukses komersial sebagai musisi besar berdasarkan latar belakang seni jalanan
mereka sebelumnya, tetapi tidak sedikit dari mereka yang sangat kesulitan
mencari nafkah sebagai musisi jalanan. Jalanan memang begitu keras, sama
kebutuhan bahan pokok melonjak, disisi lain pendapatan ekonomi para musisi
jalanan tidak menentu, mereka harus bekerja keras. Begitu pula dengan para
atau pengamen yang berasal dari luar Jogja. Musisi jalanan memiliki dampak
menyimpang.
Setiap perilaku yang tidak sesuai dengan norma akan disebut sevagai
menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial yng menimbulkan
usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem tersebut untuk memperbaiki
sementara dan tidak dilakukan secara terus menerus sehingga dapat ditolerir
masyarakat, seperti melanggar lalu lintas, buang sampah sembarangan, dan lain
2016).
wisatawan resah adanya pengamen, dan juga banyaknya kasus yang telah
kota Yogyakarta. Banyaknya aduan dari para pengunjung pada aparat setempat
masyarakat kepada musisi jalanan atau pengamen yang ada di kota Yogyakarta
partisipan aktif dan langsung terjun ke lapangan, alasan peneliti memilih Alkid
ialah banyaknya musisi jalanan yang berada di alun-alun Selatan dan lokasi
penelitian letaknya tidak jauh dari rumah peneliti, dengan ini peneliti tertarik
Yogyakarta”.
B. Identifikasi Masalah
Yogyakarta.
tersebut.
Permasalahan dalam penelitian ini akan dibatasi untuk menjaga kualitas dan
fokus penelitian yang dilakukan agar tetap konsisten dalam kajian yang jelas.
bentuk perilaku menyimpang dan solusi apa sajakah yang dilakukan oleh pihak
D. Rumusan masalah
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin di capai dari
berikut:
a. Bagi peneliti
c. Bagi Mahasiswa
1. Perilaku Menyimpang
masyarakat yang dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan atau
bentuk tingkah laku yang dianggap tidak sesuai, melanggar norma umum,
adat istiadat, hukum formal, atau tidak dapat di integrasikan dalam pola
tingkah laku yang sakit secara sosial merupakan penyimpangan sosial yang
demi kepentingan pribadi. Oleh karena itu, deviasi tingkah laku tersebut
Deviasi tingkah laku ini juga merupakan gejala yang menyimpang dari
alkoholisme, seks bebas, secara umum diterima sebagai salah satu bentuk
perbuatan antisosial. Kata antisosial terdiri dari dua kata, yaitu kata anti
yang berarti menentang atau memusuhi, dan kata sosial yang berarti
antisocial pada hakikatnya sama, yaitu suatu tindakan yang tidak sesuai
melalui sistem hukum yang berlaku, yaitu sistem peradilan pidana (criminal
justice system), yang terdiri dari berbagai macam unsur penegak hukum
tindakan yang bukan rata rata atau perilaku yang jarang dan tidak
sering dilakukan
2. Secara absolute atau mutlak adalah perilaku menyimpang yang
yang mutlak atau jelas dan nyata, sudah ada sejak dulu, serta
pemulung, pekerja seks kelas rendah, selain itu juga dianggap sebagai
pengamen dianggap sebagai anak nakal, tidak tahu sopan santun, brutal
definisi pengamen sendiri itu berasal dari kata amen atau mengamen
betul dapat menghibur orang banyak dan memiliki nilai seni yang tinggi.
pasar, pedagang kaki lima dan juga obyek wisata. Pengamen dari anak-
anak sampai orang tua baik yang dilengkapi dengan alat musik seadanya
kesehjateraan sosial.
jenis ini pun sopan dan tidak pernah memaksa orang untuk
memberinya uang.
polisi
f. Pengamen cilik atau anak-anak. Pengamen cilik ada yang bagus
tetapi ada juga yang tidak enak didengar. Pengamen cilik yang
dipaksa oleh orang tuanya atau preman, namun ada juga atas
teman sebayanya.
jalanan yang hidup dan tumbuh di jalanan dan pengamen jalanan yang
Pengamen yang kurang perhatian dari orang tua rentan terhadap pengaruh
serta memiliki kepribadian yang baik dan terkontrol untuk hal pergaulan
tetangga dekat dan ditambah agresivitas yang tak terkendali dalam diri anak
tersebut terjadi akibat semakin sulitnya mencari nafkah di jalan dan makin
mahalnya biaya hidup saat ini. Kondisi tersebut semakin parah dengan
(Arwandi, 2016) yaitu Objek wisata adalah tempat atau keadaan alam yang
wisatawan.
dengan “Tourism Resourch dan Tourist Service”. Objek dan atraksi wisata
adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang mempunyai daya
1996 dalam (Arwandi, 2016) suatu daerah untuk menjadi daerah tujuan wisata
(DTW) yang baik, harus mengembangkan tiga hal agar daerah tersebut
terdapat sesuatu yang menarik yang khas untuk dibeli, dalam hal
tersebut.
sosial, yaitu suatu kondisi yang memberikan label penyimpangan pada individu
dengan masyarakat. Fokus perhatian teori labeling bukan pada individu dan
menjadi terpenjara dalam satu peran menyimpang. Di dalam teori labeling ada
dua hal yang terpenting, yaitu konsep penyimpangan dan konsekuensi dari
kelompok dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu penyimpangan primer (hasil
(Hisyam, 2018)
sekunder
tahun 1950 dan juga awal 1960 adalah penolakan pada teori
norma sosial.
bisa kembali masuk dalam peran sosial konvensional yang tidak menyimpang
Teori labeling beranggapan jika pemberian label dan sanksi yang bertujuan
Dalam konsep teori labeling ini lebih menekankan pada dua hal yakni
menyimpang itu dapat mudah dilihat, diamati dan nampak secara langsung
oleh orang lain. Tingkah laku menyimpang pada individu juga memiliki
karakteristik yang khas dan berbeda-beda antara individu yang satu dengan
B. Penelitian Relevan
ini lebih terfokus pada fenomena gaya hidup menyimpang dan fokus
jalanan
3. Isno Aini (2016) Perilaku Menyimpang Pada Remaja (Studi Kasus
Pada Anak TKI di Desa Gelaman, Kec. Arjasa Kab. Sumenep. Jawa
merupakan perilaku yang tidak sesuai dengan tata nilai dan norma-
sosial yang harus segera dicari jalan keluarnya, agar tidak terjadi
masalah sosial yang lebih besar dikemudian hari Jenis penelitian ini
nenek. (3). Tokoh masyarakat seperti kepada desa, guru ngaji (datok).
teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data
dan penarikan kesimpulan. Teori yang digunakan untuk menganalisis
adanya disfungsi keluarga yang ada di desa gelaman, maka akan timbul
fungsi laten, dimana fungsi itu adalah fungsi yang tidak diharapkan.
C. Kerangka Berpikir
dialami oleh keluarga musisi jalanan dianggap sebagai pemicu utama banyaknya
mancanegara.
dikunjungi oleh para wisatawan, ada banyak hal yang dapat dilakukan di Alun-
Alun seperti bermian sepeda hias, kitiran, masangin, menikmati jajanan khas
kota Yogyakarta yang berada di lesehan Alun-alun dan dengan diiringi oleh para
situasi Alun-alun yang rami untuk mencari nafkah ataupun sesuap nasi. Latar
belakang musisi jalanan tak lepas dari kehidupan ekonomi keluarga yang
merupakan perilaku yang kurang dan bahkan bertentangan dengan nilai norma
sosial yang ada. Salah satu kasus kesalahan mengadopsi lingkungan adalah
tenaga saat mengamen, dan kepercayaan diri, tetapi ada juga yang terlalu banyak
mengkonsumi sehingga tidak sadar dengan apa yang telah mereka perbuat saat
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Alun-alun Selatan Yogyakarta. Lokasi dipilih,
nafkah. Banyak musisi jalanan atau pengamen yang mencari uang di Alun-alun
B. Waktu Penelitian
proposal diseminarkan.
C. Bentuk Penelitian
pokok analisisnya, kedua data berupa kata-kata dalam kalimat atau gambar
yang mempunyai arti menurut Sutopo (dalam Subandi, 2011). Dengan data
D. Sumber data
Sumber data penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.
kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah:
Sumber data primer adalah data yang diperoleh dengan cara menggali dari
sumber asli secara langsung terhadap responden. Dalam penelitian ini data
Alun-alun selatan dengan harapan dapat menggali data yang lebih dalam terkait
yang diteliti. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah studi pustaka,
berlangsung.
Observasi berperan sebagai sumber bukti lain bagi suatu studi kasus.
2. Wawancara
secara langsung dan tidak langsung kepada pemilik sawah serta petani
penggarap. Secara langsung artinya peneliti bertatap muka dengan
F. Teknik Sampling
paling tidak minimal selama 1 tahun dan pihak keamanan setempat yang
berperilaku menyimpang.
G. Validitas Data
ketetapan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang
dapat dilaporkan oleh peneliti. Tujuan dari dilakukannya validitas data ini
adalah untuk meningkatkan derajat kepercayaan data sehingga penelitian ini
Untuk menguji apakah data dalam penelitian ini valid dan reliabel, maka
data. Untuk menguji apakah data dalam penelitian ini valid atau tidak maka
Selain itu, untuk mengetahui apakah data dalam penelitian ini telah
valid dan reliabel adalah ketika dalam penelitian ini terjadi data jenuh.
yang sama, maka jawaban yang diberikan pun tetap sama atau konsisten.
Pada saat itulah cukup alasan bagi peneliti untuk menghentikan proses
milik Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2016). Model ini terdiri dari
empat hal utama, yaitu: (a) pengumpulan data; (b) reduksi data; (c)
dalam model interaktif milik Miles dan Huberman yang digunakan dalam
1. Pengumpulan Data
2. Reduksi Data
3. Penyajian Data
lapangan agar memperoleh pemahaman yang tepat. Selain itu juga dapat
DAFTAR PUSTAKA
Aini, I. (2016). Perilaku Menyimpang Pada Remaja (Studi Kasus Pada Anak TKI
di Desa Gelaman Kecamatan Arjasa kabupaten Sumenep Jawa Timur.
Malang : Other Thesis. University Of Muhammadiyah Malang.
Arum, S. (2013). Fenomena Komunitas Kaum Lesbi di Klaten. Yogyakarta:
Pendidikan Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Yogyakarta.
Arwandi. (2016). Studi Peningkatan Sarana dan Prasarana Kawasan Objek Wisata
Pantai Pa'Badilang Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan
Selayar . Makassar: Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota.
Fakultas Sains dan Teknologi. UIN Alauddin .
Bima, A. (2016). Tren Perkembangan Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta.
Yogyakarta: Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi. Sanata Dharma.
Bungin, B. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Hakim. (2010). Perbuatan Motivasi Kerja Antara Pengemis dan Pengamen .
Surakarta: Universitas Muhammdiyah Surakarta.
Hisyam, C. J. (2018). Perilaku Menyimpang Tinjauan Sosiologis. Jakarta: Bumi
Aksara.
Jamaludin, A. N. (2016). Dasar-Dasar Patologi Sosial. Bandung: Pustaka setia.
Moeleong, L. J. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Narwoko, D., & Suyanto, B. (2007). Sosiologi: Teks Pengantar & Terapan. Jakarta:
Kencana Media Group.
Pribadi, G. (2015). Studi Fenomenologi Perilaku Remaja Punk dalam Lingkup
Keluarga dan Kelompok (peergroup) di Desa Jipang. Bachelor Thesis
Universitas Muhamadiyah Purwokerto.
Priambodo & Rahmayunita. (2018). Aksi Pengamen di Jogja Maksa Masuk ke Bus
Wisata ini Bikin Geger. Tersedia di
https://www.google.com?amp/s/amp.mobimoto.com/mobil/2018/10/25/20
0034/aksi-pengamen-di-jogja-maksa-masuk-ke-bus-wisata-ini-bikin-geger.
Diakses pada tanggal 07 Agustus 2019
Reza Setiawan, M. (2013). Perilaku Menyimpang Remaja Perkotaan (Studi Kasus
Perbuatan Mesum Remaja di Warung Internet Barata Jaya. Surabaya:
Jurusan Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. UIN Sunan Ampel
Surabaya.
Rohvansyah, A. (2019). Relasi Sosial Pengamen Terminal Giwangan Di
Yogyakarta. Yogyakarta: Ilmu Kesehjateraan sosial. Fakultas Dakwah dan
Komunikasi. UIN Sunan Kalijaga.
Siahaan, J. M. (2009). Perilaku Menyimpang: Pendekatan Sosiologi. Jakarta: PT
Indeks.
Subandi. (2010). Deskripsi Kualitatif Sebagai Metode Dalam Penelitin
Pertunjukan. Harmonia. 11 (2): 173-179.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung:
Alfabeta.
Suswandari. (2000). Kehidupan Anak Jalanan. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Syifaul'Ula, L. (2018). Eksistensi Paguyuban Paparazi di Kawasan Kraton
Yogyakarta. Yogyakarta: Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosial. UIN Sunan
Kalijaga.
Usman, H. (2009). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
Wahyuni, E. (2016). Upaya Masyarakat Dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang
Remaja Pada Acara Hiburan Malam. Sumatera Barat: Sosiologi. PGRI .
BAB IV
A. Lokasi Penelitian
alun Kidul (Alkid) yaitu alun alun yang terletak disebelah selatan Kraton
Yogyakarta. Alun -alun ini berbentuk tanah lapang luas berpasir, dengan
luas sekitar 160m x 160m. Alun alun ini dikelilingi pagar tembok batu bata
setinggi 2,20m, tebal pagar tembok 30cm, sudah banyak yang runtuh dan
rusak. Adapun pagar tembok yang dapat disaksikan sekarang adalah pagra
tembok baru, yang dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono ke VII
B. Deskripsi Informan
mengenai suatu hal kepada kita. Pengambilan informasi pada penelitian ini
yang akan dijadikan sebagai informasi ditentukan oleh peneliti. Hal ini
Orang yang ditentukan sebagai informan pada penelitian ini ada dua jenis
Selatan Yogyakarta.