Anda di halaman 1dari 16

BAB I :

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dunia berkembang begitu pesatnya di dalam berbagai bidang kehidupan.
Begitupun dalam dunia industri dan sector usaha yang berkembang berkat
penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian kompleksnya
masyarakat modern, masalah - masalah manusia dalam sistem ekonomi dan produsi
yang semakin penting khususnya menyangkut pembinaan staf manajer tenaga
karyawan ataupun buruh.
Dengan adanya perkembangan dalam hal tersebut khususnya perkembangan
dalam dunia niaga, bisnis, industry akan memberikan dampak terhadap kondisi social
atau pun mental dari masyarakat yang selaku pelaku dalam dunia industry.
Salah satu contoh dalam hal ini adalah perusahaan, Perusahaan merupakan
suatu organisasi yang mempunyai strategi besar dalam mengatur orang-orang dalam
bekerja sama. Organisasi menimbulkan hubungan yang dapat diperkirakan diantara
orang-orang, teknologi, pekerjaan, dan sumber daya. Apabila orang-orang bergabung
melakukan upaya bersama, maka harus ada organisasi untuk memperoleh hasil yang
produktif.
Perusahaan di Indonesia berdasarkan kepemilikan dapat dibagi menjadi dua,
yaitu perusahaan milik Negara dan perusahaan milik swasta. Semua perusahaan
melakukan proses produksi sehingga menghasilkan barang atau jasa. Untuk
melakukan proses, perusahaan atau industry membutuhkan yang namanya karyawan.
Karyawan merupakan orang yang bekerja di perusahaan atau organisasi. Biasanya
setiap organisai suka membayangkan bahwa para pegawainya merupakan peduan
kelompok sebagai “satu keluarga besar yang bahagia.” Para pegawai merupakan satu
keluarga sejauh mereka loyal kepada organisasi dan meyakini tujuannya. Sebaliknya,
Para pegawai pada kebanyakan organisasi juga terpilah-pilah menjadi berbagai jenis
subkelompok yang berbeda.
Dalam menjalani kehidupan industry, tidak jarang para karyawan mengalami
yang namanya stress. Hal ini bisa diakibatkan beban kerja yang berlebihan, tekanan
atau desakan waktu, kualitas penyelia yang jelek, iklim politik yang tidak aman,
wewenang yang tidak memadai untuk melaksanakan tanggung jawab, konflik, frustasi
dan masih banyak kesenjangan yang lain yang terjadi.
Bimbingan dan Konseling Industri : Aplikasi Pendekatan Konseling 1|Page
Di Dunia Industri
Banyak hal yang tentunya akan dialami oleh pimpinan atau manejer, karyawan
ataupun buruh saat bekerja di suatu industry sehingga membutuhkan konselor sebagai
tenaga yang membantu mereka dalam berprestasi dalam bekerja. Karena prestasi kerja
bergantung pada suasana hati pribbadi dan kondisi fisik serta lingkungan kerjanya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Konsepsi BK dalam Dunia Industrial?
2. Bagaimana Pendekatan BK dalam Dunia Industri?
3. Bagaimana Aplikasi Pendekatan BK dalam Dunia Industri?

C. Tujuan Penulisan
1. Memahami Konsepsi BK dalam Dunia Industri.
2. Mengerti betul mengenai Pendekatan BK Industri.
3. Menerangkan Mengenai Aplikasi Pendekatan BK dalam Dunia Industri.

Bimbingan dan Konseling Industri : Aplikasi Pendekatan Konseling 2|Page


Di Dunia Industri
BAB II :
PEMBAHASAN

A. Konsepsi Bimbingan dan Konseling Industrial


1. Pengertian
Bimbingan berasal dari kata guide yang berarti menunjukan, menentukan,
mengatur, atau mengemudikan. Pada dasarnya bimbingan merupakan proses
membantu individu agar berkembang secara optimal. Bimbingan menyangkut
upaya memfasilitasi individu (konseli) agar mampu mengembangkan potensi
dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik,
emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual). (ABKIN, 2008)
Secara Etimologi Konseling berasal dari bahasa Latin “consilium “artinya
“dengan” atau bersama” yang dirangkai dengan “menerima atau “memahami” .
Sedangkan dalam Bahasa Anglo Saxon istilah konseling berasal dari “sellan” yang
berarti”menyerahkan” atau “menyampaikan”.
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukanmelalui
wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang
sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada
teratasinya masalah yang dihadapi klien. (Prayitno dan Erman Amti, 2004:105)
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau
barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah
untuk mendapatkan keuntungan.
Bimbingan dan Konseling Industri adalah pembahasan suatu masalah dengan
seorang karyawan yang mempunyai masalah emosional dengan maksud untuk
membantu karyawan tersebut agar dapat mengatasi masalahnya secara lebih baik.
Konseling bertujuan untuk memperbaiki kesehatan mental karyawan
2. Tujuan
Secara umum tujuan bimbingan dan konseling industri adalah untuk
membantu karyawan mengembangkan kesehatan mental mereka yang lebih baik,
sehingga mereka akan berkembang dalam rasa percaya diri, pemahaman,
pengendalian diri, dan kemampuan untuk bekerja secara afektif
Penerapan tujuan Konseling Industri Dalam implikasi tujuan Bimbingan dan
Konseling.
a. Mendukung karyawan dalam menghadapi perubahan organisasi.
Bimbingan dan Konseling Industri : Aplikasi Pendekatan Konseling 3|Page
Di Dunia Industri
b. Sebagai cara untuk meningkatkan kesehatan mental
c. Meningkatkan nilai Sumber Daya Insani sebagai asset organisasi
d. Konseling/psikoterapi tidak hanya bertindak secara kuratif
e. Sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social
responsibility).
f. Sebagai sumber perubahan organisasi
3. Sifat
Konseling bersifat rahasia, sehingga karyawan akan merasa bebas berbicara
secara terbuka tentang permasalahannya. Konseling juga mencakup masalah
pekerjaan dan pribadi, karena kedua jenis maslah ini bisa mempengaruhi prestasi
kerja karyawan.

B. Pendekatan Bimbingan dan Konseling Industri


1. Pengertian
Dalam Kegiatan dan aktivasi Bimbingan dan Konseling Industri, terdapat pula
pendekatan khusus dengan desain sedemikian rupa yang memang diperkhususkan
untuk pelaku/konseli di dunia industry yaitu karyawan, pegawai atau buruh.
Sedangkan di sisi lain, konseli di dunia industry selain memiliki kewajiban
bekerja dan mencari nafkah, konseli juga pastinya memikul beban pribadi dalam
dirinya. Sehingga diperlukanlah sebuah usaha yang dilakukan konselor agar dapat
menampung permasalahan dan beban yang dipikul oleh sang konseli tanpa adanya
paksaan dan perintah khusus, usaha inilah yang kelaknya dijadikan sebuah
“Pendekatan”.
2. Tujuan
Kebutuhan akan konseling semakin meningkat akibat semakin beragamnya
masalah yang dihadapi karyawan. Bila masalah-masalah ini timbul, para
karyawan dapat mengambil manfaat dari pemahaman dan bantuan dari konseling
yang ddapat dilakukan. Contohnya, seorang karyawan merasa tidak aman dengan
pengunduran diri, sedangkan karyawan lain ragu-ragu mengambil resiko yang
disyaratkan suatu promosi jabatan, sehingga karyawan tersebut tidak bisa
berkembang dalam pekerjaannya.
Sebagian besar masalah yang membutuhkan konseling mempunyai beberapa
kandungan emosional. Emosi adalah bagian normal dari hidup. Alam menurunkan
manusia bersama emosi, perasaan ini menjadikan orang manusiawi. Di lain pihak,
Bimbingan dan Konseling Industri : Aplikasi Pendekatan Konseling 4|Page
Di Dunia Industri
emosi dapat terjadi di luar kendali dan menyebabkan pekerja berbuat hal yang
merusak terhadap kepentingan terbaik yang mereka dan perusahaan miliki.
Mereka bisa meninggalkan pekerjaan karena konflik sepele yang kelihatannya
besar bagi mereka, atau mereka bisa saja merusak semangat departemen mereka.
Para manajer menginginkan karyawan mereka untuk memelihara kesehatan
mental yang baik dan menyalurkan emosi mereka pada jalur yang membangun
agar mereka dapat bekerja sama secara efektif.
3. Macam
a. Directive Counseling
Directive Counseling adalah proses mendengarkan masalah emosional
individu membuat keputusan bersama tentang apa yang harus dia lakukan, dan
memberitahu serta memotivasinya untuk melakukan hal tersebut. Directive
Counseling sebagian besar menggunakan fungsi konseling advice (nasihat)
juga reassurance, communication, memberikan emotional release dan sedikit
clarified thinking. Reorientation jarang digunakan dalam directive counseling.
Konselor directive counseling harus menjadi pendengar yang baik jika ingin
memahami masalah karyawan sehingga karyawan mengalami emotional
release. Setelah mengalami emotional release disertai beberapa ide dari
konselor, karyawan diharapkan dapat menjernihkan pikirannya.
b. Non-directive Counseling
Non-directive counseling atau client-centered counseling adalah proses
mendengarkan karyawan sepenuhnya dan mendorongnya untuk menjelaskan
masalah emosionalnya, memahami masalah tersebut dan menentukan
tindakan-tindakan yang akan diberikan. Tipe konseling ini memfokuskan
perhatian pada karyawan, konselor tidak bertindak sebagai penilai atau
penasihat makanya disebut client-centered. Konselor non-directive counseling
tidak menggunakan advice dan reassurance, tetapi menggunakan empat fungsi
konseling lainnya. Emotional release lebih efektif digunakan dalam non-
directive counseling begitu juga clarified thinking. Keuntungan khas dari non-
directive counseling adalah kemampuannya untuk mengarahkan karyawan
melakukan reorientation yang menekankan pada perubahan dirinya. Dalam
tipe konseling ini konselor membangun suatu hubungan permisif yang
mengarahkan klien untuk berbicara dengan bebas. Hal utama yang dilakukan
oleh konselor non-directive adalah menetapkan hubungan konseling dengan
Bimbingan dan Konseling Industri : Aplikasi Pendekatan Konseling 5|Page
Di Dunia Industri
menjelaskan bahwa konselor tidak memberikan penyelesaian masalah
karyawan tetapi dapat membantu karyawan untuk menjelaskan perasaannya.
Kemudian konselor mendorong karyawan untuk mengekspresikan perasaanya,
menunjukkan ketertarikan terhadap apa yang dikemukakan dan menerimanya
tanpa menyalahkan atau memujinya. Sehingga karyawan dapat mencurahkan
perasaan negatif, dan diberikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan
positifnya, hal ini merupakan tanda dimulainya perkembangan emosional pada
karyawan. Setelah semuanya berjalan dengan baik, karyawan seharusnya
sudah memperoleh insight tentang masalahnya dan mengembangkan alternatif
pemecahan masalah. Selanjutnya karyawan dapat memilih beberapa langkah
positif dan dapat menemukan cara untuk mencoba langkah tersebut. Kemudian
karyawan merasa kebutuhan akan pertolongan konselor berkurang dan
menyadari hubungan konseling harus berakhir.
c. Cooperative Counseling
Non-directive counseling yang murni dilakukan oleh karyawan tidak
banyak digunakan karena biaya yang mahal dan keterbatasan lainnya.
Directive counseling tidak terlalu disukai karena tidak tepat untuk situasi
konseling saat ini. Untuk mengatasi dua tipe konseling yang ekstrim di atas,
ada semacam penggabungan kedua tipe konseling tersebut yang dinamakan
cooperative counseling. Cooperative counseling tidak seluruhnya client-
centered counseling atau counselor-centered, tetapi merupakan kerjasama
saling menguntungkan antara konselor dan karyawan untuk menerapkan
perbedaan pandangan pengetahuan dan nilai terhadap masalah. Hal ini
ditetapkan sebagai diskusi yang saling menguntungkan tentang masalah
emosional karyawan dan usaha kerja sama untuk membangun kondisi yang
akan memulihkan karyawan. Cooperative counseling dimulai dengan
menggunakan tehnik mendengarkan non-directive counseling: tetapi ketika
interview berkembang, manager memainkan peran yang lebih positif daripada
memainkan peran konselor non-directive. Manager menawarkan pengetahuan
dan insight yang dipunyainya, mendiskusikan situasi dari pandangan yang luas
dari organisasi kemudian memberikan pandangan yang berbeda dengan
karyawan sebagai perbandingan. Secara umum, manager dalam perannya
sebagai konselor cooperative menerapkan empat fungsi konseling yaitu
reassurance, communications, emotional release dan clarify thinking. Dalam
Bimbingan dan Konseling Industri : Aplikasi Pendekatan Konseling 6|Page
Di Dunia Industri
konseling, karyawan lebih banyak berbicara sedangkan konselor lebih banyak
mendengarkan. Konselor lebih berperan sebagai alat untuk mencapai tujuan
yang diinginkan.

C. Aplikasi dan Implikasi Pendekatan Konseling dalam Bimbingan dan Konseling


Industri
1. Transisi Aktivitas Konseling Industrial
Proses konseling di dunia industri dilakukan melalui kegiatan correcting,
coaching, dan consulting. Ketiga istilah ini sering digunakan untuk
menggambarkan orientasi-orientasi konseling yang berbeda ketika seorang
konselor berupaya melakukan improvement kompetensi karyawan sesuai dengan
kekhasan masalah yang dihadapi. Ketiga istilah tersebut secara singkat dijelaskan
Hill (1981 : 71-87) sebagai berikut:
a. Correcting
Mengoreksi pekerja yang memiliki problem performance khusus
merupakan suatu fungsi yang diperlukan dari suatu konseling. Koreksi
didasarkan pada aturan-aturan kerja formal dan norma-norma informal
kelompok yang ada dalam suatu organisasi kerja. Kadang kala aturan kerja
dan norma kelompok dapat menjadi disfungsional dan kontra-produktif.
Fungsi utama dari konseling tipe correcting bukan untuk
menetapkan/menentukan hukuman yang tepat bagi pekerja yang
berperformance jelek/rendah. Fungsi utama correcting lebih ditekankan pada
penerapan prinsip-prinsip perbaikan dalam setiap cara yang diharapkan dapat
mencegah individu-individu tertentu dari pelanggaran-pelanggaran aturan atau
mencegah individu dari kegagalan berprestasi sebagaimana yang diharapkan
pada masa-masa mendatang. Kedisiplinan tumbuh bukan karena buah
kekejaman hukuman.
Aspek lain dari pentingnya koreksi adalah adanya pemahaman; paling
tidak seseorang mengetahui kemana arah yang harus ia tempuh, memiliki
gambaran yang jelas tentang target ideal, dan memiliki ide yang jelas tentang
langkah pertama seperti halnya beberapa insentif tertentu bagi perubahan.
b. Coaching
Coaching merupakan aspek yang paling tradisional dari fungsi sebuah
manajemen. Para manajer diharapkan dapat membantu bawahannya dengan
Bimbingan dan Konseling Industri : Aplikasi Pendekatan Konseling 7|Page
Di Dunia Industri
cara-cara yang spesifik. Maksud diselenggara-kannya coaching adalah bukan
sekedar untuk mengurangi masalah atau untuk menghilangkan tingkah laku
yang tidak tepat. Lebih dari itu, fokus coaching adalah untuk memperbaiki
performance atau kompetensi seseorang yang kurang sesuai dengan level yang
diinginkan. Jadi aspek kunci dari wawancara konseling tipe ini (coaching)
adalah pada kesenjangan-kesenjangan performa (performance discrepancies).
Jika individu tahu apa yang seharusnya dilakukan/dikerjakan, tetapi dia tidak
melakukannya secara tepat maka wawancara coaching diperlukan. Pemikiran
yang mendasari perlunya coaching adalah bahwa pada umumnya orang lain
yang melihat apa yang kita lakukan lebih sadar dan lebih cermat dibandingkan
dengan kita sendiri. Untuk dapat melakukan coaching dengan baik seseorang
perlu terampil dalam observasi, menjelaskan, dan terampil membantu orang
lain untuk memperbaiki performance-nya.
c. Consulting
Konsultasi disebut juga dengan pemecahan masalah secara person to
person. Konsultasi dibutuhkan ketika seorang pekerja memiliki persoalan yang
bersumber dari lingkungan kelompok kerja mereka, atau dari lingkungan
rumah mereka. Proses pemberian nasihat dan penyampaian informasi
merupakan
proses yang lebih kompleks dari pada apa yang kita bayangkan
sebelumnya. Barangkali aspek yang paling sulit dari proses konsultasi adalah
upaya untuk menetapkan seberapa banyak nasehat dan informasi yang
dibutuhkan klien, dan seberapa banyak jaminan kembali atau dukungan bagi
ide-ide yang diduga sedang dinanti untuk diekspresikan dalam pencarian
informasi. Ciri yang menandai dibutuhkannya konsultasi adalah bahwa
seorang pekerja memiliki masalah atau keprihatinan, dan mulai mencari
bantuan orang lain. Selain melayani konsultasi tentang problem-problem yang
terkait dengan pekerjaan sehari-hari, konseling yang dibangun konselor di
dunia industri juga diharapkan dapat menjangkau problem-problem pribadi
yang dirasakan karyawan, serta dapat membantu karyawan untuk
mengembangkan sikap, keterampilan-keterampilan, serta kemampuan-
kemampuan yang akan memfasilitasi pekerjaan mereka (Gibson & Mitchell,
1995 : 105).

Bimbingan dan Konseling Industri : Aplikasi Pendekatan Konseling 8|Page


Di Dunia Industri
Konseling dunia industri berlangsung dalam suasana kerja di suatu
industri, baik industri penghasil barang maupun jasa. Dalam dunia industri,
konseling tidak harus berlangsung dalam lingkungan yang berbatas empat
buah dinding, konselor dan klien tidak harus duduk formal saling berhadapan.
Lingkungan konseling dapat berupa ruang kerja (ruang produksi barang atau
jasa) karena proses konseling dapat berlangsung bersamaan dengan aktivitas
produksi (pada saat karyawan bekerja). Hal ini sangat tampak dalam aktivitas
konseling yang berupa correcting, dan coaching.
Hubungan antara klien dengan konselor bisa jadi sangat formal antara
bawahan dan atasan, sehingga konseling lebih dominan dengan pemberian
informasi dan advices secara direktif. Namun demikian, hubungan juga dapat
terjadi secara sangat informal karena antara atasan (manager, trainer, supervisor)
dan bawahan (karyawan) sudah saling memahami dan telah terbiasa bekerja dalam
suatu tim. Hubungan antar karyawan juga dapat dijadikan wahana konseling
khususnya aktivitas correcting dan coaching. Persaingan yang sehat antar
karyawan perlu diciptakan, dan kebiasaan saling mendukung diantara sesama
karyawan juga perlu dikembangkan. Lingkungan industri yang kondusif
(favorable) akan sangat membantu terbentuknya performa yang diharapkan
sehingga produktifitas dan effisiensi kerja dapat terwujud. Dengan demikian,
penciptaan lingkungan yang favorable merupakan bagian integral bagi layanan
konseling di dunia industri.
2. Penerapan dan bentuk konseling dalam dunia Industrial
a. Wawancara
Wawancara merupakan proses penting dalam melakukan
pengevaluasian dalam aplikasi pkerjaan dan juga berupa aturan yang
dilakukan secara signifikan dalam melakukan pekerjaan untuk promosi. jenis
Wawancara di dalam psikologi, merupakan upaya perekrutan apabila
dilakukan dalam sebuah perusahaan, hal ini dilakukan untuk mendpatkan
kecocokan suatu individu untuk ditempatkan pada sebuah posisi pekerjaan.
Dalam melakukan teknik wawancara juga perlu dilakukan dengan teliti
oleh seseorang yang cukup ahli di dalam bidangnya tersebut.
b. Tes intelligensi
Tes intelegnsi biasanya dilakukan untuk ujuan pemerintahan,
pekerjaan, militer, industry pribadi, untuk berikutnya biasanya dilakukan untu
Bimbingan dan Konseling Industri : Aplikasi Pendekatan Konseling 9|Page
Di Dunia Industri
menyeleksi pelamar pekerjaan, sekolah keehatan, sekolah hokum, dan juga
lulusan sekolah.
Dalam hal ini juga dilakukan untuk menentukan suatu profesi yang
tepat untuk sebuah profesi di dalam suatu pekerjaan.
c. Tes kemampuan spesifik
Tes kemampuan spesifik ini biasanya dilakukan untuk melakukan tes
dalam keahlian kemampuan pekerjaan, dan juga tes yang biasanya dilakukan
untuk tes kemampuan seorang karyawan, tes ini biasanya dilakukan dapam
bebrapa tahapan, dalam tes ini juga dilakukan untuk melihat kemmapuan
sebuah karyawan dalam melakukan pekerjaan.
d. Tes prestasi
Biasanya dilakukan untuk menilai dari sebuah pekerja, dalam tes ini
dikhusukan untuk pekerja dengan spesialis tersentu, misalnya dalam spesialis
perbaikan peralatan, di dalam tes perstasi biasnaya dilakukan untuk
menemukan pelamar karena terdapat fakta psikologis yang mempengaruhi
prestasi seseorang.
e. Mengikuti penilaian prestasi kerja
Setiap Pekerjaan apapun, pasti akan ada evaluasi begitu pun dalah
psikologi industri, hal ini dilakukan agar pengawas dapat melakukan penilaian
atas kinerja dari karyawannya, biasanya bagi para pekerja yang rajin dan
memiliki prestasi akan ada rewerd yang akan diberikannya, hal tersebut
memang tergantung dari masing-masing kebijakan dari perusahann tersebut.
f. Pusat penilaian
Pusat penilaian biasanya dilakukan oleh bagian divisi yang berwenang
dalam hal emlakukan audit di perusahaan, dalam psikologi industri sendiri
pasti ada sebuah divisi yang menaungi hal tersebut, agar dapat melakukan
penilaian masing-masing terhadap kerja karyawan di suatu perusahaan.
Biasanya untuk perusahaan swasta sendiri yang memiliki kinerja buruh
dan sudah tidak memiliki mnfaat di dalam perusahaan akan dipertimbangkan
untuk dilakukan evaluasi ulang, setelah hasilnya keluar akan dilakukan
keputusan yang sesuai kebijakan perusahaan.
g. Terdapat organisasi pekerja
Organisasi diantara karyawan biasanya dibentuk untuk meningkatkan
kesejahteraan dianara karyawan, namun ada juga yang mensalahkan persepsi
Bimbingan dan Konseling Industri : Aplikasi Pendekatan Konseling 10 | P a g e
Di Dunia Industri
dari dibentuknya organisasi tersebut. pendataan diantara karyawan memang
perlu dilakukan untuk melindungi hak dan kwajiban karyawan di dalam suatu
perusahaan.
h. Alokasi kerja
Yang namanya pekerjaan tentu harus dilakukan dan juga dialokasikan
dalam suatu departemen, fungsi, unit dan juga kelompok diantara pekerja
lainnya, hal ini penting dilakukan agar pekerjaan terstruktur dengan baik, dan
setiap karyawan mengetahui fungsi dari masing-masing pekerjaan yang harus
dilakukannya.
Tentu diantara pekerja akan ada pembeda diantara setiap divisi seperti
bagian proses produksi, bagian pengemasan, dan bagian pendataan.
i. Teamwork
Di dalam melakukan pekerjaan perlu pendefinisian yang dilakukan
secara jelas hal ini dapat trelihat dari berbagai jensi pekerjaan yang
menunjukan adanya kerja salam tim di dalam sebuah organisasi pekerjaan juga
perlu pengoprasian sedemikian rupa agar di dalam fasilitas saat melakukan
kerja sama diantara departemen dan fungsionalnya.
Di dalam setiap tim juga harus diperlukan tanggung jawab dalam
melakukan pekerjaan masing-masing, termasuk dalam pengelolaan,
penganggaran dan juga di dalam sebuah perencanaan.
Dan yang paling penting lagi adalah melakukan komunikasi secara
terbuka dan juga informal seperti layaknya pada bagian struktur organisasi.
j. Desentralisasi
Dalam membuat sebuah keputusan yang otoriter diperlukan
pendelegasikan yang dialkukan sedekat mungkin dengan tindakan dalam
pusat pengambilan keputusan. di dalam sebuah perusahaan atau industri tentu
hal pengambilan keputusan tidak dapat dilakukan secara kewenangan etrhadap
diri sendiri, harus melalui keputusan berdasarkan hasil bersama.
Apabila ingin sesuai dengan cara yang dilakukan di dalam sebuah
organisasi pada umumnya. hal ini penting dilakukan agar segala sesuatu yang
etrjadi di dalam setiap industri pekerjaan suatu organisasi dapat berjalan
dengan baik.
3. Aplikasi Pendekatan Bimbingan dan Konseling Industri

Bimbingan dan Konseling Industri : Aplikasi Pendekatan Konseling 11 | P a g e


Di Dunia Industri
Proses konseling merupakan suatu kegiatan pencarian data dari seseorang
yang mengalami masalah yang berlangsung selama konseling dengan
menggunakan langkah-langkah konseling.
Langkah-langkah konseling di Industri sebagai berikut :
a. Menyatakan kepedulian atau keprihatinan dan membentuk kebutuhan akan
bantuan.
Langkah pertama ini memberikan kepedulian terhadap masalah-
masalah yang dihadapi karyawan, baik yang disebabkan oleh diri karyawan
sendiri maupun disebabkan oleh lingkungan yang memberikan tekanan
kepadanya. Dengan kepedulian dan perhatian terhadap karyawan dapat
membentuk rasa keinginan dan semangat untuk menyelesaikan masalahnya,
sehingga karyawan akan menunjukkan suatu keseriusan dan kejujuran
terhadap masalah yang sedang dihadapinya. Kemudian memberikan
penjelasan dan pengertian agar klien menyadari atas perlunya bantuan untuk
menyelesaikan masalahnya dan karyawan bersedia masuk dan terikat dalam
proses konseling.
b. Membentuk hubungan
Karyawan dan konselor memulai proses membangun suatu hubungan
yang bercirikan kepercayaan, keyakinan, dengan didasari atas keterbukaan dan
kejujuran atas semua pernyataan karyawan dan konselor dalam proses
konseling.
c. Menentukan tujuan dan eksplorasi pilihan
Dalam langkah ini dilakukan pembahasan masalah dengan melakukan
diskusi dengan karyawan untuk mengeksplorasi tujuan konseling.
d. Menangani masalah
Konselor berusaha untuk dapat menentukan prioritas masalah
karyawan yang harus ditangani sehingga dapat mengarahkan karyawan untuk
benar-benar mengungkapkan masalahnya dan berdiskusi untuk
memecahkannya.
e. Menumbuhkan kesadaran
Menumbuhkan kesadaran pada karyawan agar karyawan benar-benar
mengetahui dengan jelas masalah yang dihadapinya. Konselor berusaha
mengarahkan karyawan untuk mendapatkan insight atau understanding,
karyawan memahami apa yang sedang dialami dan apa yang harus dikerjakan
Bimbingan dan Konseling Industri : Aplikasi Pendekatan Konseling 12 | P a g e
Di Dunia Industri
dalam menyelesaikan masalahnya sebagai hasil dari proses konseling atau
berdasarkan hal-hal yang dilihat dan dirasakannya.
f. Merencanakan cara bertindak
Setelah mendapatkan insight karyawan harus melakukan suatu
tindakan untuk menyelesaikan masalahnya. Jika karyawan merasa ragu dan
bingung untuk mengambil keputusan dalam bertindak maka konselor dapat
memberikan berbagai pilihan rencana tindakan.
g. Menilai hasil dan mengakhiri konseling
Langkah ini adalah langkah terakhir untuk melihat keberhasilan
jalannya konseling berdasarkan sejauh mana klien mencapai tujuan konseling.
Keputusan untuk mengakhiri atau menghentikan konseling merupakan
keputusan bersama antara konselor dan karyawan berdasarkan dua hal yaitu
apakah tujuan konseling telah terpenuhi dan apakah hasil dari konseling sudah
didapat.
Sebelum melaksanakan proses konseling karyawan, konselor hendaknya
menyiapkan hal-hal sebagai berikut:
a. Mempertimbangkan berapa kali konseling diperlukan, besarnya intensitas
pembicaraan, dan tingkat kesiapan karyawan
b. Memperjelas alasan mengapa konselor melakukan konseling dan juga sasaran
dilaksanakannya konseling
c. Melakukan evaluasi terhadap sasaran pekerjaan dan prestasi yang sudah
dicapai karyawan
d. Memberi tahu karyawan tentang jadwal dan tempat pelaksanaan konseling.
e. Setiap konseling dilaksanakan minimal 30 menit
f. Tidak ada gangguan (menerima telepon, tamu, dll) ketika melaksanakan
konseling
g. Memindahkan peralatan (meja, dll) yang tidak diperlukan, yang dianggap
dapat menciptakan suasana yang kurang akrab.
h. Mencatat hal-hal yang akan dibicarakan dalam proses konseling
i. Mencatat hasil pembicaraan dan rencana tindak lanjut.

4. Pedoman pelaksanaan konseling karyawan yang berhasil


a. Memperlakukan karyawan dengan hangat dan ramah. Menggunakan bahasa
tubuh, kontak mata, dan menatap wajah klien.
Bimbingan dan Konseling Industri : Aplikasi Pendekatan Konseling 13 | P a g e
Di Dunia Industri
b. Menjelaskan maksud dan tujuan pertemuan konseling (jika karyawan
dipanggil oleh konselor) atau menanyakan maksud dan tujuan karyawan (jika
karyawan datang sendiri).
c. Bertanya dengan pertanyaan terbuka tentang hal-hal yang dirasakan dan
dipikirkan karyawan.
d. Mendorong karyawan untuk mengungkapkan alternatif pemecahan masalah
yang dihadapinya.
e. Berusaha menggali pendapat karyawan tentang konsekuensi dari alternatif
pemecahan masalah yang disampaikannya.
f. Menghindari mengemukakan pandangan, namun tetap memberikan tambahan
informasi yang akan membantu klien dalam mengambil keputusan.
g. Memperlihatkan empati dan menunjukkan kepercayaan terhadap kemampuan
karyawan dalam mengatasi masalah yang dihadapinya.
h. Memberikan dukungan mental dan/ atau sumber daya seperlunya.
i. Meneruskan kepada ahlinya apabila masalah yang dihadapi tidak bisa diatasi
sendiri.
j. Membuat catatan rangkuman pertemuan dan hal-hal yang dibicarakan pada
akhir pertemuan untuk klarifikasi dan kesepakatan mengenai rencana tindak
lanjut.

Bimbingan dan Konseling Industri : Aplikasi Pendekatan Konseling 14 | P a g e


Di Dunia Industri
BAB III :
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bimbingan dan Konseling Industri adalah pembahasan suatu masalah dengan
seorang karyawan yang mempunyai masalah emosional dengan maksud untuk
membantu karyawan tersebut agar dapat mengatasi masalahnya secara lebih baik.
Konseling bertujuan untuk memperbaiki kesehatan mental karyawan.
Dalam Kegiatan dan aktivasi Bimbingan dan Konseling Industri, terdapat pula
pendekatan khusus dengan desain sedemikian rupa yang memang diperkhususkan
untuk pelaku/konseli di dunia industry yaitu karyawan, pegawai atau buruh.
Sedangkan di sisi lain, konseli di dunia industry selain memiliki kewajiban bekerja
dan mencari nafkah, konseli juga pastinya memikul beban pribadi dalam dirinya.
Sehingga diperlukanlah sebuah usaha yang dilakukan konselor agar dapat
menampung permasalahan dan beban yang dipikul oleh sang konseli tanpa adanya
paksaan dan perintah khusus, usaha inilah yang kelaknya dijadikan sebuah
“Pendekatan”.
Proses konseling di dunia industri dilakukan melalui kegiatan correcting,
coaching, dan consulting. Ketiga istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan
orientasi-orientasi konseling yang berbeda ketika seorang konselor berupaya
melakukan improvement kompetensi karyawan sesuai dengan kekhasan masalah yang
dihadapi.

B. Saran
Pemakalah menyadari bahwa dalam proses pembuatan dan penyampaian
makalah terdapat banyak kesalahan dan kekhilafan dari kurangnya sumber buku,
pemakalah sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk pemakalah
guna mengingatkan dan memperbaiki setiap kesalahan yang ada dalam proses
pembuatan dan penyampaian makalah. Terakhir tidak lupa pemakalah mengucapkan
rasa syukur kehadirat Allah SWT serta terima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

Bimbingan dan Konseling Industri : Aplikasi Pendekatan Konseling 15 | P a g e


Di Dunia Industri
DAFTAR PUSTAKA

Dewa Ketut Sukardi. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan daan Konseling di
Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta

Ino, Yuwono, 2005. Psikologi Industri dan Organisasi, Surabaya: Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga.

Chodijah. C, Siti Dkk. 2014, Gambaran Penyesuaian Kerja Siswa Yang Menjalankan Praktek
Kerja Industri Di Pt Gm, Insight: Jurnal Bimbingan dan Konseling Vol 3 No 2.

Damai Syaputra, Yogi Dkk. 2019, Metaanalisis karakter integritas siswa berbasis nilai Bundo
Kanduang di Era Revolusi Industri 4.0. STKIP PGRI Sumatera Barat. Counsellia: Jurnal
Bimbingan dan Konseling, Vol 9 No 2, 165-179.

Yusri, Fadhila. 2013, Perkembangan Profesional Konselor Untuk Memenuhi Kebutuhan


Masyarakat Industri. STAIN Bukittinggi. Jurnal Konseling dan Pendidikan, Vol 1 No 1, 36-
42.

https://dosenpsikologi.com/aplikasi-psikologi-industri-dan-organisasi-dalam-pekerjaan

https://www.academia.edu/27634711/BIMBINGAN_KONSELING_INDUSTRI

Bimbingan dan Konseling Industri : Aplikasi Pendekatan Konseling 16 | P a g e


Di Dunia Industri

Anda mungkin juga menyukai