PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan Makalah Ilmu Sosial Dasar dengan judul Konflik
Dalam Masyarakat Multikultural dan Strategi Penanggulangannya dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar
mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar. Makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna , oleh
karena itu dibutuhkan saran dan masukan dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini
sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Penyusun,
DAFTAR ISI
Cover...i
Prakata....ii
Daftar Isi.......................................iii
Abstrak..........iv
Bab 1 Pendahuluan
1.3 Tujuan..............
1.4 Manfaat..
Bab 3 Pembahasan..................................
Bab 4 Penutup.................................
4.1 Kesimpulan....................................
Indonesia adalah sebuah negara dengan status negara berkembang, Indonesia juga
merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar ke 4 setelah Cina, Amerika, dan
India. Tidak hanya itu, Indonesia juga memiliki jumlah pulau yang sangat banyak, lebih dari
15.000 pulau kecil dan 5 pulau besar yang terhampar dari sabang sampai merauke. Dengan
jumlah penduduk yang besar dan juga jumlah pulau yang sangat banyak, memungkinkan
terjadinya perbedaan diberbagai bidang, mulai dari agama, suku, ras, dan bahasa.Hal tersebut
dianggap wajar, karena setiap golongan memiliki pendapat dan juga pandangan yang berbeda-
beda. Dampak dari perbedaan tersebut beragam, mulai dari yang positif hingga dampak negatif
yang berakibat pada tejadinya konflik. Konflik yang berkepanjangan dapat mengakibatkan
perpecahan dan juga disintegrasi bangsa yang berbuntut pada dendam turun-temurun tanpa
pernah ada solusinya. Selain konflik, permasalahan-permasalahan yang terjadi diIndonesia juga
semakin beragam dan semakin berkembang disetiap tahunnya, hingga menjadi pusat perhatian
dari semua kalangan.
Konflik sosial berbau Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA) sering terjadi di
Indonesia. Penyebab konflik social tersebut sangat beragam. Dari soal integrasi sosial antar
kelompok yang belum selesai, kecurigaan, antar kelompok, pelabelan kurang baik pada
kelompok lain, dan fanatisme kelompok yang berlebihan. Faktor lain, adalah ketidakadilan
kebijakan politik yang dilakukan oleh para penguasa yang kurang memperhatikan aspek
keragaman suku, agama, budaya yang ada. Atau dengan kata lain belum dijalankannya praktek
politik multikultural, yang berusaha menghargai, memberi kesempatan yang sama kepada semua
lapisan masyarakat untuk berkembang, berekpresi sesuai hak-hak azasi yang dimiliki. Dengan
belajar pada kesalahan masa lalu, dan menjalankan politik multikultural, diharapkan kasus-kasus
konflik sosial di Indonesia tidak terjadi lagi.
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri lebih dari 15000 pulau.
Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan keberagaman suku, agama, ras, budaya dan
bahasa daerah. Indonesia memiliki lebih dari 300 suku bangsa. Dimana setiap suku bangsa
memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Suku bangsa merupakan
bagian dari suatu negara. Selain itu, masing-masing suku bangsa juga memiliki norma adat
istiadat yang berbeda antara satu suku dengan suku yang lainnya. Norma tersebut diterapkan agar
nantinya masyarakat dapat taat dan tidak bertindak sembarangan dalam melakukan suatu
kegiatan yang terdapat pada daerah itu sendiri.
Dalam suku bangsa yang berbeda tersebut, cara pandang terhadap penyelesaian suatu masalah
berbeda-beda. Ketika terjadi pertentangan antar individu atau masyarakat yang berlatar belakang
suku, agama, ras , dan antar golongan (SARA) mereka akan mengelompok diri menurut asal-usul
daerah dan suku bangsanya (primodialisme). Hal tersebut menyebabkan pertentangan atau
ketidakseimbangan dalam suatu negara (disintegrasi). Namun terdapat pula suatu cara yang
digunakan untuk mempersatukan suku-suku yang berbeda tersebut yaitu melalui UUD 1945 dan
Pancasila melalui semboyan Bhineka Tunggal Ika yang artinya walaupun memiliki banyak
perbedaan,tetapi memiliki tujuan hidup yang sama. Oleh karena itu ,dalam makalah ini kami
akan membahas cara untuk menanggulangi masalah konflik dalam masyarakat multikultural di
Indonesia sehingga nantinya suku-suku yang ada di Indonesia ini dapat bersatu dan tidak
terpecah belah.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, perumusan masalah yang dapat
dikemukakan dalam makalah ini yaitu :
1. Pengertian multicultural
2. Bagaimanakah jenis dan bentuk konflik dalam masyarakat multikultural di Indonesia ?
3. Bagaimana dampak konflik dalam masyarrakat multikultural di Indonesia ?
4. Bagaimanakah strategi penanggulangan konflik dalam masyarakat multikultural di
Indonesia ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dari uraian diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan
makalah ini yaitu :
1.4 Manfaat
1. Bagi Pembaca
Makalah ini dapat dijadikan acuan dan kajian untuk menambah wawasan dalam penanggulangan
konflik masyarakat multikultural yang terjadi di daerah sekitar.
2. Bagi Penulis
Makalah ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan dari penulis tentang
masyarakat multikultural di Indonesia
3. Bagi Institusi
Dengan pembuatan makalah ini, akan memudahkan dosen dalam penyampaian materi tentang
masyarakat multikultural sehimgga nantinya mahasiswa menjadi lebih aktif dalam diskusi
perkuliahan.
BAB II
METODE PENULISAN
Metode penulisan makalah yang kelompok kami gunakan adalah berdasarkan pemikiran
dari masing-masing anggota kelompok tentang masyarakat multikultural dan berdasarkan dari
sumber-sumber materi yang berkaitan dengan masyarakat multikultural baik itu melalui buku-
buku tentang masyarakat multikultural dan dari internet. Penjelasan tentang masyarakat
multikultural di Indonesia dari berbagai macam sumber dan pemikiran kelompok tersebut,
nantinya dapat di kombinasikan sehingga lebih mudah dalam penyusunan makalah.
BAB III
PEMBAHASAN
Masyarakat Multikultural disusun atas tiga kata, yaitu Masyarakat, Multi, dan Kultural.
Masyarakat artinya adalah sebagai satu kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut
sistem adat istiadat tertentu yang bersifat terus menerus dan terikat oleh rasa toleransi bersama,
Multi berarti banyak atau beranekaragam, dan Kultural berarti Budaya. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri atas banyak
struktur kebudayaan. Hal tersebut disebabkan karena banyaknya suku bangsa yang memilik
struktur budaya sendiri yang berbeda dengan budaya suku bangsa yang lainnya.
Multikultural juga dapat diartikan sebagai keragaman atau perbedaan terhadap suatu
kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Sehingga masyarakat multikultural dapat diartikan
sebagai sekelompok manusia yang tinggal dan hidup menetap di suatu tempat yang memiliki
kebudayaan dan ciri khas tersendiri yang mampu membedakan antara satu masyarakat dengan
masyarakat yang lain. Setiap masyarakat akan menghasilkan kebudayaannya masing-masing
yang akan menjadi ciri khas bagi masyarakat tersebut.
Berikut ini pendapat dari beberapa ahli tentang pengertian masyarakat multikultural ;
J.S. Furnivall Menyatakan bahwa masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri
dari dua atau lebih elemen yang hidup sendiri- sendiri, tanpa ada pembauran satu sama lain di
dalam satu kesatuan politik.
Pada dasarnya, multikulturalisme yang terbentuk di Indonesia merupakan akibat dari kondisi
sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas. Menurut kondisi geografis,
Indonesia memiliki banyak pulau dimana stiap pulau tersebut dihuni oleh sekelompok manusia
yang membentuk suatu masyarakat. Dari masyarakat tersebut terbentuklah sebuah kebudayaan
mengenai masyarakat itu sendiri. Tentu saja hal ini berimbas pada keberadaan kebudayaan yang
sangat banyak dan beraneka ragam.
Dalam konsep multikulturalisme, terdapat kaitan yang erat bagi pembentukan masyarakat yang
berlandaskan bhineka tunggal ika serta mewujudkan suatu kebudayaan nasional yang menjadi
pemersatu bagi bangsa Indonesia. Namun, dalam pelaksanaannya masih terdapat berbagai
hambatan yang menghalangi terbentuknya multikulturalisme di masyarakat.
1. Rentan terhadap Konflik. Perbedaan nilai-nilai budaya dan norma dasar akan
sulit disesuaikan antara masing-masing agama, akan selalu bertentangan dan
ini akan memudahkan munculnya sebuah konflik.
2. Munculnya sikap etnosentrisme, yaitu sikap atau pandangan yang berpangkal
pada masyarakat dan kebudayaan sendiri, biasanya disertai dengan sikap dan
pandangan yang meremehkan masayarakat dan kebudayaan lain.
3. Munculnya sikap fanatisme dan ekstrim. Fanatisme atau fanatik adalah suatu
keyakinan yang kuat terhadap agama, kebuadayan, kelompok, dll. Ekstrim
adalah sangat kuat, keras yang solidaritas terhadap persamaan atau
kelompoknya sendiri.
Konflik adalah proses social disosiatif yang dapat menyebabkan perpecahan dalam masyarakat
karena ketidakselarasan dan ketidakseimbangan dalam suatu hubungan masyarakat. Berdasarkan
tingkatannya konflik dapat dibagi menjadi konflik horizontal dan vertical.
Konflik Horizontal
Konflik horizontal adalah konflik yang terjadi diantara kelompok-kelompok social yang sifatnya
sederajat. Konflik social horizontal dapat berupa konflik antar suku, antar ras, agama, maupun
konflik antar golongan.
a. Konflik antar suku, konflik antar suku pada umumnya disebabkan oleh primordialisme yang
berkembang menjadi etnosentrisme.
Contoh : konflik antara suku Dayak dan suku Madura yang terjadi di Sampit, konflik antara
suku-suku kecil di Papua.
b. Konflik antar ras, konflik antar ras pada umumnya disebabkan oleh primordialisme yang
berkembang menjadi stereotipe.
d. Konflik antar golongan, konflik antar golongan pada umumnya disebabkan oleh semangat in
group yang kuat sehingga dengan kelompok out group akan menimbilkan antipati.
2. Konflik Vertikal
Konflik vertical adalah konflik yang terjadi diantara lapisan-lapisan di dalam masyarakat.
Contoh konflik vertical :
a. Konflik antar kelas atas dengan kelas bawah, konflik antar kelas atas dengan kelas bawah
dapat berupa konflik kolektif dan individual. Konflik kolektif misalnya konflik antara buruh
dengan pipminan perusahaan untuk menuntut kenaikan gaji. Konflik individual misalnya konflik
antara pembantu dengan majikan yang berakibat pada kekerasan.
b. Konflik antara pemerintah pusat dengan daerah, misalnya pemberontakan dan gerakan
seporadis seperti OPM, GAM, dan gerakan Papua merdeka.
c. Konflik antara orang tua dan anak, konflik antara orang tua dan anak akan menimbulkan
hambatan dalam sosialisasi nilai dan norma dan terkadang menimbulkan kenakalan remaja.
Sebagai makhluk sosial, tentunya kita tidak dapat hidup sendiri di dunia ini. Kita membutuhkan
kehadiran orang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. Dalam lingkungan masyarakat
tidah hanya terdapat satu kebudayaan masyarakat, melainkan terdiri dari beragam adat, budaya,
agama, tingkat ekonomi, tingkat pendidikan dan lain sebagainya. Banyaknya perbedaan dalam
masyarakat seperti ini biasa disebut dengan multikultural. Masyarakat multikultural merupakan
masyarakat yang terdiri atas banyak struktur kebudayaan. Hal tersebut disebabkan karena
banyaknya suku bangsa di Indonesia yang memilki struktur sendiri yang berbeda dengan suku
budaya yang lainnya.
Keanekaragaman dalam masyarakat multikultural adalah hal yang tidak bisa dihindari. Apa
sajakah contoh dari keanekaragaman itu? Perbedaan agama, suku, bahasa, warna kulit, profesi,
pola pokir, kemampuan ekonomi adalah contoh-contoh dari keanekaragaman sosial dalam
masyarakat. Tak jarang, keanekaragaman itulah yang membuat konflik diantara kelompok
masyarakat tersebut, misalnya perlakuan kelompok masyarakat yang berasal dari suku betawi
yang menertawakan cara berbicara orang-orang Jawa dengan logat mereka yang khas (medok),
sedangkan mereka yang berasal dari kelompok Jawa merasa tidak dihargai, tersinggung dan sakit
hati atas perlakuan orang-orang Betawi. Maka, terjadilah konflik diantara dua kelompok suku
yang berbeda tersebut.
Karena sikap kedua suku adat dalam satu lingkungan masyarakat sosial yang tidak saling
menghormati dan menghargai, timbullah kerenggangan dan ketidakharmonisan dalam
bersosialisasi satu sama lain. Bahkan, mungkin bisa mamicu timbulnya rasa dendam diantara
keduanya. Masalah diatas merupakan salah satu contoh dari banyaknya konflik yang terjadi
akibat keragaman budaya dimasyarakat (multikultural). Tidak hanya disebabkan oleh ragam
budaya yang terdapat disuatu lingkungan masyarakat, perbedaan tingkat ekonomi pun bisa
menyebabakan terjadinya konflik antar masyarakat.
Satu hal yang harus kita pahami adalah perbedaan bukanlah hambatan. Seharusnya kita tidak
menyalahkan perbedaan yang ada, karena perbedaan sudah selayaknya terjadi. Tapi salahkanlah
mengapa kita tidak bisa menerima perbedaan itu dengan lapang dan ikhlas. Memang sulit untuk
menerima begitu banyak perbedaan yang ada dalam kehidupan. Namun, seharusnya kita bisa
mengambil banyak pelajaran dari setiap perbedaan yang ada. Karena sesungguhnya, segala
bentuk perbedaan bukanlah hambatan untuk kita menjalin persaudaraan.
Dari kedua contoh perbedaan itu, berikut adalah cara untuk menyetarakannya :
1. Saling menghargai antarsuku. Jika suku Betawi menganggap bahwa suku jawa memiliki
dialek bahasa yang lucu dengan kekhasannya, janganlah menertawakan atau bahkan melecehkan
mereka bagaimanapun bentuknya. Apabila suku Jawa menyadari apa yang dilakukan oleh
masyrakat suku Betawi, seminimal mungkin tidak akan membuat sakit hati atau dendam yang
terpendam.
2. Memahami kondisi masing-masing. Mungkin ada yang merasa sakit hati atau tersinggung
atas perilaku yang dilakukan oleh tetangga yang berasal dari tingkat ekonomi yang berbeda yang
menyakitkan, bahkan seolah ia tidak peduli. Tapi itu semua tergantung pada cara pandang akan
perbedaan yang ada.
3. Sesulit apapun masalah yang dihadapi berusahalah untuk tersenyum, meski sulit.
Saling menghargai dan memahami merupakan kunci utama untuk bisa menerima segala
perbedaan yang ada di kehidupan kita. Semuanya memang memerlukan pembiasaan untuk bisa
menerima perbedaan.
Selain cara tadi ada pula beberapa manajemen konflik yang dapat digunakan dalam strategi
penanggulangan konflik:
Menghindari Nilai-Nilai yang dapat Memecah Belah Persatuan dan Kerukunan Ber-bangsa dan
Bernegara. Untuk membangun masyarakat multikultural yang rukun dan bersatu, ada beberapa
nilai yang harus dihindari, yaitu:
a. Primordialisme
Primordialisme artinya perasaan kesukuan yang berlebihan. Sikap ini tercermin dari anggapan
suku bangsanya adalah yang terbaik. Perasaan Superior, menganggap lebih rendah suku yang
lain adalah sikap yang kurang terpuji bagi Masyarakat multi kultur yang sangat rentan
mengundang konflik.
b. Etnosentrisme
Etnosentrisme artinya sikap atau pandangan yang berpangkal pada masyarakat dan
kebudayaannya sendiri, biasanya disertai dengan sikap dan pandangan yang meremehkan
masyarakat dan kebudayaan yang lain. Indonesia bisa maju dengan bekal kebersamaan, sebab
tanpa itu yang muncul adalah disintegrasi sosial. Apabila sikap dan pandangan ini dibiarkan
maka akan memunculkan provinsialisme yaitu paham atau gerakan yang bersifat kedaerahan dan
eksklusivisme yaitu paham yang mempunyai kecenderungan untuk memisahkan diri dari
masyarakat.
c. Diskriminatif
Diskriminatif adalah sikap yang membeda-bedakan perlakuan terhadap sesama warga negara
berdasarkan warna kulit, golongan, suku bangsa, ekonomi, agama, dan lain-lain. Sikap ini sangat
berbahaya untuk dikembangkan karena bisa memicu munculnya antipati terhadap sesama warga
negara.
d. Stereotip
Stereotip adalah konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan prasangka yang subjektif
dan tidak tepat. Indonesia memang memiliki keragaman suku bangsa dan masing-masing suku
bangsa memiliki ciri khas. Tidak tepat apabila perbedaan itu kita besar-besarkan hingga
membentuk sebuah kebencian.
1) dengan memudahkan pencarian kepentingan yang sama dan tidak berkonflik dari kedua
kelompok;
2) dengan membicarakan kepentingan setiap kelompok kepada yang lain tanpa menyorot
secara tidak pantas kelompok yang lain untuk memaksakan kepentingan dengan dasar
kepentingan tertentu.
1) memacu kelompok untuk sumbang saran beberapa pilihan sebelum mengevaluasi mereka
dan memilih di antara mereka;
2) dengan menanamkan pada kelompok rasa bahwa penyelesai-an yang dibuat akan adil dan
memadai.
f. Memperbaiki komunikasi
2) menempatkan pihak-pihak dengan sumber yang efektif untuk acara di kejadian yang
mereka gagal untuk mencapai persetujuan akhir atau kejadian yang tidak terlaksana.
Pemilihan Strategi di atas didasarkan atas pemikiran bahwa konflik Multikultur diIndonesia
memiliki banyak variasi karena penyebab konflik yang berbeda-beda.
Ke tujuh langkah di atas memiliki lingkup yang yang lebih luas sehingga diharapkan mampu
menyelesaikan konflik dari yang paling ringan hingga konflik yang paling berat
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan.
Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beragam budaya yang
bersifat diverse serta sering terjadi konflik. Karakteristiknya yaitu : Terjadi segmentasi, memilki
struktur dalam lembaga yang non komplementer, konsesnsus rendah, relatif potensi ada konflik,
integrasi dapat tumbuh dengan paksaan, dan adanya dominasi politik terhadap kelompok lain.
Faktor yang menyebabkan keberagaman budaya ini adalah faktor geografis, pengaruh budaya
asing dan kondisi iklim yang berbeda. Ini juga akan mempengaruhi karakteristik diri seseorang.
Perbedaan karakteristik diri yang bawaannya sesuai dengan budayanya masing-masing akan
memudahkan konflik terjadi antar individu yang berbeda. Tetapi untuk mengatasi itu semua kita
perlu suatu penyetaraan, yaitu : Saling menghargai antarsuku di bidang apapun dan apapun
kegiatannya ; memahami kondisi masing-masing (salingmenghargai) ; dan Sesulit apapun
masalah yang dihadapi berusahalah untuk tersenyum, meski sulit.
DAFTAR PUSTAKA
Ranjabar, Jacobus.2006.Sistem Sosial Budaya ( Suatu Pengantar ). Bogor : Ghalia. Indonesia.
http://id.wikipedia.org/wiki/Multikulturalisme