Anda di halaman 1dari 15

Kasus Konflik Masyarakat Multikultural Di INDONESIA Dan

Solusinya

PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan Makalah Ilmu Sosial Dasar
dengan judul kasus Konflik Dalam Masyarakat Multikultural khususnya di
INDONESIA dan Strategi Penanggulangannya dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan
oleh Dosen pengajar mata kuliah Ilmu Sosial Dasar. Makalah ini masih sangat
jauh dari kata sempurna , oleh karena itu dibutuhkan saran dan masukan dari
pembaca untuk menyempurnakan makalah ini sehingga menjadi lebih baik dari
sebelumnya.

Jambi, 26 April 2016

Penyusun,
DAFTAR ISI
Cover...i
Prakata....ii
Daftar
Isi................................iii
Abstrak............iv
Bab 1 Pendahuluan..
1.1 Latar
Belakang................
1.2 Rumusan Masalah..........................
1.3 Tujuan.........
1.4 Manfaat.
Bab 2 Metode Penulisan............
Bab 3 Pembahasan.........................
Bab 4 Penutup....................
4.1 Kesimpulan..........................
Daftar Pustaka............................
Abstrak

Indonesia adalah sebuah negara dengan status negara berkembang,


Indonesia juga merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar ke 4
setelah Cina, Amerika, dan India. Tidak hanya itu, Indonesia juga memiliki
jumlah pulau yang sangat banyak, lebih dari 15.000 pulau kecil dan 5 pulau besar
yang terhampar dari sabang sampai merauke. Dengan jumlah penduduk yang
besar dan juga jumlah pulau yang sangat banyak, memungkinkan terjadinya
perbedaan diberbagai bidang, mulai dari agama, suku, ras, dan bahasa.Hal tersebut
dianggap wajar, karena setiap golongan memiliki pendapat dan juga pandangan
yang berbeda-beda. Dampak dari perbedaan tersebut beragam, mulai dari yang
positif hingga dampak negatif yang berakibat pada tejadinya konflik. Konflik
yang berkepanjangan dapat mengakibatkan perpecahan dan juga disintegrasi
bangsa yang berbuntut pada dendam turun-temurun tanpa pernah ada solusinya.
Selain konflik, permasalahan-permasalahan yang terjadi diIndonesia juga semakin
beragam dan semakin berkembang disetiap tahunnya, hingga menjadi pusat
perhatian dari semua kalangan.
Konflik sosial berbau Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA)
sering terjadi di Indonesia. Penyebab konflik social tersebut sangat beragam. Dari
soal integrasi sosial antar kelompok yang belum selesai, kecurigaan, antar
kelompok, pelabelan kurang baik pada kelompok lain, dan fanatisme kelompok
yang berlebihan. Faktor lain, adalah ketidakadilan kebijakan politik yang
dilakukan oleh para penguasa yang kurang memperhatikan aspek keragaman
suku, agama, budaya yang ada. Atau dengan kata lain belum dijalankannya
praktek politik multikultural, yang berusaha menghargai, memberi kesempatan
yang sama kepada semua lapisan masyarakat untuk berkembang, berekpresi
sesuai hak-hak azasi yang dimiliki. Dengan belajar pada kesalahan masa lalu, dan
menjalankan politik multikultural, diharapkan kasus-kasus konflik sosial di
Indonesia tidak terjadi lagi.

Kata Kunci : Multikultural, Konflik, Permasalahan di Indonesia


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri lebih dari
15000 pulau. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan keberagaman
suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki lebih dari 300
suku bangsa. Dimana setiap suku bangsa memiliki kebudayaan yang berbeda-beda
antara satu dengan yang lain. Suku bangsa merupakan bagian dari suatu negara.
Selain itu, masing-masing suku bangsa juga memiliki norma adat istiadat yang
berbeda antara satu suku dengan suku yang lainnya. Norma tersebut diterapkan
agar nantinya masyarakat dapat taat dan tidak bertindak sembarangan dalam
melakukan suatu kegiatan yang terdapat pada daerah itu sendiri.
Dalam suku bangsa yang berbeda tersebut, cara pandang terhadap
penyelesaian suatu masalah berbeda-beda. Ketika terjadi pertentangan antar
individu atau masyarakat yang berlatar belakang suku, agama, ras , dan antar
golongan (SARA) mereka akan mengelompok diri menurut asal-usul daerah dan
suku bangsanya (primodialisme). Hal tersebut menyebabkan pertentangan atau
ketidakseimbangan dalam suatu negara (disintegrasi). Namun terdapat pula suatu
cara yang digunakan untuk mempersatukan suku-suku yang berbeda tersebut yaitu
melalui UUD 1945 dan Pancasila melalui semboyan Bhineka Tunggal Ika yang
artinya walaupun memiliki banyak perbedaan,tetapi memiliki tujuan hidup yang
sama. Oleh karena itu ,dalam makalah ini kami akan membahas cara untuk
menanggulangi masalah konflik dalam masyarakat multikultural di Indonesia
sehingga nantinya suku-suku yang ada di Indonesia ini dapat bersatu dan tidak
terpecah belah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, perumusan


masalah yang dapat dikemukakan dalam makalah ini yaitu :
1. Bagaimanakah jenis dan bentuk konflik dalam masyarakat multikultural di
Indonesia ?
2. Bagaimana dampak konflik dalam masyarrakat multikultural di Indonesia ?
3. Bagaimanakah strategi penanggulangan konflik dalam masyarakat multikultural
di Indonesia ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dari uraian diatas, tujuan yang ingin dicapai
dalam pembuatan makalah ini yaitu :
1. Untuk dapat mengetahui jenis dan bentuk konflik dalam masyarakat multikultural
di Indonesia.
2. Untuk dapat mengetahui bagaimana dampak konflik dalam masyarakat
multikultural di Indonesia.
3. Untuk dapat mengetahui bagaimana strategi penanggulangan konflik dalam
masyarakat multikultural tersebut.

1.3 Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dalam pembuatan makalah ini yaitu :


1. Bagi Pembaca
Makalah ini dapat dijadikan acuan dan kajian untuk menambah wawasan dalam
penanggulangan konflik masyarakat multikultural yang terjadi di daerah sekitar.
2. Bagi Penulis
Makalah ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan dari penulis
tentang masyarakat multikultural di Indonesia
3. Bagi Institusi
Dengan pembuatan makalah ini, akan memudahkan dosen dalam penyampaian
materi tentang masyarakat multikultural sehimgga nantinya mahasiswa menjadi
lebih aktif dalam diskusi perkuliahan.

BAB II METODE PENULISAN


Metode penulisan makalah yang gunakan adalah berdasarkan dari sumber-
sumber materi yang berkaitan dengan masyarakat multikultural baik itu melalui
buku-buku tentang masyarakat multikultural dan dari internet. Penjelasan tentang
masyarakat multikultural di Indonesia dari berbagai macam sumber, nantinya
dapat di kombinasikan sehingga lebih mudah dalam penyusunan makalah.

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Definisi Keberagaman atau Masyarakat Muktikultural.

Masyarakat Multikultural disusun atas tiga kata, yaitu Masyarakat, Multi,


dan Kultural. Masyarakat artinya adalah sebagai satu kesatuan hidup manusia
yang berinteraksi menurut sistem adat istiadat tertentu yang bersifat terus menerus
dan terikat oleh rasa toleransi bersama, Multi berarti banyak atau
beranekaragam, dan Kultural berarti Budaya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri atas banyak
struktur kebudayaan. Hal tersebut disebabkan karena banyaknya suku bangsa
yang memilik struktur budaya sendiri yang berbeda dengan budaya suku bangsa
yang lainnya.
Multikultural juga dapat diartikan sebagai keragaman atau perbedaan
terhadap suatu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Sehingga masyarakat
multikultural dapat diartikan sebagai sekelompok manusia yang tinggal dan hidup
menetap di suatu tempat yang memiliki kebudayaan dan ciri khas tersendiri yang
mampu membedakan antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Setiap
masyarakat akan menghasilkan kebudayaannya masing-masing yang akan
menjadi ciri khas bagi masyarakat tersebut.
Berikut ini pendapat dari beberapa ahli tentang pengertian masyarakat
multikultural ;

J.S. Furnivall Menyatakan bahwa masyarakat multikultural adalah suatu


masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih elemen yang hidup sendiri-
sendiri, tanpa ada pembauran satu sama lain di dalam satu kesatuan politik.

J.Nasikun menyatakan bahwa suatu masyarakat multikultural bersifat


majemuk sejauh masyarakat tersebut secara struktural memiliki
subkebudayaan yg bersifat deverse yang di tandai oleh kurang
berkembangnya sistem nilai yang disepakati oleh seluruh anggota
masyarakat dan juga sistem nilai dari kesatuan sosial, serta sering
munculnya konflik sosial.

Clifford Geertz menyatakan bawah masyarakat multikultural merupakan


masyarakat yang terbagi ke dalam subsistem yang lebih kurang berdiri dan
masing-masing subsistem terikat oleh ikatan primordial.

3.2 Multikulturalisme di Indonesia


Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan tingkat
keanekaragaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai
keanekaragaman tersebut dikenal dengan istilah mayarakat multikultural. Bila kita
mengenal masyarakat sebagai sekelompok manusia yang telah cukup lama hidup
dan bekerja sama sehingga mereka mampu mengorganisasikan dirinya dan
berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu
(Linton), maka konsep masyarakat tersebut jika digabungkan dengan
multikurtural memiliki makna yang sangat luas dan diperlukan pemahaman yang
mendalam untuk dapat mengerti apa sebenarnya masyarakat multikultural itu.
Multikultural dapat diartikan sebagai keragaman atau perbedaan terhadap suatu
kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Sehingga masyarakat multikultural
dapat diartikan sebagai sekelompok manusia yang tinggal dan hidup menetap di
suatu tempat yang memiliki kebudayaan dan ciri khas tersendiri yang mampu
membedakan antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Setiap
masyarakat akan menghasilkan kebudayaannya masing-masing yang akan
menjadi ciri khas bagi masyarakat tersebut.
Dari sinilah muncul istilah multikulturalisme. Banyak definisi mengenai
multikulturalisme, diantaranya multikulturalisme pada dasarnya adalah pandangan
dunia -yang kemudian dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan
kebudayaan- yang menekankan tentang penerimaan terhadap realitas keragaman,
pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat.
Multikulturalisme dapat juga dipahamni sebagai pandangan dunia yang kemudian
diwujudkan dalam politics of recognition (Azyumardi Azra, 2007). Lawrence
Blum mengungkapkan bahwa multikulturalisme mencakup suatu pemahaman,
penghargaan dan penilaian atas budaya seseorang, serta penghormatan dan
keingintahuan tentang budaya etnis orang lain. Berbagai pengertian mengenai
multikulturalisme tersebut dapat ddisimpulkan bahwa inti dari multikulturalisme
adalah mengenai penerimaan dan penghargaan terhadap suatu kebudayaan, baik
kebudayaan sendiri maupun kebudayaan orang lain. Setiap orang ditekankan
untuk saling menghargai dan menghormati setiap kebudayaan yang ada di
masyarakat. Apapun bentuk suatu kebudayaan harus dapat diterima oleh setiap
orang tanpa membeda-bedakan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang
lain.
Pada dasarnya, multikulturalisme yang terbentuk di Indonesia merupakan
akibat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan
luas. Menurut kondisi geografis, Indonesia memiliki banyak pulau dimana stiap
pulau tersebut dihuni oleh sekelompok manusia yang membentuk suatu
masyarakat. Dari masyarakat tersebut terbentuklah sebuah kebudayaan mengenai
masyarakat itu sendiri. Tentu saja hal ini berimbas pada keberadaan kebudayaan
yang sangat banyak dan beraneka ragam.
Dalam konsep multikulturalisme, terdapat kaitan yang erat bagi
pembentukan masyarakat yang berlandaskan bhineka tunggal ika serta
mewujudkan suatu kebudayaan nasional yang menjadi pemersatu bagi bangsa
Indonesia. Namun, dalam pelaksanaannya masih terdapat berbagai hambatan yang
menghalangi terbentuknya multikulturalisme di masyarakat.
3.3 Dampak Multikultural Indonesia
Kenyataan bahwa kebudayaan yang terdapat antara umat manusia sangat
beraneka ragam. Hal itu dapat menimbulkan beberapa dampak positif dan negatif
pada perubahan kebudayaan dan kehidupan masyarakat. Dampak positif itu
diantaranya:
1. Keanekaragaman memberikan ruang bagi masyarakat untuk terbuka dalam
menjalin hubungan sosial maupun berbudaya.
2. Memberkan ikatan dan hubungan antar sesama.
3. Dapat saling berbagi bersahabat dan menghargai antar setiap budaya, tanpa
adanya batasan-batasan karena sebuah perbedaan.

Disamping itu keanekaragaman budaya ini memiliki pengaruh negatif,


diantaranya :
1. Rentan terhadap Konflik. Perbedaan nilai-nilai budaya dan norma dasar akan sulit
disesuaikan antara masing-masing agama, akan selalu bertentangan dan ini akan
memudahkan munculnya sebuah konflik.
2. Munculnya sikap etnosentrisme, yaitu sikap atau pandangan yang berpangkal
pada masyarakat dan kebudayaan sendiri, biasanya disertai dengan sikap dan
pandangan yang meremehkan masayarakat dan kebudayaan lain.
3. Munculnya sikap fanatisme dan ekstrim. Fanatisme atau fanatik adalah suatu
keyakinan yang kuat terhadap agama, kebuadayan, kelompok, dll. Ekstrim adalah
sangat kuat, keras yang solidaritas terhadap persamaan atau kelompoknya sendiri.
3.4 Jenis dan Bentuk Konflik Masyarakat Multikultural
Konflik adalah proses social disosiatif yang dapat menyebabkan
perpecahan dalam masyarakat karena ketidakselarasan dan ketidakseimbangan
dalam suatu hubungan masyarakat. Berdasarkan tingkatannya konflik dapat dibagi
menjadi konflik horizontal dan vertical.

1. Konflik Horizontal
Konflik horizontal adalah konflik yang terjadi diantara kelompok-kelompok
social yang sifatnya sederajat. Konflik social horizontal dapat berupa konflik antar
suku, antar ras, agama, maupun konflik antar golongan. Contoh konflik
horizontal:
a.Konflik antar suku, konflik antar suku pada umumnya disebabkan oleh
primordialisme yang berkembang menjadi etnosentrisme.
Contoh : konflik antara suku Dayak dan suku Madura yang terjadi di Sampit,
konflik antara suku-suku kecil di Papua.
b.Konflik antar ras, konflik antar ras pada umumnya disebabkan oleh
primordialisme yang berkembang menjadi stereotipe.
Contoh : sistem politik Apartheid di Afrika, segregasi di Amerika.
c.Konflik agama, konflik maslaah agama pada umumnya disebabkan oleh
primordialisme yang berkembang menjadi fanatisme. Konflik agama dapat berupa
konflik intern umat beragama misalnya konflik antar golongan pemeluk Islam
murni dengan golongan Ahmadiyah, maupun konflik antar umat beragama
(ekstern) misalnya konflik masyarakat Ambon pemeluk Islam dengan masyarakat
Ambon pemeluk Kristen.
d.Konflik antar golongan, konflik antar golongan pada umumnya disebabkan oleh
semangat in group yang kuat sehingga dengan kelompok out group akan
menimbilkan antipati.
Contoh : konflik antar pendukung partai Demokrat dengan simpatisan PDIP.

2. Konflik Vertikal
Konflik vertical adalah konflik yang terjadi diantara lapisan-lapisan di dalam
masyarakat. Contoh konflik vertical :
a. Konflik antar kelas atas dengan kelas bawah, konflik antar kelas atas dengan kelas
bawah dapat berupa konflik kolektif dan individual. Konflik kolektif misalnya
konflik antara buruh dengan pipminan perusahaan untuk menuntut kenaikan gaji.
Konflik individual misalnya konflik antara pembantu dengan majikan yang
berakibat pada kekerasan.
b. Konflik antara pemerintah pusat dengan daerah, misalnya pemberontakan dan
gerakan seporadis seperti OPM, GAM, dan gerakan Papua merdeka.
c. Konflik antara orang tua dan anak, konflik antara orang tua dan anak akan
menimbulkan hambatan dalam sosialisasi nilai dan norma dan terkadang
menimbulkan kenakalan remaja.
3.5 Upaya Penanggulangan Konflik Akibat Multikulturalisme
Sebagai makhluk sosial, tentunya kita tidak dapat hidup sendiri di dunia
ini. Kita membutuhkan kehadiran orang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidup. Dalam lingkungan masyarakat tidah hanya terdapat satu kebudayaan
masyarakat, melainkan terdiri dari beragam adat, budaya, agama, tingkat
ekonomi, tingkat pendidikan dan lain sebagainya. Banyaknya perbedaan dalam
masyarakat seperti ini biasa disebut dengan multikultural. Masyarakat
multikultural merupakan masyarakat yang terdiri atas banyak struktur
kebudayaan. Hal tersebut disebabkan karena banyaknya suku bangsa di Indonesia
yang memilki struktur sendiri yang berbeda dengan suku budaya yang lainnya.

Keanekaragaman dalam masyarakat multikultural adalah hal yang tidak


bisa dihindari. Apa sajakah contoh dari keanekaragaman itu? Perbedaan agama,
suku, bahasa, warna kulit, profesi, pola pokir, kemampuan ekonomi adalah
contoh-contoh dari keanekaragaman sosial dalam masyarakat. Tak jarang,
keanekaragaman itulah yang membuat konflik diantara kelompok masyarakat
tersebut, misalnya perlakuan kelompok masyarakat yang berasal dari suku betawi
yang menertawakan cara berbicara orang-orang Jawa dengan logat mereka yang
khas (medok), sedangkan mereka yang berasal dari kelompok Jawa merasa tidak
dihargai, tersinggung dan sakit hati atas perlakuan orang-orang Betawi. Maka,
terjadilah konflik diantara dua kelompok suku yang berbeda tersebut.
Karena sikap kedua suku adat dalam satu lingkungan masyarakat sosial yang tidak
saling menghormati dan menghargai, timbullah kerenggangan dan
ketidakharmonisan dalam bersosialisasi satu sama lain. Bahkan, mungkin bisa
mamicu timbulnya rasa dendam diantara keduanya. Masalah diatas merupakan
salah satu contoh dari banyaknya konflik yang terjadi akibat keragaman budaya
dimasyarakat (multikultural). Tidak hanya disebabkan oleh ragam budaya yang
terdapat disuatu lingkungan masyarakat, perbedaan tingkat ekonomi pun bisa
menyebabakan terjadinya konflik antar masyarakat.

Adanya multikultural di lingkungan masyarakat dari perbedaan tingkat


ekonomi, misalnya kelompok masyarakat menengah kebawah merasa tidak terima
dengan sikap yang ditunjukan oleh masyarakat menengah ke atas yang dianggap
meremehkan. Namun sebaliknya, mereka yang menengah ke atas merasa resah
dengan tingkah premanisme yang mungkin sering dilakukan masyarakat
menengah kebawah
Satu hal yang harus kita pahami adalah perbedaan bukanlah hambatan.
Seharusnya kita tidak menyalahkan perbedaan yang ada, karena perbedaan sudah
selayaknya terjadi. Tapi salahkanlah mengapa kita tidak bisa menerima perbedaan
itu dengan lapang dan ikhlas. Memang sulit untuk menerima begitu banyak
perbedaan yang ada dalam kehidupan. Namun, seharusnya kita bisa mengambil
banyak pelajaran dari setiap perbedaan yang ada. Karena sesungguhnya, segala
bentuk perbedaan bukanlah hambatan untuk kita menjalin persaudaraan.

Dari kedua contoh perbedaan itu, berikut adalah cara untuk


menyetarakannya :
1. Saling menghargai antarsuku. Jika suku Betawi menganggap bahwa suku jawa
memiliki dialek bahasa yang lucu dengan kekhasannya, janganlah menertawakan
atau bahkan melecehkan mereka bagaimanapun bentuknya. Apabila suku Jawa
menyadari apa yang dilakukan oleh masyrakat suku Betawi, seminimal mungkin
tidak akan membuat sakit hati atau dendam yang terpendam.
2. Memahami kondisi masing-masing. Mungkin ada yang merasa sakit hati atau
tersinggung atas perilaku yang dilakukan oleh tetangga yang berasal dari tingkat
ekonomi yang berbeda yang menyakitkan, bahkan seolah ia tidak peduli. Tapi itu
semua tergantung pada cara pandang akan perbedaan yang ada.
3. Sesulit apapun masalah yang dihadapi berusahalah untuk tersenyum, meski sulit.
Saling menghargai dan memahami merupakan kunci utama untuk bisa menerima
segala perbedaan yang ada di kehidupan kita. Semuanya memang memerlukan
pembiasaan untuk bisa menerima perbedaan.
Selain cara tadi ada pula beberapa manajemen konflik yang dapat digunakan
dalam strategi penanggulangan konflik:

Menghindari Nilai-Nilai yang dapat Memecah Belah Persatuan dan


Kerukunan Ber-bangsa dan Bernegara. Untuk membangun masyarakat
multikultural yang rukun dan bersatu, ada beberapa nilai yang harus dihindari,
yaitu:
a. Primordialisme
Primordialisme artinya perasaan kesukuan yang berlebihan. Sikap ini tercermin
dari anggapan suku bangsanya adalah yang terbaik. Perasaan Superior,
menganggap lebih rendah suku yang lain adalah sikap yang kurang terpuji bagi
Masyarakat multi kultur yang sangat rentan mengundang konflik.
b. Etnosentrisme
Etnosentrisme artinya sikap atau pandangan yang berpangkal pada masyarakat
dan kebudayaannya sendiri, biasanya disertai dengan sikap dan pandangan yang
meremehkan masyarakat dan kebudayaan yang lain. Indonesia bisa maju dengan
bekal kebersamaan, sebab tanpa itu yang muncul adalah disintegrasi sosial.
Apabila sikap dan pandangan ini dibiarkan maka akan memunculkan
provinsialisme yaitu paham atau gerakan yang bersifat kedaerahan dan
eksklusivisme yaitu paham yang mempunyai kecenderungan untuk memisahkan
diri dari masyarakat.
c. Diskriminatif
Diskriminatif adalah sikap yang membeda-bedakan perlakuan terhadap sesama
warga negara berdasarkan warna kulit, golongan, suku bangsa, ekonomi, agama,
dan lain-lain. Sikap ini sangat berbahaya untuk dikembangkan karena bisa
memicu munculnya antipati terhadap sesama warga negara.
d. Stereotip
Stereotip adalah konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan prasangka
yang subjektif dan tidak tepat. Indonesia memang memiliki keragaman suku
bangsa dan masing-masing suku bangsa memiliki ciri khas. Tidak tepat apabila
perbedaan itu kita besar-besarkan hingga membentuk sebuah kebencian.

Langkah Penanganan Konflik Jika Konflik telah Terjadi Gibson, et al


(1996) menyumbangkan konsep bagi langkah penyelesaian konflik yang efektif
antara lain:
a. Menjabarkan KepentinganTeknik penyelesaian konflik ini ditempuh melalui:
1) dengan memudahkan pencarian kepentingan yang sama dan tidak berkonflik
dari kedua kelompok;
2) dengan membicarakan kepentingan setiap kelompok kepada yang lain tanpa
menyorot secara tidak pantas kelompok yang lain untuk memaksakan kepentingan
dengan dasar kepentingan tertentu.

b. Membangun hubungan kerja yang baik.


Teknik penyelesaian konflik ini ditempuh melalui:
1) memberi kesempatan kepada kelompok untuk mengatasi perbedaan-
perbedaannya dalam perdebatan yang hangat;
2) memelihara jenis hubungan yang diinginkan oleh kelompok tapi sesuai;
3) mempermudah kelompok untuk mengatasi bersama-sama bila konflik timbul
lagi.

c. Memberikan pilihan yang baik


Teknik penyelesaian konflik ini ditempuh melalui:
1) memacu kelompok untuk sumbang saran beberapa pilihan sebelum
mengevaluasi mereka dan memilih di antara mereka;
2) mendorong/memberi semangat kepada kelompok untuk mencari jalan keluar
untuk mencipta-kan nilai-nilai untuk perolehan bersama.

d. Dilihat sebagai keabsahan


Teknik penyelesaian konflik ini ditempuh melalui:
1) dengan tidak dipandang olehkelompok sebagai pengganggu;
2) dengan menanamkan pada kelompok rasa bahwa penyelesai-an yang dibuat
akan adil dan memadai.

e. Pengenalan alternatif prosedural suatu pihak


Teknik penyelesaian konflik ini ditempuh dengan membolehkan kedua pihak
untuk mengembangkan penilaian mereka sendiri yang realistis dan alternatif
pokok pihak lain.

f. Memperbaiki komunikasi
Teknik penyelesaian konflik ini ditempuh melalui:
1) memperbanyak pertanyaan dan pengujian dari yang menjadi dasar perkiraan;
2) mempermudah pengertian dan diskusi dari pandangan pengikut;
3) membentuk komunikasi antar kelompok dua arah yang efektif.

g. Mengarahkan kekomitmen yang bijaksana


Teknik penyelesaian konflik ini ditempuh melalui:
1) memberi kesempatan kelompok untuk merancang kebijaksanaan yang realistis,
operasional dan cendrung terlaksana;
2) menempatkan pihak-pihak dengan sumber yang efektif untuk acara di kejadian
yang mereka gagal untuk mencapai persetujuan akhir atau kejadian yang tidak
terlaksana.
Pemilihan Strategi di atas didasarkan atas pemikiran bahwa konflik Multikultur
diIndonesia memiliki banyak variasi karena penyebab konflik yang berbeda-beda.
Ke tujuh langkah di atas memiliki lingkup yang yang lebih luas sehingga
diharapkan mampu menyelesaikan konflik dari yang paling ringan hingga konflik
yang paling berat
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan.

Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari


beragam budaya yang bersifat diverse serta sering terjadi konflik.
Karakteristiknya yaitu : Terjadi segmentasi, memilki struktur dalam lembaga yang
non komplementer, konsesnsus rendah, relatif potensi ada konflik, integrasi dapat
tumbuh dengan paksaan, dan adanya dominasi politik terhadap kelompok lain.
Faktor yang menyebabkan keberagaman budaya ini adalah faktor geografis,
pengaruh budaya asing dan kondisi iklim yang berbeda. Ini juga akan
mempengaruhi karakteristik diri seseorang. Perbedaan karakteristik diri yang
bawaannya sesuai dengan budayanya masing-masing akan memudahkan konflik
terjadi antar individu yang berbeda. Tetapi untuk mengatasi itu semua kita perlu
suatu penyetaraan, yaitu : Saling menghargai antarsuku di bidang apapun dan
apapun kegiatannya ; memahami kondisi masing-masing (salingmenghargai) ; dan
Sesulit apapun masalah yang dihadapi berusahalah untuk tersenyum, meski sulit.
DAFTAR PUSTAKA

- Ranjabar, Jacobus.2006.Sistem Sosial Budaya ( Suatu Pengantar ). Bogor :

Ghalia. Indonesia.
- Azra, Azyumardi, 2007. Identitas dan Krisis Budaya, Membangun

Multikulturalisme Indonesia. Jakarta : Erlangga.


- Harahap, Ahmad Rivai, 2004. Multikulturalisme dan Penerapannya dalam

pemeliharaan kerukunan Umat Beragama. Bogor : IPB.


- http://id.wikipedia.org/wiki/Multikulturalisme

Anda mungkin juga menyukai