Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MANUSIA, KERAGAMAN, DAN KESETARAAN

DISUSUN OLEH

M.WIYANDA.N.P 3022019048

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
POLITEKNIK NEGERI KETAPANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat, kemudahan, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Ilmu Sosial Budaya Dasar sesuai yang diharapkan. Dalam proses
pengerjaan tugas ini, penulis melakukan berbagai pengkajian yang tak lupa
mendapatkan bimbingan, arahan, dan pengetahuan hingga penulis mampu
menyelesaikan tugas ini dengan baik. Maka dari itu, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada Bapak Ahmad Ravi, S.Pd., M.Pd,
dosen mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar. Penulis berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca, menambah pengetahuan dan wawasan.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan makalah
ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan
makalah ini ke depannya.

Ketapang, 17 November 2021


KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
1. Latar Belakang.......................................................................................................4
2. Rumusan Masalah..................................................................................................6
3. Tujuan....................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................7
A. HAKIKAT KERAGAMAN DAN KESETARAAN MANUSIA...........................7
B. KEMAJEMUKAN DALAM DINAMIKA SOSIAL BUDAYA............................7
C. KEMAJEMUKAN DAN KESETARAAN SEBAGAI KEKAYAAN...................9
SOSIAL BUDAYA BANGSA......................................................................................9
D. PROBLEMATIKA KERAGAMAN DAN KESETARAAN SERTA....................9
SOLUSINYA DALAM KEHUDUPAN........................................................................9
BAB III KESIMPULAN..................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Keragaman atau kemajemukan merupakan kenyataan sekaligus


keniscayaan dalam kehidupan dimasyarakat. Keragaman merupakan salah satu
realitas utama yang dialami masyarakat dan kebudayaan dimasa silam, kini dan
diwaktu-waktu mendatang. Sebagai fakta, keragaman sering disikapi secara
berbeda. Disatu sisi diterima sebagai fakta yang dapat memperkaya kehidupan
bersama, tetapi disisi lain dianggap sebagai faktor penyulit. Kemajemukan bisa
mendatangkan manfaat yang besar, namun juga bisa menjadi pemicu konflik yang
dapat merugikan masyarakat sendiri jika tidak dikelola dengan baik.

Setiap manusia dilahirkan setara, meskipun dengan keragaman identitas


yang disandang. Kesetaraan merupakan hal yang inherent yang dimiliki manusia
sejak lahir. Setiap individu memiliki hak-hak dasar yang sama yang melekat pada
dirinya sejak dilahirkan atau yang disebut dengan hak asasi manusia. Kesetaraan
derajat individu melihat individu sebagai manusia yang berderajat sama dengan
meniadakan hierarki atau jenjang sosial yang menempel pada dirinya berdasarkan
atas asal rasial, suku bangsa, kebangsawanan ataupun kekayaan dan kekuasaan.

Di Indonesia, berbagai konflik antar suku bangsa, antar penganut


keyakinan keagamaan, ataupun antarkelompok telah memakan korban jiwa dan
raga serta harta benda, seperti kasus Sambas, Ambon, Poso, dan kalimantan
Tengah. Masyarakat majemuk Indonesia  belum menghasilkan tatanan kehidupan
yang egalitarian dan demokratis.

Persoalan-persoalan tersebut sering muncul akibat adanya dominasi sosial


oleh suatu kelompok. Adanya dominasi sosial didasarkan pada pengamatan bahwa
semua kelompok manusia ditunjukkan pada struktur dalam sistem hirarki sosial
pada suatu kelompok. Didalamnya ditetapkan satu atau sejumlah kecil dominasi
dan hegemoni kelompok pada  posisi teratas dan satu atau sejumlah kelompok
subordinat pada posisi paling bawah. Diantara kelompok-kelompok yang ada,
kelompok dominan dicirikan dengan kepemilikan yang lebih  besar dalam

pembagian nilai-nilai sosial yang berlaku. Adanya dominasi sosial ini dapat
mengakibatkan konflik sosial yang lebih tajam.

Negara Indonesia yang terdiri dari berbagai kelompok etnis, budaya,


agama, dapat disebut sebagai masyarakat multikultural. Berbagai keragaman
masyarakat Indonesia terwadahi dalam bentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yang terbentuk dengan karakter utama mengakui pluralitas dan
kesetaraan warga bangsa. NKRI yang mengakui keragaman dan menghormati
kesetaraan adalah pilihan terbaik untuk menghantarkan masyarakat Indonesia
pada pencapaian kemajuan peradabannya.

Cita-cita yang mendasari berdirinya NKRI yang dirumuskan pada pendiri


bangsa telah membekali bangsa Indonesia dengan konsepsi normatif Negara
Bhineka Tunggal Ika, membekali hidup bangsa dalam keberagaman, kesetaraan
dan harmoni. Hal tersebut merupakan kesepakatan bangsa yang bersifat dasar.

Konsitusi secara tegas menyatakan bahwa Indonesia adalah negara yang


berkesetaraan. Pasal 27 menyatakan: “Setiap warga negara bersamaan
kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan” adalah rujukan yang melandasi
seluruh produk hukum dan ketentuan moral yang mengikat warga negara.
Keberagaman bangsa yang berkesetaraan merupakan kekuatan besar bagi
kemajuan dan kesejahteraan negara Indonesia. Negara yang  beragam tetapi tidak
memiliki kesetaraan dan diskriminatif akan menghadirkan kehancuran.

Semangat multikulturalisme dengan dasar kebersamaan, toleransi, dan


saling  pengertian merupakan proses terus menerus, bukan proses sekali jadi dan
sudah itu berhenti. Disinilah setiap komunitas masyarakat dan kebudayaan
dituntut untuk belajar terus menerus atau belajar berkelanjutan. Proses
pembelajaran semangat multikulturalisme terus menerus dan berkesinambungan
perlu dilakukan. Untuk itu, penting bagi kita memiliki dan mengembangkan
kemampuan hidup bersama dalam multikulturalisme masyarakat dan kebudayaan
Indonesia. Kemampuan belajar hidup bersama didalam perbedaan inilah yang
mempertahankan, bahkan menyelamatkan semangat multikulturisme. Tanpa
kemampuan  belajar hidup bersama yang memadahi dan tinggi niscaya semangat

multikulturalime akan meredup. Sebaliknya, kemampuan belajar hidup bersama


yang memadai dan tinggi akan menghidupkan dan mengfungsionalkan semangat
multikulturalime. Proses pembelajaran semangat multikulturalime atau
kemampuan belajar hidup bersama ditengah perbedaan dapat dibentuk, dipupuk,
atau dikembangkan dengan kegiatan, keberanian melakukan perantauan  budaya
(cultural passing over) pemahaman lintas budaya (cross cultural understanding)
dan  pembelajaran lintas budaya (learning a cross culture).

Hal inilah yang menjadi latar belakang kami membuat makalah Ilmu
Sosial dan Budaya Dasar ini agar menambah pengetahuan mengenai
kemajemukan, keragaman, dan kesetaraan dlam masyarakat supaya tidak
bertindak diskriminatif antar sesama sehingga dengan makalah ini tercipta
kehidupan yang harmonis dan damai dalam masyarakat.

2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut, penyusunan merumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana hakikat keragaman dan kesetaraan manusia?


2. Bagaimana kemajemukan dalam dinamika sosial budaya?
3. Bagaimana kemajemukan dan kesetaraan sebagai kekayaan sosial budaya
bangsa?
4. Bagaimana problematika keragaman dan kesetaraan serta solusi dalam
kehidupan?

3. Tujuan
Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini sebagai berikut:

1. Menjelaskan hakikat keragaman dan kesetaraan manusia


2. Menjelaskan kemajemukan dalam dinamika sosial budaya
3. Menjelaskan kemajemukan dan kesetaraan sebagai kekayaan sosial budaya
bangsa
4. Menjelaskan problematika keragaman dan kesetaraan serta solusi dalam
kehidupan

5.
BAB II
PEMBAHASAN

A. HAKIKAT KERAGAMAN DAN KESETARAAN MANUSIA

1. Makna Keragaman Manusia

Keragaman berasal dari kata ragam. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), ragam berarti (1) sikap, tingkah laku, cara; (2) macam, jenis; musik.
Lagu, langgam; (4) warna, corak; (5) laras (tata bahasa).

Keragaman manusia bukan berarti manusia itu bermacam-macam atau berjenis-


jenis seperti halnya binatang dan tumbuhan. Keragaman manusia dimaksudkan
bahwa setiap manusia memiliki perbedaan. Perbedaan itu ada karena manusia
adalah makhluk individu yang setiap individu memiliki ciri-ciri khas tersendiri.
Perbedaan itu terutama ditinjau dari sifat-sifat pribadi, misalnya sikap, watak,
kelakuan, tempramen, dan hasrat. Contoh, sebagai mahasiswa baru kita akan
menjumpai teman-teman mahasiswa lain dengan sifat dan watak yang beragam.

Tiap kelompok persekutuan hidup manusia juga beragam. Masyarakat sebagai


persekutuan hidup itu berbeda dan beragam karena ada perbedaan, misalnya
dalam hal dan ras, suku, agama, budaya, ekonomi, status sosial, jenis kelamin,
daerah tempat tinggal. Dan lain-lain.

2. Makna Kesetaraan Manusia

Kesetaraan berasal dari kata setara atau sederajat. Jadi, kesetaraan juga dapat
disebut kesederajatan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sederajat
artinya sama tingkatan (kedudukan, pangkat).

Dalam keragaman diperlukan adanya kesetaraan atau kesederajatan. Artinya,


meskipun individu maupun masyarakat adalah beragam dan berbeda-beda, tetapi
mereka memiliki dan diakui akan kedudukan, hak-hak dan kewajiban yang sama
sebagai sesama bauk dalam kehidupan pribadi maupun bermasyarakat.

B. KEMAJEMUKAN DALAM DINAMIKA SOSIAL BUDAYA

Majemuk berarti banyak ragam, beraneka, berjenis-jenis. Konsep masyarakat


majemuk (plural society) pertama kali diperkanalkan oleh Furnivall tahun 1948
yang mengatakan bahwa ciri utama masyarakatnya adalah berkehidupan secara
berkelompok yang berdampingan secara fisik, tetapi terpisah oleh kehidupan
sosial dan tergabung dalam sebuah satuan politik.

Usman Pelly (1989) mengategorikan masyarakat majemuk di suatu kota


berdasarkan dua hal, yaitu pembelaan horizontal dan pembelaan vertikal. Secara
horizontal, masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan:

1. Etnis dan ras atau asal usul keturunan


2. Bahasa daerah
3. Adat istiadat atau prilaku
4. Agama
5. Pakaian, makanan, dan budaya material lainnya.

Secara vertikal, masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan:

1. Penghasilan atau ekonomi


2. Pendidikan
3. Pemukiman
4. Pekerjaan
5. Kedudukan sosial politik

1. Ras

Kata ras berasal dari bahasa Prancis dan Italia, yaitu razza. Pertama kali istilah ras
diperkenalkan Franqois Bernier, antropolog Prancis, untuk mengemukakan
gagasan tentang pembedaan manusia berdasarkan kategori atau karakteristik
warna kulit dan bentuk wajah.Jadi, ras adalah perbedaan manusia menurut atau
berdasarkan ciri fisik biologis. Ciri utamapembeda antarras antara lain ciri
alamiah rambut pada badan; warna alami rambut; kulit, dan iris mata; bentuk
lipatan penutup mata; bentuk hidung serta bibir; bentuk kepala dan muka; ukuran
tinggi badan.

2. Etnik Dan Suku bangsa

Koentjaraningrat (1990) menyatakan suku bangsa sebagai kelompok sosial atau


kesatuan hidup manusia yang memiliki sistem interaksi, yang ada karena
kontinuitas dan rasa identitas yang mempersatukan semua anggotanya serta
memiliki sistem kepemimpinan sendiri.

F. Baart (1988) menyatakan etnik adalah suatu kelompok masyarakat yang


sebagian besar secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan,
mempunyai nilai budaya, membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri,
dan menentukan sendiri ciri kelompok yang diterima kelompok lain dan dapat
dibedakan dari kelompok populasi lain. Bila merujuk pada pendapat F. Baart di
atas, identitas kesukubangsaan antara lain dapat dilihat dari unsur-unsur suku
bangsa bawaan (etnictraits). Ciri-ciri tersebut meliputi natalitas (kelahiran) atau
hubungan darah, kesamaan bahasa, kesamaan adat istiadat, kesamaan kepercayaan
(religi), kesamaan mitologi, dan kesamaan totenisme.

C. KEMAJEMUKAN DAN KESETARAAN SEBAGAI KEKAYAAN

SOSIAL BUDAYA BANGSA

1. Kemajemukan Sebagai Kekayaan bangsa Indonesia

Kemajemukan adalah karakteristik sosial budaya Indonesia. Selain kemajemukan,

karakteristik Indonesia yang lain adalah sebagai berikut (Sutarno,2007).

a. Jumlah penduduk yang besar

b. Wilayah yang luas

c. Posisi silang

d. Kekayaan alam dan daerah tropis

e. Jumlah pulau yang banyak

f. Persebaran pulau

2. Kesetaraan Sebagai Warga Bangsa Indonesia

Sebagai warga negara Indonesia maka manusia Indonesia adalah setara atau
sederajat dalam arti setiap warga negara memiliki persamaan kedudukan, hak, dan
kewajiban sebagai warga bangsa dan warga negara Indonesia. Persamaan di depan
hukum atau equality before of law mengharuskan setiap warga negara
diperlakukan sama dan adil, tanpa pandang bulu oleh negara, terutama aparat
penegak hukum seperti hakim, jaksa, dan polisi.

D. PROBLEMATIKA KERAGAMAN DAN KESETARAAN SERTA

SOLUSINYA DALAM KEHUDUPAN

1. Problema Keragaman Serta Solusinya Dalam Kehidupan

Keragaman masyarakat adalah suatu kenyatakan sekaligus kekayaan dari bangsa.


Keragaman masyarakat Indonesia merupakan ciri khas yang membanggakan kita.
Van de Berghe sebagaimana dikutip oleh Elly M. Setiadi (2006) menjelaskan
bahwa masyarakat majemuk atau masyarakat yang beragam selalu memiliki sifat
sifat dasar sebagai berikut.
a. Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang sering kali memiliki

kebudayaan yang berbeda

b. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang


bersifat nonkomplementer

c. Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggota masyarakat tentang


nilai-nilai

sosial yang bersifat dasar

d. Secara relatif, sering kali terjadi konflik di antara kelompok yang satu dengan
yang lainnya

e. Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling ketergantungan
di dalam bidang ekonomi

f. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain.

Keterbukaan, kedewasaan sikap, pemikiran global,yang bersifat inklusif, serta


kesadaran kebersamaan dalam mengarungi sejarah, merupakan modal yang sangat
menentukan bagi terwujudnya sebuah bangsa Indonesia yang menyatu dalam
keragaman, dan beragam dalam kesatuan. Segala bentuk kesenjangan
didekatkann, segala keanekaragaman dipandang sebagai kekayaan bangsa, milik
bersama. Sikap inilah yang perlu dikembangkan dalam pola pikir masyarakat kita.

2. Problema Kesetaraan Serta Solusinya Dalam Kehidupan

Indikator kesederajatan adalah sebagai berikut.

a. Adanya persamaan derajat dilihat dari agama, suku bangsa, ras, gender, dan
golongan

b. Adanya persamaan hak dari segi pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan yang
layak.

c. Adanya persamaan kewajiban sebagai hamba Tuhan, individu, dan anggota


masyarakat

Problema yang terjadi dalam kehidupan, umumnya adalah munculnya sikap dan
prilaku untuk tidak mengakui adanya persamaan derajat, hak, dan kewajiban
antarmanusia atau antarwarga. Prilaku yang membeda bedakan orang disebut
diskriminasi.

Diskriminasi merupakan tindakan yang melanggar hak asasi manusia.


Diskriminasi juga merupakan bentuk ketidakadilan. Berkaitan dengan ini, arah
kebijakan yang diambil adalah sebagai berikut.
a. Meningkatkan upaya penghapusan segala bentuk diskriminatif termasuk
ketidakadilan gender bahwa setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama
di hadapan hukum tanpa terkecuali

b. Menerapkan hukum dengan adil melalui perbaikan sistem hukum yang


profesional, bersih, dan berwibawa
BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan pada BAB II dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam keragaman diperlukan adanya kesetaraan atau kesederajatan.


Artinya, meskipun individu maupun masyarakat adalah beragam dan
berbeda-beda, tetapi mereka memiliki dan diakui akan kedudukan, hak-
hak dan kewajiban yang sama sebagai sesama bauk dalam kehidupan
pribadi maupun bermasyarakat.
2. Usman Pelly (1989) mengategorikan masyarakat majemuk di suatu kota
berdasarkan dua hal, yaitu pembelaan horizontal dan pembelaan vertikal.
Secara horizontal, masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan:
1. Etnis dan ras atau asal usul keturunan
2. Bahasa daerah
3. Adat istiadat atau prilaku
4. Agama
5. Pakaian, makanan, dan budaya material lainnya.

Secara vertikal, masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan:

1. Penghasilan atau ekonomi


2. Pendidikan
3. Pemukiman
4. Pekerjaan
5. Kedudukan sosial politik

3. Kemajemukan adalah karakteristik sosial budaya Indonesia. Selain


kemajemukan, karakteristik Indonesia yang lain adalah sebagai berikut
(Sutarno,2007).
a. Jumlah penduduk yang besar
b. Wilayah yang luas
c. Posisi silang
d. Kekayaan alam dan daerah tropis
e. Jumlah pulau yang banyak
f. Persebaran pulau

4. Indikator kesederajatan adalah sebagai berikut.


5.
a. Adanya persamaan derajat dilihat dari agama, suku bangsa, ras,
gender, dan golongan
b. Adanya persamaan hak dari segi pendidikan, pekerjaan, dan
kehidupan yang layak.
c. Adanya persamaan kewajiban sebagai hamba Tuhan, individu, dan
anggota masyarakat
Problema yang terjadi dalam kehidupan, umumnya adalah munculnya
sikap dan prilaku untuk tidak mengakui adanya persamaan derajat, hak,
dan kewajiban antarmanusia atau antarwarga. Prilaku yang membeda
bedakan orang disebut diskriminasi.

Diskriminasi merupakan tindakan yang melanggar hak asasi manusia.


Diskriminasi juga merupakan bentuk ketidakadilan. Berkaitan dengan ini,
arah kebijakan yang diambil adalah sebagai berikut.

a. Meningkatkan upaya penghapusan segala bentuk diskriminatif


termasuk ketidakadilan gender bahwa setiap warga negara
memiliki kedudukan yang sama di hadapan hukum tanpa terkecuali
b. Menerapkan hukum dengan adil melalui perbaikan sistem hukum
yang profesional, bersih, dan berwibawa

Anda mungkin juga menyukai