Anda di halaman 1dari 14

MANUSIA, KERAGAMAN, DAN KESETARAAN

Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata
kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar

Dosen Pengampu Mata Kuliah: Ridayani, S.H., M.H.

Disusun oleh: Kelompok 3

M. Oscar Fajri Marsal 2108101010015


Aisya Rahma 2108101010012
Badratun Nafis 2108108010015

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SYIAH KUALA, BANDA ACEH

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Sholawat
serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Tidak lupa
pula penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Ridayani, S.H., M.H. selaku dosen
pengampu mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar yang senantiasa membimbing
penulis dalam menyelesaikan tugas makalah ini.

Makalah yang berjudul “Manusia, Keragaman, dan Kesetaraan” ini disusun


untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.
Bila mana ada beberapa kesalahan yang terdapat pada makalah ini, izinkan penulis
menghaturkan permohonan maaf. Sebab, makalah ini tiada semurna dan masih
memiliki banyak kelemahan. Penulis juga berharap pembaca makalah ini dapat
memberikan kritik dan sarannya kepada penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut andil
dalam pembuatan makalah ini, yaitu kepada seluruh anggota kelompok serta teman
teman seperjuangan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk
menambah wawasan, ilmu pengetahuan, dan menjadi acuan untuk menulis makalah
lainnya.

Banda Aceh, 14 Februari 2022


Penulis,

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

COVER …………………………………………………………………………...1

KATA PENGANTAR …………………………………………………………...2

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..3

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………...4

A. Latar Belakang …………………………………………………………….4


B. Rumusan Masalah …………………………………………………………5
C. Tujuan Penulisan ……………………………………………………….....5

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………6

A. Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia ……………………………..6


B. Kemajemukan dan Kesetaraan Sebagai Kekayaan Sosial Budaya
Bangsa……………………………………………………………………..7
C. Kesetaraan Sebagai Warga Bangsa Indonesia……………………………..9
D. Problematika Keragaman dan Kesetaraan dalam Kehidupan Bermasyarakat
dan Bernegara ……………………………………………………………10

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………..13

A. Kesimpulan ………………………………………………………………13
B. Saran ……………………………………………………………………..13

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………...14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk individu memiliki keunikan atau ciri khas
masing masing, tidak ada manusia yang persis sama meskipun terlahir kembar.
Secara fisik mungkin manusia akan memiliki banyak persamaan namun secara
psikologis akan banyak menunjukan perbedaan. Mulai dari ciri-ciri yang
tampak seperti jenis kelamin, suku, ras, warna kulit, bagian-bagian tubuh
(rambut, mata, telinga, alis, hidung, mulut, sidik jari, tangan, kaki, dsb) struktur
dan anatomi tubuh. Kemudian ada juga perbedaan pada setiap manusia yang
belum tentu bisa dilihat secara langsung seperti pola pikir, ego, keyakinan, usia,
latar belakang, suku, sifat-sifat dan lainnya.
Selain mahluk individu, manusia juga mahluk social yang membentuk
kelompok persekutuan hidup. Tiap kelompok persekutuan hidup manusia juga
beragam. Masyarakat sebagai persekutuan itu berbeda dan beragam karena ada
perbedaan, misalnya dalam hal ras, suku, agama, budaya, ekonomi, agama,
budaya, ekonomi, status social, jenis kelamin, daerah tempat tinggal, dan lain-
lain. Hal-hal demikian kita katakan sebagai unsur-unsur yang membentuk
keragaman dalam masyarakat.
Keragaman manusia baik dalam tingkat individu di tingkat masyarakat
merupakan tingkat realitas atau kenyataan yang meski kita hadapi dan alami.
Keragaman individual maupun social adalah implikasi dari kedudukan
manusia, baik sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Keragaman
masyarakat di Indonesia merupakan fenomena unik yang tidak dapat
dipungkiri keberadaannya. Indonesia merupakan masyarakat yang plural dan
multikultural. Keragaman tersebut tidak terlepas dari gelombang migrasi
masyarakat manusia dari zaman ke zaman yang turut mempengaruhi sejarah
multikultural bangsa Indonesia.
Kita sebagai individu akan berbeda dengan seseorang sebagai individu
yang lain. Demikian pula kita sebagai bagian dari satu masyarakat memiliki

4
perbedaan dengan masyarakat lainnya. Sebagai makhluk sosial, tentunya
manusia perlu menyadari bahwa masih belum bisa sepenuhnya hidup dalam
masyarakat yang beranekaragam. Bersikap arif dalam pikiran dan perbuatan,
pola pikir yang luas, menerima, menghargai adalah beberapa hal yang
terkadang hilang ketika dihadapkan dengan keanekaragaman manusia.
Dalam makalah ini, akan mengkaji tentang keragaman dan kesetaraan
yang ada dalam diri manusia sebagai individu, terutama dalam kelompok-
kelompok sosial di masyarakat. Uraian pada makalah ini membahas tentang:
hakikat keragaman dan kesetaraan, kemajemukan sebagai warga Indonesia,
keragaman dan kesetaraan sebagai kekayaan sosial budaya, dan solusi
problematika keragaman dan kesetaraan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat keragaman dan kesetaraan manusia?
2. Bagaimana makna kemajemukan sebagai warga Indonesia?
3. Mengapa keragaman dan kesetaraan sebagai kekayaan sosial budaya
bangsa?
4. Apa saja problematika keragaman dan kesetaraan dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara?

C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui hakikat keragaman dan kesetaraan manusia.
2. Mahasiswa dapat mengetahui makna kemajemukan sebagai warga
Indonesia.
3. Mahasiswa dapat mengetahui keragaman dan kesetaraan sebagai kekayaan
sosial budaya bangsa.
4. Mahasiswa dapat mengetahui problematika keragaman dan kesetaraan
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia


1. Makna Keragaman Manusia
Berdasarkan KBBI, ragam berarti (1) sikap, tingkah laku, cara; (2)
macam, jenis; (3) music, lagu, langgam; (4) warna, corak; (5) laras (tata
bahasa). Keragaman menunjukkan adanya banyak macam atau banyak
jenis. Suatu keadaan dalam masyarakat yang menunjukkan pada sebuah
perbedaan yang cukup banyak disebut sebagai keberagaman. Perbedaan
terjadi akibat adanya karakteristik khas dalam diri makhluk individu
maupun sekelompok individu tersebut. Manusia pada hakikatnya
merupakan makhluk individu atau pribadi yang memiliki perbedaan satu
sama lain, perbedaan ini akhirnya menghasilkan keragaman.
Keragaman manusia dimaksudkan bahwa setiap manusia memiliki
perbedaan. Perbedaan itu ada karena manusia adalah mahluk individu yang
setiap individu memiliki cirri-ciri khas tersendiri. Perbedaan itu terutama
di tinjau dari sifat-sifat pribadi, misalnya sikap, watak, kelakuan,
temperamen, dan hasrat. Contoh, sebagai mahasiswa baru kita akan
menjumpai teman-teman mahasiswa lain dengan sifat dan watak yang
beragam. Dalam kehidupan sehari-hari kita akan menemukan keragaman
akan sifat dan ciri-ciri khas dari setiap orang yang kita jumpai. Jadi manusia
sebagai pribadi adalah unik dan beragam.
2. Makna Kesetaraan Manusia
Kesetaraan adalah kata turunan dari tara. Kamus Besar Bahasa
Indonesia mengartikan tara sebagai yang sama, baik itu tingkatan,
kedudukan dan semacamnya. KBBI menyamakan tara dengan imbangan.
Kesetaraan mengakar pada setara yang maksudnya adalah sejajar, sama
tingginya, sama rendahnya, sama tingkatannya, sama kedudukannya, sama
kualitasnya, sebanding, sepadan, seimbang dan lain sebagainya.
Kesederajatan adalah suatu sikap mengakui adanya persamaan
derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban sebagai sesama manusia.
Berkaitan dengan konsep di atas, maka keragaman diperlukan adanya

6
kesetaraan atau kesederajatan. Artinya meskipun individu maupun
masyarakat adalah beragam dan berbeda-beda tetapi mereka memiliki dan
diakui akan kedudukan, hak-hak dan kewajiban yang sama sebagai sesama,
baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, jaminan akan kedudukan,
hak dan kewajiban yang sama dari berbagai ragam masyarakat di dalamnya
sangat diperlukan.

B. Kemajemukan dan Kesetaraan Sebagai Kekayaan Sosial Budaya Bangsa


1. Kemajemukan sebagai kekayaan bangsa Indonesia
Majemuk merupakan sesuatu yang alami yang harus dipandang
sebagai suatu fitrah. Keragaman yang terdapat dalam kehidupan sosial
manusia melahirkan masyarakat, majemuk. Majemuk berarti banyak
ragam, beraneka, berjenis-jenis. Konsep masyarakat majemuk, (plural
society) pertama kali di perkenalkan oleh furnivall tahun 1948 yang
mengatakan bahwa ciri utama masyarakat adalah kehidupan secara
berkelompok yang berdampingan secara fisik, tetapi terpisah oleh
kehidupan sosial dan tergabung dalam sebuah satuan politik, konsep ini
merujuk pada masyarakat Indonesia masa kolonial. Masyarakat hindia
belanda waktu itu dalam pengelompokan komunitasnya didasarkan atas
ras, etnik, ekonomi, dan agama.
Ras, etnik, agama, golongan, tingkat ekonomi, dan gender
merupakan identitas dari keragaman masyarakat. Masyarakat Indonesia
merupakan masyarakat multikultural yang terdiri dari banyak budaya.
Bangsa Indonesia yang majemuk, dipandang suatu kekayaan budaya sosial.
Sadar akan kemajemukan tersebut, tercermin jelas dan sangat baik melalui
semboyan bangsa Indonesia, yakni semboyan ’Bhineka Tunggal Ika’.
Bhineka dari kata neka diambil dari istilah sanskerta yang artinya, aneka,
berbeda beda, dan banyak ragam. Tunggal menunjukkan rasa atau
semangat persatuan. Sedangkan arti kata Ika merupakan keinginan yang
secara harfiah dimaknai sebagai ‘Beraneka namun tetap satu’.
Banyak ahli mengemukakan bahwa konsep multikultural pada
dasarnya merupakan konsep harmoni dalam keragaman budaya yang

7
tumbuh seiring dengan kesederajatan diantara budaya yang berbeda.
Harmoni ini menuntut setiap individu untuk memiliki penghargaan
terhadap kebudayaan individu lain yang hidup dalam komunitasnya. Dalam
masyarakat multikultur, setiap individu maupun masyarakat memiliki
kebutuhan untuk diakui (politics of recognition) yang menuntut terciptanya
penghargaan tertentu secara sosial. Multikultural dapat diartikan sebagai
keragaman atau perbedaan terhadap suatu kebudayaan dengan kebudayaan
yang lain.
2. Kesetaraan sebagai kekayaan bangsa Indonesia
Pengakuan akan prinsip kesetaraan dan kesederajatan itu secara
yuridis diakui dan dijamin oleh Negara melalui UUD 1945. Hal ini
dinyatakan secara tegas dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 bahwa “Segala
warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya”. Warga negara tanpa dilihat dari perbedaan ras, suku,
agama dan budayanya, diperlakukan sama dan memiliki kedudukan yang
sama dalam hukum dan pemerintahan.
Persamaan di depan hukum atau equality before of law
mengharuskan setiap warga negara diperlakukan secara adil. Prinsip
equality before of law adalah jaminan atas harkat dan martabatnya sebagai
manusia. Persamaan di bidang sosial budaya itu meliputi agama,
pendidikan, kesehatan, kebudayaan, seni, dan iptek. Persamaan warga
negara di bidang sosial budaya berarti warga negara memiliki kesempatan,
hak dari pemerintah. Negara tidak membeda bedakan kelas sosial, status
sosial, ras, suku, dan agama dalam memberikan pelayanan.
Dengan demikian, secara yuridis maupun politis, segala warga
negara memiliki persamaan kedudukan. Negara tidak boleh membeda
bedakan kedudukan warga negara tersebut terutama dalam hal kesempatan.
Kesempatan yang sama bagi semua warga negara tersebut dalam berbagai
bidang kehidupan berlaku tanpa membedakan unsur unsur primodial dari
warga negara itu sendiri. Primodial artinya hal hal yang berkaitan denga
nasal atau awal seseorang, misalnya suku, agama, ras, kelompok, sejarah.

8
C. Kesetaraan Sebagai Warga Bangsa Indonesia
Pengakuan akan prinsip kesetaraan dan kesedarajatan itu secara yuridis
diakui dan dijamin oleh negara melalui uud’45. Warga negara tanpa dilihat
perbedaan ras, suku, agama, dan budayanya diperlakukan sama dan memiliki
kedudukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan negara indonesia
mengakui adanya prinsip persamaan kedudukan warga negara. Hal ini
dinyatakan secara tegas dalam pasal 27 ayat (1) uud’45 bahwa “segala warga
negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.
Dinegara demokrasi, kedudukan dan perlakuan yang sama dari warga
negara merupakan ciri utama sebab demokrasi menganut prinsip persamaan
dan kebebasan. Persamaan kedudukan di antara warga negara, misalnya dalam
bidang kehidupan seperti persamaan dalam bidang politik, hukum,
kesempatan, ekonomi, dan sosial.
Demikian juga dengan perubahan sosial kerena munculnya perbedaan
dan keragaman tidak selalu dimaknai secara negatif. Contohnya saja di dunia
sepak bola sekarang ini banyak sekali klub bola yang memasukan pemain asing
untuk memperkuat klubnya. Di eropa khususnya liga inggris dan spanyol
keragaman menjadi ciri khasnya. Bahkan klub sepak bola yang beragam
menjadi juara di di liga masing-masing negara misalnya barcelona di spanyol,
Manchester United (MU), dan inter milan di italia. Bahkan di indonesia sendiri
juga cukup banyak pemain asing seperti di persipura ada bio dari negro, di
sriwijaya fc ada kayamba dan di persib bandung ada gonzales. Klub mu yang
merupakan klub paling beragam ada dari berbagai kebagsaan dan warna kulit
mengisi klub ini seperti dari afrika, asia, eropa, amerika dan australia.
Keragaman itu yang membuat mu selalu tampil segar ketika bertanding.
Terlepas dari semua mu merupakan paduan yang luar biasa dari
berbagai orang dengan segala talenta dari belahan bumi untuk menghadirka
sebuah sepak bola yang mampu menyerang dan bertahan dan maju terus untuk
menjadi juara. Banyak keuntungan yang mereka peroleh tetapi juga menjadi
salah satu contoh mengenai bagaimana memadukan berbagai perbedaan
menjadi sebuah kekayaan yang saling menguntungkan bagu semua pihak yaitu:

9
pemilik klub, pengelola, pemain, sponsor, negara asal pemain bahkan penonton
atau fans.
Bercermin pada klub sepakbola mu, jika sebuah masyarakat memiliki
kemampuan mengelola segala perbedaan yang ada dalam konteks dan
mekanisme yang demokratis niscaya masyarakat tersebut akan menjadi
masyarakat yang kuat. Indonesia merupakan negara yang memilki banyak
keragaman budaya yang sangat tinggi berdasarka keberadaan kesukuan beserta
agama yang dipeluk. Indonesia juga memilki sumberdaya yang bertalenta
dalam berbagai bidang sebagai modal intelektual (human intectual capital)
utama bagi pembangunan kekuatan bangsa dan negara. Indonesia
membutuhkan meneger atau pelatih betangan dingin untuk meracik segala
perbedaan menjadi sebagai sebuah modal utama pembangunan ssebuah
neraga-bangsa yang kuat dan maju di segala bidang. Dengan
mempertimbangankan segala persoalan yang dihadapi, kepemimpinan yang
mampu mensinergikan segala perbedaan merupakan kebutuhan mutlak dan
kunci kemajuan.

D. Problematika Keragaman dan Kesetaraan dalam Kehidupan


Bermasyarakat dan Bernegara
Bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman budaya yang biasa disebut
dengan masyarakat multicultural. Pada kondisi ini, dibutuhkan orang orang
yang mampu berkomunikasi antar budaya dan mempunyai pengetahuan
tentang perbandingan pola pola budaya, serta komunikasi lintas budaya. Hal
ini dikarenakan keragaman masyarakat berpotensi menimbulkan segmentasi
kelompok, struktur yang terbagi bagi konsensus yang lemah, sering terjadi
konflik, integrasi yang dipaksakan, dan adanya dominasi kelompok, yang pada
akhirnya dapat melemahkan gerak kehidupan masyarakat itu sendiri.
Keragaman masyarakat dalam berbangsa adalah suatu kenyataan
sekaligus kekayaan dari suatu Bangsa. Namun demikian, keragaman
masyarakat Indonesia tidak serta-merta menciptakan warna-warni, keunikan,
keindahan, kebanggan, padu-padan dan hal-hal positif lainnya. Keragaman

10
masyarakat memiliki ciri khas yang suatu saat bisa berpotensi negatif bagi
Bangsa itu sendiri.
Van De Berghe menjelaskan bahwa masyarakat majemuk memiliki sifat-
sifat dasar sebagai berikut:
a. Terjadinya segmentasi kedalam kelompok-kelompok yang sering kali
memilik kebudayaan yang berbeda.
b. Memiliki struktur sosial yang terbagi-terbagi kedalam lembaga-lembaga
yang bersifat non komplementer.
c. Kurang mengembangkan konsensus diantara para anggota masyarakat
tentang nilai-nilai sosial yang bersifat dasar.
d. Secara relatif, sering kali terjadi konflik diantara kelompok satu dengan
kelompok yang lain.
e. Secara relatif, integrasi sosial tumbuh diatas paksaan dan saling
ketergantungan didalam bidang ekonomi.
f. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok lainnya.

Menyimak ciri-ciri diatas, maka keragaman masyarakat berpotensi


menimbulkan segmentasi kelompok, struktur yang terbagi-bagi, konsensus
yang lemah, sering terjadi konflik, integrasi yang dipaksakan, dan adanya
dominasi satu kelompok terhadap kelompok lainnya. Tentu saja potensi-
potensi demikian adalah potensi-potensi yang melemahkan gerak kehidupan
masyarakat itu sendiri. Efek-efek negatif demikian ditingkat permukaan
muncul dalam bentuk gesekan, pertentangan, dan konflik terbuka antar
kelompok masyarakat. Seperti pertikaian antar kelompok masyarakat
Indonesia yang sering terjadi paska jatuhnya rezim Orde Baru akhir-akhir ini.
Konflik itu biasa terjadi dengan motif agama, suku, daerah, bahkan antar
golongan politik. Beberapa contoh, misalnya konflik di Ambon pada tahun
1998, pertikaian etnis di Sambas pada tahun 2000, konflik etnis Sampit pada
tahun berikutnya, konflik Poso pada rentang tahun yang sama, dan terakhir
konflik etnis Bali dan Lampung yang berawal masalah kenakalan remaja
hingga menjadi isu perang agama pada tahun 2012.

Perbedaan perbedaan yang terjadi di masyarakat dalam berbagai bidang,


terutama suku bangsa dan ras, agama, suku, adat kebiasaan, dan bahasa

11
menjadi sesuatu yang dapat memunculkan konflik dengan dampak yang masif.
Dalam perbedaan keragaman itu, pada hakekatnya manusia tetap mengakui
kedudukan yang sama sehingga secara tidak langsung menciptakan masyarakat
hidup rukun dan damai. Terkadang gesekan kecil yang terjadi dalam masyrakat
dapat memunculkan konflik yang tak berkesudahan. Sebagian masyarakat
mungkin mengganggap masalah kecil yang terjadi tidak perlu diperpanjang
masalahnya sehingga masalah itu pun hilang dengan sendirinya sehingga
kerukunan tetap terjaga.

Usaha usaha untuk meminimalisir akibat dari keragaman, menurut Elly


M. Setiadi dkk (2006), adalah:
1. Semangat religious, karena setiap agama tidak ada yang mengajarkan
kekerasan kepada umatnya, semua agama mengajarkan nilai nilai yang
menghargai sesame manusia, alam, lingkungan serta kebesaran Tuhan sang
pencipta.
2. Semangat nasionalisme dengan cara mengadakan program program
pendidikan yang mencakup ideologi multikulturalismedan demokrasi serta
kebangsaan.
3. Semangat pluralisme dengan menanamkan jiwa anti diskriminasi dalam
masyarakat.
4. Semangat humanisme akan menumbuhkan rasa cinta tanah air, toleransi,
dan solidaritas antar sesame.
5. Dialog antar umat beragama yaitu membangun suatu pola komunikasi untuk
interaksi maupun konfigurasi hubungan antar agama, media masa dan
harmonisasi dunia.
6. Tidak mengeksploitasi hal hal yang dapat menimbulkan konflik sara.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat dijelaskan bahwa
keanekaragaman manusia adalah suatu kondisi yang menunjukan manusia
yang beraneka ragam. Keanekaragaman tersebut meliputi perbedaan fisik,
suku, agama, ras, kebudayaan, gender, lapisan sosial, dan sebagainya. Sebagai
individu yang menjalani hidup di tengah masyarakat, fungsi dan peran manusia
sangat penting dalam membentuk identitas diri dan masyarakatnya. Begitu pula
dengan kesetaraan, sesama manusia saling menegakkan kesetaraan dalam
keberagaman. Agar tidak ada sesuatu yang menjadi permasalahan dalam
kehidupan bersosial.

B. Saran
Saran penulis disini adalah pluralisme haruslah dikelola dengan baik
sebagai kekuatan, karena disisi yang lain, pluralisme merupakan titik lemah.
Melalui pandangan hidup yang mendasar dan strategis dengan menjadikan dan
menanamkan nilai nilai Pancasila sebagai falsafah ideologi yang terbuka,
demokratis, dan toleran. Ideologi Pancasila ini menjadi refleksi kehidupan
masyaraktt Indonesia yang mengakui heteroginitas dalam berbagai aspek.
Artinya, nilai nilai pluralisme dalam Pancasila merupakan harga mati dan alat
pemersatu bangsa Indonesia tanpa mengenal perbedaan suku, ras, agama,
budaya, dialek maupn golongan.
Semoga dengan selesainya makalah ini pembaca dapat mengetahui
hakikat keragaman dan kesetaraan dalam sosial budaya memberikan manfaat
yang lebih, bahwa setiap manusia memiliki perbedaan. Perbedaan itu ada
karena manusia adalah makhluk individu yang setiap individu memiliki ciri ciri
khas tersendiri tapi dari perbedaan tersebut kita harus saling menghargai satu
sama lain agar terjalin hubungan yang baik.

13
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Herimanto, Winarno. 2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Solo
Maharyani Dina Anika, Sulistri Emi, Frahasini, Yanti Lili. 2019. Ilmu Sosial
dan Budaya Dasar. Jateng: Penerbit Lakeisha

14

Anda mungkin juga menyukai