Disusun Oleh:
NAMA : NURDIANA
NIM : 2022165201015
SEMESTER : I ( SATU )
FAKULTAS : ISIPOL
PRODI : ILMU PEMERINTAHAN
UNIVERSITAS 45 MATARAM
TAHUN2022
1
KATA PENGANTAR
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................1
KATA PENGANTAR......................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................4
A. Latar belakang............................................................................4
B. Permasalahan..............................................................................5
BAB II SUMBER TEORI...............................................................6
A.Makna Keberagaman.....................................................................6
B. Makna Kesetaraan Manusia .........................................................8
C. Kemajemukan Dalam Dinamika Sosial Budaya Etnik atau Suku
Bangsa................................................................................................9
D.Keragaman Dan Kesetaraan Sebagai Kekayaan Sosial Dan
Kebudayaan Bangsa...........................................................................10
E. Problematika Keragaman Dan Solusinya Dalam Kehidupan
Masyarakat Dan Negara.....................................................................12
BAB III. PEMBAHASAN...............................................................16
BAB IV. PENUTUP.........................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................22
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia Keragaman merupakan masalah yang sangat rumit.
Salah satu pandangan filsafat mengatakan bahwa manusia merupakan
makhluk monodualis jiwa raga. Dari aspek jiwa manusia memiliki
cipta, rasa, dan karsa sehinga dalam tingkah lakunya
mampumempertimbangkan.Nilai-nilai yang terkandung dalam
keragaman dan kesederajatan manusia akan membawa manusia pada
potensi sebagai makhluk yang paling sempurna. Dengan keistimewaan
yang dimiliki menyebabkan manusia perlu keseragaman dan
kesederajatan agar dapat memikul amanah sebagai kholifahyang
bermoral di muka bumi ini.
4
B. Permasalahan
5
BAB II
SUMBER TEORI
A. Makna Keberagaman
Bagaimana keragaman manusia yang merupakan kenyataan yang
tidak perlu dipermasalahkan, sehingga kesetaraan antar manusia akan
mengantarkan hidup manusia menjadi enak (tentram, senang hati).
Persatuan dan kesatuan bangsa yang terwujud dari sejumlah
suku bangsa yang semula merupakan masyarakat yang berdiri sendiri
dan mendukung kebudayaan yang beraneka ragam itu perlu
diperkokoh dengan kerangka acuan yang bersifat nasional, yaitu
kebudayaan nasional. Suatu kebudayaan yang mampu memberi makna
bagi kehidupan berbangsa dan berkepribadian, akan dapat dibanggakan
sebagai identitas nasional.
Akan tetapi dalam masyarakat majemuk dengan keragaman latar
belakang kebudayaan seperti yang terjadi di Indonesia tidaklah mudah
untuk mengembangkan suatu kebudayaan nasional hanya dengan
mengandalkan pada kemampuan dan kemapanan masyarakat semata-
mata. Oleh karena itu kebudayaan nasional yang hendak
dikembangkan itu telah ditetapkan landasan dan arah tujuannya yang
128 dituangkan dalam penjelasan pasal 32 UUD 45 yang berbunyi.
"Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah
usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan-kebudayaan
lama dan asli yang terdapat sebagai puncakpuncak kebudayaan di
daerah-daerah di seluruh Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan
bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab,
budaya dan persatuan dengan tidak menolakbahan-bahan baru dari
kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya
kebudayaan bangsa sendiri serta mempertinggi derajat kemanusiaan
bangsa Indonesia".
Berdasarkan penjelasan tersebut, nyatalah bahwa perkembangan
kebudayaan bangsa yang hendak dimajukan itu terselenggara tanpa
ketentuan arah serta tanpa memperhatikan keberagaman masyarakat
6
dengan segala kebutuhan yang timbul dalam proses perkembangan
masyarakat bangsa.
Meskipun menurut sejarah, masyarakat Indonesia relatif berasal
dari nenek moyang yang sama, tetapi karena keadaan geografiknya,
akhirnya masyarakat 129 Indonesia bersifat majemuk. Kondisi
geografik yang menjadi penyebab kemajemukan masyarakat, adalah:
1. Bentuk wilayah yang berupa kepulauan. Kondisi ini
mengakibatkan, meskipun berasal dari nenek moyang yang sama,
tetapi akhirnya mereka terpisah-pisah di pulau-pulau yang saling
berbeda, sehingga masing-masing terisolasi dan mengembangkan
kebudayaan sendiri.
2. Jadilah masyarakat Indonesia mengalami kemajemukan ethnik
atau sukubangsa.
3. Letak wilayah yang strategis, di antara dua benua dan dua
samudera, kondisi ini mengakibatkan Indonesia banyak didatangi
oleh orang-orang asing yang membawa pengaruh unsur
kebudayaan, antara lain yang paling menonjol– adalah agama.
Kondisi ini mengakibatkan masyarakat Indonesia majemuk
dalam hal agama. Lima agama besar dunia ada di Indonesia.
Lima agama besar yang dimaksud adalah (1) Hindu (pengaaruh
India), (2) Budha (pengaruh bangsa-bangsa Asia), (3) Katholik
(pengaruh kedatangan bangsa portugis), (4) Kristen (pengaruh
kedatangan bangsa Belanda), 130 dan (5) Islam (pengaruh
masuknya pedagangpedagang dari Timur Tengah).
4. Variasi iklim, jenis serta kesuburan tanah yang berbeda di
antara beberapa tempat, misalnya daerah Indonesia bagian Timur
yang lebih kering, tumbuh menjadi sukubangsa peternak, daerah
Jawa dan Sumatra yang dipengaruhi vulkanisme tumbuh menjadi
daerah dengan masyarajat yang hidup dari bercocok tanam.
Variasi iklim dan jenis serta kesuburan tanah ini mengakibatkan
masyarakat Indonesia majemuk dalam hal kultur, antara lain cara
hidup.
7
B. Makna Kesetaraan Manusia
8
C. Kemajemukan Dalam Dinamika Sosial Budaya Etnik Atau Suku
Bangsa
9
Namun, konsep masyarakat majemuk Furnivall diatas,
dipertanyakan keabsahannya sekarang mengingat telah terjadi
perubahan fundamental akibat pembangunan serta kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Usman Pelly (1989) membagi masyakat
majemuk disuatu kota berdasarkan dua hal, horizontal dan vertikal.
Secara Horizontal, masyarakat majemuk dikelompokkan
berdasarkan :
1. Etnis dan rasa atau asal usul keturunan
2. Bahasa daerah
3. Adat istiadat atau perilaku
4. Agama
5. Pakaian, makanan, dan budaya material lainnya
Secara vertikal, dikelompokkan berdasarkan:
1. Pengahasilan atau ekonomi
2. Pendidikan
3. Pemukiman
4. Pekerjaan
5. Kedudukan Sosial Politi
Berdasarkan hal-hal diatas,dapat kita lihat bahwa keragaman atau
kemajemukan masyarakat terjadi karena unsur-unsur seperti ras, etnis,
agama, pekerjaan, penghasilan, pekerjaan, pendidikan, dan lain
sebagainya.
D. Keragaman Dan Kesetaraan Sebagai Kekayaan Sosial Dan
Kebudayaan Bangsa
10
Negara dengan bangsa yang beragam yang tidak berkesetaraan, lebih-
lebih yang diskriminatif, akan menghadirkan kehancuran. Hampir
setiap pulau-pulau besar di Indonesia memiliki etnik yang lebih dari
satu. Di Papua ditemukan kurang lebih 30 suku. Suku-suku di Papua
tersebut antara lain suku Biak, Hattam, Mapia, Dani, Asmat,
Mamberamo, dan suku Sentani. Beberapa suku merupakan suku
mayoritas,seperti suku Jawa di pulau Jawa dan suku minoritas seperti
suku Badui di Jawa Barat dan suku Kubu di Jambi.
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang plural. Plural
artinya jamak, banyak ragam, atau majemuk. Kemajemukan
masyarakat Indonesia adalah suatu kenyataan atau fakta yang justru
kita terima sebagai kekayaan sosial budaya bangsa. Kesadaran akan
kemajemukan bangsa tersebut sesungguhnya sudah tercermin dengan
baik melalui semboyan bangsa kita, yaitu Bhineka Tunggal Ika.
Bhineka artinya aneka,berbeda-beda,banyak ragam. Tunggal Ika
menunjukkan semangat akan perlunya persatuan dari keanekaragaman
tersebut. Bhineka adalah kenyataan (das sein) sedang Ika adalah
keinginan (das sollen). Kemajemukan adalah karakteristik sosial
budaya bangsa Indonesia.
Begitu juga dengan kesetaraan dan kesederajatan, pengakuan
akan prinsip kesetaraan dan kesederajatan itu secara yuridis diakui dan
dijamin oleh Negara melalui UUD 1945. Warga Negara tanpa dilihat
perbedaan ras, suku, agama dan budayanya diperlakukan sama dan
memiliki kedudukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan. Hal
ini dinyatakan dalam Pasal 27 ayat 1 UUD 1945.
Persamaan di bidang politik misalnya memperoleh kesempatan
sama untuk warga Negara memilih dan dipilih,berkesempatan untuk
berpartisipasi dalam kehidupan politik Negara.
Persamaan di depan hukum atau equality before of law
mengharuskan setiap warga Negara diperlakukan sama dan adil.
Prinsip persamaan warga negara di depan hukum atau equality before
of law adalah jaminan atas harkat dan martabatnya sebagai manusia.
Hukum bertujuan untuk menegakkan keadilan dan ketertiban.
11
Persamaan di bidang ekonomi adalah setiap warga negara
mendapat kesempatan yang sama untuk mendapatkan kesejahteraan
ekonomi.Warga negara yang kurang mampu, negara wajib
memberikan bantuan agar bisa hidup sejahtera. Demokrasi ekonomi
mengharapakan distribusi yang adil dalam hal pendapatan dan
kekayaan.
Persamaan di bidang social budaya itu meliputi bidang agama,
pendidikan, kesehatan, kebudayaan, seni dan iptek. Persamaan warga
negara di bidang sosial budaya berarti warga negara memiliki
kesempatan, hak dari pemerintah. Negara tidak membeda-bedakan
kelas sosial, status sosial, ras, suku, dan agama dalam memberikan
pelayanan.
Dengan demikian, secara yuridis maupun politis, segala warga
negara memiliki persamaan kedudukan, baik dalam bidang politik,
hokum, pemerintahan, ekonomi, dan sosial. Negara tidak boleh
membeda-bedakan kedudukan warga negara tersebut terutama dalam
hal kesempatan. Kesempatan yang sama bagi semua warga negara
tersebut dalam berbagai bidang kehidupan berlaku tanpa membedakan
unsur-unsur primodial dari warga negara itu sendiri. Primodial artinya
hal-hal yang berkaitan dengan asal atau awal seseorang, misalnya
suku, agama, ras, kelompok, sejarah.
E. Problematika Keragaman Dan Solusinya Dalam Kehidupan
Masyarakat Dan Negara
13
Berikut ini adalah beberapa contoh problematika terkait dengan
keberagaman yang mungkin ditemui dalam kehidupan sehari-sehari :
1. Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk menetapkan
semua norma atau budaya orang lain sesuai dengan standar
kebudayaannya sendiri.
2. Stereotip adalah pemberian sifat tertentu terhadap
seseorang berdasarkan kategori yang bersifat subjektif,
hanya karena seseorang tersebut berasal dari kelompok
lainnya.
3. Labelling adalah kecenderungan untuk memberi „label‟
atau cap tertentu pada suatu kelompok. Labelling sering
diidentikkan sebagai bagian dari stereotip.
4. Prasangka adalah suatu pernyataan yang hanya didasarkan
pada pengalaman dan keputusan yang tidak teruji
kebenarannya sebelumnya.
5. Rasisme adalah sikap yang diwujudkan dengan anti
terhadap ras lain atau ras tertentu diluar rasnya atau
kelompoknya sendiri.
6. Diskriminasi merupakan tindakan yang membeda-
bedakan dan kurang bersahabat dari kelompok dominan
terhadap kelompok subordinasinya.
7. Scapegoating, bermakna pengkambinghitaman. Hal ini
bermakna suatu kelompok dapat menjadi sasaran kesalahan
yang dilimpahkan oleh kelompok lain.
Namun, meskipun demikian banyaknya kemungkinan
problematika yang dihadapi manusia terkait dengan konsep
keberagaman dapat disikapi dengan beberapa solusi pencegahan. Elly
M.Setiadi dkk (2016) mengemukakan ada hal-hal yang dapat
dilakukan untuk memperkecil masalah yang diakibatkan oleh pengaruh
negatif dari keberagaman, yaitu :
1. Membangun semangat relijius
14
2. Menumbuhkan semangat nasionalisme
3. Menumbuhkan semangat pluralism
4. Menumbuhkan semangat humanism
5. Membangun dialog antarumat beragama
6. Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi
maupun konfigurasi hubungan antaragama, media massa,
dan harmonisasi dunia.
Sejatinya keragaman dalam masyarakat perlu disikapi dengan
arif dan bijaksana. Mengingat bahwa Tuhan menciptakan manusia
begitu beragam di bumi untuk membangun suatu hubungan yang
harmonis dan kooperatif bukan sebaliknya. Oleh karena itu, penting
untuk memaknai keragaman sebagai suatu anugerah tuhan dan bukan
bencana yang menjadikan masyarakat saling bermusuhan atau terpecah
belah dari persatuan bangsa.
15
BABIII
PEMBAHASAN
Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu
kesatuan apabila ada interaksi sosial yang positif, diantara setiap etnik
tersebut dengan syarat kesatuan antar etnik harus dapat terus dijaga
karena keberagaman masyarakat itu sangat memungkinkan terjadinya
benturan antar etnik. Hal ini disebabkan berbedanya kebudayaan dari
masing-masing etnik yang ada, sehingga terjadinya perilaku yang
berbeda pula. Terdapat sebuah paham mengenai etnik yang pertama
kali diperkenalkan oleh seseorang tokoh Sumner yaitu etnosentrisme
(ethnocentrism). Etnosentrisme merupakan sikap emosional
sekelompok golongan, etnik atau agama yang merasa etniknya lebih
superior dari etnik lain .
Secara geografis masyarakat Indonesia terhimpun atas berbagai
daerah yang secara etnis satu sama lainnya cenderung menganggap
eksistensi nilai-nilai budayanya sendirilah yang terbaik
(etnosentrisme). Jika dalam kualifikasi ini tokoh budaya daerah
tertentu mempunyai kesempatan atau berkewenangan membuat
keputusan, maka cenderung budaya daerahnyalah yang utama akan
dipopularisasikan sebagai pedoman golongan masyarakat daerah-darah
lainnya. Keputusan mengenai dirinya sendiri itulah yang akan menjadi
benih konflik sentimen dan ketidakadilan, lantaran masih ada pihak-
pihak lain yang tidak merasa terwakili
Etnis mengacu pada pola karakter yang dimiliki oleh suku
bangsa ras tertentu. Oleh karena itu etnisitas seringkali dianggap
sebagai budaya oleh Phninney. Dengan kata lain, jika kita
membicarakan etnisitas maka kita tidak bias melepaskan diri dari
pembicaraan mengenai budaya etnis yang bersangkutan. Asumsi yang
paling umum dipakai adalah bahwa norma-norma, nilai-nilai, sikap-
sikap, dan prilaku yang ditampilkan oleh individu kelompok etnis
tertentu merepukan tripikal etnis yang bersangkutan di mana individu
itu berasal. Prilaku tripikal tersebut berakar pada budaya yang sudah
diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
16
Dalam menjalankan kehidupan bersama, berbagai etnik yang
berbeda latar belakang kebudayaan tersebut akan terlibat dalam suatu
hubungan timbal balik yang disebut interaksi sosial yang pada
gilirannya akan berkembang kepada interalasi sosial. Interaksi sosial
merupakan syarat mutlak bagi terjadinya aktifitas sosial. Dalam
aktifitas sosial akan terjadi hubungan sosial timbal balik (social
interrelationship) yang dinamika antara orang dengan orang, orang
dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Soekanto,
menyatakan perubahan dan perkembangan masyarakat yang
mewujudkan segi dinamiknya, disebabkan karena warganya
mengalami hubungan satu dengan lainnya, baik dalam bentuk
perseorangan maupun kelompok sosial. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa terjadi proses sosial yaitu cara-cara berhubungan
yang dilihat apabila orang perorang dan 2 Zakso Amrazi,kelompok-
kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta
bentukbentuk hubungan tersebut .
Pola-pola hubungan sosial antar etnik dikemukakan Benton,
beberapa pola hubungan tersebut masing-masing ditandai oleh
spesifikasi dalam proses kontak sosial yang terjadi, yaitu akulturasi,
dominasi, paternalisme, pluralisme dan integrasi. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa akulturasi terjadi jika dua kelompok etnik
mengadakan kontak dan saling pengaruh mempengaruhi. Dominasi
terjadi jika suatu kelompok etnik menguasai kelompok lain.
Paternalisme yaitu merupakan hubungan antar kelompok etnik yang
menampakkan adanya kelebihan satu kelompok terhadap kelompok
yang lain, tanpa adanya unsur dominasi. Pluralisme yaitu merupakan
hubungan1 yang terjadi diantara sejumlah kelompok etnik yang di
dalamnya mengenal adanya pengakuan persamaan hak politik dan hak
perdata bagi kelompokkelompok masyarakat yang berkaitan. Integrasi
adalah pola hubungan yang menekankan persamaan dan bahkan saling
mengintegrasikan antara satu kelompok dengan yang lain. Pola-pola
hubungan itu hanya terjadi apabila orang perorang atau kelompok-
kelompok manusia saling bekerja sama, saling berbicara untuk
mencapai tujuan bersama.
17
Kondisi kehidupan masyarakat di desa Gentuma yang terdiri
dari beberapa etnis yang berbeda-beda namun kehidupan masyarakat
antar etnis yang terjalin dengan baik dari dulu hingga sekarang,
diantaranya di desa Gentuma, salah satu daerah di Kabupaten
Gorontalo Utara. Jumlah penduduk di desa Gentuma terdiri dari 766
jiwayang terdiri dari 382 laki-laki dan 384 perempuan, serta 214
Kepala keluarga (KK). Desa ini dihuni oleh enam etnis, yaitu etnis
Gorontalo dengan laki-laki berjumlah 317 orang dan perempuan
berjumlah 312 orang, Kaidipang dengan laki-laki berjumlah 10 orang
dan perempuan berjumlah 8 orang, Sanger dengan laki-laki berjumlah
6 orang dan perempuan berjumlah 5 orang, Minahasa dengan laki-laki
berjumlah 2 orang dan perempuan berjumlah 3 orang, Arab dengan
laki-laki berjumlah 30 orang dan perempuan berjumlah 34 orang dan
Bugis dengan laki-laki berjumlah 5 orang dan perempuan berjumlah 2
orang, dengan semua total 6 etnis yang ada di desa gentuma terdapat
734 jiwa5 . Keenam etnis yang merupakan masyarakat Gentuma
menunjukkan bentuk hubungan sosial multi etnis yang harmonis yaitu
bentuk kerjasama, asimilasi, akomodasi di berbagai bidang dan
berlangsung secara sehat, terbuka, dan jujur. Hubungan sosial ini tidak
ada sifat saling membenci dan melecehkan antara mereka yang berbeda
etnik, sehingga tidak pernah terjadi pertikaian antar keenam etnik yang
berbeda di kawasan ini.
Seperti yang kita tahu, di Indonesia, terdapat berbagai macam
kebudayaan yang berasal dari hampir seluruh sukubangsa. Hal ini
mungkinkah terwujud sebagai masyarakat multikultural? Syarat
terwujudnya masyarakat multikultural adalah apabila warganya dapat
hidup berdampingan, toleransi dan saling menghargai. Nilai-nilai
tersebut harus dijadikan pedoman untuk bertindak, baik dalam bidang
sosial, ekonomi, politik maupun tindakan individual. Di antara prinsip
mendasar dari demokrasi yang patut dikembangkan di Indonesia
adalah kesetaraan derajat individu, kebebasan, toleransi terhadap
perbedaan, konflik dan konsensus, hukum yang adil dan beradab serta
perikemanusiaan.
18
Kebudayaan Indonesia secara sempit dapat didefinisikan
sebagai seluruh kebudayaan lokal yang telah ada sebelum terbentuknya
Bangsa Indonesia pada tahun 1945. Seluruh kebudayaan lokal yang
berasal dari kebudayaan beraneka ragam suku-suku di Indonesia
adalah merupakan bagian integral daripada kebudayaan Indonesia.
Kebudayaan Indonesia walau beraneka ragam namun pada dasarnya
terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti
kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India dan kebudayaan Arab.
Kebudayaan India terutama masuk dari penyebaran agama
Hindu dan Buddha di Nusantara jauh sebelum Indonesia terbentuk.
Kerajaan-kerajaan yang bernafaskan agama Hindu dan Buddha sempat
mendominasi Nusantara pada abad ke-5 Masehi ditandai dengan
berdirinya kerajaan tertua di Nusantara, Kutai sampai pada penghujung
abad ke-15 Masehi.
Masalah yang biasanya dihadapi oleh masyarakat majemuk
adalah adanya persentuhan dan saling hubungan antara kebudayaan
suku bangsa dengan kebudayaan umum lokal, dan dengan kebudayaan
nasional. Diantara hubungan-hubungan ini yang paling kritis adalah
hubungan antara kebudayaan suku bangsa dan umum lokal di satu
pihak dan kebudayaan nasional di pihak lain. Pemaksaan untuk
merubah tata nilai atau upaya penyeragaman budaya seringkali dapat
memperkuat penolakan dari budaya-budaya daerah, atau yang lebih
parah bila upaya mempertahankan tersebut, justru disertai dengan
semakin menguatnya Etnosentrime.
19
BAB IV
PENUTUP
20
hubungan antara kebudayaan suku bangsa dan umum lokal di satu
pihak dan kebudayaan nasional di pihak lain. Pemaksaan untuk
merubah tata nilai atau upaya penyeragaman budaya seringkali dapat
memperkuat penolakan dari budaya-budaya daerah, atau yang lebih
parah bila upaya mempertahankan tersebut, justru disertai dengan
semakin menguatnya Etnosentrime.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
23