S1Keperawatan Tingkat 2B
KEPERAWATAN
S1 KEPERAWATAN
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu. Penyusunan makalah ini
dilakukan dengan mengambil referensi dari berbagai sumber.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Karena keterbatasan pengalaman dan pengetahuan
kami yang masih dalam proses belajar ini, kami yakin masih banyak kekurangan dalam
makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini agar kedepannya dapat lebih
baik lagi.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
1.3 Tujuan Masalah ................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Landasan Belajar Budaya .................................................................................. 3
2.2 Diversity dalam Masyarakat .............................................................................. 3
2.3 Unsur-unsur Keraaman Budaya dalam Masyarakat .......................................... 4
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebudayaan ............................................... 5
2.5 Konsep Budaya dalam Masyarakat .................................................................... 6
2.6 Kesehatan dan Keanekaragaman Budaya .......................................................... 7
2.7 Dampak Budaya dalam Praktik Keperawatan ................................................... 9
ii
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
kebudayaan tersebut dapat berjalan terjalin dalam bingkai ”Bhinneka Tunggal
Ika”, dimana bisa kita maknai bahwa konteks keanekaragamannya bukan hanya
mengacu kepada keanekaragaman kelompok sukubangsa semata namun kepada
konteks kebudayaan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.3 Unsur – unsur Keragaman Budaya dalam Masyarakat
Menurut Koentjaraningrat, istilah universal menunjukkan bahwa unsur-
unsur kebudayaan bersifat universal dan dapat ditemukan di dalam kebudayaan
semua bangsa yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Ketujuh unsur kebudayaan
tersebut adalah:
1. Sistem Bahasa
Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan
sosialnya untuk berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya..
2. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem
peralatan hidup dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan
berwujud di dalam ide manusia. Sistem pengetahuan sangat luas batasannya
karena mencakup pengetahuan manusia tentang berbagai unsur yang
digunakan dalam kehidupannya.
3. Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial
Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi social
merupakan usaha antropologi untuk memahami bagaimana manusia
membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok sosial.
4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga
mereka akan selalu membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian
awal para antropolog dalam memahami kebudayaan manusia berdasarkan
unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat berupa benda-benda yang
dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih
sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang
termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan
kebudayaan fisik.
5. Sistem Ekonomi/Mata Pencaharian Hidup
Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi
fokus kajian penting dan penghasilan ekonimi masyarakat juga berbeda beda
sesuai dengan dudaya yang terdapat dalam masyarakat itu sendiri.
4
6. Sistem Religi
Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi
religi dalam masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya
kepada adanya suatu kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih
tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai cara
untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-
kekuatan supranatural tersebut.
Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi
penyebab lahirnya asal mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi
bahwa religi suku-suku bangsa di luar Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk
religi kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia pada zaman dahulu ketika
kebudayaan mereka masih primitive.
7. Kesenian
Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian
etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi
yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda
atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan.
Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih
mengarah pada teknikteknik dan proses pembuatan benda seni tersebut.
Selain itu, deskripsi etnografi awal tersebut juga meneliti perkembangan seni
musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu masyarakat.
5
Sifat-sifat dari kebudayaan
Sifat-sifat dari kebudayaan, adalah sebagai berikut :
a. Adaftif
Kebudayaan bersifat adaptif, artinya kebudayaan selalu mampu
menyesuaikan diri, sifat adaptif ini akan melengkapi manusia pendukungnya
dengan menyesuaikan diri pada hal-hal seperti kebutuhan fisiolologis badan
mereka sendiri, lingkungan fisik-geografis dan lingkungan sosial.
b. Integratif
Kebudayaan bersifat Integratif artinya kebudayaan memadukan semua
unsur dan sifat-sifatnya menjadi satu, bukan sekumpulan kebiasaan yang
terkumpul secara acak-acakan saja. Karena itulah kebiasaan yang dimiliki
dalam suatu kebudayaan tidak dapat dengan mudah dimasukan kedalam
kebudayaan lain.
c. Dinamis
Kebudayaan bersifat dinamis artinya kebudayaan itu selalu berubah
dan terus bergerak mengikuti dinamika kehidupan sosial budaya
masyarakat. Dinamika kehidupan sosial budaya terjadi sebagai akibat dari
interaksi manusia dengan lingkungan sekitar, penafsiran-penafsiran atau
interpretasi yang berubah tentang norma-norma, dan nilai-nilai sosial
budaya yang berlaku
6
2.6 Kesehatan dan Keanekaragaman Budaya
Kesehatan Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah
keniscayaan yang ada di bumi Indonesia. Keragaman budaya di Indonesia adalah
sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam konteks pemahaman
masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok sukubangsa, masyarakat
Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang
merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada
didaerah tersebut.
Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana mereka tinggal tersebar
dipulau-pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi
geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran
rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat
peradaban kelompok-kelompok sukubangsa dan masyarakat di Indonesia yang
berbeda. Pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar juga mempengaruhi
proses asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga menambah ragamnya
jenis kebudayaan yang ada di Indonesia. Kemudian juga berkembang dan
meluasnya agama-agama besar di Indonesia turut mendukung perkembangan
kebudayaan Indonesia sehingga memcerminkan kebudayaan agama tertentu.
Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat
keaneragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang tinggi. Tidak saja
keanekaragaman budaya kelompok suku bangsa namun juga keanekaragaman
budaya dalam konteks peradaban, tradsional hingga ke modern, dan kewilayahan.
Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan mempunyai
keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya. Hubungan-hubungan antar
kebudayaan tersebut dapat berjalan terjalin dalam bingkai ”Bhinneka Tunggal
Ika” , dimana bisa kita maknai bahwa konteks keanekaragamannya bukan hanya
mengacu kepada keanekaragaman kelompok sukubangsa semata namun kepada
konteks kebudayaan. Didasari pula bahwa dengan jumlah kelompok sukubangsa
kurang lebih 700’an sukubangsa di seluruh nusantara, dengan berbagai tipe
kelompok masyarakat yang beragam, serta keragaman agamanya, masyarakat
Indonesia adalah masyarakat majemuk yang sesungguhnya rapuh. Rapuh dalam
artian dengan keragaman perbedaan yang dimilikinya maka potensi konflik yang
7
dipunyainya juga akan semakin tajam. Bukan oleh beberapa faktor termasuk
warisan genetik, perilaku pribadi, akses terhadap pelayanan kesehatan yang
bermutu, dan lingkungan eksternal umum (seperti kualitas udara, air, dan kondisi
perumahan). Selain itu, pertumbuhan badan penelitian telah mendokumentasikan
asosiasi antara dan faktor sosial budaya dan kesehatan (Berkman dan Kawachi,
2000, Marmot dan Wilkinson, 2006).
Untuk beberapa jenis variabel sosial, seperti status sosial ekonomi (SES)
atau kemiskinan, bukti kuat link mereka untuk kesehatan telah ada sejak awal
catatan resmi menjaga. Untuk jenis lain dari variabel-seperti jaringan sosial dan
dukungan sosial atau pekerjaan stres-bukti hubungan mereka untuk kesehatan
telah terakumulasi selama 30 tahun terakhir. Tujuan bab ini adalah untuk
memberikan gambaran dari variabel-variabel sosial yang telah diteliti sebagai
masukan untuk kesehatan (faktor penentu sosial apa yang disebut kesehatan), serta
untuk menggambarkan pendekatan untuk pengukuran mereka dan bukti empiris
yang menghubungkan setiap variabel hasil kesehatan.
Harus ditekankan di awal bahwa faktor penentu sosial dari kesehatan
dapat dikonseptualisasikan sebagai mempengaruhi kesehatan di berbagai tingkat
sepanjang perjalanan hidup. Jadi, misalnya, kemiskinan dapat
dikonseptualisasikan sebagai eksposur yang mempengaruhi kesehatan individu
pada berbagai tingkat organisasi dalam keluarga atau dalam lingkungan di mana
individu berada. Lebih dari itu, berbagai tingkat pengaruh dapat co-terjadi dan
berinteraksi dengan satu sama lain untuk menghasilkan kesehatan.
Sebagai contoh, dampak merugikan kesehatan tumbuh di keluarga miskin
dapat diperkuat jika keluarga yang juga terjadi berada dalam komunitas yang
kurang beruntung (di mana keluarga miskin lainnya) bukan di komunitas kelas
menengah. Selanjutnya, kemiskinan mungkin diferensial dan independen
mempengaruhi kesehatan individu pada tahapan yang berbeda dari kehidupan saja
(misalnya, di dalam rahim, masa bayi dan masa kanak-kanak, selama kehamilan,
atau selama usia tua). Singkatnya, pengaruh dan variabel sosial budaya terhadap
kesehatan melibatkan dimensi baik waktu (tahapan kritis dalam perjalanan hidup
dan efek dari pajanan kumulatif) serta tempat (beberapa tingkat eksposur).
8
Konteks di mana variabel sosial dan budaya beroperasi untuk mempengaruhi hasil
kesehatan disebut, umum, dan lingkungan sosial budaya.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diversity “keragaman budaya” dalam masyarakat terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Budaya adalah suatu pola hidup
menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Perawat harus
menyadari bahwa kesadaran perbedaan budaya di perawatan kesehatan sangat
penting dalam praktek. Merawat klien dengan beragam budaya membuat perawat
dengan banyak tantangan. Perawat harus peka terhadap perbedaan seperti bahasa,
interpretasi komunikasi, norma-norma kontak mata, isu-isu gender, sentuhan dan
kontak fisik
3.2 Saran
1. Peran pemerintah harus mampu melaksanakan sebuah sistem politik nasional
yang dapat mengakomodasikan aprisiasi masyarakat yang memiliki
kebudayaan yang berbeda beda.
2. Peran masyarakat meminimalkan perbedaan yang ada dan berpijak pada
kesamaan kesamaan yang dimiliki oleh setiap budaya daerah.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://pengantarmanajemen2013.files.wordpress.com/2013/09/bahan-kuliah-
3.pdf.
www.academia.edu/3195303/Diversity_Case_in_Indonesia
https://www.academia.edu/27965042/MAKALAHA_KERAGAMAN_BUDAYA
_INDONESIA.pdf
iii