Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BUDAYA MELAYU
TENTANG :
“NILAI-NILAI ASAS PERSEBATIAN MELAYU DALAM PEREKATAN
KEHIDUPAN BERMASYARAKAT BERBANGSA NEGARA"

DISUSUN OLEH :
PUTRI RAHMADANI
WAHYU A. RINDIANI

Dosen pengampu :
INDRA, M.Pd.I

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) BENGKALIS
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tema dari makalah ini adalah “Nilai-Nilai Asas Persebatian Melayu Dalam
Perekatan Kehidupan Bermasyarakat Berbangsa Negara”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada dosen mata kuliah Animasi yang telah memberikan tugas ini. Penulis juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan
makalah ini.

Penulis jauh dari kata sempurna, maka dari itu, pembuatan makalah ini
merupakan langkah yang baik dari studi yang sesungguhnya. Oleh karenanya,
keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang membangun
senantiasa kami harapkan. Semoga makalah ini dapat berguna bagi saya khususnya, dan
pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Bengkalis, Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................3
C. Tujuan Penulisan.........................................................................3
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Nilai Nilai Yang Terkandung Kesopanan Budaya Melayu..............4
B. keislaman Dan Tenggang Rasa Budaya Melayu................................................7

BAB III : PENUTUP


A. Kesimpulan
.......................................................................................................
10
B. Saran
........................................................................................................................
10
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara etimologis istilah melayu mempunyai banyak arti, sebagaimana disampaikan


oleh Burhanuddin Elhulaimy ada pendapat yang mengatakan bahwa melayu itu berasal dari
kata malak yang berarti mula dan yu yang berarti negeri, sehingga melayu mengandung arti
negeri yang mula-mula. Dalam bahasa jawa melayu diartikan berjalan cepat atau lari. Dalam
bahasa Tamil melayu diartikan tanah tinggi. Disamping itu ada pula yang mengartikan hujan.
UU Hamidy istilah melayu baru dikenal pada 644 Masehi, melalui tulisan Cina yang
menyebutkan nama moloyeu.

Disebutkan bahwa mo-lo-yeu mengirimkan utusan ke Cina. Ini berarti bahwa melayu
adalah sebuah kerajaan. Setelah dijelaskan bahwa arti kata melayu secara harfiah lantas apa
makna melayu atau siapakah orang melayu. Menurut Husin Ali tipologi orang melayu itu
berkulit warna coklat (sawo matang) bentuk tubuh sedang, tetapi kuat dan ramah.1 Manusia
mempunyai salah satu sifat karakteristik dasar yang dapat diubah atau membuat perubahan.
Perubahan-perubahan tersebut tentunya mempengaruhi cara hidup masyarakat dan
masyarakat yang mengelilinginya sehingga menimbulkan apa yang disebut dengan perubahan
budaya, atau dinamika budaya.

Secara umum, tidak ada budaya yang tetap sama dan tidak beradaptasi dengan
perubahan. Hal ini membuat budaya dinamis dan mudah beradaptasi. Menurut Yadnya,
mengemukakan bahwa Dinamika dan adaptasi budaya adalah proses belajar budaya sendiri
(yaitu, internalisasi, sosialisasi, enkulturasi), proses pengenalan budaya asing (akulturasi dan
asimilasi, dll), dan evolusi antropologis. dialami secara objektif. Proses difusi dan inovasi,
atau penemuan budaya baru.

Secara historis, budaya Melayu telah menunjukkan dirinya sebagai "buah" pertemuan
antara orang Melayu dengan budaya lain yang datang ke wilayah Melayu. Sebelum
kedatangan budaya asing, masyarakat Melayu menganut sistem kepercayaan dan dinamisme
animisme, sistem pertanian yang memungkinkan mereka membuat alat-alat logam.
Kemudian terciptalah kebudayaan Melayu terpelajar dengan munculnya kebudayaan-
kebudayaan besar dunia, yang terdiri dari empat tahap: kebudayaan India, kebudayaan Cina,
1
Hertina, Konsep Toleransi Dalam Budaya Melayu, Dalam Jurnal: Budaya, Vol. 6, No. 5, 2019, h 1

1
kebudayaan Arab (Timur Tengah), dan kebudayaan Barat. Pertemuan budaya ini bisa
berlangsung damai dan tegang.2

Budaya Melayu memiliki ciri khusus tersendiri, diantaranya adalah tentang


kepercayaan dan agama. Suku Melayu merupakan suku yang memilih agama Islam sebagai
kepercayaan yang dianutnya. Islam di alam Melayu telah hadir sejak abad ke 13 M.
Kedatangan Islam pada saat itu telah mendatangkan perubahan yang sangat dinamis dalam
kehidupan orang Melayu. Perubahan tersebut meliputi adat istiadat, kesenian, bahasa,
intelektual, sastra, kepercayaan dan politik serta beberapa aspek kehidupan lainnya. Ciri-
cirinya lainnya misalnya panggilan dalam keluarga, bahasa Melayu, adat istiadat, dan
kesenian Melayu.3

Bangsa Indonesia sejatinya memiliki nilai-nilai karakter yang tercermin dari tradisi
dan adat istiadat yang dimiliki oleh masyarakatnya. Nilai-nilai karakter inilah yang menjadi
landasan moral dan menjadi pedoman hidup bagi masyarakat setempat. Nilai-nilai kehidupan
inilah yang selanjutnya berkembang di dalam masyarakat dan dikenal sebagai sebuah
kearifan lokal. Budaya Melayu merupakan sebuah Budaya yang sangat menjunjung tinggi
nilai kesopansantunan, yang menjadi salah satu asas jati diri kemelayuan yang terpuji.

Di dalam pergaulan sehari-hari sopan santun menjadi salah satu tolak ukur untuk
menilai seseorang. Pentingnya kesopansantunan di dalam kehidupan orang-orang Melayu,
menyebabkan mereka berusaha sepenuh daya dan upaya untuk menjadikan dirinya orang
yang berbudi pekerti terpuji, berakhlak mulia dengan landasan iman dan takwa. Berpegang
kepada asas hidup dan menjunjung tinggi kesantunan menyebabkan orang Melayu ternama
bukan hanya karena kekayaan alamnya yang melimpah, tetapi dikenal dan dihormati karena
kesopan santunan, keterbukaan dan keramah-tamahannya.

Itulah sebabnya nilai-nilai kesantunan diajarkan sejak dini, ditanamkan ke dalam hati
anak-anak mereka agar besarnya menjadi orang, yaitu menjadi orang yang santun, berbudi
luhur, berakhlak mulia, elok lahirnya dan baik batinnya. Di dalam kehidupan, manusia tidak
dapat melepaskan dirinya dari kehidupan berumah tangga, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Kehidupan itu memerlukan pergaulan, baik dalam ruang lingkup terbatas maupun
terbuka dan luas.
2
Cindy Septiani, Evolusi Kebudayaan Melayu Di Era Modern, Dalam Jurnal: The Ushuluddin
International Student Conference, Vol. 1, No. 1 (Februari, 2023), h 613
3
Abd. Hafid, Pendidikan Budaya Melayu Pada Masyarakat Plural Di Kota Batam, Dalam Jurnal:
Pendidikan Islam Arriyadhah Vol. Xvii No.2 Juli – Desember 2020, h 65

2
Karenanya, budaya Melayu memberikan tunjuk ajar tentang pergaulan itu, terutama
dalam pergaulan bermasyarakat yang melibatkan banyak orang, suku dan bangsa. Orang tua-
tua Melayu dengan segala kearifan dan kebijaksanaan nya, telah berhasil menghimpun,
menapis, mengayak dan membakukan nilai-nilai luhur yang mereka miliki, terutama dari
sumber utamanya, yakni ajaran Islam.

Nilai-nilai ini yang diungkapkan dengan nilai-nilai budaya mereka yang Islami,
dituangkan ke dalam bentuk tunjuk ajar, yang kemudian diwariskan secara turun temurun.
Dengan nilai-nilai inilah mereka mampu mewujudkan kedamaian dan kesejahteraan dan
kehidupan berumah tangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.4

B. Rumusan masalah
1. Jelaskan Pengertian Nilai Nilai Yang Terkandung Kesopanan Budaya Melayu?
2. Jelaskan keislaman Dan Tenggang Rasa Budaya Melayu?

C. Tujuan Makalah
1. Menjelaskan Pengertian Nilai Nilai Yang Terkandung Kesopanan Budaya Melayu.
2. Untuk mengetahui keislaman Dan Tenggang Rasa Budaya Melayu.

BAB II

PEMBAHASAN

4
Marlina, Nilai Kearifan Lokal Dalam Tunjuk Ajar Melayu Karya Tenas Effendi, Dalam Jurnal: diksi
Volume 28, Nomor 2, September 2020, h 200

3
A. Pengertian Nilai Nilai Yang Terkandung Kesopanan Budaya Melayu
Bentuk ideal budaya yang paling abstrak adalah nilai, dan nilai intrinsik seseorang
tertentu terkait dengan budaya kehidupan. Nilai tidak bisa dilihat, tapi bisa dirasakan. Nilai
adalah pedoman tertinggi pribadi manusia untuk memelihara tatanan sosial yang tercipta,
karena kendali sosial dapat mengatur dan mengendalikan perbuatan manusia serta
memberikan arahan untuk itu.
Pada hakikatnya, budaya adalah proyek dari anggota masyarakat yang mendukung
budaya tersebut untuk menciptakan, mengatur dan melaksanakan perilaku, perilaku tersebut
mendapatkan persetujuan bersama dari warga kelompok masyarakat, dan mengulangi kondisi
sosial yang mereka hadapi, untuk kemudian menjadi semacam Modus kepatuhan. dari
kondisi tertentu.
Aliran pemikiran dan perilaku. Bagi anggota masyarakat yang mendukung budaya
tertentu, semakin lama seseorang bertahan dalam budaya tersebut, semakin sulit
meninggalkan perilaku yang sudah menjadi tradisi kehidupan. Internalisasi nilai-nilai dalam
tradisi masyarakat merupakan hal yang penting karena pada sebuah kebudayaan tentunya
terdapat Norma dan sistem hukum yang ada dalam budaya tersebut. Kalidjernih menyatakan
bahwa “Internalisasi merupakan suatu proses dimana individu belajar dan diterima menjadi
bagian, dan sekaligus mengikat diri ke dalam nilai-nilai norma sosial dari perilaku suatu
masyarakat”.
Nilai-nilai asas persebatian Melayu dapat dijadikan sebagai perekat persatuan dan
kesatuan bangsa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Beberapa nilai-
nilai asas jati diri Melayu yang dapat dijadikan sebagai perekat persatuan dan kesatuan
bangsa antara lain kejujuran, rukun dan damai, aman dan sejahtera, saling hormat-
menghormati, tolong-menolong, dan bertimbang rasa. Selain itu, pelatihan luar sekolah juga
dapat memberikan manfaat dalam pengembangan pribadi dan karir seseorang. Beberapa
contoh pelatihan luar sekolah yang dapat diikuti antara lain pelatihan kerja seperti kursus
komputer, pelatihan keahlian khusus, atau pelatihan kewirausahaan.
Dalam pelatihan kerja, peserta pelatihan dapat memiliki kompetensi yang terlatih
sehingga mampu bekerja secara profesional kelak di sebuah pekerjaan. Oleh karena itu,
pendidikan luar sekolah dapat membantu seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman,
pengalaman praktis, dan keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Sistem nilai yang dianut yang terkandung dalam budaya melayu kesopanan dapat
diterima secara konvensional oleh masyarakat, memberikan pegangan bagi tiap anggota
4
untuk mengendalikan pribadinya,sehingga kehidupan bermasyarakat dapat berlangsung
dalam suasana saling membatasi diri agar tidak ada warga lain dalam masyarakat itu yang
dirugikan. Begitulah masyarakat Melayu . tentu juga mempunyai sistem nilai yang dianutnya.
sebagian dari sistem nilai itu berakar dari kesejarahan mereka sebagai satu suku bangsa, dan
sebagian lagi berasal dari penyerapan mereka terhadap nilai-nilai yang datang dari luar.
Mereka terima karena ternyata nilai-nilai itu serasi dengan sifat-sifat dan kondisi
kehidupan mereka. Memperhatikan masyarakat pedesaan, dengan suatu pandangan yang
menyeluruh terhadap segala segi kehidupan mereka adalah suatu pengamatan yang sulit
dilakukan dan memerlukan waktu yang lama untuk menyimaknya. Masyarakat di daerah ini
mempunyai keragaman dalam adat dan tradisi, berdasarkan kepada kesejarahan mereka dari
masa yang silam.5 Nilai-nilai kesopanan budaya Melayu merupakan seperangkat aturan yang
mengatur tata cara berperilaku dan berinteraksi dengan lingkungan masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari. Beberapa nilai-nilai yang terkandung dalam kesopanan budaya
Melayu antara lain:
a) Menghargai orang lain,
b) Menjaga sikap hormat,
c) Berbicara dengan bahasa yang sopan,
d) Menjaga jarak fisik yang sesuai,
e) Menghargai orang yang sedang berbicara,
f) Menyapa orang lain dengan sopan,
g) Mengenakan pakaian yang sesuai dengan acara atau situasi, serta
h) Menghormati norma-norma pakaian yang berlaku dalam masyarakat.6
Selain itu, nilai-nilai budaya Melayu juga terkandung dalam sastra lisan masyarakat.
Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam Gurindam Dua Belas karangan Raja Ali Haji
meliputi nilai karakter, yang meliputi 18 nilai karakter seperti kejujuran, rukun dan damai,
aman dan sejahtera, saling hormat-menghormati, tolong-menolong, dan bertimbang rasa.
Dongeng-dongeng Melayu juga mengandung nilai-nilai budaya seperti tanggung jawab, yaitu
sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya
dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara
dan Tuhan Yang Maha Esa. Nilai-nilai budaya Melayu yang terkandung dalam sastra lisan

5
Husni Thamrin, Antropologi Melayu, Penerbit:Kalimedia, Cetakan, I 2018, h 26
6
Arjuna Triwirandi, Agus Sastrawan Noor, Dkk, Internalisasi Nilai-Nilai Tradisi Pantang Larang
Dalam Budaya Melayu Pada Siswa Ma Rahmatan Lil’alamin Wajok Hilir Kabupaten Mempawah, Program
Studi Pendidikan Sejarah FKIP Untan, h 3

5
masyarakat Kota Tanjungpinang meliputi nilai religius, disiplin, kerja keras, cinta, dan
kebersamaan.

Keragaman dalam budaya yang berpangkal kepada caban-cabang kerajaan Melayu di


daerah ini mempunyai implikasi pula terhadap sistem nilai yang dianut dalam tiap
perkampungan. Akan tetapi meskipun demikian keragaman budaya itu masih dalam batas
keragaman sistem nilai. Keragaman itu tidak sampai kepada titik perbedaan yang hitam-
putih. Keragaman itu hanya dalam hal penekanan terhadap suatu sistem nilai; bukan dalam
hal perbedaan nilai itu sendiri.
Meskipun tampak adanya perbedaan dalam penekanan terhadap sistem nilai yang
berlaku dalam masyarakat pada beberapa daerah pedesaan Nusantara namun keragaman itu
memperlihatkan dengan jelas satu benang merah sebagai suatu identitas dalam penerimaan
sistem nilai agama Islam Sebagai nilai yang paling utama. Nilai-nilai agama Islam dipandang
sebagai barometer terhadap nilai-nilai yang lain seperti adat dan tradisi. Nilai-nilai agama itu
berfungsi sebagai penyaring nilai-nilai yang lain dalam kehidupan di perkampungan suku
Melayu sehingga nilai-nilai agama dapat dipandang berada di atas nilai nilai yang lain.
Nilai yang lain diperkaya nilai-nilai agama atau merupakan pelengkap bagi nilai-nilai
yang tidak dieksplisitkan oleh Islam. sistem nilai dalam masyarakat pedesaan. Ada tiga
sistem nilai yang hidup dalam arti dipelihara oleh masyarakat, dihayati dan diindahkan dalam
kehidupan bermasyarakat di daerah ini. Pertama sistem nilai yang diberikan oleh agama
Islam.
Perangkat nilai ini merupakan sistem nilai yang amat dipandang mulia oleh
masyarakat. Nilai-nilai yang diberikan ajaran Islam merupakan nilai yang tinggi kualitasnya.
Setiap pribadi atau insan sewajarnya menyadari nilai yang agung itu, sehingga dengan rela
hati akan mengikuti dan mematuhinya.Orang yang berbuat demikian dipandang sebagai
manusia yang tinggi martabat pribadinya, dan dipandang sebagai suri teladan untuk menuju
jalan hidup yang mulia.
Karena sistem nilai ajaran Islam diakui sebagai nilai-nilai yang paling asasi
bersumber dari kebenaran yang mutlak dari Tuhan Yang Maha Esa maka sistem nilai ini
memberikan sanksi yang sifatnya juga supernatural, tidak dapat dilihat dengan nyata dalam
realitas kehidupan manusia. Kekuatan sistem nilai ini akan terasa dari dalam diri manusia itu
sendiri, sejauh mana dia dapat menyadari, memahami dan merenungkannya. Sistemnya
berjalan bukan pertama-tama oleh tindakan suatu lembaga atau badan tertentu, tetapi lebih
banyak ditentukan oleh faktor pribadi seseorang.

6
Nilainya hadir bukan dengan suatu perintah yang memaksa, tapi meminta kesadaran
dan kerelaan atas kebenaran itu semata. Jadi sistem nilai agama merupakan serangkaian nilai
yang dipandang paling ideal sumber segala nilai namun sifatnya yang demikian sistem nilai
ini tidak selalu dijabarkan begitu praktis dalam kehidupan yang nyata. Sebagai sumber, dia
adalah bagaikan konsep. Itu berarti dapat dituangkan ke dalam berbagai kemungkinan.
Sistem nilai agama sering dipandang sebagai sistem nilai yang vertikal saja. Hanya hubungan
manusia dengan Tuhan, hubungan antara yang diciptakan dengan sang pencipta, hubungan
makhluk dengan khalik. pandangan serupa itu hendaklah direvisi dalam Agama Islam.7
B. keislaman Dan Tenggang Rasa Budaya Melayu
Penulisan bahasa dan sastra Melayu, dan khususnya Melayu Riau yaitu Raja Ali Haji
telah berucap dalam karya terkenalnya Gurindam XII pasal ke lima bahwa : jika hendak
mengenal orang yang berbangsa, lihat kepada budi dan bahasa". Singkatnya budi bahasa
menunjukkan bangsa. Pada sisi lain bahwa kebudayaan pada intinya berakar pada sistem
nilai-nilai yang dianut dan diyakini oleh masyarakatnya terutama Islam”. Tenggang rasa
dalam kehidupan orang melayu disebut sifat “tenggang menenggang” atau “rasa merasa”.

Sifat ini menduduki posisi penting dalam kehidupan melayu, orang yang bertenggang
rasa dianggap orang yang budiman, baik hati, tahu diri dan tahu memegang adat dan agama,
sebaliknya orang yang tidak bertenggang rasa dianggap orang yang tidak berperasaan, tak
tahu diri dan disebut dengan nafsu nafsi, orang yang mementingkan diri sendiri. Orang
seperti ini akan dilecehkan dalam masyarakatnya dan direndahkan dalam pergaulan.

Dengan sikap tenggang rasa orang melayu bersifat terbuka, suka berbuat baik kepada
orang tanpa memandang asal usul atau suku bangsa dan agamanya, suka mengorbankan
harta, tenaga dan pikirannya untuk menolong orang dan menjaga perasaan orang lain, tidak
mau berbuat semena-mena, berpikiran panjang dan luas pandangan, peka terhadap orang lain.
Pancaran sikap tenggang rasa ini secara jelas kelihatan dalam kehidupan orang melayu,
menurut adat dan tradisinya orang melayu suka mengalah dan menjaga ketertiban
masyarakat, dengan tenggang rasa tidak akan terjadi perselisihan dan silang sengketa antara
anggota masyarakat, dengan tenggang rasa tidak akan ada persinggungan apalagi pergaduhan,
dalam ungkapan “kalau hidup bertenggang rasa, pahit manis sama dirasa, kalau hidup rasa
merasa, jauhlah segala silang sengketa”.

7
Ibid., Husni Thamrin, h 27-28

7
Dalam ungkapan lain “kalau hidup bertenggang rasa, senang dan susah sama dirasa”,
ungkapan ini menunjukan pandangan orang melayu menjunjung tinggi kebersamaan,
menjauhkan kesenjangan sosial, pemerataan pendapatan dan peningkatan persatuan dan
kesatuan masyarakatnya. Dengan terlalu tenggang rasanya orang melayu terkadang hingga
merugikan diri sendiri.

Orang melayu selalu kalah dalam persaingan dengan tujuan tidak merugikan orang
lain, senada dengan ungkapan “biarlah orang lain tidak manenggang perasaan kita asalkan
kita tetap menenggang perasaan orang lain”.Terlalu kakunya rasa menenggang ini sampai
orang melayu kehilangan hutan, tanah dan miliknya yang lain. Berikut ungkapan melayu
terkait dengan tenggang rasa yang disajikan oleh Tenas Effendy dalam bukunya kegotong
royongan dan tenggang rasa;

1) Jauh jenguk menjenguk, Dekat jelang menjelang.


2) Mendapat sama berlaba, Hilang sama merugi.
3) Lebih bagi membagi, Kurang isi mengisi.
4) Makan jangan menghabiskan, minum jangan mengeringkan.
5) Lapang dada hilang sengketa, lapang hati hilangkan iri.
6) Berkuku jangan mencakar, bertaring jangan mengerkah, berduit jangan menghina.
7) Telunjuk jangan bengkok, kelingking jangan berkait, lidah jangan menyalah,
perangai jalan merempai, kawan jangan dimakan, saudara jangan didera.
8) Wahai saudara elokkan laku, sesama umat bantu membantu, jauhkan musuh elakkan
seteru, dengki mendengki hendaklah malu.
9) Wahai saudara dengarlah pesan, sesama makhluk berba.8
Kesopanan dan tenggang rasa merupakan nilai-nilai yang sangat dijunjung tinggi
dalam budaya Melayu. nilai ini mengatur tata cara berperilaku dan berinteraksi dengan
lingkungan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, keislaman juga merupakan
nilai yang sangat penting dalam budaya Melayu. Melayu adalah satu kaum yang beragama
Islam, berbahasa Melayu dan mengamalkan budaya Melayu. Kedua nilai ini saling
melengkapi dan memperkuat jati diri masyarakat Melayu.

Dalam budaya Melayu, keislaman dan kesopanan menjadi perekat persatuan dan
kesatuan bangsa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu,
nilai-nilai ini harus dijaga dan dilestarikan agar tetap menjadi ciri khas budaya Melayu yang

8
Hertina, Konsep Toleransi Dalam Budaya Melayu, h 4-5

8
terpuji. Upaya untuk memperkuat nilai-nilai budaya Melayu dapat dilakukan melalui
berbagai cara, seperti peningkatan dana untuk bidang seni dan kesusastraan. Dengan
memperkuat nilai-nilai budaya Melayu, diharapkan masyarakat dapat hidup bersatu dalam
suasana penuh harmoni, tanpa terhalang oleh perbedaan agama, budaya, atau rasa.9

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

9
Amat Budiman, Menghulu Berbudaya Melayu, Menghilir Riau Berintegritas: Nilai Anti Korupsi Pada
Mata Diklat Anti Korupsi Bpsdm Provinsi, Dalam Jurnal: Pigur, Volume 01, Nomor 01, Maret 2018, h 74

9
Sistem nilai yang dianut yang terkandung dalam budaya melayu kesopanan dapat
diterima secara konvensional oleh masyarakat, memberikan pegangan bagi tiap anggota
untuk mengendalikan pribadinya,sehingga kehidupan bermasyarakat dapat berlangsung
dalam suasana saling membatasi diri agar tidak ada warga lain dalam masyarakat itu yang
dirugikan. Begitulah masyarakat Melayu . tentu juga mempunyai sistem nilai yang dianutnya.
sebagian dari sistem nilai itu berakar dari kesejarahan mereka sebagai satu suku bangsa, dan
sebagian lagi berasal dari penyerapan mereka terhadap nilai-nilai yang datang dari luar.
Kesopanan dan tenggang rasa merupakan nilai-nilai yang sangat dijunjung tinggi
dalam budaya Melayu. nilai ini mengatur tata cara berperilaku dan berinteraksi dengan
lingkungan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, keislaman juga merupakan
nilai yang sangat penting dalam budaya Melayu. Melayu adalah satu kaum yang beragama
Islam, berbahasa Melayu dan mengamalkan budaya Melayu. Kedua nilai ini saling
melengkapi dan memperkuat jati diri masyarakat Melayu.

B. saran

Demikian makalah ini kami buat, semoga bermenfaat bagi pembaca. Kerena makalah
ini masih banyak kekurangan baik dalam bentuk bahasa maupun penulisan, penulis
mengharapakan kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

10
Hertina, Konsep Toleransi Dalam Budaya Melayu, Dalam Jurnal: Budaya, Vol. 6, No. 5,
2019.

Cindy Septiani, Evolusi Kebudayaan Melayu Di Era Modern, Dalam Jurnal: The Ushuluddin
International Student Conference, Vol. 1, No. 1 (Februari, 2023).

Abd. Hafid, Pendidikan Budaya Melayu Pada Masyarakat Plural Di Kota Batam, Dalam
Jurnal: Pendidikan Islam Arriyadhah Vol. Xvii No.2 Juli – Desember 2020.

Marlina, Nilai Kearifan Lokal Dalam Tunjuk Ajar Melayu Karya Tenas Effendi, Dalam
Jurnal: diksi Volume 28, Nomor 2, September 2020.

Husni Thamrin, Antropologi Melayu, Penerbit:Kalimedia, Cetakan, I 2018.

Arjuna Triwirandi, Agus Sastrawan Noor, Dkk, Internalisasi Nilai-Nilai Tradisi Pantang
Larang Dalam Budaya Melayu Pada Siswa Ma Rahmatan Lil’alamin Wajok
Hilir Kabupaten Mempawah, Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Untan.

Amat Budiman, Menghulu Berbudaya Melayu, Menghilir Riau Berintegritas: Nilai Anti
Korupsi Pada Mata Diklat Anti Korupsi Bpsdm Provinsi, Dalam Jurnal: Pigur,
Volume 01, Nomor 01, Maret 2018.

11

Anda mungkin juga menyukai