Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

KONTRIBUSI BUDAYA LOKAL DALAM MEMPERKAYA KHAZANAH


ISLAM

Makalah Ini Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Hukum Perbankan Syariah
Dosen Pengampu : Syarif Hidayat S.Sos.,M.m

Erni Indriati : 202101011


Semester : 4 (Empat)

SEKOLAH TINGGI ILMU SYARIAH AL – AZIZIYAH


KOTA SABANG
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembacanya.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan
yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyesaikan
makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang
setimpal pada yang membenkan bantuan dan dapat menjadikan semua batan ini
sebagai Amin Yas Rabbal Alaman

Sabang, 2 Juli 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................2

DAFTAR ISI ............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................4

1. Latar Belakang ..............................................................................................4

1. Rumusan Masalah .........................................................................................6

2. Tujuan Penulisan ...........................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................7

1. Pandangan Islam tentang Budaya Lokal .......................................................7

1. Kontribusi Budaya Lokal dalam Memperkaya Khazanah Islam. ................18

BAB III PENUTUP ...............................................................................................33

1. KESIMPULAN ...........................................................................................33

2. KRITIK dan SARAN ..................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................35

3
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan di


duniasebagai Khalifah. Manusia lahir, hidup dan berkembang di
dunia,sehingga disebut juga makhluk duniawi. Sebagai makhluk
duniawisudah barang tentu bergulat dan bergumul dengan dunia,
terhadap segala segi, masalah dan tantangannya, dengan
menggunakan budidan dayanya serta menggunakan segala
kemampuannya baik yangbersifat cipta, rasa, maupun karsa. Hal ini
menunjukkan bahwahubungan manusia dengan dunia tidaklah selalu
diwujudkan dalamsikap pasif, pasrah, dan menyesuaikan diri dengan
tuntutanlingkungannya.Tetapi justru harus diwujudkan dalam sikap
aktif,memanfaatkan lingkungannya untuk kepentingan hidup dan
kehidupannya. Dari hubungan yang bersifat aktif itu tumbulah
kebudayaan.
Terkait dengan ruang lingkup kebudayaan sangat luas
mencakup segala aspek kehidupan (hidup ruhaniah) dan
penghidupan (hidup jasmaniah) manusia. Bertolak dari manusia,
khususnya jiwa,terkhusus lagi pikir dan rasa, Sidi
Gazalbamerumuskan kebudayaan dipandang dari aspek ruhaniah,
yang menjadi hakikat manusia adalah“cara berpikir dan merasa,
menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan sekelompok manusia
yang membentuk masyarakat, dalamsuatu ruang dan suatu waktu”.
Dalam rangka memberi petunjuk bagaimana manusia
hidupberbudi daya, maka lahirlah aturan-aturan (norma) yang
mengaturkehidupan manusia. Norma-norma kehidupan tersebut
umumnya termaktub dalam ajaran agama. Sehingga agama adalah
merupakan unsur yang tak terpisahkan dari kehidupan sosial-budaya
tahap awal manusia. Dengan kata lain bahwa agama adalah fitrah.

4
Berbicara tentang Islam dan Budaya tentu merupakan
pembahasan yang menarik, Dimana Islam adalah agama Rahmatan
lil’alaimin yang bersifat universal.Artinya,misi dan ajaran Islam
tidak hanya ditujukan kepada satu kelompok atau Negara
melainkan seluruh umat manusia,bahkan jagat raya. Dan dalam
kehadirannya di muka bumi ini, Islam berbaur dengan budaya
lokal,sehingga antara Islam dan budaya lokal pada suatu masyarakat
tidak bisa dipisahkan,melainkan keduanya merupakan bagian yang
saling mendukung.
Islam sebagai agama yang diturunkan oleh Allah SWT
untuk semua umat manusia telah memainkan peranannya di dalam
mengisi kehidupan umat manusia di muka bumi ini.Kehadiran Islam
di tengah-tengah masyarakat yang sudah memiliki budaya tersendiri
ternyata membuat Islam dengan budaya setempat mengalami
akulturasi, yang pada akhirnya tata pelaksanaan ajaran Islam sangat
beragam. Namun demikian Al-Quran dan As-Sunnah sebagai
sumber hukum Islam tetap menjadi ujung tombak di dalam suatu
masyarakat muslim, sehingga Islam begitu identik dengan
keberagaman.
Al-Quran sebagai wahyu Allah, dalam pandangan dan
keyakinan umat Islam adalah sumber kebenaran dan mutlak
benarnya.Meskipun demikian, kebenaran mutlak itu tidak akan
tampak mana kalaAl-Quran tidak berinteraksi dengan realitas sosial.
Ketika kebenaran mutlak itu disikapi oleh pemeluknya dengan latar
belakang cultural atau tingkat pengetahuan yang berbeda akan
muncul kebenaran-kebenaran parsial , sehingga kebenaran mutlak
tetap milik Allah SWT. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
ingin mencoba untuk membahas tentang bagaimana pandangan
Islam tentang budaya lokal dan bagaimana kontribusi budaya lokal
dalam memperkaya khazanahislam

5
1. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pandangan Islam tentang Budaya Lokal?


2. Bagaimana Kontribusi Budaya Lokal dalam Memperkaya
Kahzanah Islam?

2. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Bagaimana Pandangan Islam tentang Budaya


Lokal.
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Kontribusi Budaya
Lokal dalamMemperkaya Khazanah Islam.

6
BAB II

PEMBAHASAN
1. Pandangan Islam tentang Budaya Lokal

a. Sistem Nilai dan Sistem Simbol.


Agama (Islam) dan kebudayaan merupakan dua hal yang
tidak bisa dipisahkan, keduanya saling melengkapi satu sama
lain. Ketika berbicara tentang agama dan kebudayaan, bisa dilihat
lewat aplikasi fungsinya dalam wujud sistem budaya dan juga
dalam bentuk tradisi ritual atau upacara keagaman yang nyata-
nyata bisa mengandung nilai agama dan kebudayaan secara
bersamaan.Secara bahasa Islam berasal dari bahasa Arab yang di
ambil dari kata “salima” yang mempunyai arti “selamat”. Dari
kata “salima” tersebut maka terbentuk kata “asalama” yang
memiliki arti “menyerah, tunduk, patuh, dan taat”. Kata
“asalama” menjadi pokok kata Islam, mengandung segala arti
yang terkandung dalam arti pokoknya, sebab itu orang yang
melakukan “asalama” atau masuk Islam dinamakan muslim.
Maka Islam dipahami sebagai ajaran yang cinta damai.
Karenanya seorang yang menyatakan dirinya muslim adalah
harus damai dengan Allah dan dengan sesama manusia.
Islam adalah nama dari agama wahyu yang diturunkan
Allah SWT. Kepada Rasul-rasul-Nya untuk disampaikan kepada
manusia. Agama Islam berisi ajaran-ajaran Allahyang mengatur
hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, dan
manusiadengan dirinya sendiri. Islam dalam pengertian ini adalah
agama yang dibawa oleh para Rasul Allah, sejak nabi Adam
sampai Nabi Muhammad SAW. Islam yang diturunkan
kepadaNabi Muhammad adalah wahyu Allah terakhir untuk
manusia. Oleh karena itu, agamaini sudah sempurna dan
senantiasa sesuai dengan tingkat perkembangan manusia

7
sejakmasa diturunkannya, empat belas abad yang lalu hingga
akhir peradaban manusia.
Islam diturunkan sebagai pedoman agar manusia dapat
menentukan mana yangbaik dan mana yang buruk serta yang
hak dan yang batil. Sejak awal penciptaan manusia Allah SWT
telah menurunkan agama pada manusia, yang dibawa oleh
seorang rasulpada setiap masa tertentu dan untuk bangsa
tertentu. Hal itu terus berlangsung sampaidatang Muhammad
SAW., nabi dan rasul terakhir yang diutus membawa agama bagi
seluruhumat manusia dan berlaku untuk sepanjang zaman.

Di dalam Islam kita mengenal adanya konsep tauhid,


suatu konsep sentral yang berisi ajaran bahwa Tuhan adalah pusat
dari segala sesuatu, dan bahwa manusia harus mengabdikan diri
sepenuhnya kepada-Nya. Konsep tauhid ini mengandung
implikasi doktrinal lebih jauh bahwa tujuan kehidupan manusia
tak lain kecuali menyembah kepada-Nya. Doktrin ini bahwa
hidup harus dioerientasikan untuk pengabdian kepada Allah
inilah yang merupakan kunci dari seluruh ajaran Islam. Dengan
kata lain, di dalam Islam,konsep mengenai kehidupan adalah
konsep yang teosentris,yaitu bahwa seluruh kehidupan berpusat
kepada Tuhan. Sistem nilai tauhid mendasarkan diri pada
pandangan semacam ini.Tapi kemudian ternyata bahwa system
tauhid ini mempunyai arus balik kepada manusia. Dalam banyak
sekali ayat kita melihat bahwa iman, yaitu keyakinan religious
yang berakar pada pandangan teosentris, selalu dikaitkan dengan
amal ,yaitu perbuatan atau tindakan manusia;keduanya
merupakan suatu kesatuan yang tak terpisahkan. Ini berarti bahwa
iman harus selalu diaktualisasikan menjadi amal; bahwa konsep
tentang iman, tentang tauhid,harus diaktualisasikan menjadi aksi
kemanusiaan. Pusat dari perintah zakat misalnya adalah iman,
adalah keyakinan kepada Tuhan, tetapi tujuannya adalah untuk

8
kepentingan manusia sendiri. Humanisme – teosentris inilah yang
merupakan nilai inti (core-value) dari seluruh ajaran Islam.

Islam sebagai ajaran keagamaan yang lengkap, memberi


tempat pada dua jenis penghayatan keagamaan, pertama zhahiri
yaitu penghayatan kegamaan yang berorientaksi pada formalitas
fiqhiyah atau pada norma- norma dan aturan-aturan agama yang
ketat. Kedua bathini yaitu penghayatan keagamaan yang
berorientasi dan menitik beratkan pada inti keberagaman dan
tujuan beragama.Al-Quran (Q.S. 2:148) mengakui bahwa
masyarakat terdiri atas berbagai macam komunitas yang memiliki
orientasi kehidupan sendiri-sendiri. Dengan demikian wajar
apabila di dalam masyarakat memiliki berbagai macam
kebudayaan dan Islampun tidak melarang hal itu selama masih di
dalam batas koridor syariat Islam.

b. Kebudayaan.
Secara istilah Kamus Besar Indonesia, Budaya memiliki arti
pikiran; akal budi, adat istiadat, sesuatu mengenai kebudayaan
yang sudah berkembang (beradab, maju), sesuatu yang sudah
menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah.Sedangkan
Kebudayaandiartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan bathin
(akal budi) manusia sepertikepercayaan, kesenian, dan adat
istiadat, keseluruhan pengetahuan manusia sebagaimana makhluk
sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta
pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya.
Adapun kebudayaan yang mengiringi tumbuhnya dan
menyebarnya Islam keberbagai penjuru dunia. Dengan watak,
keadaan geografis dan tatanan sosial yang ada maka melahirkan
sejumlah definisi dari budaya atau kebudayaan itu sendiri

Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu budhhayah,

9
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi(budi atau akal)
diartikan sebagai hal- hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia.Dengan demikian ke- budaya-an dapat diartikan dengan
hal-hal yang bersangkutan dengan akal.Kebudayaan adalah hal-
hal yang merupakan hasil dari keseluruhan system gagasan,
tindakan, cipta, rasa dan karsa manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya yang semua itutersusun dalam kehidupan
masyarakat.

Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang


berasal dari kata latin colore, yaitu mengolah atau mengerjakan.
Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata
culture juga kadang diartikan sebagai “kulktur” dalam bahasa
Indonesia. Ada beberapa pendapat dari tokoh-tokoh dalam
mendefinisikan kebudayan. Berikut ini definisi-definisi
kebudayaan yang dikemukakan olehbeberapa ahli.
Budaya menurutEdward B.Tylor adalah keseluruhan
kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum dan kemampuan-kemampuan lainnya serta
kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Menurut M. Jacobs dan B.J Stern Kebudayaan mencakup
keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi sosial, ideology,
religi, dan kesenian serta benda, yang kesemuanya merupakan
warisan sosial.
Menurut Koentjaraningrat Kebudayaan adalah keseluruhan
sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar.
Kebudayaan adalah alat konseptual untuk melakukan
penafsiran dan analisis.
Jadi keberadaan kebudayaan sangatlah penting,karena menunjang

10
terhadap pembahasan eksitensi suatu masyrakat.Kebudayaan
sebagai suatu sistem budaya, aktivitas dan hasil karya fisik
manusia yang berada dalam suatu masyarakat dimana
kemunculannya itu diperoleh melalui proses belajar, baik itu
formal maupun informal.
Dengan melihat berbagai macam pendapat tentang definisi
budaya, penulis mengambil kesimpulan bahwa kebudayaan tidak
akan hadir dengan sendirinya melainkan ada karena adanya
manusia dalam komunitas sosial sehingga antar manusia,
masyarakat, kebudyaan akan saling mendukung.Manusia
menciptakan kebudayaan sebagai usaha untuk mempertahankan
hidupnya dimuka bumi ini ,karena dengan kebudayaan manusia
akan mampu melaksanakan tugasnya dimuka bumi ini sebagai
khalifah .
Kebudayaan setiap masyarakat atau suku bangsa terdiri atas
unsur- unsur besar maupun unsur-unsur kecil yang merupakan
bagian-bagian dari suatu kebulatan yang bersifat sebagai
kesatuan. Ada beberapa unsur yang terdapat dalam kebudayaan,
dimana kita sebut sebagai cultural universal, yang meliputi:
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian ,
perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat
produksi, alat-alat transportasi, dsb)
2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem
ekonomi(pertanian
,perternakan, system produksi, system distribusi, dsb)
3. Bahasa (lisan maupun tertulis)
4. Kesenian (seni rupa, seni gerak, seni suara, dsb)
5. Sistem pengetahuan
6. Religi(kepercayaan).
Budaya juga dibedakan menjadi dua, yaitu budaya kecil dan
budaya besar. Budaya kecil atau disebut juga budaya lokal adalah

11
budaya yang berada pada suatu masyarakat yang lingkupnya kecil
sedangkan budaya besar adalah budaya yang dianut oleh banyak
orang dalam dengan skala kepenganutannya luas. Budaya lokal
yang ada pada suatu masyarakat merupakan budaya yang sudah
dibangun sejak adanya umat manusia di muka bumi ini atau
dengan kata lain , keberadaan budaya lokal sebagai bentuk
keberhasilan umat manusia dalam mempertahankan hidupnya
,karena bagaimanapun juga budaya lokal itu ada secara turun
temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya.

c. Hubungan antara Islam dan Budaya.

Manusia menganggap bahwa agama identik dengan


seperangkat simbol kebudayaan dan gagasan yang memusatkan
perhatian dan memberikan makna pada kehidupan manusia dan
alam yang tidak diketahui. Simbol kebudayaan tersebut
menggambarkan visi dan tujuan akhir dari dunia alamiah dan
manusiawi serta mengajarkan pada masyarakat tentang sistem
kepercayaan terhadap wujud tertinggi. Manusia adalah makhluk
sosio-budaya yang memperoleh perilakunya lewat belajar. Apa
yang dipelajari pada umumnya dipengaruhi oleh kekuatan sosial
dan budaya.Dalam kenyataan sosial disebutkan bahwa manusia
tidak dapat dikatakan berinteraksi sosial kalau tidak
berkomunikasi. Demikianpula dapat dikatakan bahwa interaksi
antarbudaya yang efektif sangat tergantung dari komunikasi
antarbudaya. Konsep ini sekaligus menerangkan bahwa tujuan
komunikasi antarbudaya akan tercapai komunikasi yang sukses,
bila bentuk-bentuk hubungan antar budaya menggambarkan
upaya yang sadar dari peserta komunikasi untuk memperbaharui
relasi antara komunikator dengan komunikasi.
Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa

12
danrasa, dan kebudayaan adalah hasil dari cipta karsa dan rasa
tersebut.Budaya yang teraktualisasi dalam wujud adat mulai
dipahami sebagai fenomena alam yang kehadirannya secara
umum memberi kontribusi terhadap perilakumanusia, hingga
yang berkenaan dengan cara melakukan sesuatu, seperti
menjalankan kewajiban agama dan perilaku sosial. Beberapa
bentuk adat merupakan kreasi asli daerah, sedangkan yang lain
mungkin berasal dari luar.Sebagian bersifat ritual, dan sebagian
lain seremonial. Dari sudut pandang agama, ada adat yang baik
(‘urf sahih) dan ada adat yang jelek (‘urf fasid); sebagian sesuai
dengan syariat dan dinyatakan dalam kaidah fikih, sebagian lagi
sesuai dengan semangat tata susila menurut Islam.
Oleh karena itu, dalam suatu perayaanreligius, paling tidak
ada tiga elemen yang terkombinasi bersamaan: perayaan itu
termasuk adat karena dilaksanakan secara teratur; juga bersifat
ibadahkarena seluruh yang hadir memanfaatkannya untuk
mengungkapkan identitas kemuslimannya; dan juga pemuliaan
pemikiran tentang umatdi mana ikatan sosial internal di dalam
komunitas pemeluk lebih diperkuat lagi. Islam adalah sebuah
tatanan kehidupan yang sangat sempurna dan lengkap karena
didalam islam itu sendiri mengatur segala macam aturan mulai
dari hal-hal yang kecil sampai hal-hal yang besar, mulai aturan
kehidupan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat serta
lingkungan. Islam sudah kita yakini adalah agama yang sempurna
akan tetapi dalam kesempurnaannya dan dalam implentasi
kehidupan sehari-hari masih membutuhkan penafsiran-penafsiran
danpenakwilan dalam kaidah-kaidah tertentu.
Islam sejak kehadirannya dimuka bumi ini, telah
memainkan peranannya sebagai salah satu agama yang menjadi
rahmat bagi semesta alam. Ini tentunya membawa Islam sebagai
bentuk ajaran agama yang mampu mengayomi keberagaman

13
umat manusia dimuka bumi ini.Islam sebagai agama universal
sangat menghargaikan budaya yang ada pada tengah-tengah
masyarakat, sehingga kehadiran Islam ditengah-tengah
masyarakat tidak bertentangan, melainkan Islam dekat dengan
kehidupan masyarakatnya.
Disinilah sebenarnya, bagaimana Islam
mampumembuktikan dirinya sebagai ajaran yangflexsibel
didalam memahami kondisi kehidupan suatu masyarakat.Hal ini
pun terjadi di Indonesia, dimana Islam yang ada di Indonesia
merupakan hasil dari proses dakwah yang dilaksanakan secara
cultural,sehinggaIslam di Indonesia, mampu berkembang dan
menyebar serta banyak dianut oleh mayoritas masyarakat
Indonesia dalam waktu yang cukup singkat. Karena kehadiran
Islam di Indonesia yang pada saat itu budaya local sudah dianut
masyarakat Indonesia mampu masuk secara halus tanpa
kekerasan, hal ini berkat dari ajaran Islam yang sangat
menghargai akan pluralitas suatu masyarakat.Banyak kajian
sejarah dan kajian kebudayaan yangmengungkap betapa besar
peran Islam dalam perkembangan kebudayaan bangsa Indonesia.
Hal ini dapat dipahami, karena Islam merupakan agama bagi
mayoritas penduduk Indonesia. Bahkan dalam perkembangan
budaya daerah terlihat betapa nilai-nilai budaya Islam telah
menyatu dengan nilai-nilai budaya di sebagian daerah di tanah air,
baik dalam wujud seni budaya, tradisi, maupun peninggalan fisik.
Sementara itu dalam pengembanganbudaya nasional, peran Islam
dalam terbentuknya wawasan persatuan dan kesatuan bangsa
telah dibuktikandalam sejarah. Islam dapat menjadi penghubung
bagi berbagai kebudayaan daerah yang sebagian besar
masyarakatnya adalah Muslim.
Secara sosiologis,Islam adalah sebuah fenomena sosio-
kultural. Di dalam dinamika ruang dan waktu, Islam yang semula

14
berfungsi sebagai subyek pada tingkat kehidupan nyata berlaku
sebagai obyek dan sekaligus berlaku baginya berbagai hukum
sosial. Eksitensi Islam antara lainsangat dipengaruhi oleh
lingkungan sosial dimana ia tumbuh dan berkembang. Islam
sebagai agama memang banyak memberikan norma-norma aturan
tentang kehidupan dibandingkan dengan agama-agama lain yang
datang sebelumnya. Membicarakan Islam lebih khusus lagi
tentang warna , corak, dan karakter Islam di dalam dinamika
ruang dan waktu tertentu pada hakekatnya adalah berbicara
tentang bagaimana Islam direproduksi oleh lingkungan sosialnya.
Dari penjelasan di atas dapat diambil pemahaman
bahwasanya Islam sama sekali tidak menolak tradisi atau budaya
yang berkembang ditengah- tengah masyarakat. Dalam penetapan
hukum Islam dikenal salah satu cara melakukan ijtihad yang
disebut ‘urf, yakni penetapan hukum dengan berdasarkan pada
tradisi yang berkembang dalam masyarakat. Dengan cara ini
berarti tradisi atau budaya dapat dijadikan dasar penetapan
hukum Islam dengan syarat tidak bertentangan dengan ajaran
Islam yang tertuang dalam Al-Quran dan Hadist Nabi SAW.
Agama dan kebudayaan dapat saling mempengaruhi sebab
keduanya adalah nilai dan symbol. Agama adalah symbol
ketaatan kepada Tuhan. Demikian pula kebudayaan ,agar manusia
dapat hidup dilingkunganya. Jadi kebudayaan agama adalah
symbol yang mewakili nilai agama.
Dengan demikian dapat dipahami agama memerlukan
sistem symbol dengan kata lain agama memerlukan kebudayaan
agama. Tetapi keduanya perlu dibedakan. Agama adalah sesuatu
yang final, universal, abadi, dan tidak mengenal perubahan
perubahan (absolut)ssedangkan kebudayaan bersifat particular ,
relative, dan temporer. Agama tanpa kebudayaan memang dapat
berkembang secara pribadi, tetapi tanpa kebudayaan agama

15
sebagai kolektifitas tidak akan mendapatkan tempat. Sehingga
dialektika antara Islam dan kebudayaan lokal merupakan sebuah
keniscayaan. Islam memberikan warna dan spirit pada budaya
lokal, sedangkan kebudayaan lokal memberikan kekayaan
terhadap agama Islam. Hal inilah yang terjadi dalam dinamika
keIslaman yang terjadi di Indonesia khususnya Jawa dengan
tradisi dan kekayaan budayanya.
Sebagai sistem yang menata kehidupan manusia , Islam
bersikap terbuka terhadap budaya lokal. Al-Quran sendiri turun
dengan asbab al- nuzulnya yang tidak lepas dari kerangka budaya
arab. Menurut hemat penulis, sikap Islam terhadap budaya lokal
adalah menerima dan mengembangkan budaya yang sesuai
dengan prinsip-prinsip Islam dan berguna bagi pemuliaan
kehidupan umat manusia. Selanjutnya Islam menolak tradisi dan
unsur-mempengaruhi satu sama lain. Menurut Harun Nasution
jika agama mempengaruhi kebudyaan, maka unsur budaya
apabilabertentangan dengan prinsip-prinsip Islam.

Persentuhan Islam dengan budaya lokal tidak menafikan


adanya akulturasi timbal balik atau saling agama yang
mempengaruhi kebudayaan, maka agama yang dimaksud ialah
dalam arti ajaran-ajaran dasar yang diwahyukan Tuhan. Ajaran-
ajaran dasar itulah yang mempengaruhi kebudayaan umat yang
menganut agama bersangkutan. Sebaliknya, jika dikatakan
kebudayaan mempengaruhi agama ,maka agama yang dimaksud
adalah dalam arti ajaran-ajaran yang dihasilkan pemikiran
manusia tentang perincian dan pelaksanaan ajaran-ajaran dasar.
Dalam menentukan ajaran- ajaran yang bukan dasar ini manusia
dipengaruhi oleh kebudayaan sendiri.
Kontak antara budaya masyarakat yang diyakini sebagai
suatu bentuk kearifan lokal dengan ajaran dan nilai-nilai yang

16
dibawa oleh Islam tak jarang menghasilkan dinamika budaya
masyarakat setempat. Kemudian, yang terjadi ialah akulturasi dan
mungkin sinkretisasi budaya, seperti praktek meyakini iman di
dalam ajaran Islam akan tetapi masih mempercayai berbagai
keyakinan lokal. Secara spesifik, Islam memandang budaya lokal
yang ditemuinya dapat dipilah menjadi tiga: Menerima dan
mengembangkan budaya yang sesuai dengan prinsip-prinsip
Islam dan berguna bagi pemuliaan kehidupan umat manusia.

d. Pandangan Al-Quran Terhadap Masyarakat dan Kebudayaan.


Al-Quran sebagai sumber nilai ajaran Islam diturunkan
untuk mendorong manusia agar bersosialisasi kemudian
melahirkan suatu kebudayaan. Sebagai ajaran yang datang dari
Allah, Al-Quran tidak bertentangan dengan manusia, karena
Allah merupakan sumber ajaran dan pencipta manusia.
Al-Quran memandang masyarakat sebagai komunitas sosial
dan wahana aktualisasi amal saleh. Banyak ayat Al-Quran yang
membahas peranan manusia di tengah manusia lain menempatkan
nilai-nilai Al-Quran sebagai pedoman agama yang paling
manusiawi dibandingkan lainnya.
Adapun kebudayaan yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, serta
kebiasaan-kebiasaan yang dibuat oleh manusia sebagai anggota
masyrakat, dipandang sebagai realitas yang menjadi sasaran
ajaran Al-Quran (Islam). Peran agama Islam dalam kebudayaan
ini adalah memberikan nilai-nilai etis yang menjadi pedoman dan
ukurannya. Kebudayaan itu sendiri dalam kerangka Islam (Al-
Quran) diartikan sebagai proses pengembangan potensi
kemanusiaan.Yaitu mengembangkan fitrah, hati nurani,dan daya
untuk melahirkan kekuatan dan perekayasaan. Oleh karena itu,
apabila dari segi prosesnya, kebudayaan dalam Islam adalah

17
pendayagunaan segenap potensi kemanusiaan agar manusia dapat
mempertahankan dan mengembangkan akal budi manusiawi.
Sedangkan dari segi produknya, kebudayaan adalah segala
sesuatuyang dihasilkan oleh rekayasa manusia terhadap potensi
fitrah dan potensi alam dalam rangka meningkatkan hasil kerja
yang menggambarkan kualitas kemanusiaanya.

1. Kontribusi Budaya Lokal dalam Memperkaya Khazanah


Islam.

Islam di tengah-tengah masyarakat yang sudah memiliki


budaya tersendiri, ternyata membuat Islam dengan budaya setempat
mengalami akulturasi, yang pada akhirnya tata pelaksanaan ajaran
Islam sangat beragam.Namun demikian, Al-Qur’an dan As-Sunnah
sebagai sumber hukum Islam tetap menjadi ujung tombak di dalam
suatu masyarakat muslim, sehingga Islam begitu identik dengan
keberagaman.Al-Quran sebagai wahyu Allah,dalam pandangan dan
keyakinan umat Islam adalah sumber kebenaran dan mutlak
benarnya.
Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa Islam dan
kebudayaan merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Keduanya memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain, dan
didalam Islam sendiri tidak menolak adanya budaya asalkan budaya
tersebut tidak menyimpang dari ajaran Islam yang bersumber dari Al-
Quran dan Hadist.
Oleh karena itu, penulis ingin membahas bagaimana
kontribusi budaya dalam memperkaya khazanah Islam. Islam
merupakan ajaran yang diturunkan untuk manusia agar bersosialisasi
kemudian melahirkan suatu kebudayaan. Kebudayaan yang
mencakup pengetahuan, kesenian, moral, hukum, adat- istiadat, serta
kebiasaan-kebiasaan yang dibuat manusia sebagai anggota
masyarakat, dipandang sebagai realita yang menjadi sasaran ajaran

18
Islam. Peran agama Islam dalam kebudayaan ini adalah memberikan
nilai-nilai etis yang menjadi ukuran nilai.
Kebudayaan itu sendiri, dalam kerangka Islam, diartikan
sebagai proses pengembangan potensi kemanusiaan, yaitu
mengembangkan fitrah, hati nurani dan daya untuk melahirkan
kekuatan dan perekayasaan. Oleh karena itu, apabila dari segi
prosesnya, kebudayaan dalam Islam adalah pendayagunaan segenap
potensi kemanusiaan agar manusia mempertahankan dan
mengembangkan akal budi yang manusiawi. Adapun dari segi
produknya, kebudayaan adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh
rekayasa manusia terhadap potensi fitrah dan potensi alam dalam
rangka meningkatkan hasil kerja yang menggambarkan kualitas
kemanusiaannya. Kerangka pemikiran Islam ini, bersesuaian dengan
definisi kebudayaan pada umumnya, yang menjelaskan bahwa
kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia.
Sejarah Islam merupakan masa berkembangnya pemikiran
yang paling subur yangpaling pernah dilalui alam pikiran budaya
manusia. Ia melahirkan pemikiran di segalabidang pemikiran budaya
yang masa kini masih tetap hidup dan berkembang mempengaruhi
alam pikiran sikap dan perilaku umat Islam. Islam bukan hanya
pencipta perkembanganpolitik, ekonomi sosial yang luar biasa dalam
sejarah, tetapi juga pencipta alam pikirankeilmuan dan filsafat. Ia
melahirkan dan mengembangkan pemikiran keagamaan
yangberdasarkan wahyu, juga pemikiran yang berkaitan dengan
filsafat dan ilmu pengetahuankemanusiaan pada umumnya. Jadi
budaya Islam di samping mengembangkan pemikiranagama, juga
mengembangkan segala aspek pemikiran kemanusiaan yang
menghidupkandan memberikan fasilitas pada warisan sebelum Islam.
a. Islam dalam BudayaMelayu.
Agama dan kepercayaan merupakan dua hal yang melekat
erat dalam diri manusia.Sifat nya sangat pribadi, terselubung dan

19
kadang-kadang diliput oleh ha-hal yang bernuansa mitologis.
Kualitas etos seseorang amat ditentukan oleh nilai-nilai kepercayaan
yang melekat pada dirinya, yang dalam bahasa agama , hal ini disebut
sebagai Aqidah.
Dari berbagai sumber, disepakati bahwa budaya awal
masyarakat Indonesia adalah budaya yang identik dengan animisme
dan dinamisme. Animisme ialah suatu paham dimana setiap benda
memiliki animus atau jiwa yang diyakini memiliki pengaruh bagi
manusia, seperti azimat-azimat, tongkat dan sebagainya. Sedangkan
dinamisme ialah kepercayaan dimana setiap benda memiliki
kekuatan seperti gunung-gunung, batu-batu dan sebagainya. Pada
perkembangannya budaya yang mencirikan budaya primitif ini,
mulai beralih ke budaya Hindu-Budha, meminjam istilah dari Taufik
Abdullah yang mengatakan bahwa pra-Islam masyarakat terlebih
dahulu mengalami yang namanya “Hindunisasi”, proses Hindunisasi
ini memberikan landasan yang kuat bagi pondasi kebudayaan
masyarakat melayu. Tampilnya Islam, sebagai agama dan kekuatan
dagang di tanah melayu, tidak serta merta merusak landasan ini,
tetapi secara perlahan-lahan mengubah dasar ideologinya.
Abdul Karim dalam bukunya menjelaskan bahwa ada
beberapa hal yang berubah pasca kedatangan Islam. Pertama,
dibidang ketuhanan, ditetapkan tauhid yang patut dipuja dan diyakini
memiliki kekuasaan Yang Maha Besar ialah Allah Yang Tunggal.
Ke-dua, Manusia dihadapan Allah SWT memiliki derajat yang sama,
kemuliaan diperoleh apabila manusia bertawakal kepada Allah SWT,
dan taqwa menjadi ukuran kemuliaan. Ke-Tiga, kehidupan manusia
dalam masyarakat terikat dalam kesatuan dan persatuan yang terbagi-
bagi menurut susunan kemasyarakatan. Ke-empat, kehidupan
bermasyarakat diatur oleh aturan-aturan yang dibuat secara
bermusyawarah sesuai dengan kehendak bersama. Ke-lima, nikmat
Allah yang tertuang dilangit, bumi, dan diantara keduanya harus

20
dinikmati secara merata.
Pada mulanya kedatangan Islam lebih menekankan atau
memperhatikan unsur-unsur yang berhubungan dengan keyakinan dan
peribadatan atau ritual, tetapi pada perkembangannya, Islam juga
mengarahkan manusia untuk berbudaya, karena Islam menganggap
bahwa kebudayaan merupakan bagian dari agama. Seperti pertanyaan
HAR Gibb yang dikutip oleh Nasir yang mengatakan bahwa “Islam
is indeed much-morew than a system of theology, it is complete
civilization”, Islam sesungguhnya lebih dari sekedar sebuah agama, ia
adalah suatu peradaban sayang sempurna, lebih lanjut Nasir
menambahkan bahwa landasan perdaban Islam adalah kebudayaan
Islam, terutama wujud idealnya, sementara landasan kebudayaan
Islam adalah agama, dalam Islam agama bukanlah kebudayaan,
tetapi agama dapat melahirkan kebudayaan. Hal diatas bersesuaian
dengan hasil kajian sebagian besar sarjana dan peneliti yang
mengkaji islam dikawasan nusantara, mereka sependapat bahwa
sejak era formatif pada masa awalnya, Islam memainkan peran
penting dalam perjalanan sejarah, sosial budaya, intelektual, politik
dan ekonomi Nusantara atau Asia Tenggara umumnya. Dalam
konteks ini Judith Nagata, ahli Islam Asia Tenggara, menyimpulkan
bahwa “It is almost imposible to think of Malay without reference to
Islam”. Hal ini menjelaskan bahwa mustahil rasanya jika memikirkan
Melayu tanpa mengkaitkan dengan Islam. Begitu juga Ernest Gellner
yang menyatakan Islam telah menjadi cara hidup dan sebagai high
culture oleh masyarakat muslim pribumi, termasuk di nusantara.
Setidaknya ke-dua ungkapan ini memberikan jawaban bahwa
pernyataan “Dunia Melayu adalah Dunia Islam dan Budaya Melayu
adalah Budaya Islam”, bukanlah suatu ungkapan yang berlebihan,
tetapi memang landasan budaya masyarakat melayu pada saat itu
adalah Islam.

21
b. Akulturasi Islam dan Budaya Melayu
Akulturasi adalah pencampuran dua hal yang saling
melengkapi. Istilah dalam antropologi mempunyai beberapa makna
(acculturation, atauculture contact) ini semua menyangkut konsep
mengenai proses sosial yang timbul apabila sekelompok manusia
dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur dari
suatu kebudayaan asing sehingga unsur-unsur asing itu lambat-laun
diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan
hilangnya kebudayaan itu.
“Kami tidaklah pernah mengutus seorang Utusan pun kecuali
dengan bahasa kaumnya, agar ia dapat memberi penjelasan kepada
mereka”. Tentang “bahasa” dalam firman Allah tersebut, ditafsirkan
oleh A. Yusuf Ali, tidak hanya bahasa dalam lingusitiknya, tapi juga
dalam arti cultural dan bahan cara berfikir. Semua utusan Allah
menyampaikan pesan Ilahi kepada kaumnya, selain melalui bahasa
linguistiknya, juga bahasa budaya dan cara berfikir mereka. Lebih
lanjut Yusuf Ali menjelaskan bahwa“Jika tujuan dari pesan suci
(risalah) ialah membuat sesuatu menjadi terang, maka ia harus
disampaikan dalam “bahasa” yang berlaku di antara masyarakat,
yang kepada mereka utusan itu dikirim. Melalui masyarakat itu pesan
tersebut dapat mencapai seluruh umat manusia. Bahkan ada
pengertian yang lebih luas untuk “bahasa”, ia tidak semata-mata
masalah abjad, huruf atau kata-kata semata. Setiap zaman atau
masyarakat atau dunia dalam pengertian psikologis membentuk jalan
pikirannya dalam cetakan atau bentuk tertentu, pesan Tuhan karena
bersifat universal dapat dinyatakan dalam bentuk semua cetakan dan
bentuk, dan sama- sama absah dan diperlukan untuk semua tingkatan
manusia, dan area itu harus diterangkan kepada masing-masing
sesuai dengan kemampuannya atau daya penerimanya. Dalam hal ini
Al-Qur’an menakjubkan, ia sekaligus untuk orang yang paling

22
sederhana dan untuk orang yang paling maju.”
Bertolak dari pendapat diatas, maka penulis berasumsi bahwa
selain dengan menggunakan bahasa dalam artian yang sebenarnya,
Islamisasi di tanah Melayu juga melalui media “bahasa” dalam artian
“bahasa budaya”. Bahasa budaya yang dimaksud adalah dengan cara
pendekatan budaya dalam wujud akulturasi. Sehingga dengan
“bahasa budaya” inilah, Islamisasi di tanah melayu meresap hingga ke
dalam kehidupan masyarakat, hingga lapisan paling bawah sekalipun.
Islam adalah agama rahmatan lil alamin. Mungkin semua
orang sudah mengenalnya dan merasakan rahmatnya yang sungguh
luar biasa ini.
Islam seharusnya dikenal tidak hanya dengan shalat, zakat, puasa, dan
haji saja.
Tapi bagaimana islam dikenal memberikan tuntunan dalam
segala aspe kkehidupan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Mulai d aribagaimana islam mengajarkan manusia
dalam berthaharah (bersuci) dari had astdan kotoran hingga
bagaimana manusia berinteraksi dan bermasayrakat serta
menimbulkan sebuah sistem sosial yang menciptakan sebuah
kebudayaan yangtanpa disadari.
Kasih sayang islam adalah milik kita semua. Bukan hanya
manusia den gan Allah sebagai sang Khalik, manusia dengan
manusia,manusia dengan tumbuhan dan, hewan. Tapi juga
bagaimana islam menuntunkann kasih sayangnya secaratotalitas
untuk sel uruh alam, begitupun kehidupan kita dalam
bermasyarakatyang penuh dengankebudayaan yang beraneka ragam.

Berbicara tentang akulturasi antara wawasan budaya lokal dan


budaya Islam bahwa kebudayaan sebagai karya cipta manusia dalam
upaya menyesuaikan diri atau menjawab tantangan alam
sekitarnyaAkulturasi menjadi tantangan baru bagi para pembawa
ajaran Islam di sebuah organisasi/lembaga keagamaan untuk

23
meluruskan makna yang terkandung hari besar keagamaan.
Tantangan tersebut menggerakkan organisasi Islam melancarkan
strategi penyampaian yang tepat kepada masyarakat berbudaya lokal.
Dengan harapan, apa yang telah disampaikan mampu meluruskan
makna sesuai syariat Islam.

Salah satu kebudayaan yang sangat dekat dengan kita adalah


kebudayaan melayu.Tentunya dalam hal ini Islam bukanlah agama
anti kebudayaan. Islammalahdikenal sebagai pondasi utama dalam
kebudayaan melayu. Kebudayaan melayumemang sangat identik
dengan agama islam.Hasil karya kebudayaan melayu yang
sebenarnya interpretasi dari nilai-nilai.
Agama islam lebih membuktikan adanya kesamaan islam dan
melayu. Lihat sajapada tari persembahan melayu yang acapkali kita
saksikan setiap acara-acara pembukaan dan penyambutan tamu.
Bukankah jauh sebelumnya didalam islamtelah menganjurkan
bagiman a kita harus memuliakan tamu. Memberikanpelayanan yang
prima sebagai oran g yang datang dan berkunjung sebagai
saranasilaturahim. Asalkan masih dalam koridor dan jalur yang telah
ditetapkan olehsyariat islam. Hanya saja terkadang pada saat
implementasinya terhadap nilainilai islam yang sedikit melenceng, se
perti gerakan tari yang berlebihan danpakaian yang tak sesuai dengan
islam yang sesungguhnya apalagi bila sang penaradalah kaum
perempuan.Kebudayaan m elayu sangat terkenal dengan
kepemimpinan dengan system kerajaan.
Riau khususnya yang sangat kental kebudayaan melayu
dengan agamais lam. Dalam sebuah karya lagu lancang kuning yang
sangat dikenal disebutkand alam liriknya akan nilai kepemimpinan,

“kalau

nahkoda 2x

Kuranglah

24
paham 2x

Alamatlah

kapal 2x Akan

Tenggelam “

Bahwasannya Saat seorang pemimpin tidak paham dengan


kepemimpin annya,saat seorang guru atau dosen tidak paham dengan
apa yang harus diajark annya,atau saat mahasiswa tidak mengerti
akan perannya maka janganlah dises ali suatukemunduran dan
kehancuran nantinya. Kandungan dalam lagu lancang kuning
inimerupakan filosofi kepemimpinan melayu akan islam yang sangat
se suai denganbagaimana Rasulullah menjelaskan dalam sabdanya
bahwa apabila sebuah jabatan atau pekerjaan dilakukan oleh orang
yang bukan ahli dibidangn ya
(theright man on the right job)maka tunggulah saat
kehancuran.Karya kebuday aan melayu yang tak kenal usang juga
diakui oleh banyak masyarakat luas.

Masyarakat Melayu adalah masyarakat yang terbuka dalam


menerima berbagai unsur kebudayaan luar.Kebudayaan luar ini
kemudian diadun sesuai dengan keperluan peradaban Melayu sendiri.
Ini merupakan bahagian dari proses akulturasi yang dinamis.Selain
itu,masyarakat Melayu juga inovatif dan kreatif dalam mengelola
kebudayaannya berdasarkan kemampuan yang datangnya dari dalam
kebudayaan Melayu itu sendiri. Proses ini dalam kajian antropologis
lazim disebut dengan inovasi. Melayu menjadi pelopor utama proses
akulturasi dan inovasi budaya. Bahasa Melayu telahlama dijadikan
sebagai lingua franca(bahasa pengantar) dalam pergaulan masyarakat
Nusantarayang terdiri dari berbagai suku bangsa. Menurut penulis,
kemasa depan sangat mungkinbudaya Melayu akan menjadi cultura
francadi Nusantara ini.

25
Dalam situasi yang demikian, maka berbagai unsur
budayaMelayu menjadi milik bersama masyarakat Nusantara ini.
Contohnya adalah pakaian Melayu, lagu Melayu, musik Melayu, cara
berpikir Melayu, zapin Melayu, dan lainnya. Teras budaya yang
dikonsepkan adat bersendi syarak dan syarak bersendi kitabullah
juga telah membuktikan bagaimana masyarakat Melayu
membentukadatnya berasas ajaran Islam. Dengan demikian terjadi
antara agama dan adat dalam kebudayaan Melayu. Islam yang datang
dari Asia Barat maupun melalui Asia Selatan kemudian diolah sesuai
dengan keperluan keperluan budaya Melayu di Nusantara ini.
Hasilnya adalah tamadun Islam yang unik, menarik, eksotik, dan
khas di Alam Melayu. Kemudian menyumbang kepada kebudayaan
Dunia Islam. Akhirnya menjadi rahmat kepada seluruh sekalian
alam, rahmatan lil alamain. Artinya menjadirahmat kepada semua
makhluk dan manusia (bukan hanya umat Islam saja).

Selain itu dalam Budaya melayu juga terdapat


kesenian-kesenian.Kesenian-kesenian yang kuat mengekspresikan
peradaban Islam dalam kebudayaan Melayu diantaranya adalah
nasyid, kasidah, hadrah, rodat, barzanji, marhaban, zikir, nazam,
syair, dendang Siti Fatimah, ghazal, zapin, dan lainnya. Zapin adalah
salah satu genre seni Islam dalam kebudayaan Melayu yangawalnya
diserap dari tamadun Islam dari Timur Tengah, yang kemudian
diolah menjadi khas zapin Melayu. Zapin terdiri dari unsur seni tari,
musik, teks,yang menyatu dalam sebuah persembahan. Seni ini
dalam kebudayaan Melayu difungsikan dalam berbagai aktivitas
yang umumnya berhubungan dengan aktivitas Islami seperti upacara
perkawinan, khitanan, festival, pesta budaya, hari besar agama Islam,
dan lainnya. Seni zapin ini terus hidup sampai sekarang, karena
fungsi sosialnya dalam masyarakat.

Melalui makalah ini penulis akan menguraikan zapin di Alam

26
Melayu dengan pendekatan muttidisiplin ilmu.Adapun fokus
perhatian adalah pada tiga aspek, yaitu: (a) sejarah, (b) struktur
musik, dan (c) sruktur teks(lirik). Sejarah yang dikaji meliputi aspek
difusi monogenesis, yaitu melihat sumber awal dan persebarannya di
Dunia Islam berdasarkan ruang dan waktu. Kemudian, aspek musik
yang dikaji meliputi dimensi ruang yang dalam musik Islam disebut
dengan maqam atau tangga nada dalam bahasa Melayu. Dimenesi ini
didukung oleh wilayah nada, nada dasar, formula melodi, bentuk
melodi, interval, dan hal-hal sejenis. Juga mencakup dimensi waktu
yang lazim disebut iqaat atau rentak dalam budaya musik Melayu,
yang terdiri dari birama, durasi not, dinamik (kuat, lemah, sedang,
senting), pola ritme, dan lainnya. Kemudian aspek teks atau lirik
yang dikaji meliputi tema lirik, gaya bahasa, makna (denotatif dan
konotatif), partikel, kata-kata yang digunakan (diksi), dan lainnya.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk berbagi wawasan dengan
semua pembaca

c. Konsep Budaya dalam Islam

Zapin adalah bahagian dari budaya dan kesenian Islam.


Dalam Islam, jika dibicarakan istilah kesenian dan budaya, biasanya
selalu merujuk kepada kandungan makna pada kata-kata atau istilah
yang sejenis, seperti: millah, ummah, tahaqafah, tamadun,
hadharah,dan adab. Istilah ini digunakan dalam seluruh kurun waktu
sepanjang sejarah Islam. Terminologi millah, yang bentuk jamaknya
milal,terdapat dalam Al-Qur’an, yang digunakan untuk merujuk
keadaan kebudayaan yang berhubungan dengan syariat Nabi Ibrahim
Alaihissalam. Millah artinya adalah agama, syariat, hukum, dan cara
beribadah.Millah seperti yang disebutkan di dalam Al-
Qur’an,maknanya ditujukan umat Islam, atau golongan manusia yang
suci, yang berpegang teguh kepada agama Allah, serta mengamalkan
sistem syariat, serta mereka yang menjalankan tugas-tugas rohaniah

27
dalam hidup dan peradabannya.Selain itu, ada satu istilah lagi yang
lazim digunakan dalamIslam, dalam kaitannya dengan kebudayaan,
yaitu ummah . Istilah ini mengandung makna sebagai orang-orang
muslim dalam bentuk masyarakat kolektif. Istilah ini yang pluralnya
adalah umumdigunakan dalam Al-Qur’an untuk menyebut umat
Islam, sebagai umat terbaik. Artinya: “Kamu (wahai umat
Muhammad) adalah sebaik-baik umat yang dilahirkanbagi (faedah)
umat manusia, (karena) kamu menyuruh berbuat kepada segala
perkara yang baik dan melarang dari segala perkara yang salah
(buruk dan keji) serta kamu beriman kepada Allah (dengan sebenar-
benar iman) dan kalaulah Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) itu
beriman (sebagaimana yang iman) itu menjadi baik bagi mereka.
(Tetapi) di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka
orang-orang yang fasik.” (Q.S. Ali Imran:110). Kata lain yang
maknanya merujuk kepada kebudayaan dalam Islam adalah
atahaqafah, yang biasanya digabung dengan al-Islamiyah, artinya
adalah keseluruhan cara hidup, berpikir, nilai-nilai,sikap, institusi,
serta artfak yang membantu manusia dalam hidup, yang berkembang
dengan berasaskan kepada syariatIslam dan sunah Nabi
Muhammad.Dalam bahasa Arab, atahaqafahartinya adalah pikiran
atau akal seseorang itu menjadi tajam,cerdas, atau mempunyai
keahlian yang tinggi dalam bidang-bidang tertentu. Selanjutnya
istilah taqafah berarti membetulkan sesuatu, menjadi lebih
baikdaripada keadaan yang dulunya tidak begitu baik, ataupun
menjadi berdisiplin. Kata taqafahartinya adalah ketajaman,
kecerdasan,kecerdasan akal, dan keahlian yang tinggi, yang diperoleh
melalui proses pendidikan. Jadi istilah ini, menekankan kepada
manusia untuk selalu menggunakan pikirannya, sebelum bertindak
dan menghasilkan kebudayaan.Terminologi al-hadarah digunakan
untuk menyebut kehidupan manusia secara kolektif dan peradaban
yang tinggi. Istilah al-hadarahberasal dari kata dasar, hadhara,

28
yahduru, danhadaratan, yang artinya adalah bermukim dalam
kawasan negeri atau tempat yang ramai yang membedakannya
darinegeri atau tempat yang sunyi, badiyah. Istilah hadardan
hadarahdalam bahasa Arab klasik bermaksud kawasan yang didiami
oleh manusia berupa perkotaan atau kehidupan yang relatif maju.
Istilah ini memiliki makna bahwaindikator kebudayaan yang
dianggapmaju dan tinggi adalah dengan munculnya kota-kota dengan
sistem sosial yang kompleks.

Namun bagaimanapun pedesaan tetap diperlukan dalam


sebuah peradaban,sebagai mitradari kota-kota. Ekspresi al-
hadarahdalam kesenian Islam,diwujudkan dalam genre hadrah.
Hadrahini sejak abad kelima belas menjadi bahagian darikesenian
sufi, khususnya tariqat Rifaiyah. Tamaddun atau bentuk jamaknya
tamaddunan berasal daribahasa Arab, yang maknanya sering
disejajarkan dengan istilah

Civilizationdalam bahasa Inggris. Siviliasi sendiri awalnya berasal


dari bahasa Perancis. Hingga tahun 1732, kata ini merujuk kepada
proses hukum. Pada akhir abad ke-18, istilah ini memiliki pengertian
yang meluas tidak hanya sebatas sebagai hukum, tetapi juga tahapan
paling maju darisebuah masyarakat. Konsep kebudayaan dalam
Islam juga melibatkan istilah at-tamaddun,
dan kebudayaan Islam disebut at-tamaddun al-Islami. Istilah ini
merujuk kepada karangan terkenal Tarikh at-Tamaddun al-Islami
yang ditulis oleh Jurzi Zaidan. Istilah ini berasal darikata dasar
maddana, yamduru,dan mudunan, yang artinya adalah datang ke
sebuah bandar, dengan harf biyang bermakna menduduki suatu
tempat, maddanapula artinya membangun bandar-bandar atau kota-
kota, atau menjadi kaum atau seseorang yang mempunyai
peradaban.Dariistilah maddanaini muncul istilah lanjutan
madinahyang artinya adalah kota dan madaniyang berasal dari kata

29
al-madaniyahyang berarti peradaban dan kemakmuran hidup. Istilah
ini awalnya digunakan oleh Ibnu Khaldun, seorang sosiolog
Islamterkenal. Dalam perkembangan sosial di Asia Tenggara, istilah
madanibegitu giat dipopulerkan oleh Anwar Ibrahim, mantan
Timbalan Perdana Menteri Malaysia.
Dari konsep tentang kebudayaan dalam Islam seperti uraian di
atas, maka menurut penulis, zapin adalah salah satu seni Islam.
Artinya seni ini dalah wujud dari konsep-konsep ajaran Islam. Di
dalamnya terkandung nilai- nilai, filsafat, bahkan adat, estetika, etika,
dan semua hal yang berkait dengan seni Islam. Di dalam zapin
terkandung kultur Islam, yang kemudian disesuaikan dengan jiwa
lokal, yakni Alam Melayu, sebagai salah satu kawasan yang
menyumbang peradaban Dunia Islam, yang runduk di bawah arahan
wahyu Allah. Ini semua tidak lepas dari keinginan Allah Yang Maha
Berkehendak, yakni tegaknya agama Allah di muka bumi, melalui
proses difusidalam sejarah.
Mengenai agama dan budaya, secara umum dapat dikatakan
bahwa agama bersumber dari Allah, sedangkan budaya bersumber
dari manusia. Agama adalah “karya” Allah, sedangkan budaya adalah
karya manusia. Dengan demikian, agama bukan bagian dari budaya
dan budaya pun bukan bagian dari agama. Ini tidak berarti bahwa
keduannya terpisah sama sekali, melainkan saling berhubungan erat
satu sama lain. Melalui agama, yang dibawa oleh para nabi dan rasul,
Allah Sang Pencipta menyampaikan ajaran-ajaran-Nya mengenai
hakekat Allah, manusia, alam semesta dan hakekat kehidupan yang
harus dijalani oleh manusia. Ajaran-ajaran Allah, yang disebut agama
itu, mewarnai corak budaya yang dihasilkan oleh manusia-manusia
yang memeluknya.
Di tengah masyarakat, kita melihat praktek-praktek
keberagamaan yang bagi sebagian orang tidak terlalu jelas apakah ia
merupakan bagian dari agam atau budaya. Ambil contoh tradisi

30
tahlilan. Tidak sedikit di kalangan umat Islam yang beranggapan
bahwa upacara tahlilan adalah kewajiban agama, yang harus mereka
selenggarakan meskipun untuk itu harus berhutang. Mereka merasa
berdosa kalau tidak mengadakan tahlilan ketika ada anggota keluarga
yang meninggal dunia. Padahal yang diperintahkan oleh agama
berkaitan dengan kematian adalah “memandikan, mengkafani,
menyalatkan, mengantar ke makan, memakamkan, dan mendoakan”.
Sangat simple dan hampir tidak memerlukan biaya. Ini berarti bahwa
upacara tahlilan pada dasarnya adalah tradisi, bagian dari budaya
bangsa, yang mungkin telah ada sebelum datangnya Islam, yaitu
tradisi kumpul-kumpul di rumah duka, yang kemudian diislamkan
atau diberi corak Islam. Yang perlu dilakukan dalam hal ini adalah
membenahi pemahaman dan penyikapan umat terhadap praktek-
praktek keberagamaan seperti itu secara proporsional.
Dalam benak sebagian orang, agama adalah produk langit dan
budaya adalah produk bumi. Agama dengan tegas mengatur
hubungan manusia dengan Tuhan dan menusia dengan manusia.
Sementara budaya memberi ruang gerak yang longgar, bahkan bebas
nilai , kepada manusia untuk senantiasa mengembangkan cipta, rasa,
karsa dan karyanya. Tetapi baik agama maupun budaya difahami
(secara umum) memilki fungsi yang serupa, yakni untuk
memanusiakan manusiadan yang membangun manusia yang beradab
dan berprikemanusiaan.
Yang patut diamati pula, kebudayaan popular di Indonesia
banyak sekali meyerap konsep-konsep dan symbol-simbol Islam,
sehingga seringkali tampak bahwa Islam muncul sebagai sumber
kebudayaan yang penting dalam kebudayaan popular di Indonesia.
Islam merespon budaya local, adat atau tradisi di manapun dan
kapanpun, dan membuka diri untuk menerima budaya local , adat
atau tradisi sepanjang budaya local, adat atau tradisi tersebut tidak
bertentangandengan spirit nash al-Quran dan Sunnah.

31
Agama dalam kedudukannya sebagai sistem
kulturalsebenarnya adalah bagian dari kebudayaan, karena
kebudayaanitu memang memiliki tiga wujud: sistem kultural, sistem
sosial, dan kebudayaan fisik (artefak). Agama sebagai sistem
kultural sangat bisa berbeda dengan agama sebagai doktrinyang
tertulis dalam kitab-kitab suci karena ia mengalami interelasi
dialektis dengan masyarakat dan kebudayaannya. Islam sebagai
agama universal dan agama bagi semesta alam, telah
membuktikannya sebagai agama besar yang menghargai akan
keberadaan budaya lokal suatu masyarakat. Bila Islam dan Budaya
Lokal berakulturasi, maka pemahaman keagamaan yang terjadi pada
suatu masyarakat akan beragam pula. Hal ini, menunjukan apabila
islam berbaur dengan budaya lokal, maka Islam mampu mewarnai
budaya lokal tersabut yang dianut oleh masyarakat. Akibat dari
akulturasi ini, maka Islam dalam tataran ritualnya sangat
beragam.Islam dan budaya lokal merupakan dua komponen yang
saling mendukung terhadap perkembangannya, dimana Islam
berkembang karena menghargai budaya lokal, begitu pula budaya
lokal tetap eksis karena mengalami perbaurandengan ajaran Islam.

32
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Berdasarkan pokok permasalahan yang dibahas pada karya imiah ini,


maka di rumuskan kesimpulan sebagai berikut :

a. Islam dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang


tidak bisa dipisahkan. Keduanya memiliki keterkaitan
antara satu dengan yang lain, dan didalam Islam sendiri
tidak menolak adanya budaya asalkan budaya tersebut
tidak menyimpang dari ajaran Islam yang bersumber dari
Al-Quran dan Hadist.

b. Mengenai agama dan budaya, secara umum dapat


dikatakan bahwa agama bersumber dari Allah, sedangkan
budaya bersumber dari manusia. Agama adalah “karya”
Allah, sedangkan budaya adalah karya manusia. Dengan
demikian, agama bukan bagian dari budaya dan budaya
pun bukan bagian dari agama. Ini tidak berarti bahwa
keduannya terpisah sama sekali, melainkan saling
berhubungan erat satu sama lain. Melalui agama, yang
dibawa oleh para nabi dan rasul, Allah Sang Pencipta
menyampaikan ajaran-ajaran-Nya mengenai hakekat
Allah, manusia, alam semesta dan hakekat kehidupan
yang harus dijalani oleh manusia. Ajaran-ajaran Allah,
yang disebut agama itu, mewarnai corak budaya yang
dihasilkan oleh manusia-manusia yang memeluknya. Jadi
budaya Islam di samping mengembangkan
pemikiranagama, juga mengembangkan segala aspek
pemikiran kemanusiaan yang menghidupkandan
memberikan fasilitas pada warisan sebelum Islam.Seperti

33
budaya yang berkembang di masyrakat melayu,di mana
budaya tersebut tidak menghilangkan nilai-nilai islam
karena melayu itu sendiri identic dengan Islam.

2. KRITIK dan SARAN

Demikian pemaparan tentang “Islam dan Budaya Lokal” oleh


penulis. Penulis sadar masih ada kekurangan dalam penulisannya.
Untuk itu, penulis berharap kepada pembaca bersedia memberikan
saran maupun kritik kepada penulis mengenai makalah ini. Penulis
juga meminta maaf jika terdapat kata- kata yang kurang berkenan
dalam penulisan makalah ini. Meskipun demikian, penulis berharap
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

34
DAFTAR PUSTAKA

Muhaimin, 2005, “Kawasan dan Wawasan Studi Islam”, Cet. 1; Jakarta:


Kencana. Gazalba, Sidi, 1989,”Masyarakat Islam; Pengantar Sosiologi
dan Sosiografi“cet.
11;Jakarta:Bulan BIntang.

Ahihab,Quraish, 2007,” Wawasan Al-Quran“cet, 1; Bandung: Mizan.


Kuntowijoyo, 1991, “Paradigma Islam, Interpretasi untuk
Aksi.Bandung":Mizan. Dadang Kahmad, 2000,”Sosiologi Agama”
,Bandung: Rosdakarya
Suryana, Toto, Cecep Alba, E. Syamsudin dan Udji
Asiyah,2007,“Pendidikan AgamaIslam”.Bandung: Tiga Mutiara,

Tim Ichtiar Baru van Hoeve,Ensiklopedi Islam,


Notowidagdo,Rohiman. 1996, Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-quran dan
hadist,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Liliweri,Alo. 2007,Dasar-Dasar Komunikasi


Antarbudaya.Yogyakarta : PustakaPelajar,

Garna, Judistira K. 2001, Ilmu-Ilmu Sosial, Dasar-Konsep-


Posis.,Bandung:Pascasarjana Unpad.

Ismail,Faisal. 1997, Paradigma Kebudayaan Islam, Studi Kritis dan Refleksi


Historis
.cet. II;Yogyakarta: Titian Ilahi Press.

Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat, 2005, Komunikasi Antarbudaya:


Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Orang Berbeda
Budaya,Bandung: PT. RemajaRosdakarya.

Miharja,Deni.2014, ” Persentuhan Agama Islam dengan Kebudayaan Asli


Indonesia”
dalam Jurnal Persentuhan Agama dengan Kebydayaan Asli Indonesia,
Vol.XXXVIII No. 1 Januari-Juni.

Wardiman, Djojonegoro. 1996 ,Ruh Islam Dalam Budaya Bangsa:


Wacana AntarAgama dan Bangsa.Jakarta; Yayasan Festival Istiqlal.

Morris,Brian.2003,Antropologi Agama: Kritik Teori-Teori Agama

35
Komtemporer, ter.
Imam Khoiri ,Yogyakarta: AK Group.

Abdurrahman, Moeslim, 2003,“Ber-Islam Secara Kultural”,Islam Sebagai


Kritik
Sosial Jakarta: Erlangga.

Poerwanto,Hari.2000, Kebudayaan dan Ling-kungan dalam Perspektif


Antropologi,
Yogyakar-ta: Pustaka Pelajar.

Hadiskusuma, Halmin, 1990, Hukum Pernikahan Adat, Bandung: Alumni.

36
https://sapriansyasampoerna.blogspot.com/.../akulturasi-islam-
dalam-budaya- melayu. Nov 16, 2015 diakses 01 oktober 2017.

37

Anda mungkin juga menyukai