Anda di halaman 1dari 14

KONSEP BUDAYA, KEBUDAYAAN,TRADISI, KESENIAN

DAN LOKALITAS

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas Islam dan Budaya Lokal

Dosen Pengampu : Nafsiyatul Lutfia, S.Fil.I.,M.Ag.

Di Susun Oleh :

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2018

1
Kata Pengantar
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. Tuhan seru sekalian
alam, yang telah memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayahnya. Sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KONSEP BUDAYA,
KEBUDAYAAN, TRADISI, KESENIAN DAN LOKALITAS” dengan baik
tanpa halangan suatu apapun.
Makalah ini telah kami selesaikan secara maksimal berkat kerjasama dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya sampaikan banyak terima kasih
kepada segenap pihak yang telah secara maksimal ikut membantu dalam
menyelasaikan makalah ini.

Di samping itu, kami sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari
tata bahasa, susunan kalimat, maupun isi. Maka sebab itu dengan segala kerendahan
hati, kami selaku penulis menerima segala kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.

Demikian yang saya sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat , dan
dapat menambah ilmu pengetahuan kepada para pembaca sekalian.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Salatiga, 26 Februari 2019

2
Penulis

Daftar Isi
Kata Pengantar.................................................................................................................................
BAB I...............................................................................................................................................
PENDAHULUAN...........................................................................................................................
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................
C. TUJUAN...............................................................................................................................
BAB II.............................................................................................................................................
PEMBAHASAN..............................................................................................................................
A. ..............................................................................................................................................
B. ..............................................................................................................................................
C. ..............................................................................................................................................
BAB III..........................................................................................................................................
PENUTUP.....................................................................................................................................
A. Kesimpulan.........................................................................................................................
B. Saran...................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Agama (Islam) dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak


bisa dipisahkan, keduanya saling melengkapi satu sama lain. Ketika
berbicara agama dan kebudayaan, bisa dilihat lewat aplikasi fungsinya
dalam wujud sistem budaya dan juga dalam bentuk tradisi ritual atau
upacara keagamaan yang nyata-nyata bisa mengandung nilai agama dan
kebudayaan secara bersamaan.

Secara istilah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Budaya


memiliki arti pikiran; akal budi, adat istiadat, sesuatu mengenai
kebudayaan yang sudah berkembang (beradab, maju), sesuatu yang sudah
menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah. Sedangkan Kebudayaan
diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia
seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat, keseluruhan pengetahuan
manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami
lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah
lakunya.

agama dapat dilihat secara substansial yaitu kepercayaan terhadap


hal-hal yang bersifat spiritual, lalu ada juga definisi fungsional seperti
pandangan Durkheim yang menganggap bahwa agama adalah alat untuk
mengikat hubungan social. Selanjutnya ada pula definisi simbolik yang
berarti bahwa agama adalah sebuah simbol yang memiliki makna.

4
Keragaman definisi agama tersebut menunjukan bahwa pada dasarnya tidak
ada satu definisi yang dapat mencakup seluruh bagian dari agama.
B. RUMUSAN MASALAH

C. TUJUAN

BAB II

PEMBAHASAN

A. Islam

Secara bahasa kata islam berasal dari bahasa arab yang diambil dari kata
“salima” yang mempunyai arti selamat. Dari kata salima tersebut maka
terbentuk kata aslama yang berarti menyerah, tunduk, patuh, dan taat. Kata
salama menjadi pokok kata islam, mengandung segala arti yang terkandung
dalam arti pokoknya, sebab itu orang yang melakukan aslama atau masuk islam
dikatakan muslim.

Berarti orang itu menyatakan taat, menyerahkan diri, dan patut kepada
allah SWT. Dengan melakukan aslama maka orang terjamin keselamatannya di
dunia dan akhirat. Selanjutnya dari kata aslama juga terbentuk kata silmun dan
salamun yang berarti damai. Maka islam di pahami sebagai ajaran yang cinta
damai. Karenanya seorang menyatakan dirinya muslim adalah harus damai
dengan Allah dan sesama manusia.1

Agama islam dalam maknanya adalah berintikan sebagai kepatuhan yang


total kepada tuhan, menuntut sikap pasrah yang total kepada-Nya. Inilah
sesunguhnya makna firman Allah dalam QS. Al-Imron : 19. Yang artinya :
“sesungguhnya agama disisi Allah adalah islam”.

Adapun pengertian islam dari segi isltilah adalah mengacu kepada agama
yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah Swt, bukan berasal dari
1
Didiek Ahmad Supadie dan Sarjuni, Pengantar Studi Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2017) 71-72

5
manusia dan bukan pula dari Rasulullah Saw. Atau dengan kata lain, agama
yang diturunkan kepada manusia sebagai rahmat bagi alam semesta. Ajaran-
ajaran-Nya selalu membawa kemashlahatan bagi kehidupan manusia di bumi
ini. Allah Swt sendiri telah menyatakan hal ini, sebagaimana yang tersebut
dalam QS. Toha : 2. Yang artinya : “ kami tidak menurunkan di Al-Quran ini
kepadamu agar kamu menjadi susah”.

Ayat di atas memberi arti bahwa umat manusia yang mau mengikuti
petunjuk Al-Qur’an, akan dijamin oleh Allah Swt bahwa kehidupan mereka
akan bahagia dan sejahtera dunia dan akhirat. Sebaliknya siapa saja yang
membangkang dan mengingkari ajaran islam ini, niscaya dia akan mengalami
kehidupan yang sempit dan penuh penderitaan.

B. Budaya

Dalam hal ini Nurcholish madjid salah satu tokoh intelektual muslim
indonesia mengungkapkan bahwasanya antara agama (islam)dan budaya
adalah dua bidang yang dapat dibedakan tapi tidak dapat dipisahkan. Agama
bernilai mutlak, tidak berubah menurut perubahan waktu dan tempat. Tetapi
berbeda dengan budaya, sekalipun berdasarkan agama, dapat berubah dari
waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Kebanyakan budaya berdasarkan
agama, namun tidak pernah terjadi sebaliknya, agama berdasarkan budaya.
Oleh karena itu, agama adalah primer, dan budaya adalah sekunder. Budaya
dapat berupa ekspresi hidup keagamaan, karena ia sub-kordinat terhadap
agama.

Adapun kebudayaan yang mengiring tumbuhnya dan menyebarnya islam


keberbagai penjuru dunia. Dengan watak, keadaan geografis dan tatanan sosial
yang ada maka melahirkan sejumlah definisi dari budaya atau kebudayaan itu
sendiri.

Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta budhayah yang


merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dari asal kata
tersebut, kebudayaan dapat diartikan hal-hal bersangkut paut dengan akal atau

6
budi. Definisi budaya (culture) pertama kali dipopulerkan oleh E.B. Taylor
pada tahun 1871 dalam bukunya Primitive Culture di mana kebudayaan
diartikan sebagai keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni,
moral, hukum adat serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh
manusia sebagai anggota masyarakat.

Koentjaraningrat dalam bukunya Pengantar Antropologi Sosial Budaya


menyatakan bahwa dirinya sependapat dengan ahli sosiologi Talcot Parsons
yang bersama ahli antropologi A.L. Kroeber yang menyatakan bahwa ada tiga
gejala kebudayaan: suatu kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma
peraturan dan sebagainya Sebagai suatu komplek kegiatan serta tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat Sebagai benda-benda hasil karya
manusia.2

Wujud budaya yang pertama-tama adalah wujud yang ideal, bersifat


abstrak tidak dapat diraba atau difoto. Lokasinya ada di kepala atau dengan
perkataan lain ada dalam alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan
itu hidup. Sekarang kebudayaan ideal juga banyak tersimpan dalam bentuk
digital seperti dalam disk dan kartu-kartu memori. Ide-ide dan gagasan-gagasan
manusia banyak yang hidup bersama dalam satu masyarakat. Ide dan gagasan
itu saling berkait menjadikan suatu sistem yang oleh ahli antropologi dan
sosiologi menyebutnya dengan sistem budaya (cultural system). Wujud ideal
dari sistem budaya itu biasa juga disebut adat atau adat istiadat dalam bentuk
jamak.

Wujud kedua dari kebudayaan disebut dengan sistem sosial yang


menyangkut tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri
dari kegiatan-kegiatan manusia yang saling berinteraksi menurut pola-pola
tertentu sesuai dengan adat istiadat dan tata kelakuan tertentu. Rangkaian
kegiatan manusia dalam masyarakat ini dapat bersifat konkrit dan terjadi di
sekeliling kita setiap hari sehingga dapat di observasi serta di dokumentasikan.

2
Sumanto dkk. Filsafat Ilmu., (Jambi: Pustaka MA’arif 2017) hlm 75

7
Wujud ketiga dari kebudayaan adalah kebudayaan fisik yang tidak terlalu
banyak memerlukan penjelasan. Merupakan hasil fisik dari kegiatan manusia
dalam masyarakat bersifat konkret berupa benda-benda yang bisa dilihat,
dirasa, diraba, di dokumentasikan. Contoh dari wujud kebudayaan ini adalah
arsitektur suatu bangunan, alat-peralatan, benda-benda seni dan lain
sebagainya.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai


kebudayaan. Bahwasanya budaya adalah merupakan ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia yang merupakan manifestasi dalam kehidupan
sehari-hari itu bersifat abstrak. Adapun perwujudan kebudayaan yaitu benda-
benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa
perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, seperti pola perilaku bahasa,
peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain yang kesemuanya
ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.

C. Budaya lokal

Budaya lokal biasanya didefinisikan sebagai budaya asli dari suatu


kelompok masyarakat tertentu. Menurut J.W. Ajawaila, budaya lokal adalah
ciri khas budaya sebuah kelompok masyarakat lokal. Akan tetapi, tidak mudah
untuk merumuskan atau mendefinisikan konsep budaya lokal. Menurut Irwan
Abdullah, definisi kebudayaan hampir selalu terikat pada batas-batas fisik dan
geografis yang jelas. Misalnya, budaya Jawa yang merujuk pada suatu tradisi
yangberkembang di Pulau Jawa. Oleh karena itu, batas geografis telah
dijadikan landasan untuk merumuskan definisi suatu kebudayaan lokal.
Namun, dalam proses perubahan sosial budaya telah muncul kecenderungan
mencairnya batas-batas fisik suatu kebudayaan. Hal itu dipengaruhi oleh faktor
percepatan migrasi dan penyebaran media komunikasi secara global sehingga
tidak ada budaya lokal suatu kelompok masyarakat yang masih sedemikian
asli.

8
Menurut Hildred Geertz dalam bukunya Aneka Budaya dan Komunitas
di Indonesia, di Indonesia saat ini terdapat lebih 300 dari suku bangsa yang
berbicara dalam 250 bahasa yang berbeda dan memiliki karakteristik budaya
lokal yang berbeda pula.
Wilayah Indonesia memiliki kondisi geografis dan iklim yang berbeda-
beda. Misalnya, wilayah pesisir pantai Jawa yang beriklim tropis hingga
wilayah pegunungan Jayawijaya di Provinsi Papua yang bersalju. Perbedaan
iklim dan kondisi geografis tersebut berpengaruh terhadap budaya lokal di
Indonesia.
Pada saat nenek moyang bangsa Indonesia datang secara bergelombang
dari daerah Cina Selatan sekitar 2000 tahun sebelum Masehi, keadaan
geografis Indonesia yang luas tersebut telah memaksa nenek moyang bangsa
Indonesia untuk menetap di daerah yang terpisah satu sama lain. Isolasi
geografis tersebut mengakibatkan penduduk yang menempati setiap pulau di
Nusantara tumbuh menjadi kesatuan suku bangsa yang hidup terisolasi dari
suku bangsa lainnya. Setiap suku bangsa tersebut tumbuh menjadi kelompok
masyarakat yang disatukan oleh ikatan-ikatan emosional serta memandang diri
mereka sebagai suatu kelompok masyarakat tersendiri. Selanjutnya, kelompok
suku bangsa tersebut mengem- bangkan kepercayaan bahwa mereka memiliki
asal-usul keturunan yang sama dengan didukung oleh suatu kepercayaan yang
berbentuk mitos-mitos yang hidup di dalam masyarakat.3
Kemajemukan budaya lokal di Indonesia tercermin dari keragaman
budaya dan adat istiadat dalam masyarakat. Suku bangsa di Indonesia, seperti
suku Jawa, Sunda, Batak, Minang, Timor, Bali, Sasak, Papua, dan Maluku
memiliki adat istiadat dan bahasa yang berbeda-beda. Setiap suku bangsa
tersebut tumbuh dan berkembang sesuai dengan alam lingkungannya. Keadaan
geografis yang terisolir menyebabkan penduduk setiap pulau mengembangkan
pola hidup dan adat istiadat yang berbeda-beda. Misalnya, perbedaan bahasa

3
. L, Siany. Atiek Catur B. (2009). Khazanah Antropologi 1: Untuk Kelas XI SMA dan MA,
Jakarta: Depdiknas

9
dan adat istiadat antara suku bangsa Gayo-Alas di daerah pegunungan Gayo-
Alas dengan penduduk suku bangsa Aceh yang tinggal di pesisir pantai Aceh.

Ciri Budaya Lokal di Indonesia

Ciri-ciri budaya lokal dapat dikenali dalam bentuk kelembagaan sosial


yang dimiliki oleh suatu suku bangsa. Kelembagaan sosial merupakan ikatan
sosial bersama di antara anggota masyarakat yang mengoordinasikan tindakan
sosial bersama antara anggota masyarakat. Dalam lembaga sosial, hubungan
sosial di antara anggotanya sangat bersifat pribadi dan didasari oleh loyalitas
yang tinggi terhadap pemimpin dan gengsi sosial yang dimiliki. Bentuk
kelembagaan sosial tersebut dapat dijumpai dalam sistem gotong royong di
Jawa dan di dalam sistem banjar atau ikatan adat di Bali.

Gotong royong merupakan ikatan hubungan tolong-menolong di antara


masyarakat desa. Di daerah pedesaan pola hubungan gotong royong dapat
terwujud dalam banyak aspek kehidupan. Kerja bakti, bersih desa, dan panen
bersama merupakan beberapa contoh dari aktivitas gotong royong yang sampai
sekarang masih dapat ditemukan di daerah pedesaan. Di dalam masyarakat
Jawa, kebiasaan gotong royong terbagi dalam berbagai macam bentuk. Bentuk
itu di antaranya berkaitan dengan upacara siklus hidup manusia, seperti
perkawinan, kematian, dan panen yang dikemas dalam bentuk selamatan.4

D. Tradisi

Dalam ensiklopedia disebutkan bahwa adat adalah “kebiasaan” atau


“tradisi” masyarakat yang telah dilakukan berulang kali secara turun temurun.
Tradisi secara umum merupakan merupakan adat kebiasaan yang dilakukan
turun temurun dan masih terus menerus dilakukan di masyarakat, di setiap
tempat atau suku yang berbeda-beda.

Dalam buku lain dijelaskan bahwa proses munculnya tradisi melaui dua
cara, yaitu: cara pertama, kemunculan secara spontan dan tak diharapkan serta
4
Budiono Kusumohamodjojo. 2000.  Kebhinekaan Masyarakat Indonesia. Jakarta: Grasindo

10
melibatkan rakyat banyak. Karena suatu alasan,individu tertentu menemukan
warisan historis yang menarik perhatian, ketakziman, kecintaan, dan
kekaguman yang kemudian disebarkan melaui berbagai cara.sehingga
kemunculannya itu mempengaruhi rakyat banyak. Dari sikap takzim dan
mengagumi itu berubahmenjadi perilaku dalam berbagai bentuk seperti ritual,
upacara adat dan sebagainya. Dari semua sikap ini akan membentuk rasa
kekaguman serta tindakan individual menjadi miliknersama dan akan menjadi
fakta sosialyang sesungguhnya dan nantinya akan diagungkan.

Cara kedua adalah melalui mekanisme paksaan. Sesuatu yang dianggap


sebagai tradisi dipilih dan dijadikan perhatian umum ataudipaksakan oleh
individu yang berpengaruh atau yang berkuasa.

Tradisi secara umum dipahami sebagai pengetahuan, doktrin, kebiasaan,


praktek dan lain-lain yang diwariskan turun temurun termasuk cara
penyampaian pengetahuan, doktrin, dan prektek tersebut. Tradisi diwariskan
kepada generasi ke generasi berikutnya. Dengan harapan generasi penerus tetap
menjaga kelestarian tradisi yang sudah ada.

E. Seni

Seni adalah segala yang berkaitan oleh karya cipta yang dihasilkan oleh
rasa , seni merupakan proses dari manusia dan oleh karena itu merupakan
sinonim dari ilmu . Seni bisa dilihat dari intisari ekspresi kreatifitas manusia .
Seni sangat sulit dijelaskan dan sangat sulit dinilai , masing masing individu
mengartikan seni berbeda beda menurut apa yang mereka tangkap dan menurut
apa yang mereka rasakan . Dalam seni terbagi dalam beberapa cabang ilmu
kesenian dan dikelompokan sebagai berikut

1. Seni Sastra , dalam seni sastra terdapat sub kesenian diantaranya ,


cerpen pantun , pantun , peribahasa.
2. Seni Rupa , adalah cabang adalah cabang dari karya seni yang
menghasilkan karya dengan media yang bisa dilihat oleh mata dan
dapat dirasakan oleh rabaan

11
3. Senin Pertunjukan , merupakan proses penyampaian cerita yang
diwujudkan dalam pementasan , terbagi dalam drama , opera , teater
dll
4. Seni Musik , adalah seni yang menghasilkan sebuah karya yang dapat
didengar dan dapat dirasakan oleh perasaan , dihasilkan dari ungkapan
perasaan sang pencipta seni .

F. Lokalitas dan Kearifan lokal

Salah satu lokalitas yang sering kita temui saat di lingkungan kita sehari-
hari adalah ziarah makam. Bagi masyarakat jawa, ziarah secara umum
dilakukan pada pertengahan sampai akhir bulan ruwah menjelang ramadhan.
Pada saat itu masyarakat biasanya secara bersama-sama satu dusun atau satu
desa maupun perorangan dengan keluarga terdekat melakukan tradisi ziarah ke
makam leluhur. Kegiatan ziarah ini secara umum disebut nyadran. Kata
nyadran berarti slametan (sesaji) ing papan kang kramat atau selamatan (sesaji)
di tempat yang keramat. Kata nyadran juga memliki pengertian lain yaitu
slametan ing sasi ruwah nylameti para leluhur (kang lumrah ana ing kuburan
utawa papan sing kramat ngiras reresik tuwun ngirim kembang) selamatan
dibulan ruwah menghormati para leluhur (biasanya di makam atau di tempat
yang keramat sekaligus membersihkan dan mengirim bunga).

Selain bulan ruwah atau sadran, masyarakat jawa juga berziarah tiap
malam jumat atau hari jumat ke makam orang tua atau leluhur mereka. Mereka
mengirim doa berupa membacakan surat yasin dan tahlil untuk mendoakan
arwah orang tua dan leluhur mereka. Di jawa juag dikenal tradisi tahlilan atau
kenduri selama tujuh hari setelah hari kematian orang tua atau kerabat, seratus
dan seribu hari, juga tiap tahun di tanggal kematian. Jika memang jauh sekali
dari makam maka tiap malam jumat akan menyempatkan diri tahlilan untuk
arwah orang tuanya atau kerabatnya.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

agama (islam)dan budaya adalah dua bidang yang dapat dibedakan tapi
tidak dapat dipisahkan. Agama bernilai mutlak, tidak berubah menurut
perubahan waktu dan tempat. Tetapi berbeda dengan budaya, sekalipun
berdasarkan agama, dapat berubah dari waktu ke waktu dan dari tempat ke
tempat. Kebanyakan budaya berdasarkan agama, namun tidak pernah terjadi
sebaliknya, agama berdasarkan budaya. Oleh karena itu, agama adalah primer,
dan budaya adalah sekunder. Budaya dapat berupa ekspresi hidup keagamaan,
karena ia sub-kordinat terhadap agama.

Adapun kebudayaan yang mengiring tumbuhnya dan menyebarnya islam


keberbagai penjuru dunia. Dengan watak, keadaan geografis dan tatanan sosial
yang ada maka melahirkan sejumlah definisi dari budaya atau kebudayaan itu
sendiri.

B. Saran

Sebagai penyusun, penulis merasa banyak kekurangan dalam pembuatan


artikel baik penyusunan kata atau penulisannya bahkan pemahamannya. Oleh
karena itu, kami mohon kritik dan saran yang dapat membangun, agar penulis
dapat memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik.

13
DAFTAR PUSTAKA

Didiek Ahmad Supadie, Sarjuni, 2017. Pengantar Studi Islam, Jakarta: Raja
Grafindo Persada

Sumarto dkk, 2017. Filsafat Ilmu, Jambi: Pustaka Ma’arif Press

L, Siany. Atiek Catur B. (2009). Khazanah Antropologi 1: Untuk Kelas XI SMA


dan MA, Jakarta: Depdiknas

Budiono Kusumohamodjojo. 2000.  Kebhinekaan Masyarakat Indonesia. Jakarta:


Grasindo

14

Anda mungkin juga menyukai