Anda di halaman 1dari 20

Terminologi Agama,Al-Qur’an,Hadist,dan Ijtihad

Disusun Oleh :

Tri Wahyuni (2006150010004)


Diva Nurhami Dilla (2006150010008)

Dosen Pengampu :
Dr.Tgk.Zam Zami,S.Th.I.M.Ag.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI PSDKU

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

2021
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT,yang telah melimpahkan Rahmat,Hidayah,dan Inayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Pendidikan Agama Islam dengan judul
“Terminologi Agama,Al-Qur’an,Hadist,dan Ijtihad”tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung dengan


bantuan berbagai pihak,sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya.Untuk itu tidak
lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu,kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya.Oleh karena itu,dengan lapang
dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran
maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.

Blangkejeren,05 Mei 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................................................... 2
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 4
1.2 Tujuan........................................................................................................................ 4
1.3 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 4
BAB II........................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 6
2.1 Agama ........................................................................................................................ 6
A. Pengertian Agama................................................................................................... 6
B. Janis-Jenis Agama .................................................................................................. 7
C. Fungsi Agama ......................................................................................................... 9
D. Kedudukan Agama ............................................................................................... 11
2.2 Al-Qur’an ............................................................................................................... 12
A. Pengertian Al-Qur’an ........................................................................................... 12
B. Sejarah Turunnya Al-Qur’an ................................................................................ 12
C. Kedudukan Al-Qur’an .......................................................................................... 13
2.3 Hadist/Sunnah ......................................................................................................... 13
A. Pengertian Hadist/Sunnah..................................................................................... 13
B. Kedudukan Hadist terhadap Al-Qur’an ................................................................ 14
C. Fungsi Hadist terhadap Al-Qur’an ....................................................................... 14
D. Macam-macam Hadist .......................................................................................... 15
2.4 Ijtihad ....................................................................................................................... 16
A. Pengertian Ijtihad .................................................................................................. 16
B. Syarat-Syarat Berijtihad ....................................................................................... 16
C. Kedudukan Ijtihad ................................................................................................ 17
D. Bentuk-Bentuk Ijtihad .......................................................................................... 17
BAB III .................................................................................................................................... 18
PENUTUP................................................................................................................................ 18
3.1 Kesimpulan............................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 20
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sumber ajaran islam ialah,segala sesuatu yang dijadikan
dasar,acuan,atau pedoman syariat islam.Ajaran islam adalah pengembangan
agama islam.Agama islam bersumber dari Al-Qur’an yang memuat wahyu
Allah dan Al-Hadist yang memuat sunnah Rasulullah.Komponen utama agama
islam atau unsur utama ajaran agama islam dikembangkan dengan wahyu atau
akal pikiran manusia yang memenuhi syarat untuk mengembangkannya.
Mempelajari agama islam merupakan fardhu’ain,yakni kewajiban
pribadi setiap muslim dan Muslimah,sedangkan mengkaji ajaran islam terutama
yang dikembangkan oleh akal pikiran manusia diwajibkan kepada setiap
masyarakat atau kelompok masyarakat.
Berijtihad adalah berusaha sungguh-sungguh dengan mempergunakan
seluruh kemampuan akal pikiran,pengetahuan dan pengalaman manusia yang
memenuhi syarat untuk mengkaji dan memahami wahyu dan sunnah serta
mengalirkan ajaran,termasuk ajaran mengenai hukum (fikih) islam dari
keduanya.
Dalam upaya memahami ajaran islam,berbagai aspek yang berkenaan
dengan islam perlu dikaji secara seksama,sehingga dapat menghasilkan
pemahaman islam yang komprehensif.Hal ini penting dilakukan,karena kualitas
pemahaman keislaman seseorang akan mempengaruhi pola pikir,sikap,dan
tindakan keislaman yang bersangkutan.

1.2 Tujuan
• Untuk menjelaskan tentang terminologi agama,al-qur’an,hadist,dan
ijtihad.
• Untuk mengkaji lebih dalam tentang terminologi agama,al-
qur’an,hadist,dan ijtihad.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa itu agama ?
2. Apa saja jenis-jenis agama?
3. Apa fungsi agama?
4. Bagaimana kedudukan agama ?
5. Apa itu Al-Qur’an ?
6. Bagaimana sejarah turunnya Al-Qur’an ?
7. Bagaimana kedudukan Al-Qur’an ?
8. Apa itu hadist atau sunnah ?
9. Bagaimana kedudukan hadist/sunnah sebagai sumber hukum islam ?
10. Apa fungsi hadist terhadap Al-Qur’an ?
11. Apa saja macam-macam hadist ?
12. Apa itu ijtihad ?
13. Apa saja syarat berijtihad ?
14. Bagaimana kedudukan ijtihad ?
15. Bagaimana bentuk-bentuk ijtihad ?
BAB II

PEMBAHASAN
1.1 Agama
A. Pengertian Agama
Secara etimologis kata “agama” berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu
yang tersusun dari dua kata, a = tidak dan gam= pergi. Jadi agama artinya
tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi secara turun temurun (Harun
Nasution,1985:9)1. Hal ini menunjukkan pada salah satu sifat agama, yaitu
diwarisi secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ada
juga versi lain yang mengatakan agama tersusun dari a = tidak dan gama
berarti kacau. Jadi agama artinya tidak kacau.
Selanjutnya ada lagi pendapat yang mengatakan bahwa agama berarti
teks atau kitab suci. Agama dalam Bahasa Arab disebut din, yang
mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan,
kebiasaan.Agama memang membawa peraturan-peraturan yang merupakan
hukum, yang harus dipatuhi orang.(Harun Nasution,1985:9)2.
Din dalam bahasa Semit juga berarti undang-undang atau hukum.
Sedangkan dalam bahasa Inggris agama disebut religi yang terambil dari
bahasa latin relegere yang mengandung arti mengumpulkan, membaca.
Pendapat lain kata itu berasal dari relegare yang berarti mengikat.
Intisari yang terkandung dalam istilah-istilah di atas menurut Harun
Nasution adalah ikatan. Agama mengandung arti ikatan-ikatan yang harus
dipegang dan dipatuhi manusia. Sedangkan menurut terminologi, definisi
agama beragam tergantung orang yang mendefinisikannya. Mukti Ali pernah
mengatakan , barangkali tidak ada kata yang paling sulit diberi pengertian dan
definisi selain dari kata agama. Pernyataan ini didasarkan pada tiga alasan.
Pertama, bahwa pengalaman agama adalah soal batin, subyektif dan sangat
individualis sifatnya. Kedua, barangkali tidak ada orang yang begitu
bersemangat dan emosional dari pada orang yang membicarakan agama.
Karena itu setiap pembahasan tentang arti agama selalu ada emosi yang
melekat erat sehingga kata agama itu sulit didefinisikan. Ketiga, konsepsi
tentang agama dipengaruhi oleh tujuan dari orang yang memberikan definisi
itu (Mukti Ali,1971: 4).
Sampai sekarang perdebatan tentang definisi agama masih belum
selesai, hingga W.H. Clark, seorang ahli Ilmu Jiwa Agama, sebagaimana
dikutip Zakiah Daradjat mengatakan, bahwa tidak ada yang lebih sukar dari
pada mencari kata-kata yang dapat digunakan untuk membuat definisi agama,
karena pengalaman agama adalah subyektif, intern, individual, dimana setiap
orang akan merasakan pengalaman agama yang berbeda dari orang lain. Di
samping itu tampak bahwa umumnya orang lebih condong mengaku
beragama, kendatipun ia tidak menjalankannya.

1
(Harun Nasution,1985:9)
2
(Harun Nasution,1985:9)
Menurut Durkheim, agama adalah sistem kepercayaan dan politik yang
telah dipersatukan yang berkaitan dengan hal-hal yang kudus. Bagi Spencer,
agama adalah kepercayaan terhadap sesuatu yang maha mutlak. Sementara
Dewey mengatakan bahwa agama adalah pencarian manusia terhadap cita-
cita umum dan abadi meskipun dihadapkan pada tantangan yang dapat
mengancam jiwanya; agama adalah pengenalan manusia terhadap kekuatan
ghaib yang hebat. (Didiek Ahmad Subadi, 2012: 36) Oxfort Student
Dictionary (1978) mendefinisikan agama (religion) dengan “ the belief in the
existence of supranatural ruling power, the creator ad controller of the
universe”, yaitu suatu kepercayaan akan adanya suatu kekuatan pengatur
supranatural yang mencipta dan mengendalikan alam semesta. Agama dalam
pengertiannya yang paling umum diartikan sebagai sistem orientasi dan
obyek pengabdian. (Azyumardi Azra ,2003: 28). Dalam pengertian ini semua
orang adalah makhluk relegius, karena tak seorangpun dapat hidup tanpa
suatu sistem yang mengaturnya.
Kebudayaan yang berkembang di tengah manusia adalah produk dari
tingkah laku keberagamaan manusia. Dari pengertian di atas, sebuah agama
biasanya mencakup tiga persoalan pokok, yaitu:
1. Keyakinan (credial), yaitu keyakinan akan adanya sesuatu
kekuatan supranatural yang diyakini mengatur dan mencipta
alam.
2. Peribadatan (ritual), yaitu tingkah laku manusia dalam
berhubungan dengan kekuatan supranatural tersebut sebagai
konsekwensi atau pengakuan dan ketundukannya.
3. Sistem nilai (hukum/norma) yang mengatur hubungan
manusia dengan manusia lainnya atau alam semesta yang
dikaitkan dengan keyakinannya tersebut.
Dengan demikian jelaslah bahwa agama merupakan seperangkat
aturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan , dengan
sesama manusia dan dengan alam sekitarnya.

B. Janis-Jenis Agama
Ditinjau dari sumbernya, agama dapat dibagi dua, yaitu:
1. Agama samawi/ revealed religion (agama wahyu)
2. Agama ardhi/ culture religion (agama bukan wahyu / buatan
manusia)
Agama wahyu adalah agama yang diterima oleh manusia dari
Allah SWT Sang Pencipta melalui malaikat Jibril dan disampaikan dan
disebarkan oleh Rasul-Nya kepada umat manusia. Wahyu-wahyu
tersebut dilestarikan melalui Kitab Suci, suhuf (lembaran-lembaran
tertulis) atau ajaran lisan. Yang termasuk ke dalam agama wahyu yaitu
Yahudi, Nasrani dan Islam. Agama bukan wahyu bersandar semata-
mata kepada ajaran dari seorang manusia yang dianggap memiliki
pengetahuan tentang kehidupan dalam berbagai aspeknya secara
mendalam. Contohnya agama Budha yang berpangkal pada ajaran
Sidharta Gautama dan Confusianisme yang berpangkal pada ajaran
Kong Hu Chu. Agama Hindu, agama Sinto dan lain sebagainya yang
berpangkal pada ajaran yang dibawa oleh manusia sebagai pembawa
dan penyebar agama tersebut.
Adapun ciri-ciri agama wahyu antara lain:
1. Secara pasti ditentukan lahirnya, bukan tumbuh dari
masyarakat,
melainkan diturunkan kepada masyarakat.
2. Disampaikan oleh manusia yang dipilih Allah SWT sebagai
utusan
Nya. Utusan itu bukan menciptakan agama tetapi
menyampaikan agama.
3. Memiliki kitab suci yang bersih dari campur tangan manusia.
4. Ajarannya serba tetap, walaupun tafsirannya dapat berubah
sesuai dengan kecerdasan dan kepekaaan manusia.
5. Konsep ketuhanannya adalah monotheisme mutlak
(Tauhid).
6. Kebenarannya adalah universal, yaitu berlaku bagi setiap
manusia, masa dan keadaan.
Jika keenam tolok ukur ini dibawa kepada tiga agama
samawy, maka agama Islamlah yang memenuhi kriteria
sebagai agama samawi untuk saat ini. Agama Yahudi dan
Nasrani dalam perjalanan sejarahnya mengalami distorsi-
distorsi karena kurang terjaganya pengamanan wahyu. Hal
ini dapat dilihat dari ajaran Yahudi dan Nasrani, terutama
tentang ketuhanannya yang tidak monotheisme murni (tidak
tauhid).
Adanya Tuhan Yahweh dalam ajaran Yahudi dan konsep
Trinitas dalam ajaran Nasrani menggambarkan ketidakaslian
agama tersebut. Ditambah lagi adanya dosa waris,
pembabtisan, legalitas paus mengampuni dosa jemaatnya
telah keluar dari ajaran aslinya yang bersumber dari
wahyu.(Muh. Rifa‟I: 1984).

C. Fungsi Agama
Fungsi Agama Agama adalah sesuatu yang melekat dalam diri
manusia. Tidak ada seorang pun secara mutlak lepas dari agama.
Keberadaan agama bagi kehidupan manusia pada dasarnya mempunyai
dua fungsi utama. Pertama sebagai informasi dan kedua sebagai
konfirmasi. Secara rinci fungsi agama adalah sebagai berikut:
1. Agama sebagai petunjuk kebenaran Manusia adalah makhluk
berakal.Dengan akal itulah lahir ilmu dan filsafat sebagai sarana
untuk mencari kebenaran. Namun tidak semua kebenaran yang
dicari manusia terjawab oleh ilmu dan filsafat dengan
memuaskan karena pijakannya adalah akal yang mempunyai
kemampuan terbatas dan kebenaran yang relatif dan nisbi. Oleh
karena itu manusia memerlukan sumber kebenaran lain. Sumber
kebenaran lain adalah agama, yaitu informasi dari Tuhan Yang
Maha Mutlak, Tuhan yang Maha Benar.
2. Agama sebagai informasi metafisika.Banyak hal-hal yang belum
terungkap oleh akal manusia terutama yang menyangkut hal-hal
metafisika. Misalnya kehidupan setelah mati barzakh, yaumul
hisab, surga, neraka, malaikat, jin dan termasuk informasi
tentang Tuhan. Akal manusia tidak mampu mengungkap dan
mencari informasi tentang hal tersebut dengan benar. Pencarian
manusia merupakan perkiraan semata bahkan dapat berupa
hayalan. Agama yng di dalamnya ada wahyu dari Tuhan Yang
Maha Mengetahui memberikan informasi yang jelas dan benar
tentang sesuatu yang berkaitan dengan metafisika.
3. Agama sebagai sumber moral.Persoalan moral atau akhak
merupakan persoalan yang mendasar dalam kehidupan manusia.
Bahkan misi dari kenabian dan diturunkannya agama adalah
untuk memperbaiki akhlak manusia. Akhlak juga dapat
menjadikan standar kemuliaan seseorang dan membedakannya
dengan binatang. Sekalipun akal manusia mampu untuk berpikir
dan mengetahui yang baik dan buruk, tetapi yang mampu
dipikirkan akal itu masih sifatnya terbatas. Apalagi hasil pikiran
manusia kadang kala dipengaruhi oleh hawa nafsu dan orientasi
keduniaannya, maka seringkali yang diputuskan akal tidak
sesuai dengan tuntunan akhlak yang sebenarnya. Untuk itu perlu
bimbingan dari agama yang mampu menuntun kehidupan
manusia. Tidak hanya untuk kebahagiaan di dunia, tetapi juga
menuju kebahagiaan di akhirat. Agama yang diturunkan oleh
Tuhan Yang Maha Benar mampu untuk memberikan informasi
tentang kebaikan yang sesungguhnya.
4. Agama sebagai sumber syariah dan ibadah.Hal yang
terpenting dalam agama adalah peribadatan. Peribadatan
merupakan aplikasi dan realisasi dari keimanan seseorang.
Peribadatan yang benar hanya diperoleh melalui agama yang
diwahyukan Tuhan kepada manusia.Manusia dengan
akalnya tidak mampu menciptakan bentuk penyembahan dan
peribadatan yang benar.
5. Agama sebagai sumber ilmu atau fungsi konfirmasi.Wahyu
yang diturunkan Allah SWT dalam agama merupakan
sumber ilmu yang dengannya manusia dapat
mengembangkan kemampuan berpikirnya tentang realitas
alam semesta.Ketika manusia mampu untuk menemukan
suatu teori ilmu, dan mengambangkan pengetahuannya,
perlu ada pengkonfirmasian dengan wahyu, agar ilmu dan
pengetahuan yang diperoleh memperdekatkan dirinya
kepada Tuhan.

Dengan melihat fungsi agama di atas, maka yang dapat


memenuhi fungsi tersebut adalah agama yang tergolong agama wahyu.
Agama ciptaan manusia tidak mampu mengungkap hal-hal yang tidak
terjangkau oleh akal. Satu-satunya agama wahyu sekarang ini hanyalah
agama Islam. Artinya, fungsi agama secara utuh hanya ditemukan dalam
agama Islam.

D. Kedudukan Agama
Penamaan “Islam” sebagai sebuah din berbeda dengan agama lainnya.
Biasanya agama lain sebelum Islam dambil dari nama pembawanya atau
kepada suku atau tempat kelahiran agama tersebut. Agama Budha di
nisbahkan dengan Sidarta Buddha Gautama, Zoroasrter dinisbahkan kepada
Zarahustra, Kong Hu Chu kepada Kong Fu Tse. Yahudi dinisbahkan kepada
kaum yang menganut ajaran Nabi Musa a.s yaitu Yuda (Jews). Agama Hindu
dinisbahkan kepada tempat berkembanganya agama tersebut yaitu India
(Hindustan). Agama Kristen dinisbahkan kepada pengajarnya yakni “Jesus
Crist”. Orang Islam menyebutnya dengan Nasrani dinisbahkan kepada tempat
kelahiran Isa a.s yaitu Nazareth. (Didiek Ahmad Supadie, 2012:69-70)3.
Tidak seperti agama-agama di atas, penamaan Islam diambil dari
hakekat dan substansi ajaran yang terkandung di dalamnya. Jika agama
lain baru ada setelah pembawa ajarannya telah tiada. Namun nama
“Islam” sudah ada sejak kelahirannya. Istimewanya adalah Allah SWT
sendiri yang memberi nama Islam yang berulang kali diungkapkan
dalam Al-Qur‟an. Islam merupakan turunan dari kata aslama yang
artinya bersih dan selamat dari kecacatan, atau sempurna. Islam dapat
juga terambil dari kata assilmu yang berarti perdamaian dan keamanan.
Dari pengertian kata di atas dapat disimpulkan bahwa Islam
mengandung arti berserah diri, tunduk, patuh dan taat sepenuhnya
kepada kehendak Allah SWT. Ketundukan dan kepatuhan kepada Allah
itu melahirkan keselamatan dan kesejahteraan diri serta kedamaian bagi
sesama manusia dan lingkungannya. Berdasarkan pengertian Islam
secara etimologi dan ungkapan Allah dalam Al-Qur‟an, Islam dapat
dipandang dalam dua makna yaitu, pertama Islam sudah menjadi agama
yang dibawa sejak Nabi Adam a.s sampai Nabi Muhammad SAW,
karena pada hekekatnya semua para Rasul mengajarkan kepatuhan dan
ketundukan hnya kepada Allah SWT. Kedua Islam adalah risalah yang

3
(Didiek Ahmad Supadie, 2012:69-70)
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang berisi seperangkat ajaran
aqidah, ibadah dan akhlak.

2.1 Al-Qur’an
A. Pengertian Al-Qur’an
Dari segi bahasa,al-Qur’an berasal dari kata qara’a-yaqra’u-
qira’atan-qur’anan,yang berarti sesuatu yang dibaca atau bacaan.Dari
segi istilah,al-qur’an adalah Kalamullah yang diturunkan kepada nabi
Muhammad Saw.Dalam bahasa Arab yang sampai kepada kita secara
mutawattir,ditulis dalam mushaf,dimulai dengan surah al-Fatihah dan di
akhiri dengan surah an-Nas,membacanya berfungsi sebagai
ibadah,sebagai mukjizat Nabi Muhammad Saw,dan sebagai hidayah
atau petunjuk bagi umat manusia.

B. Sejarah Turunnya Al-Qur’an


Al-Qur’an sebagai wahyu Allah SWT,diturunkan kepada nabi
Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibril as,sebagaimana
disebutkan dalam al-Qur’an surah as-Syu’ara ayat 192-195.Surah ini
menjelaskan bahwa al-Qur’an adalah Kalam Allah yang dituangkan oleh
malaikat Jibril as Rasulullah Saw dengan lafadznya berbahasa
arab.Maksud turunan disini bukanlah turunnya yang pertama kali ke
langit dunia,tetapi yang dimaksud adalah turunnya al-Qur’an itu secara
bertahap.
Asy-Sya’bi menyebutkan bahwa al-Qur’an mula-mula turun
pertama kalinya pada malam qadar (lailatur qadr) di bulan
Ramadhan.Kemudian setelah itu turunnya berlanjut secara berangsur-
angsur sesuai dengan kejadian dan peristiwa selama kurang lebih 23
tahun.Pendapat ini didasarkannya pada surah al-Qadr ayat 1.Ayat ini
menjelaskan bahwa kitab suci-Nya itu diturunkan pada malam yang
penuh berkah,yaitu pada malam bulan Ramadhan.Hal ini bisa kita temui
juga dalam surah al-Baqarah ayat 185.Ayat ini menjelaskan tentang
permulaan turunnya al-Qur’an,yaitu pada malam mubarakah atau
dinamai juga lailatul qadr,yakni salah satu malam pada bulan
Ramadhan.Malam tersebut dinamakan Lailah almubarakah karena
malam tersebut telah dipenuhi dengan berkah dan nikmat Allah yang tak
ternilai,yaitu turunnya al-Qur’an al-Karim,pembebas umat manusia dari
kesesatan,dan pembimbing mereka ke jalan yang benar,menuju
kebahagiaan dunia dan akhirat.Dinamakan pula malam tersebut lailatul
qadr karena ia mempunyai nilai yang tinggi,lantaran pada malam itu
diturunkannya kitab suci kepada Nabi dan Rasul-Nya yang terakhir,dan
akan menjadi pedoman bagi seluruh umat manusia sepanjang masa dan
dimanapun.
Berdasarkan penjelasan di atas,dapat dipahami bahwa
penurunan al-Qur’an itu ada du acara,yaitu:sekaligus dan secara
terpisah(berangsur-angsur).

C. Kedudukan Al-Qur’an
Sebagai sumber hukum islam,al-Qur’an memiliki kedudukan
yang sangat tinggi.Al-Qur’an merupakan sumber utama dan pertama
sehingga semua persoalan harus merujuk dan berpedoman
kepadanya.Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah an-Nisa ayat
59 dan 105.
Berdasarkan dua ayat tersebut ,dijelaskan bahwa al-Qur’an
adalah kitab yang berisi sebagai petunjuk dan peringatan bagi orang-
orang yang beriman.Al-Qur’an sumber dari segala sumber hukum baik
dalam konteks kehidupan di dunia maupan di akhirat kelak.Namun
demikian,hukum-hukum yang terdapat dalam kitab suci al-Qur’an ada
yang bersifat rinci dan sangat jelas maksudnya,dan ada yang masih
bersifat umum dan perlu pemahaman mendalam untuk memahaminya.

2.2 Hadist/Sunnah
A. Pengertian Hadist/Sunnah
Secara bahasa,hadist berarti perkataan atau ucapan.Menurut
istilah,hadist adalah segala perkataan,perbuatan,dan ketetapan (taqrir)
yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw.Hadist juga dinamakan
sunnah.Namun demikian,ulama membedakan hadist dengan
sunnah.Hadist adalah ucapan atau perkataan Rasulullah
Saw.Sedangkan,sunnah adalah segala apa yang dilakukan oleh
Rasulullah Saw yang menjadi sumber hukum islam.
Hadist dalam arti perkataan atau ucapan Rasulullah saw,terdiri
atas beberapa bagian yang saling terkait satu sama lain.Bagian-bagian
hadist tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sanad,yaitu sekelompok orang atau seseorang yang menyampaikan
hadist dari Rasulullah Saw sampai kepada kita sekarang ini.
b. Matan,yaitu isi atau materi hadist yang disampaikan Rasulullah Saw.
c. Rawi,yaitu orang yang meriwayatkan hadist.

B. Kedudukan Hadist terhadap Al-Qur’an


Sebagai sumber hukum islam,hadist berada satu tingkat dibawah
al-Qur’an.Artinya,jika sebuah perkara hukumnya tidak terdapat di
dalam al-Qur’an,yang harus dijadikan sandaran berikutnya adalah hadist
tersebut.

C. Fungsi Hadist terhadap Al-Qur’an


Rasulullah Saw sebagai pembawa risalah Allah Swt,bertugas
menjelaskan ajaran yang diturunkan Allah Swt melalui al-Qur’an
kepada umat manusia.Oleh karena itu,hadist berfungsi untuk
menjelaskan (bayan) serta menguatkan hukum-hukum yang terdapat
dalam al-Qur’an.
Fungsi hadist terhadap al-Qur’an dapat dikelompokkan menjadi
empat,yaitu sebagai berikut:
a. Menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an yang masih bersifat
umum
Contohnya adalah ayat al-Qur’an yang
memerintahkan salat.Perintah salat dalam al-Qur’an
masih bersifat umum sehingga diperjelas dengan hadist-
hadist Rasulullah Saw tentang salat baik tata caranya
maupun jumlah bilangan raka’atnya.Untuk menjelaskan
perintah salat tersebut,misalnya keluarlah sebuah hadist
yang berbunyi “Salatlah kalian sebagaimana kalian
melihat aku salat”.(H.R.Bukhari).
b. Memperkuat pernyataan yang ada di dalam al-Qur’an.
Seperti dalam al-Qur’an terdapat ayat yang menyatakan
,”Barangsiapa diantara kalian melihat bulan,maka
berpuasalah”.Kemudian ayat tersebut diperkuat oleh
sebuah hadist yang berbunyi:”Berpuasalah karena
melihat bulan dan berbukalah karena
melihatnya”.(H.R.Bukhari dan Muslim).
c. Menerangkan maksud dan tujuan ayat yang ada dalam al-
Qur’an.
Misal,dalam surah at-Taubah/9:34 dikatakan:”
orang-orang yang menyimpan emas dan perak,tidak
membelanjakannya di jalan Allah Swt,gembirakanlah
mereka dengan azab yang pedih”.Ayat ini dijelaskan
oleh hadist yang berbunyi :”Allah Swt,tidak mewajibkan
zakat kecuali supaya menjadi baik harta-hartamu yang
dizakati.(H.R.Baihaqi).
d. Menetapkan hukum baru yang tidak terdapat dalam al-
Qur’an.
Maksudnya adalah bahwa jika suatu masalah
tidak terdapat hukumnya dalam al-Qur’an diambil dari
hadist yang sesuai.Misalnya bagaimana hukumnya
seorang laki-laki yang menikahi saudara perempuan
istrinya.

D. Macam-macam Hadist
Ditinjau dari segi perawinya,hadist terbagi dalam tiga bagian
yaitu sebagai berikut:
a. Hadist Mutawattir
Hadist mutawattir adalah hadist yang diriwayatkan oleh banyak
perawi,baik dari kalangan para sahabat maupun generasi sesudahnya
dan dipastikan di antara mereka tidak bersepakat dusta.
b. Hadist Masyur
Hadist masyur adalah hadist yang diriwayatkan oleh dua orang
sahabat atau lebih yang tidak mencapai derajat mutawattir,namun
setelah itu tersebar dan diriwayatkan oleh sekian banyak tabi’ sehingga
tidak mungkin bersepakat dusta.
c. Hadist Ahad
Hadist ahad adalah hadist yang hanya diriwayatkan oleh satu atau dua
orang perawi,sehingga tidak mencapai derajat mutawattir.
Dilihat dari segi kualitas orang yang meriwayatkannya
(perawi),hadist dibagi kedalam beberapa bagian,yaitu sebagai berikut:
• Hadist sahih,yaitu yang diriwayatkan oleh perawi yang adil,kuat
hafalannya,tajam penelitiannya,sanadnya bersambungan kepada
Rasulullah Saw,tidak tercela,dan tidak bertentangan dengan
Riwayat orang yang lebih terpercaya.Hadist ini dijadikan
sebagai sumber hukum dalam beribadah (hujjah).
• Hadist hasan,yaitu yang diriwayatkan oleh perawi yang
adil,tetapi kurang kuat hafalannya,sanadnya bersambung,tidak
cacat,dan tidak bertentangan.Sama seperti hadist sahih hadist ini
dijadikan sebagai landasan mengerjakan amal ibadah.
• Hadist da’if,yaitu hadist yang tidak memenuhi kualitas hadist
sahih dan hadist hasan.Para ulama mengatakan bahwa hadist ini
tidak dapat dijadikan hujjah,tetapi dapat dijadikan sebagai
motivasi dalam beribadah.
• Hadist maudu’,yaitu hadist yang bukan bersumber kepada
Rasulullah Saw atau hadist palsu.Dikatakan hadist padahal sama
sekali bukan hadist.Hadist ini jelas tidak dapat dijadikan
landasan hukum,dan hadist ini tertolak.

2.3 Ijtihad
A. Pengertian Ijtihad
Kata ijtihad berasal dari bahasa Arab ijtahada-yajtahidu-
ijtihadan yang berarti mengerahkan segala kemampuan,bersungguh-
sungguh mencurahkan tenaga,atau bekerja secara optimal.Secara
istilah,ijtihad adalah mencurahkan segenap tenaga dan pikiran secara
sungguh-sungguh dalam menetapkan suatu hukum.Orang yang
melakukan ijtihad dinamakan mujtahid.

B. Syarat-Syarat Berijtihad
Karena ijtihad sangat bergantung pada kecakapan dan keahlian
para mujtahid,dimungkinkan hasil ijtihad antara satu ulama dengan
ulama lainnya berbeda hukum yang dihasilkan.Oleh karena itu,tidak
semua orang dapat melakukan ijtihad dan menghasilkan hukum yang
tepat.Berikut beberapa syarat yang harus dimiliki seseorang untuk
melakukan ijtihad.
• Memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam.
• Memiliki pemahaman mendalam tentang bahasa Arab,ilmu
tafsir,usul fikih,dan tarikh(sejarah).
• Memahami cara merumuskan hukum (istinbat).
• Memiliki keluhuran akhlak mulia.

C. Kedudukan Ijtihad
Ijtihad memiliki kedudukan sebagai sumber hukum islam setelah
al-Qur’an dan hadist.Ijtihad dilakukan jika suatu persoalan tidak
ditemukan hukumnya dalam al-Qur’an dan hadist.Namun
demikian,hukum yang dihasilkan dari ijtihad tidak boleh bertentangan
dengan al-Qur’an maupun hadist.

D. Bentuk-Bentuk Ijtihad
Ijtihad sebagai sebuah metode atau cara dalam menghasilkan sebuah
hukum terbagi ke dalam beberapa bagian,yaitu sebagai berikut :
• Ijma’,yaitu kesepakatan para ulama ahli ijtihad dalam memutuskan
suatu perkara atau hukum.
• Qiyas,yaitu mempersamakan atau menganalogikan masalah baru
yang tidak terdapat dalam al-Qur’an atau hadist dengan yang sudah
terdapat hukumnya dalam al-Qur’an atau hadist karena kesamaan
sifat atau karakternya.
• Maslahah Mursalah,yaitu penetapan hukum yang menitikberatkan
pada kemanfaatan suatu perbuatan dan tujuan hakiki-universal
terhadap syariat islam.
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembahasan diatas adalah sebagai: berikut:

• Agama artinya tidak pergi,tetap ditempat,dan diwarisi secara turun temurun


(Harun Nasution,1985:9).
• Jenis agama terbagi menjadi dua,yaitu agama samawi dan agama ardhi.
• Agama memiliki fungsi yaitu : sebagai petunjuk kebenaran manusia,agama
sebagai informasi metafisika,agama sebagai sumber moral,agama sebagai
sumber Syariah dan ibadah,dan agama sebagai sumber ilmu atau fungsi
konfirmasi.
• Kedudukan agama mengandung arti bahwa islam berserah
diri,tunduk,patuh,dan taat sepenuhnya kepada kehendak Allah Swt.
• Al-Qur’an adalah petunjuk bagi umat manusia.
• Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantara malaikat
Jibril as.
• Kedudukan al-Qur’an yaitu sebagai sumber hukum yang utama dan pertama di
dalam islam.
• Hadist merupakan perkataan atau ucapan Rasulullah.
• Bagian-bagian hadist adalah sanad,matan,dan rawi.
• Kedudukan hadist adalah sumber hukum islam berada satu tingkat dibawah al-
Qur’an.
• Hadist memiliki fungsi yaitu : menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an yang masih
bersifat umum,memperkuat pernyataan yang ada di dalam al-
Qur’an,menerangkan maksud dan tujuan ayat yang ada didalam al-Qur’an,dan
menetapkan hukum baru yang tidak terdapat dalam al-Qur’an.
• Macam-macam hadist yaitu : hadist mutawattir,hadist masyur,dan hadist ahad.
• Hadist dari segi kualiatas yang meriwayatkannya (perawi) dibagi dalam
beberapa bagian yaitu : hadist sahih,hadist hasan,hadist da’if,dan hadist maudu’.
• Ijtihad adalah mencurahkan segenap tenaga dan pikiran secara sungguh-
sungguh dalam menetapkan suatu hukum.
• Syarat-syarat berijtihad adalah memiliki pengetahuan yang luas dan
mendalam,memilik pemahaman tentang bahasa Arab,ilmu tafsir,usul fikih,dan
Tarikh (sejarah),memahami cara merumuskan hukum (istinbat),dan memiliki
keluhuran akhlak mulia.
• Kedudukan ijtihad adalah sebagai sumber hukum islam setelah al-Qur’an dan
hadist.
• Bentuk-bentuk ijtihad yaitu : Ijma’,Qiyas,dan Maslahah Mursalah.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Al-Ulum,volum.11,Nomor 2,Desember 2011.Hal.283-310.

Khairiyah Nelty,Endi Suhendi Zen:2016,Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti,Pusat


Kurikulum dan Perbukuan,Jakarta.

Muhammad Yasir,Ade Jamaruddin:2016,Studi Al-Qur’an,Asa Riau (CV.Asa


Riau).Pekanbaru.

Matsna,Kadar,Supriadi,Nurhasanah Bakhtiar,Ahmad Kosasih:2017,Pendidikan Agama


Untuk Perguruan Tinggi,BKS PTN-BARAT,Palembang.

Anda mungkin juga menyukai