Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA
Laporan Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Pendidikan Agama

Dosen pembimbing

Dr. Khaidir Saib, M.Sc

Disusun Oleh :

Nia Ulandari : 2202020088

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

STIE RIAU 2022/2023

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT. Atas izin-Nya
lah Kami dapat menyelesaikan makalah MANUSIA dan AGAMA ini tepat
waktu. Tak lupa pula kani kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi
Besar Muhammad SAW. Beserta keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh
umatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Agama Islam.

Dalam Pembahasan Topik Manusia Dan Agama. Dalam penyelesaian makalah ini,
kami mendapatkan bantuan serta bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu,
sudah sepantasnya kami haturkan terima kasih kepada.

 Dr. Khaidir Saib, M.Sc selaku dosen mata kuliah Pendidikan


Agama.
 Orang tua kami yang banyak memberikan dukungan baik moral
maupun materil.
 Semua pihak yang tidak dapat kami rinci satu per satu yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Karena itu kami mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi perbaikan
makalah di masa mendatang. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat dan
memenuhi harapan berbagai pihak. Amiin.

Pekanbaru, 27 Agustus

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah........................................................1


1.2 Rumusan Masalah.................................................................2
1.3 Tujuan...................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN................................................................................4

2.1 Defenisi Agama.......................................................................4


2.2 Sejarah Penolakan Agama........................................................8
2.3 Apakah Agama Itu Sama........................................................10

BAB III PENUTUP............................................................................12

3.1 Simpulan................................................................................13
3.2 Saran......................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATER BELAKANG MASALAH

Masalah manusia dan agama tidak pernah lepas dari perkara dunia. Agama
diciptakan pula karena ada manuasia, sedangkan manusia sangat mebutuhkan
agama sebagai tuntunannya, Oleh sebab itu kedua nya memiliki pengaruh besar
dalam pembinaan generasi yang akan dating.

Agama sangat berperan penting bagi manusia sebagaimana menjamin


kelapangan dadadan menumbuhkan ketenangan hati bagi para pemeluknya.
Agama dapat memilihara manusia dari penyimpangan, kerusakan dan menjauhkan
tingkah laku yang negatif yang merugiksn diri sendiri maupun orang lain.
Disamping itu manusia juga sebagai benteng pertahanan generasi muslim dari
berbagai aliran yang tidak sesuai dengan tataran kehidupan.

Agama juga berperan penting dalam pembinaan akidah dan akhlak mulia
yang dapat menjadikan individu-individu yang bermoral serta bertakwa di
masyarsakat hingga menjadi teladan yang baik.
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Definisi Agama ?
2. Sejarah penolakan Agama ?
3. Apakah Agama itu sama ?
1.3 TUJUAN

Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah agama islam, tujuan di buat
makalah ini adalah demi menambah wawasan tentang manusia dan agama. Mulai
dari konsep manusia dan sebutan manusia dalam Al-Qur’an.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI AGAMA

A. Pengertian Agama Secara Etimologi

Pengertian agama secara etimologi, kata agama berasal dari bahasa Sankskrit.
Ada yang berpendapat bahwa kata itu terdiri dua kata, a berarti tidak dan gam berarti
pergi, jadi agama artinya tidak pergi; tetap di tempat; diwarisi turun termurung.
Agama memang mempunyai sifat yang demikian. Pendapat lain mengatakan bahwa
agama berarti teks atau kitab suci. Selanjutnya dikatakan bahwa gam berarti tuntutan.
Agama juga mempunyai tuntunan, yaitu Kitab Suci. Istilah agama dalam bahasa
asing bermacam-macam, antara lain : religion, religio, religie, godsdienst, dan ad-
din.

Kata religi - religion dan religio, secara etimologi – menurut winker paris dalam
algemene encyclopaedie mungkin sekali dari bahasa latin, yaitu dari kata religere
atau religare yang berarti terikat, maka dimaksudkan bahwa setiap orang yang
bereligi adalah orang yang senantiasa merasa terikat dengan sesuatu yang dianggap
suci. Kalau dikatakan berasal dari kata religere yang berarti berhati hati, maka
dimaksudkanbahwa orang yang bereligi itu adalah orang yang senantiasa bersikap
hati hati dengan sesuatu yang dianggap suci.

Dari etimologis ketiga kata di atas maka dapat diambil pengertian bahwa
agama (religi, din): (1) merupakan jalan hidup yang harus ditempuh oleh manusia
untuk mewujudkan kehidupan yang aman, tentram dan sejahtera; (2) bahwa jalan
hidup tersebut berupa aturan, nilai atau norma yang mengatur kehidupan manusia
yang dianggap sebagai kekuatan mutlak, gaib dan suci yang harus diikuti dan
ditaati. (3) aturan tersebut ada, tumbuh dan berkembang bersama dengan tumbuh
dan berkembangnya kehidupan manusia, masyarakat dan budaya.

a) Etimologi Bahasa Inggris Dalam bahasa Inggris, kata “agama” diterjemahkan


menjadi “religion”. Untuk mengkaji kata “religion”, kami menggunakan metode
yang sama dengan di atas, yakni melalui metode etimologis Ada dua pendapat
mengenai asal-usul kata “agama”. Pertama, berasal dari bahasa Indo-German, yaitu
“gam”, identik dengan “go” dalam bahasa Inggris yang berarti “jalan, cara berjalan,
cara-cara sampai pada keridhaan Tuhan”. Namun, menurut Sukardji, orang yang
mengatakan bahwa kata “agama” berasal dari bahasa Indo-German berarti belum
mengetahui bahasa Sansekerta. Kedua, berasal dari bahasa Sansekerta. Dalam kitab
Upadeca tentang “Ajaran-ajaran Agama Hindu”, disebutkan bahwa “agama”
tersusun dari kata “a” yang berarti “tidak” dan “gam” yang berarti “jalan”. Dalam
bentuk harfiah, “agama” berarti “tetap di tempat, langgeng, abadi, diwariskan
secara terus-menerus dari generasi ke generasi”.Ada pula pendapat lain, yaitu
“agama” berasal dari kata “a” yang berarti “tidak”, dan “gama” yang berarti
“kacau”. Maksudnya, orang-orang yang memeluk suatu agama dan mengamalkan
ajaran-ajarannya, hidupnya tidak akan kacau.

b) Etimologi Bahasa Arab Kata “agama” dalam bahasa Arab diterjemahkan


menjadi “ad-dien”. Munjied mengatakan bahwa arti harfiah dari “ad-dien” cukup
banyak, misalnya “pahala, ketentuan, kekuasaan, peraturan, dan perhitungan”.
Fairuzabadi dalam kamusnya, Al-Muhieth, mengatakan bahwa arti harfiah “ad-
dien” adalah “kekuasaan, kemenangan, kerajaan, kerendahan, kemuliaan,
perjalanan, peribadatan, dan paksaan”.Sedangkan menurut Harun Nasution, “ad-
dien” mengandung arti “menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan,
kebiasaan”.
B.Pengertian Agama Menurut Beberapa Ahli Dan Tokoh

1. Fakhroeddin al-Kahiri, Agama dari segi etimologi berasal dari dua kata; A: tidak
dan Gama: kacau, kocar--kacir, berantakan, yang sama artinya dengan perkataan
Griek; Chaos. Jadi pengertian agama adalah tidak kocar-kacir atau tidak
berantakan, atau agama itu teratur, dan beres.

2. Menurut Bahrun Rangkuti, seorang muslim cendekiawan sekaligus seorang


linguis, mengatakan bahwa definisi dan pengertian agama berasal dari bahasa
Sansekerta; a-gama. A (panjang) artinya adalah cara, jalan, The Way, dan gama
adalah bahasa Indo Germania; bahasa Inggris Togo artinya jalan, cara-cara berjalan,
cara-cara sampai kepada keridhaan kepada Tuhan.

3. R.R. Marett, seorang ahli antropologi Inggris mengatakan bahwa definisi dan
pengertian agama itu menyangkut lebih dari pada hanya pikiran, yaitu perasaan dan
kemauan juga, dan dapat memanifestasikan dirinya menurut segi-segi emosionilnya
walaupun idenya kabur.

4. J. G. Frazer, megatakan agama adalah suatu ketundukan atau penyerahan diri


kepada kekuatan yang lebih tinggi dari pada manusia yang dipercayai mengatur dan
mengendalikan jalannya alam dan kehidupan manusia.

5. Eden Sheffield Brigtman, memberikan definisi dan pengertian agama, yaitu


bahwa agama merupakan suatu unsur pengalaman-pengalaman yang dipandang
mempunyai nilai yang tinggi; pengabdian kepada suatu kekuasaan-kekuasaan yang
dipercayai sebagai sesuatu yang menjadi asal mula, yang menambah dan
melestarikan nilai-nilai ini; dan sejumlah ungkapan yang sesuai tentang urusan serta
pengabdian tersebut baik dengan cara melakukan upacara-upacara yang simbolis
maupun melaui perbuatanperbuatan yang lain yang bersifat perseorangan serta yang
bersifat kemasyarakatan.
6. Émile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu
yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci.
Kita sebagai umat beragama semaksimal mungkin berusaha untuk terus
meningkatkan keimanan kita melalui rutinitas beribadah, mencapai rohani yang
sempurna kesuciannya.

7. Sukardji memberikan definisi “ad-dien” sebagai “undang-undang kebutuhan


yang mendorong dan menjiwai orang berakal dengan usahanya untuk sejahtera
hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat”.

8. Menurut Al-Syahrastani, agama adalah kekuatan dan kepatuhan yang terkadang


biasa diartikan sebagai pembalasan dan perhitungan (amal perbuatan di akhirat).

9. Menurut Prof. Dr. Bouquet mendefinisikan agama adalah hubungan yang tetap
antara diri manusia dengan yang bukan manusia yang bersifat suci dan supernatur,
dan yang bersifat berada dengan sendirinya dan yang mempunyai kekuasaan
absolute yang disebut tuhan.

10. Webster New 20th Century Dictionary mengungkapkan bahwa definisi


“religion” adalah “the system of rules of conduct and law of action based upon the
recognition of belief in, and reverence for human power of supreme authority”.
Batasan itu menggambarkan bahwa “religion” adalah suatu sistem peraturan-
peraturan dari kegiatan yang semuanya itu didasarkan pada adanya kepercayaan
dan pegangan pada kekuatan yang Mahakuasa dan norma perilaku manusia yang
didasarkan pada ketentuan-ketentuan yang ditetapkan Tuhan.

11. Para ahli sejarah, cenderung mendefinisikan agama sebagai suatu institusi
historis. Para ahli di bidang sosiologi dan antropologi cenderung mendefinisikan
agama dari sudut fungsi sosialnya. Pakar teologi, fenomenologi, dan sejarah agama
melihat agama dari aspek substansinya yang sangat asasi yaitu sesuatu yang sakral.
Pada hakikatnya ketiga pendekatan itu tidak saling bertentangan, melainkan saling
melenyempurnakan dan melengkapi, khususnya jika menginginkan agar pluralism
agama didefinisikan sesuai kenyatan objektif di lapangan.
2.2 SEJARAH PENOLAKAN AGAMA

A.Penolan Agama Mnurut Teori Augus Comte

Pokok pemikiran Auguste Comte yang utama adalah ilmu pengetahuan dijadikan
sebagai landasan kebenaran yang mutlak. Demikian hal nya pokok pemikiran
David Hume adalah bahwa manusia tidak berhak mengatakan dengan pasti
apabila sesuatu hal yang dibicarakan itu tidak dapat di buktikan dengan panca
indera. sentang Tuhan tidak ada bukti yang menunjukan bahwa Allah itu ada
menyelenggarakan dunia. Juga tiada bukti bahwa jiwa tidak dapat mati di dalam
praktek tiap orang dibidang agama mengikuti kepercayaan yang menjadikan dia
dapat di buktikan. Agama menurut Hume adalah sebagai khayalan belaka yang
tidak bisa berlaku untuk umum, dari kenyataan inilah banyak orang yang
beranggapan bahwa dewa

yang berpendapat demikian, walaupun tidak persis sama pemikirannya akan tetapi
identik atau mendapatkan suatu kesamaan yakni mengagungkan ilmu pengetahuan
sebagai dasar yang mutlak, dan hilanglah kepercayaan kepada Tuhan, dan Agama.
Dari dasar inilah maka yang merupakan orientasi pada filsafat Positivisme yang
diajarkan oleh Aguste Comte, ditambah lagi dengan filsafat Darwin (1806-1895),

Yang menjadi pokok pemikiran Aguste Comte adalah teorinya mengenai ketiga
tahapan yakni sebagai berikut:

1. Tingkatan Teologi Menurut Auguste Comte pada tingkatan ini manusia


adalah berada dalam tingkatan pemikiran yang terendah, karena belum
mampu mempunyai pemikiran tentang sebab musabab tentang kejadian dalam
alam ini, manusia menganggap segalanya terjadi dengan sendirinya Manusia
tidak tau apa-apa karena manusia tidak tau apa yang akan diperbuat. Pada
tingkatan teologi ini dapat dibagi tiga periode yaitu Animisme, Politeisme,
dan Monoteisme.
2. Tingkatan Metafisik. Pada tingkatan ini manusia telah menekan keberanian
dalam dirinya. Manusia telah mampu untuk mengusahakan sesuatu dalam
menghadapi kekuatan-kekuatan dari luar dan sudah tahu untuk
menghadapinya dan manusia pada tingkatan ini ngerasa bahwa kekuatan yang
menimbulkan penyakit atau banjir, gempa yang semua itu dapat di cegah
dengan memberikan kajian-kajian. Zaman Metafisis, kuasa Adikodrati diganti
dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang abstrak.

3. Tingkatan Positivisme. Pada tingkat yang ketiga ini manusia telah mampu
mendapatkan pengetahuan yang cukup untuk menguasai alam, sehingga kalau
pada tingkatan pertama manusia selalu dalam keadaan takut dan khawatir,
dan pada tingkatan kedua berusaha mempengaruhi kekuatan alam yang
kadang-kadang berhasil dan kadang-kadang tidak. Maka pada tingkatan
positif manusia telah banyak sekali mempengaruhi alam baik tentang hukum-
hukumnya dan segala aspek yang bersangkut paut dengannya, meskipun
seluruhnya belum bisa ditundukkan, namun usaha-usaha yang dicapai telah
banyak dialami dan di pelajari.
2.3 APAKAH AGAMA ITU SAMA ?

Semua agama itu baik karena semua agama mengajarkan kebaikan,


persaudaraan, dan sebagainya. Tetapi kalau (seorang Muslim menyamakan)
bahwa semua agama benar, itu salah. Setiap pemeluk agama menganggap
agamanya benar dan masing-masing meyakini kebenarannya, termasuk Islam.

Dalam suatu negara yang penduduknya menganut berbagai macam agama,


tentu dalam berhubungan antar sesamanya, akan menimbulkan berbagai macam
gesekan, sehingga perlu negara mengatur bagaimana masing-masing penduduk
tersebut dalam melakukan hubungan satu sama lainnya. Islam yang merupakan
agama yang mayoritas dianut oleh orang Indonesia. Oleh sebab itu karena agama
mayoritas tentu banyak aturanaturan ibadah dan akidah yang dijalankan oleh
mayoritas penduduk Indonesia. Namun selain agama Islam juga ada 5 agama
lainnya yang sudah diakui oleh negara Indonesia untuk dianut oleh penduduk
Indonesia. Agama tersebut adalah Hindu, Budha, Kristen Katolik, Kristen
Protestan, dan Khong Cu (Confusius). Kajian ini ingin mengkaji apa saja yang
diatur dalam Islam mengenai hak dan kewajiban masing-masing pemeluk agama
dan apa saja yang diatur dalam regulasi yang ada di Indonesia mengenai hak dan
kewajiban.

Perlindungan terhadap hak beragama salah satunya adalah kebebasan


berakidah, baik memilih keyakinan/agama atau dalam beribadah. Pengertian
kebebasan berakidah adalah setiap orang memiliki kebebasan untuk menentukan
pilihan dalam hal beragama. Individu lain tidak boleh memaksa seseorang untuk
memeluk akidah tertentu atau meninggalkannya.

Agama dan amalan-amalan lahiriyahnya seperti shalat, puasa dan amalan-


amalan lainnya. Kebebasan tersebut tetap saja mengacu kepada tali etika dan
kemaslahatan publik. Dengan demikian jika kemaslahatan publik tercapai melalui
pengaturan kebebasan beragama, berkeyakinan harus dibatasi dalam koridor
undang-undang. Apabila pemberian kebebasan berkeyakinan membuat
anarkisme, perlu ada regulasi yang mengatur kehidupan beragama.

Tidak ada paksaan dalam memeluk agama, menurut Al-Maraghi bahwa


keimanan itu merupakan buah dari kepatuhan dan ketundukan, maka bisa
diterima akal jika memeluk agama itu tidak bisa dipaksakan. Seseorang secara
fitrah, memang tidak akan pernah dipaksakan untuk patuh dan tunduk pada hal-
hal yang tidak dipahaminya. Sikap tunduk dan patuh itu baru bisa tertanam dalam
dirinya jika ada kebebasan dan kemerdekaan keihlasan juga ketulusan dalam
jiwanya, yaitu jiwa yang dipahami dan memahami. Jiwa inilah yang telah
mendapat hidayah dari Allah. Dalam kehidupan Islam, orang-orang kafir yang
menjadi warga negara dalam negara Islam diberi kebebasan untuk memeluk
agama mereka.

Islam juga mengharamkan kaum muslim untuk memaksakan keyakinannya


kepada pemeluk agama lain. Tempat ibadah mereka juga harus dijaga, termasuk
para pemuka agama mereka. Ini sejalan dengan pernyataan Ibnu Abbas dalam
menafsirkan firman Allah swt dalam surat al-Hajj ayat 40, tidak boleh ada
jabatan, kewenangan dan aturan yang menyalahi akidah Islam dan hukum
syariah. Meski demikian, kebebasan tersebut bukan tanpa batas, misalnya,
dilarang untuk menampakkan syiar-syiar agama mereka seperti membunyikan
lonceng gereja di tengah kehidupan kaum muslim, memajang salib-salib mereka
di luar gereja dan rumah, mengeraskan suara-suara peribadatan mereka serta
memamerkan babi dan khamar di tengah kaum muslim.

Islam juga melarang untuk melakukan kekerasan dan memaksa orang lain
untuk memeluk aqidah tertentu. Tidak tercatat dalam sejarah adanya tindakan
Nabi Muhammad saw dan sahabatnya yang memaksa masyarakat untuk memeluk
agama tertentu. Sistem agama Islam menjamin masyarakat non muslim
menjalankan ajaran-ajaran agamanya. Nabi Muhammad saw memberi kebebasan
kepada kaum Yahudi Madinah untuk menjalankan ajaran keagamaan mereka.
BAB III

PENUTUP

4.1 Simpulan

a) Manusia diciptakan oleh Allah dengan konsep yang penuh dengan


perhitungan yang sangat sempurna.
b) Manusia memiliki sebutan yang bermacam-macam dan penyebutan itu
dapat ditentukan oleh karakter maupun tingkah pola manusia itu sendiri.
c) Allah menciptakan segala sesuatu pasti memiliki tujuan, termasuk dalam
penciptaan manusia. Dan banyak sekali tujuan penciptaan manusia, dan
salah satu tujuan utamanya adalah agar manusia selalau beribadah kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
d) Fitrah manusia sebagai manusia yang terlahir dalam keadaan yang baik.
e) Manusia diciptakan dengan penuh keistimewaan. Namun keistimewaan itu
pula yang menjadi tugas manusia untuk mempertangung jawabkan nya di
dunia maupun di akhiratnya.
4.2 Saran

Dengan segala yang telah melekat pada manusia,mulai dari proses


penciptaan sampai dengan keistimewaan yang dimiliki olehnya, hendaknya
manusia lebih bias mengetahui apa sebenarnya tujuan dari hidupnya, untuk apa
dan siapa dia hidup, hinggs dapat mencapai titik kemuliaan yang sesungguhya di
sisi Tuhan Yng Maha Kuasa.
DAFTAR PUSTAKA

Lestari, Irvan. "Sejarah Manusia Purba di Antara Kontroversi, Penolakan, dan


Penerimaan." MAHARSI 1.01 (2019): 54-68.

Nugroho, Irham. "Positivisme Auguste Comte: Analisa epistemologis dan nilai etisnya
terhadap sains." Cakrawala: Jurnal Studi Islam 11.2 (2016): 167-177.

ARIFIN, Bambang Syamsul; JALIL, Maman Abd. Psikologi agama. 2008.

Rosyada, Dede. "Pengertian Agama."

HAMALI, Syaiful. Agama dalam Perspektif Sosiologis. Al-Adyan: Jurnal Studi Lintas


Agama, 2017, 12.2: 223-244.

Anda mungkin juga menyukai