Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA

DISUSUN
OLEH:

ALIF ALFADJRI
NIM: 2202020009

DOSEN PEMBIMBING
Dr. KHAIDIR SAIB, M.Sc

JURUSAN MANAJEMEN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI RIAU
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,


karena penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan
makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Pendidikan Agama
tentang “Manusia dan Agama”.
Penulis juga mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Dr. Khaidir Saib, M.Sc. selaku dosen mata kuliah
Pendidikan Agama yang sudah memberikan kepercayaan kepada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
penulis mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan
makalah yang akan kami buat dimasa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh
semua orang khususnya bagi para pembaca. Mohon maaf yang
sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Pekanbaru, Agustus 2022

Pen
yaji

2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Ketuhanan dalam agama Islam............................................................
B. Ketuhanan dalam agama Hindu...........................................................
C. Ketuhanan dalam agama Budha ..........................................................
D.Ketuhanan dalam agama Kristiani…………………………………….
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................
B. Saran....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

3
A.KONSEP KETUHANAN DALAM AGAMA ISLAM

1. Pengertian
Tuhan atau Allah hakekatnya adalah cermin bagi diri manusia karena DIA
menjadikan
cermin ini sebagai jembatan antara manusia dan DIA. DIA yang sering disalah
artikan yakni
disamakan dengan Tuhan atau Allah, padahal DIA adalah ESA. Esa artinya
tidak berbilang,
tidak ternamakan, tidak terfikirkan,tidak pula terusahakan,tidak terkenali. DIA
satu-satunya
ZAT, satu-satunya yang mampu.Yang lainnya bukan zat dan tidak
berkemampuan, tidak
pernah mampu memohon/berdoa kepada DIA, dan tidak pantas DIA menerima
doa/permohonan, karena DIA adalah ABSOLUT tidak mengalami
usaha/perbuatan, tidak
mengalami proses berfikir, sehingga DIA tidak pernah terkait hubungan sebab-
akibat/perbuatan. Sebaliknya manusia adalah kumpulan USAHA/proses berfikir
dan terkait
hubungan sebab akibat dari kumpulan keinginan/pengorbanan, bukan
kemampuan dan zat
sebagaimana DIA.
Tuhan atau Allah adalah cermin yang dapat difikirkan dan dapat dirasakan, dan
mempunyai nama dan sifat yang dapat dikenali manusia sekaligus karena Allah
adalah
cermin, maka Allah adalah titik terdekat manusia dengan DIA.

[1] Dengan demikian perintah


beriman kepada Allah semestinya diartikan bahwa manusia hendaklah berusaha
membuktikan adanya cermin (Allah) dalam dirinya dimana ia bercermin dan
mengenali
dirinya sehingga ia menerima tanda-tanda adanya DIA. Al Quran adalah siarnya
Allah kepada
manusia yang menjelaskan fungsi CERMIN agar manusia tidak bercermin
kepada selain
Allah, dalam usaha manusia mencari tanda-tanda adanya DIA. Semestinya
manusia berdoa

4
demikian ” Dengan menyebut nama Allah (BERCERMIN) agar diberikan
kebaikan didunia
dan di akhirat”. Perkataan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ mengandung arti ”
dengan menyebut
nama Allah (BERCERMIN) agar mendapatkan Kasih dan Sayang”. Jadi
sebenarnya
,kebaikan dunia dan akhirat, pengasih dan penyayang itu ada dalam diri
manusia sendiri.
Dengan demikian semua sifat atau perbuatan mengasihi, menyayangi, mencipta,
menguasai,
melihat, mengetahui, dsb adalah murni sifat manusia, yakni hasil fikiran yang
terkait proses
sebab akibat. Adalah salah menyatakan bahwa DIA bersifat dan berbuat, bahkan
energi/kekuatan untuk melakukan semua sifat dan perbuatan itu hanyalah DIA,
karena itu
DIA lah satu-satunya ZAT dan yang Mampu.

2. Landasan – Landasan hukum islam


Menurut para mufasir, melalui wahyu pertama al-Qur’an (Al-‘Alaq [96]:1-5),
Tuhan
menunjukkan dirinya sebagai pengajar manusia. Tuhan mengajarkan manusia
berbagai hal
termasuk diantaranya konsep ketuhanan. Umat Muslim percaya al-Qur’an
adalah kalam
Allah, sehingga semua keterangan Allah dalam al-Qur’an merupakan
“penuturan Allah
tentang diri-Nya.”
Selain itu menurut Al-Qur’an sendiri, pengakuan akan Tuhan telah ada dalam
diri
manusia sejak manusia pertama kali diciptakan (Al-A’raf [7]:172). Ketika
masih dalam
bentuk roh, dan sebelum dilahirkan ke bumi, Allah menguji keimanan manusia
terhadap-Nya
dan saat itu manusia mengiyakan Allah dan menjadi saksi. Sehingga menurut
ulama,
pengakuan tersebut menjadikan bawaan alamiah bahwa manusia memang sudah
mengenal
Tuhan. Seperti ketika manusia dalam kesulitan, otomatis akan ingat keberadaan
Tuhan. Al-
Qur’an menegaskan ini dalam surah Az-Zumar [39]:8 dan surah
Luqman[31]:32.

5
Tuhan yang haq dalam konsep al-Quran adalah Allah. Hal ini dinyatakan antara
lain
dalam surat Ali Imran ayat 62, surat Shad 35 dan 65, surat Muhammad ayat 19.
Dalam al-
quran diberitahukan pula bahwa ajaran tentang Tuhan yang diberikan kepada
Nabi sebelum
Muhammad adalah Tuhan Allah juga. Perhatikan antara lain surat Hud ayat 84
dan surat al-
Maidah ayat 72. Tuhan Allah adalah esa sebagaimana dinyatakan dalam surat
al-Ankabut
ayat 46, Thaha ayat 98, dan Shad ayat 4.
Musa menerima wahyu tauhid, Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada
Tuhan
selain Aku. Maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku,
(Ta Ha [20]:13-
14) "Dan Tuhanmu Maha Kaya lagi mempunyai rahmat. Jika Dia menghendaki
niscaya Dia
memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang dikehendaki-Nya
setelah kamu
(musnah), sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari keturunan orang-orang
lain." (al-
An'am [6]:133)

3. Urgensi Konsep Ketuhanan dalam Islam

a. Filsafat Ketuhanan dalam Islam


Perkataan ilah, yang diterjemahkan “Tuhan”, dalam Al-Quran dipakai untuk
menyatakan
berbagai obyek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya dalam QS
45 (Al-
Jatsiiyah): 23, yaitu:
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
Tuhannya….?”
Dalam QS 28 (Al-Qashash):38, perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun untuk
dirinya
sendiri:
“Dan Fir’aun berkata: Wahai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan
bagimu
selain aku.”
Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa

6
mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi
maupun benda
nyata (Fir’aun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja). Perkataan ilah dalam
Al-Quran juga
dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad: ilaahun), ganda (mutsanna:ilaahaini),
dan banyak
(jama’: aalihatun). Bertuhan nol atau atheisme tidak mungkin. Untuk dapat
mengerti dengan
definisi Tuhan atau Ilah yang tepat, berdasarkan logika Al-Quran sebagai
berikut:
Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia
sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya.
Perkataan dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya
yang
dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan
atau
kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan
bahaya atau
kerugian.
Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-ilah sebagai berikut:
Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepada-Nya,
merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya
tempat berpasrah
ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan bertawakal kepadanya untuk
kemaslahatan diri,
meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat
mengingatnya dan
terpaut cinta kepadanya (M.Imaduddin, 1989:56)
Atas dasar definisi ini, Tuhan itu bisa berbentuk apa saja, yang dipentingkan
manusia.
Yang pasti, manusia tidak mungkin ateis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan.
Berdasarkan logika
Al-Quran, setiap manusia pasti ada sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan
begitu, orang-
orang komunis pada hakikatnya ber-Tuhan juga. Adapun Tuhan mereka ialah
ideologi atau
angan-angan (utopia) mereka.

7
B.KETUHANAN DALAM AGAMA HINDU

Agama Hindu (Sanskerta: Sanātana Dharma सनातन धर्म "Kebenaran Abadi"


), dan Vaidika-Dharma ("Ilmu Kebenaran") merupakan sebuah agama yang
[1]

bersumber dari anak benua India. Agama ini merupakan lanjutan dari agama
Weda (Brahmanisme) yang merupakan kepercayaan bangsa Indo-Iran (Arya).
Agama ini diperkirakan muncul selang tahun 3102 SM hingga 1300 SM dan
merupakan agama tertua di dunia yang sedang bertahan hingga sekarang.[2][3]
Agama ini merupakan agama ketiga terbesar di dunia setelah agama Kristen dan
Islam dengan banyak umat sejumlah hampir 1 miliar jiwa.[4]

Penganut agama Hindu beberapa akbar terdapat di anak benua India. Di sini
terdapat sekitar 90% penganut agama ini. Agama ini pernah tersebar di Asia
Tenggara hingga persangkaan zaman ke-15, lebih tepatnya pada masa
keruntuhan Majapahit. Mulai masa itu agama ini digantikan oleh agama Islam
dan juga Kristen. Pada masa sekarang, mayoritas pemeluk agama Hindu di
Indonesia merupakan penduduk Bali, selain itu juga yang tersebar di pulau
Jawa,Lombok, Kalimantan (Suku Dayak Kaharingan), Sulawesi (Toraja dan
Bugis - Sidrap).

Kepercayaan dalam Hindu


Hindu seringkali dianggap sbg agama yang beraliran politeisme karena memuja
banyak Dewa, namun tidaklah sepenuhnya demikian. Dalam agama Hindu,
Dewa bukanlah Tuhan tersendiri. Menurut umat Hindu, Tuhan itu Maha Esa
tiada duanya. Dalam salah satu nasihat filsafat Hindu, Adwaita Wedanta
menegaskan bahwa hanya berada satu daya dan dijadikan sumber dari segala
yang berada (Brahman), yang memanifestasikan diri-Nya kepada manusia
dalam beragam bentuk.

Dalam Agama Hindu berada lima kepercayaan dan kepercayaan yang dikata
dengan Pancasradha. Pancasradha merupakan kepercayaan dasar umat Hindu.
Kelima kepercayaan tersebut, yakni:

1. Widhi Tattwa - percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala
bidangnya
2. Atma Tattwa - percaya dengan beradanya jiwa dalam setiap makhluk
3. Karmaphala Tattwa - percaya dengan beradanya hukum sebab-akibat
dalam setiap tingkah laku
4. Punarbhava Tattwa - percaya dengan beradanya bagian lahir kembali
(reinkarnasi)

8
5. Moksa Tattwa - percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan
sasaran kesudahan manusia

-Konsep ketuhanan
Agama Hindu merupakan agama tertua di dunia dan rentang sejarahnya yang
panjang menunjukkan bahwa agama Hindu telah melewati segala petuah
ketuhanan yang pernah berada di dunia.[9] Menurut penelitian yang diterapkan
oleh para sarjana, dalam tubuh Agama Hindu terdapat beberapa konsep
ketuhanan, diantaranya henoteisme, panteisme, monisme, monoteisme,
politeisme, dan bahkan ateisme.

Konsep ketuhanan yang paling banyak dipakai merupakan monoteisme


(terutama dalam Weda, Agama Hindu Dharma dan Adwaita Wedanta),
sedangkan konsep yang lain (ateisme, panteisme, henoteisme, monisme,
politeisme) kurang dikenal. Sebenarnya konsep ketuhanan yang jamak tidak
diakui oleh umat Hindu pada umumnya karena sesuai pengamatan para sarjana
yang meneliti agama Hindu tidak secara menyeluruh.

Monoteisme

Dalam agama Hindu pada umumnya, konsep yang dipakai merupakan


monoteisme. Konsep tersebut dikenal sbg filsafat Adwaita Wedanta yang
faedahnya "tak berada duanya". Selayaknya konsep ketuhanan dalam agama
monoteistik yang lain, Adwaita Wedanta mengasumsikan bahwa Tuhan
merupakan pusat segala kehidupan di dunia semesta, dan dalam agama Hindu,
Tuhan dikenal dengan sebutan Brahman.

Dalam kepercayaan umat Hindu, Brahman merupakan sesuatu yang tidak


berawal namun juga tidak berkesudahan. Brahman merupakan pencipta
sekaligus pelebur dunia semesta. Brahman berada di mana-mana dan mengisi
seluruh dunia semesta. Brahman merupakan asal mula dari segala sesuatu yang
berada di dunia. Segala sesuatu yang berada di dunia semesta tunduk kepada
Brahman tanpa kecuali. Dalam konsep tersebut, posisi para dewa disetarakan
dengan malaikat dan enggan untuk dipuja sbg Tuhan tersendiri, melainkan
dipuji atas jasa-jasanya sbg perantara Tuhan kepada umatnya.

Filsafat Adwaita Wedanta mengasumsikan tidak berada yang setara dengan


Brahman, Sang pencipta dunia semesta. Dalam kepercayaan umat Hindu,
Brahman hanya berada satu, tidak berada duanya, namun orang-orang ahli
menyebutnya dengan berbagai nama sesuai dengan sifatnya yang maha kuasa.
Nama-nama kebesaran Tuhan kesudahan diwujudkan ke dalam beragam bentuk
Dewa-Dewi, seperti misalnya: Wisnu, Brahma, Siwa, Laksmi, Parwati,

9
Saraswati, dan lain-lainnya. Dalam Agama Hindu Dharma (khususnya di Bali),
konsep Ida Sang Hyang Widhi Wasa merupakan suatu bentuk monoteisme asli
orang Bali.

Panteisme

Dalam salah satu Kitab Hindu yakni Upanishad, konsep yang ditekankan
merupakan panteisme. Konsep tersebut mencetuskan bahwa Tuhan tidak
memiliki bentuk tertentu maupun tempat tinggal tertentu, melainkan Tuhan
berada dan menyatu pada setiap ciptaannya, dan terdapat dalam setiap benda
apapun[10], ibarat garam pada cairan laut. Dalam agama Hindu, konsep
panteisme dikata dengan istilah Wyapi Wyapaka. Kitab Upanishad dari Agama
Hindu mengatakan bahwa Tuhan memenuhi dunia semesta tanpa bentuk
tertentu, ia tidak berada di surga ataupun di dunia tertinggi namun

Agama Hindu diduga memiliki konsep ateisme (terdapat dalam


nasihat Samkhya) yang dianggap positif oleh para teolog/sarjana dari
Barat. Samkhya Ateisme

merupakan nasihat filsafat tertua dalam agama Hindu yang diduga


menngandung sifat ateisme. Filsafat Samkhya dianggap tidak pernah
membicarakan Tuhan dan terciptanya dunia beserta intinya bukan
karena Tuhan, melainkan karena pertemuan Purusha dan Prakirti,
asal mula segala sesuatu yang tidak bersumber dan segala penyebab
namun tidak memiliki penyebab[11]. Oleh karena itu menurut filsafat
Samkhya, Tuhan tidak pernah campur tangan. Nasihat filsafat ateisme
dalam Hindu tersebut tidak ditemui dalam pelaksanaan Agama Hindu
Dharma di Indonesia, namun nasihat filsafat tersebut (Samkhya)
merupakan nasihat filsafat tertua di India. Nasihat ateisme dianggap
sbg salah satu sekte oleh umat Hindu Dharma dan tidak pernah
diajarkan di Indonesia.Meskipun banyak pandangan dan konsep
Ketuhanan yang diamati dalam Hindu, dan dengan cara pelaksanaan
yang berbeda-beda sebagaimana yang diajarkan dalam Catur Yoga,
yaitu empat perlintasan untuk mencapai Tuhan, karenanya semuanya
diperbolehkan. Mereka berpegang teguh kepada sloka yang
mengatakan:
“ Perlintasan mana pun yang ditempuh manusia kepada-Ku, semuanya Diri
sendiri terima dan Diri sendiri beri anugerah setimpal sesuai dengan
penyerahan diri mereka. Semua orang mencariku dengan berbagai)

10
C.KETUHANAN DALAM AGAMA HINDU

1. Sejarah Agama Budha Dan Inti Ajarannya

Sejarah kelahiran Agama Budha di mulai dari pengalaman


putra raja dari Kerajaan Sakya yang bernama Sidharta Gautama
ia juga di sebut sebagai Budha Gautama beliau di lahirkan kira-
kira pada akhir abad keenam sebelum masehi yaitu pada tahun
560 SM. Beliau adalah keturunan Raja Sakya dari Kerajaan
Kosala , yang beribukota di Kapila wastu, bapaknya bernama
Sudhodana seorang Raja yang sangat di puja dan di puji oleh
rakyatnya. Ibunya bernama Maya, Tujuh hari setelah kelahiran
Sidharta, Maya akhirnya wafat karena dia hanya sebagai tempat
untuk kedatangan Sang Buddha kedunia1. Kepengasuhanya
ditugaskan kep ada adik ratu, Maha
Pajapati Gotami yang juga dinikahi oleh Raja
Suddhodana2.Pada
hari kelima kelahiran Pangeran, ia diberi nama Siddarttha
Gotama.
Siddharta artinya keinginan yang terpenuhi dan Gotama
merupakan
nama keluarganya.Sejak kelahiran sidharta gautama, beliau di
besarkan dan di asuh dengan baik serta kemewahan. Ada
seorang pendeta telah meramalkan bahwa sidharta gautama
sebagai utusan dewa yang kelak akan menjadi pemimpin dan
petunjuk bagi semua makhluk, penolong segenap rohani
manusia dari kesengsaraan. Ketika usia Siddharta mencapai 16
tahun, ia menikah
dengan saudara sepupunya yang seusia, Gopa (Yashodara).
Hampir
selama 13 tahun setelah pernikahnya dia hidup dengan bahagia,
dalam kemewahan dan tidak pernah merasakan kesedihan,
kekurangan. Ia dikarunia seorang anak. Ia hidup dalam istana.

11
2. Kitab Suci Agama Budha

Ajaran agama Buddha bersumber pada kitab Tripitaka yang


merupakan kumpulan khotbah, keterangan, perumpamaan, dan
percakapan yang pernah dilakukan sang Buddha dengan para siswa
dan pengikutnya. Dengan demikian, isi kitab tersebut semuanya
tidak hanya berasal dari kata-kata sang Buddha sendiri melainkan
juga kata-kata dan komentar-komentar dari para siswanya.7 Oleh
para siswanya sumber ajaran tersebut dipilah menjadi tiga
kelompok besar yang dikenal dengan ‘pitaka’ (keranjang), yaitu
Sutra Pitaka atau Sutta Pitaka, Winaya Pitaka, dan Abbidharma
Pitaka atau Abbidhamma Pitaka.

a. Sutra Pitaka

Sutra (bahasa Sansakerta) atau Sutta (bahasa Pali)


mempunyai arti sederhana yaitu ‘benang’. Benang adalah tali halus
yang dipintal dari kapas atau sutera, yang gunanya untuk menjahit
atau merangkai sesuatu. Setiap khotbah Hyang Buddha seperti
kata-kata yang dirangkai menjadi satu dengan indah dan satu sama
lain tidak dapat dipisahkan, tidak acak-acakan serta tidak saling
bertentangan, oleh sebab itu khotbah Hyang Buddha disebut
‘sutra’. Sutra-sutra itu dikumpulkan dan disusun menjadi satu
disebut Sutra Pitaka.
Sutra Pittaka sendiri berisi dharma (dalam bahasa Pali: dhamma)
atau ajaran Buddha kepada muridnya. Kitab Sutra Pitaka juga
memuat uraian-uraian tentang cara hidup yang berguna bagi para
bhikku atau biksu dan pengikut yang lain

12
D.KETUHANAN DALAM AGAMA KRISTIANI

1.Sintesa Tuhan Dalam Agama Kristen

Dalam menjelaskan tentang pemahaman Tuhan dalam agama


Kristen, Karen
Amstrong menempatkan ciri khas Tuhan dalam agama Kristen
pada konsep Trinitas.
Ketika menjelaskan konsep Tuhan Agama Kristen, Amstrong
mengawali cerita tentang
gairah teologis gereja-gereja di Mesir pada tahun 320. Dimana
pada waktu itu sebuah
kontroversi yang terjadi, disebutkan bahwa Arius adalah seoranng
anak muda Gereja yang
sangat tampan dan juga kharismatik, ia berasal dari Alexander
Arius mengemukakan/ melemparkan suatu tantangan yang di
abaikan oleh
uskupnya, Arius melontarkan pernyataan tentang “bagaiamana
mungkin Yesus Kristus
menjadi Tuhan dalam cara yang sama dengan Tuhan Bapa”?,
walaupun pertanyaan itu
diajukan, tetapi Arius tidak menyangkal tentang ketuhanan Yesus,
bahkan Arius
menyebut Yesus sebagai “Tuhan Kuat” dan “Tuhan Sepenuhnya”.
Arius berpendapat
bahwa meyakini Yesus itu adalah Ilahiah secara hakikinya
menjadikan suatu penghujatan,
karena Yesus sendiri secara spesifik telah mengatakan bahwa
Tuhan Bapa itu lebih agung
daripada dirinya. Kontroversi ini semakin memanas sehingga
Kaisar Konstantin sendiri urun tangan dan mengimbau
penyelenggaraan sebuah sinode di Niceaea, dikawasan
Turki modern untuk membahas tentang masalah tersebut.
Selama ini orang Kristen mengetahui dan menyakini bahwa Yesus

13
Kristus telah
menyelamatkan mereka melalui kematiannya ditiang salib dan
kebangkitannya dari
kuburnya. Mereka percaya bahwa mereka telah diselamatkan dari
sebuah kebinasaan dan
pada suatu masa akan ikut dalam eksistensi Tuhan, yang ada dan
hidup dengan
sendirinya. Perdebatan ini berasal dari pemahaman apakah terkait
kristus ini sang firman
termasuk dalam suci (ranah Tuhan). Arius dan Athanasius
meletakkannya pada sisi yang
berseberangan, yaitu Athanasius pada alam suci sedangkan Arius
memilih tatanan
makhluk.
Dalam buku Sejarah Tuhan digambarkan bahwa Arius berusaha
menekankan
perbedaan esensial antara Tuhan dengan semua makhluk
ciptaanya. Dimana Tuhan
adalah yang tidak memperanakkan, abadi, tidak berawal,
kebenaran, yang memiliki
keabadian, bijak dan kuasa. Sedangkan Yohanes mengatakan
Yesus merupakan logos.
Arius menyampaikan juga bahawa logos itu yaitu Allah. Walaupun
begitu, menurutnya
Yesus bukanlah dalam pengertian hakikat, melaikan Yesus
diangkat Tuhan kestatus illahi.
Yesus tidak sama dengan manusia di sebabkan Tuhan melahirkan
atau menciptakannya
secara langsung, sedangkan terkait makhluk lainya proses di
ciptakan oleh dia. Tuhan
bisa tau bahwa logos jika jadi manusia, ia bisa patuh terhadap
Tuhan secara sempurna.
Makanya bisa di katakan yaitu Tuhan sejak awal telah
menganugerahkan kesucian ke
Yesus. Namun kesucian sang Yesus tidaklah secara alami
terhadapnya itu, melainkan
pemberian karunia datang dari Tuhan.
Sedangkan Athanasius, memiliki pandangan manusia secara
14
inheren adalah suatu
hal rapuh. Manusia berasal ada dari tiada, dan kembali ke dalam
ketiadaannya. Di
sebabkan karenanya itu saat menerenung ciptaan Tuhan, hanya
melalui cara ikut dalam
Tuhan logosnya, seorang manusia sanggup atau bisa dalam
ketiada Tuhan. Jika
logosnpun adalah mahkluk biasa, di akan pasti tidam mampu
membantu manusia dari
binasa. Sebagai mana Athanasius berfirman, dibuatkan manusia
adalah dengan tujuan kita
agan menjadi kudus.
Berdasarkan tesa di atas, mengambarkan konsep tentang Tuhan
dalam agama
Kristen, bisa dikatakan bagaimana rumitnya, karena dalam
menempatkan konsep tentang
ketuhanan terjadi berbagai pendapat yang berbeda. Dimana Arius
menapik kalau Yesus
itu adalah Tuhan. Menurutnya, ini merupakan konsep Tuhan yang
sangat
membingungkan, dimana Yesus itu juga ditempatkan sebagai
Tuhan.
Ketika diadakanya konsili Nicea pada tahun 325, konsep tentang
Tuhan yang
diterima adalah konsep yang yang dikemukakan oleh Athanasius.
Menurutnya Kristus
bukanlah sekedar makhluk atau aeon, tetapi sang pencipta dan
penebus itu adalah satu.
Pernyataan inilah yang membuat kaum kristen menjadi
kebingungan, di sebabkan apabila
ada Tuhan satu, bagaimana bisa menjaid Tuhan. Lebih jauh lagi,
perspektif dan
pernyataan Kredo Athanasius memberikan dampak banyak
pernyataan serius. Dogmatika Kristen yang merupakan sifat Allah
dibagi kepada sifat-sifat yang di
dalamnya manusia tidak ambil bagian seperti ketidak bergantungan
kepada siapapun,
ketidak berubahan, keesaan, kehadiran dimana-mana, kekekalan.
15
kemudian sifat-sifat
yang di dalamnya manusia sekedar ambil bagian seperti hikmat,
mahatahu, mahakuasa,
kesetian, keadilan, kesucian, bela kasihan dan pengasihan.
Pengakuan iman membahas
masalah tentang Allah yang tritunggal yang dalam artian Allah yang
Esa, tetapi
menyatakan dirinya dalam tiga dimensi atau cara yang berbeda.
Sebagai Tuhan Bapa,
Tuhan Anak dan Tuhan Roh Kudus. Kepercayaan dalam agama
Kristen adalah
Trinitas.Yesus Kristus adalah firman yang telah menjadi manusia,
dalam arti bahwa
firman yang telah menjadi manusia dalam manusia Yesus Kristus,
itulah sebabnya Yesus
Kristus lebih dari pada nabi. Segala sesuatu yang Tuhan hendak
katakan kepada manusia,
telah disimpulkan dalam nama Yesus Kristus dan Roh Kudus
adalah Tuhan di dalam
manusia.
Konsep Tuhan dalam agama Kristen menurut Karen Armstrong
sangat medetail,
dimana konsep trinitas yang ditawarkan penuh dengan perdebatan
yang sangat alot.
Konsep ini sulit diterima oleh orang-orang terutama orang Kristen
Barat, dikarenakan
konsep yang ditawarkan, dimana Yesus Kristus itu adalah logos,
yaitu Tuhan juga.
Didalam konsep trinitas Tuhan terdiri dari Tuhan Bapa, Tuhan Anak
dan Roh Kudus,
yang semuanya menyatu di dalam satu. Karen Armstrong
menampilkan keunggulan

16

Anda mungkin juga menyukai