Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“konsep ketuhanan dalam islam”

DISUSUN OLEH:

Moh.Akbar Apriyansya B50122125

Nabila salsabila s. naser B50122133

Dewi puspasari lahinta B50122193

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVESITAS TADULAKO

2022

i
KATA PENGANTAR

Pertama-tama penyusun panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT., karena atas

rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah dengan judul

“FILSAFAT KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM” ini dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dari Dosen pengajar Mata Kuliah Agama

Islam sebagai salah satu bahan penilaian. Makalah ini berisikan materi filsafat Konsep

Ketuhanan dalam Islam agar sekiranya dapat bermanfaat bagi seluruh para pembaca.

Penyusun menyadari bahwa di dalam membuat Makalah ini masih banyak terdapat

kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan sebagai bahan koreksi untuk

dijadikan bahan pembelajaran selanjutnya, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Palu, 22 september 2022

Penyusun

Kelompok I

DAFTAR ISI

ii
HALAMAN JUDUL............................................Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR..........................................................................................iii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN....................................Error! Bookmark not defined.

1.1. Latar Belakang.....................................Error! Bookmark not defined.

BAB II PEMBAHASAN.....................................Error! Bookmark not defined.

2.1. Filsafat konsep Ketuhanan Islam.........Error! Bookmark not defined.

2.1.1. Siapakah Tuhan itu ?....................Error! Bookmark not defined.

2.1.2. Sejarah Pemikiran Manusia tentang TuhanError! Bookmark not defined.

2.1.3. Konsep Ketuhanan menurut IslamError! Bookmark not defined.

2.1.4. Keberadaan Alam Semesta, Bukti Adanya TuhanError! Bookmark not


defined.

BAB III PENUTUP..............................................Error! Bookmark not defined.

3.1. Simpulan...............................................Error! Bookmark not defined.

3.2. Saran.....................................................Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA...........................................Error! Bookmark not defined.

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Makalah ini merupakan pemenuhan tugas Pendidikan Agama Islam yang memang harus
terpenuhi sebagai nilai tambahan yang sudah ditentukan oleh pengajar disamping itu juga
makalah ini sangat bermanfaat bagi pembaca karena pada makalah ini sedikit/banyaknya
terdapat ilmu yang dapat diambil sebagai pengetahuan atau wawasan.
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang diberikan kesempurnaan dibandingkan
makhluk lain, maka dari itu ada beberapa manusia yang memang menggunakan akalnya untuk
mengkaji hal-hal yang belum ada sebagai rasa keingintauan seperti halnya pada makalah ini juga
akan mengkaji yaitu diantaranya tentang filsafat Ketuhanan dalam Islam, keimanan dan
ketakwaan, yang berisi dari berbagai sumber, agar makalah ini ada nilai banding dengan makalah
lain.

BAB II
PEMBAHASANS
2.1.  Filsafat Konsep Ketuhanan Islam
Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata Sophos
yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta terhadap ilmu atau
hikmah. Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani mengatakan bahwa filsafat bukanlah hikmah
itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan
perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Selanjutnya ia menambahkan
bahwa filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat,
dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.[1]

Sementara itu, A. Hanafi, M.A. mengatakan bahwa pengertian filsafat telah mengalami
perubahan-perubahan sepanjang masanya. Pitagoras (481-411 SM), yang dikenal sebagai orang
yang pertama yang menggunakan perkataan tersebut. Dari beberapa kutipan di atas dapat
1
diketahui bahwa pengertian filsafat dari segi kebahasan atau semantik adalah cinta terhadap
pengetahuan atau kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat adalah suatu kegiatan atau aktivitas
yang menempatkan pengetahuan atau kebikasanaan sebagai sasaran utamanya.

2.1.1.      Siapa Tuhan Itu?


Lafal Ilahi yang artinya Tuhan, menyatakan berbagai obyek yang dibesarkan dan
dipentingkan manusia, misalnya dalam surat Al-Furqon: 43 yang artinya: “Apakah engkau
melihat orang yang menghilangkan keinginan-keinginan pribadinya?”
Menurut Ibnu Miskawaih Tuhan adalah zat yang tidak berijisim, azali, dan pencipta. Tuhan Esa
dalam segala aspek. Ia tidak terbagi-bagi dan tidak mengandung kejamakan dan tidak satupun
yang setara dengan-Nya, Ia ada tanpa diadakan dan ada-Nya tidak bergantung kepada yang lain
sementara yang lain membutuhkan-Nya.

Orang menyediakan hawa nafsunya, yang dipuji dalam hidupnya, berarti telah berbuat
syirik yang sebenarnya menurut Islam hawa nafsu harus tunduk kepada kehendak Allah Swt.
Dalam surah Al-Qoshos: 38, lafal Ilah dipakai oleh Fir’aun untuk dirinya sendiri, yang artinya:
“Dan Fir’aun berkata, wahai para pembesar aku tidak menyangka bahwa kalian mempunyai Ilah
selain diriku”

Bagi manusia, Tuhan itu bisa dalam bentuk konkret maupun abstrak/gaib. Al-Qur’an
menegaskan Ilah bisa dalam bentuk mufrad maupun jama’ (ilah, ilahian, ilahuna). Ilah ialah
sesuatu yang dipentingkan, dipuja, diminintai, diagungkan diharapkan memberikan
kemaslahatan dan termasuk yang ditakuti karena mendatangkan bahaya.

Di dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah: 163 menegaskan, “Dan Tuhanmu, Tuhan Yang
Maha Esa, tidak ada Tuhan selain Dia yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.” Ilah yang
dituju ayat di atas adalah Allah Swt, yang menurut Ulama’ Ilmu Kalam Ilah di sini bermakna al-

2
Ma’bud, artinya satu-satunya yang diibadati/disembah. Sedang Al-Matbu’, yang dicintai, yang
disenangi, diikuti. Inilah yang disebut Tauhid Uluhiyah, bahwa Allah Swt. satu-satunya Tuhan
yang diibadahi, dicintai, disenangi, dan diikuti.
Allah Swt memfirmankan dalam Al-Qur’an surat Thoha : 14, yang artinya: “Sesungguhnya Aku
Allah. Tidak ada Tuhan selain Aku (Allah), maka beribadahlah hanya kepada-Ku (Allah), dan
dirikanlah sholat untuk mengingatku”.
Kalimat Tauhid keesaan secara konprehensif mempunyai pengertian sebagai berikut:
         La Kholiqo illa Allah: Tiada Pencipta selain Allah
         La Roziqo illa Allah: Tiada Pemberi rizqi selain Allah
         La Hafidha illa Allah: Tiada Pemelihara selain Allah
         La Malika illa Allah: Tiada Penguasa selain Allah
         La Waliya illa Allah: Tiada Pemimpin selain Allah
         La Hakima illa Allah: Tiada Hakim selain Allah
         La Ghoyata illa Allah: Tiada Yang Maha menjadi tujuan selain Allah
         La Ma’buda illa Allah: Tiada Yang Maha disembah selain Allah

Lafal Al-ilah pada kalimat tauhid[4] menurut Ibnu Taimiyah memiliki pengertian yang dipuja
dengan cinta sepenuh hati, tunduk kepada-Nya merendahkan diri di hadapan-Nya, takut dan
mengharapkan kepadaNya, berserah hanya kepada-Nya ketika dalam kesulitan dan kesusahan,
meminta perlindungan kepada-Nya, dan menimbulkan ketenangan jiwa dikala mengingat dan
terpaut cinta denganNya. Ini yang disebut Tauhid Rububiyah.
Lawan tauhid adalah syirik, artinya menyekutukan Allah Swt dengan yang lain,
mengakui adanya Tuhan selain Allah, menjadikan tujuan hidupnya selain kepada Allah. Dalam
ilmu tauhid, syirik digunakan dalam arti mempersekutukan Tuhan selain dengan Allah Swt, baik
persekutuan itu mengenai dzatNya, sifatNya atau af’alNya, maupun mengenai ketaatan yang
seharusnya hanya ditujukan kepada-Nya saja.
Syirik merupakan dosa yang paling besar yang tidak dapat diampuni, syirik itu
bertentangan dengan perintah Allah Swt, juga berakibat merusak akal manusia, menurunkan

3
derajat dan  martabat manusia, serta membuatnya tak pantas menempati kedudukan tinggi yang
telah ditentukan Allah Swt. dalam kaitannya dengan masalah ini, Allah Swt berfirman dalam
surah Luqman : 13 yang artinya “Dan (ingatlah ketika Luqman berkata kepada Anaknya. Wahai
anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah
benar-benar kedhaliman yang amat besar”.
Dan didalam ayat lain, Allah Swt menjelaskan bahwa orang yang telah berbuat syirik
kepadaNya, tergolong orang yang telah berbuat dosa besar, sebagaimana firmanNya,
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, bagi siapa berkehendak. Barang siapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa besar”. (QS. An-Nisa’: 48)

2.1.2.   Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan


a.      Pemikiran Barat
Yang dimaksud dengan konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah hasil pemikiran
tentang Tuhan baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah dari penelitian rasional,
maupun pengalaman batin.
Max Muller berpendapat bahwa konsep pemikiran barat tentang Tuhan mengalami
evolusi yang diawali dengan Dinamisme, Animisme, Politeisme, Henoteisme, dan puncak
tertingginya monoteisme (Nisbi). Pemikiran tentang Tuhan sebagaimana di atas, hasil
pendekatannya adalah budaya, Arnold Toynbe mengatakan: “Monoteisme bukan hasil akhir dan
proses pemikiran tentang Tuhan, sebab orang yang sudah maju dalam intelektualitasnya sangat
mungkin justru berputar mundur dalam bertuhan, yakni animistis”.
b.      Pemikiran Islam
Pemikiran tentang Tuhan dalam islam melahirkan ilmu kalam, ilmu tauhid atau ilmu ushuluddin
dikalangan umat Islam, setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw. Aliran-aliran tersebut ada yang

4
bersifat liberal, tradisional dan ada aliran diantara keduanya. Ketiga corak pemikiran ini
mewarnai sejarah pemikiran ilmu ketuhanan (teologi) dalam Islam. Aliran-aliran tersebuut
adalah:
1.           Muktazilah, adalah kelompok rasionalis dikalangan orang Islam, yang sangat menekankan
penggunaan akal dalam memahami semua ajaran Islam. Dalam menganalisis masalah ketuhanan,
mereka memakai bantuan ilmu logika guna mempertahankan keimanan.
2.           Qodariyah, adalah kelompok yang berpendapat bahwa manusia memiliki kebebasan
berkehendak dan berbuat.[5]Manusia berhak menentukan dirinya kafir atau mukmin sehingga
mereka harus bertanggung jawab pada dirinya. Jadi, tidak ada investasi Tuhan dalam perbuatan
manusia.
3.           Jabariyah, adalah kelompok yang berpendapat bahwa kehendak dan perbuatan manusia sudah
ditentukan Tuhan. Jadi, manusia dalam hal ini tak ubahnya seperti wayang. Ikhtiar dan doa yang
dilakukan manusia tidak ada gunanya.
4.           Asy’ariyah dan Maturidiyah, adalah kelompok yang mengambil jalan tengah
antara Qodariyah dan Jabariyah.Manusia wajib berusaha semaksimal mungkin. Akan tetapi,
Tuhanlah yang menentukan hasilnya.

2.1.3.       Konsep Ketuhanan Menurut Islam

Konsep Ketuhanan dapat diartikan sebagai kecintaan, pemujaan atau sesuatu yang
dianggap penting oleh manusia terhadap sesuatu hal (baik abstrak maupun konkret). Eksistensi
atau keberadaan Allah disampaikan oleh Rasul melalui wahyu kepada manusia, tetapi yang
diperoleh melalui proses pemikiran atau perenungan.
Informasi melalui wahyu tentang keimanan kepada Allah dapat dibawa dalam kutipan di bawah
ini:

5
a.        Surat Al-Anbiya’ : 25 yang artinya “Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum
kamu, melainkan Kami wahyukan kepadaNya, bahwasanya tidak ada Tuhan selain Allah, maka
sembahlah olehmu sekalian akan Aku”.
Sejak diutusnya Nabi Adam AS sampai Muhammad Saw Rasul terakhir. Ajaran Islam yang
tAllah Swt wahyukan kepada para utusanNya adalah Tauhidullah atau monotheisine murni.
Sedangkan lafadz kalimat tauhid itu adalah laa ilaha illa Allah. Ada perbedaan ajaran tentang
Tuhan yang ada asalnya dari agama wahyu. Hal semacam itu disebabkan manusia mengubah
ajaran tersebut. Dan hal seperti itu termasuk kebohongan yang besar (dhulmun’adhim).
b.      Surat Al-Maidah : 72 “Dan Al masih berkata; Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan
Tuhanmu, sesungguhnya orang yang mempersekutukan Allah, maka Allah pasti mengharamkan
baginya surga dan tempatnya adalah neraka”.
c.       Surat Al-Baqarah : 163 “ Dan Tuhamu adalah Tuhan yang Maha Esa, tidak ada Tuhan kecuali
Dia yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang”.
Ayat-ayat di atas menegaskan bahwa Allah Swt adalah Tuhan yang mutlak keesaannya. Lafadz
Allah swt adalah isim jamid, personal nama, atau isim a’dham yang tidak dapat diterjemahkan,
digantikan atau disejajarkan dengan yang lain. Seseorang yang telah mengaku Islam dan telah
mengikrarkan kalimat Syahadat Laa ilaha illa Allah (tidak ada Tuhan selain Allah) berate telah
memiliki keyakinan yang benar, yaitu monoteisme murni/monoteisme mutlak. Sebagai
konsekuensianya, ia harus menempatkan Allah Swt sebagai prioritas utama dalam setiap
aktivitas kehidupan.

2.1.4.   Keberadaan Alam Semesta, Bukti Adanya Tuhan

a.         Keberadaan Alam semesta, sebagai bukti adanya Tuhan


Ismail Raj’I Al-Faruqi mengatakan prinsip dasar dalam Teologi Islam, yaitu Khalik dan
makhluk. Khalik adalah pencipta, yakni Allah swt, hanya Dialah Tuhan yang kekal, abadi, dan
transeden. Tidak selamanya mutlak Esa dan tidak bersekutu. Sedangkan makhluk adalah yang

6
diciptakan, berdimensi ruang dan waktu, yaitu dunia, benda, tanaman, hewan, manusia, jin,
malaikat langit dan bumi, surga dan neraka.
Adanya alam semesta organisasinya yang menakjubkan bahwa dirinya ada dan percaya
pula bahwa rahasia-rahasianya yang unik, semuanya memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu
kekuatan yang telah menciptakannya.
Setiap manusia normal akan percaya bahwa dirinya ada dan percaya pula bahwa alam ini juga
ada. Jika kita percaya tentang eksistensinya alam, secara logika kita harus percaya tentang
adanya penciptaan alam semesta. Pernyataan yang mengatakan “Percaya adanya makhluk, tetapi
menolak adanya khalik, adalah suatu pernyataan yang tidak benar”.
Kita belum pernah mengetahui adanya sesuatu yang berasal dari tidak ada tanpa
diciptakan. Segala sesuatu bagaimanapun ukurannya, pasti ada penciptanya, dan pencipta itu
tiada lain adalah Tuhan. Dan Tuhan yang kita yakini sebagai pencipta alam semesta dan seluruh
isinya ini adalah Allah Swt.

b.        Pembuktian adanya Tuhan dengan Pendekatan Fisika


Ada pendapat dikalangan ilmuwan bahwa alam ini azali. Dalam pengertian lain alam ini
mencpitakan dirinya sendiri. Ini jelas tidak mungkin, karena bertentangan dengan hukum kedua
termodinamika. Hukum ini dikenal dengan hukum keterbatasan energi atau teori pembatasan
perubahan energi panas yang membuktikan bahwa adanya alam ini mungkin azali.
Hukum tersebut menerangkan energi panas selalu berpindah dari keadaan panas beralih menjadi
tidak panas, sedangkan kebalikannya tidak mungkin, yakni energi panas tidak mungkin berubah
dari  keadaan yang tidak panas berubah menjadi panas. Perubahan energi yang ada dengan energi
yang tidak ada.
Dengan bertitik tolak dari kenyataan bahwa proses kerja kimia dan fisika terus berlangsung, serta
kehidupan tetap berjalan. Hal ini membuktikan secara pasti bahwa alam bukanlah bersifat azali.

7
Jika alam ini azali sejak dahulu alam sudah kehilangan energi dan sesuai hukum tersebut tentu
tidak akan ada lagi kehidupan di alam ini.

c.       Pembuktian adanya Tuhan dengan Pendekatan Astronomi


Astronomi menjelaskan bahwa jumlah bintang di langit saperti banyaknya butiran pasir yang ada
di pantai seluruh dunia. Benda ala yang dekat dengan bumi adalah bulan, yang jaraknya dengan
bumi sekitar 240.000 mil, yang bergerak mengelilingi bumi, dan menyelesaikan setiap edaranya
selama 20 hari sekali.
Demikian pula bumi yang terletak 93.000.000.000 mil dari matahari berputar dari porosnya
dengan kecepatan 1000 mil perjam dan menempuh garis edarnya sepanjang 190.000.000 mil
setiap setahun sekali. Dan sembilan planet tata surya termasuk bumi, yang mengelilingi matahari
dengan kecepatan yang luar biasa.
Matahari tidak berhenti pada tempat tertentu, tetapi ia beredar bersama dengan planet-planet dan
asteroid-asteroid mengelilingi garis edarnya dengan kecepatan 600.00 mil perjam. Disamping itu
masih ada ribuan sistem selain sistem tata surya kita dan setiap sistem mempunyai kumpulan
atau galaxy sendiri-sendiri. Galaxy-galaxy tersebut juga beredar pada garis edarnya. Galaxy
sistem matahari kita, beredar pada sumbunya dan menyelesaikan edarannya sekali dalam
200.000.000 tahun cahaya.
Logika manusia memperhatikan sistem yang luar biasa dan organisasi yang teliti. Berkesimpulan
bahwa mustahil semuanya ini terjadi dengan sendirinya. Bahkan akan menyimpulkan, bahwa
dibalik semuanya itu pasti ada kekuatan yang maha besar yang membuat dan mengendalikan
semuanya itu, kekuatan maha besar itu adalah Tuhan.

d.      Argumentasi Qur’ani
Allah Swt. berfirman, termaktub dalam surat Al-Fatihah ayat 2 yang terjemahya “Seluruh puja
dan puji hanalah milik Allah Swt, Rabb alam semesta”.
Lafadz Rabb dalam ayat tersebut, artinya Tuhan yang dimaksud adalah Allah Swt. Allah
Swt sebagai “Rabb” maknanya dijelaskan dalam surat Al-A’la ayat 2-3, yang terjemahannya

8
“Allah yang menciptakan dan menyempurnakan, yang menentukan ukuran-ukuran ciptaannya
dan memberi petunjuk”. Dari ayat tersebut jelaslah bahwa Allah Swt yang menciptakan
ciptaannya, yaitu alam semesta, menyempurnakan, menentukan aturan-aturan dan memberi
petunjukterhadap ciptaannya. Jadi, adanya alam semesta dan seisinya tidak terjadi dengan
sendirinya. Akan tetapi, ada yang menciptakan dan mengatur yaitu Allah Swt.
Didalam surat Al-A’raf ayat 54, termaktub yang “Tuhanmu adalah Allah yang telah menciptakan
langit dan bumi dalam enam hari”. Lafadz Ayyam adalah jamak dari yaum yang berarti periode.
Jadi, sittati ayyam berarti   enam periode dan tentunya membutuhkan proses waktu yang sangat
panjang.
Dalam menciptakan sesuatu memang Allah tinggal berfirman Kun Fayakun yang artinya
jadilah maka jadi. Akan tetapi, dimensi manusia dengan Allah berbeda sampai kepada manusia
membutuhkan waktu enam periode. Hal ini agar manusia dapat meneliti dan mengkaji dengan
metode ilmiahnya sehingga muncul atau lahir berbagai macam ilmu pengetahuan.

BAB III
PENUTUP
3.1.  Simpulan
Setelah menyelesaikan makalah ini, kami dapat menyimpulkan bahwa konsep Ketuhanan dapat
diartikan sebagai kecintaan, pemujaan atau sesuatu yang dianggap penting oleh manusia
terhadap sesuatu hal (baik abstrak maupun konkret). Filsafat Ketuhanan dalam Islam merupakan
aspek ajaran yang fundamental, kajian ini harus dilaksanakan secara intensif. Kata iman berasal
dari bahasa Arab, yaitu amina-yukminu-imanan, yang secara ethimologi berarti yakin atau
percaya. Sedangkan takwa berasal dari bahasa Arab, yaitu waqa-yuwaqi-wiqayah, secara
ethimologi artinya hati-hati, waspada, mawasdiri, memelihara, dan melindungi. Pengertian

9
Takwa secara terminologi dijelaskan dalam Al-hadits, yang artinya menjalankan semua perintah
Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
3.2.  Saran
Sebagai seorang pemula, kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu saya mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Karena saran dan kritik itu
akan bermanfaat bagi kami untuk memperbaiki atau memperdalam kajian ini.

10
Agung Sukses, Konsep Ketuhanan Dalam Islam, [Online], diakses pada tanggal 8 Oktober 2017
di http://agungsukses.wordpress.com

Ahmadi, Abu, dkk.1991. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam. Jakarta:Bumi Aksara

Azra, Azyumardi, dkk. 2002. Pendidikan Agama Islam Perguruan Tinggi Umum. Jakarta :
Departemen Agama RI

Dr. M. Yusuf Musa, 1984, Segi-segi Pemikiran Falsafi dalam Islam (editor : DR. Ahmad
Daudy, MA) Jakarta : Bulan Bintang.

Prof. Dr. H. M Rasjidi, 1978, Filsafat Agama, Cetakan keempat, Jakarta : Bulan
Bintang

11

Anda mungkin juga menyukai