Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Konsep Ketuhanan

Disusun oleh:
Rifqi Aulia Rahman (1310181005)
M. Faza Zidnal M. (1310181006)

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK ELEKTRO INDUSTRI


DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan makalah
ini guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.

Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui
berbagai sudut pandang. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
Konsep Ketuhanan Dalam Islam, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber informasi, referensi, dan berita.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami meminta masukannya demi perbaikan
makalah di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Surabaya, 25 Februari 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PEGANTAR …………………………………………………... i

DAFTAR ISI ………………………………………………………….. ii

BAB I : PENDAHULUAN

I : Latar Belakang …………………………………... 1

II : Rumusan Masalah ……………………………….. 1

III : Tujuan ……………………………………………. 1

BAB II : PEMBAHASAN

1. Filsafat Ketuhanan…………………………………………..……. 4
2. Konsep Ketuhanan dalam Islam……………….. ...……………… 4
3. Kandungan Tauhid dan Syahadatain……………………………... 9
4. Urgensi Hidup di bawah Naungan Tauhid………………………. 11

BAB III : PENUTUP

Kesimpulan ……………...…………………………………..… 13

Saran……………………………………………………………. 13

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………… 14


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah dan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi
Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu
Takdir, dan Hakim bagi semesta alam.
Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha
Kuasa. Penciptaan dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu tindakan
kemurahhatian yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji keagungan-Nya dan
menjadi saksi atas keesan-Nya dan kuasa-Nya.
Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga
Tuhan yang personal. Menurut Al-Quran, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat
nadi manusia. Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika
mereka berdoa pada-Nya. Di atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang
lurus, “jalan yang diridhai-Nya”.
Untuk lebih memperdalam mengenai konsep ketuhanan dalam islam, kami akan
menyajikannya lewat makalah yang kami buat.

B. Rumusan Masalah

Beberapa pokok yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Siapakah Tuhan itu?
2. Bagaimana Sejarah pemikiran manusia tentang Tuhan ?
3. Sejauhmana Pembuktian wujud adanya Tuhan ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui bagaimana kosep Ketuhanan dalam Islam.


2. Mengetahui filsafat Ketuhanan dalam Islam
3. Kandungan Tauhid dan Syahadatain
4. Urgensi Hidup di bawah naungan tauhid
BAB II

PEMBAHASAN

 Filsafat Ketuhanan

Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal


budi, yaitu memakai apa yang disebut sebagai pendekatan filosofis. Bagi orang yang
menganut agama tertentu (terutama agama Islam, Kristen, Yahudi), akan menambahkan
pendekatan wahyu di dalam usaha memikirkannya. Jadi Filsafat Ketuhanan adalah
pemikiran para manusia dengan pendekatan akal budi tentang Tuhan. Usaha yang
dilakukan manusia ini bukanlah untuk menemukan Tuhan secara absolut atau mutlak,
namun mencari pertimbangan kemungkinan-kemungkinan bagi manusia untuk sampai
pada kebenaran tentang Tuhan.

 Konsep Ketuhanan

Perkataan ilah, yang selalu diterjemahkan “Tuhan”, dalam al-Qur’an dipakai untuk
menyatakan berbagai objek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya dalam
surat al-Furqan ayat 43.
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
Tuhannya ?
Tuhan ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian
rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai olehnya. Perkataan tersebut hendaklah
diartikan secara luas oleh kita. Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan,
diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula
sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian.
Berdasarkan definisi di atas dapat dipahami, bahwa Tuhan itu bisa berbentuk apa
saja, yang dipentingkan oleh manusia. Yang pasti ialah manusia tidak mungkin atheis,
tidak mungkin tidak ber-Tuhan. Berdasarkan logika al-Qur’an setiap manusia pasti
mempunyai sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan demikian, orang-orang komunis pada
hakikatnya ber-Tuhan juga.

Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “Laa illaha illaa Allah”. Susunan kalimat
tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan
suatu penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus
membersihkan dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, yang ada dalam hatinya hanya
satu Tuhan yang bernama Allah.

Pembuktian Wujud Adanya Tuhan


Allah sebagai wujud yang tidak terbatas, maka hakikat dirinya tidak akan pernah
dicapai, namun pemahaman tentang-Nya dapat dijangkau sehingga kita mengenal-Nya
dengan pengenalan yang secara umum dapat diperoleh, malalui jejak dan tanda-tanda
yang tak terhingga. Imam `Ali as dalam hal ini menjelaskan bahwa: “Allah tidak
memberitahu akal bagaimana cara menjangkau sifat-sifat-Nya, tapi pada saat yang sama
tidak menghalangi akal untuk mengetahui-Nya.”
Selain itu, jika kita menyelami diri kita sendiri, maka secara fitrah manusia
memiliki rasa berketuhanan. Fitrah ini tidak dapat dihilangkan, hanya saja dapat ditekan
dan disembunyikan, dengan berbagai tekanan kebudayaan, ilmu dan lainnya, sehingga
terkadang muncul pada saat-saat tertentu seperti pada saat tertimpa musibah atau dalam
kesulitan yang benar-benar tidak mampu ia mengatasinya. Pada kondisi ini, kita secara
fitriah mengharapkan adanya sosok lain yang memiliki kemampuan lebih dari kita untuk
datang dan memberikan pertolongan kepada kita.
a. Dalil Fitrah
Yaitu perasaan alami yang tajam pada manusia bahwa ada dzat yang maujud,
yang tidak terbatas dan tidak berkesudahan, yang mengawasi segala sesuatu, mengurus
dan mengatur segala yang ada di alam semesta, yang diharapkan kasih sayang-Nya dan
ditakuti kemurkaan-Nya. Hal ini digambarkan oleh Allah SWT dalam QS. 10:22.
b. Dalil Akal
Yaitu dengan tafakkur dan perenungan terhadap alam semesta yang merupakan
manifestasi dari eksistensi Allah SWT. Orang yang memikirkan dan merenungkan alam
semesta akan menemukan empat unsur alam semesta :
1. Ciptaan-Nya
Bila kita perhatikan makhluk yang hidup di muka bumi, kita akan menemukan
berbagai jenis dan bentuk, berbagai macam cara hidup dan cara berkembang biak (QS.
35:28). Semua itu menunjukkan adanya zat yang menciptakan, membentuk, menentukan
rizki dan meniupkan ruh kehidupan (QS. 29:19,20). Bagaimanapun pintarnya manusia,
tentu ia tidak akan dapat membuat makhluk yang hidup dari sesuatu yang belum ada.
Allah SWT menantang manusia untuk membuat seekor lalat jika mereka mampu (QS.
22:73). Nyatalah bahwa tiada yang dapat menciptakan alam semesta ini kecuali Allah
Yang Maha Tinggi dan Maha Hidup.
2. Kesempurnaan
Kalau kita perhatikan, akan terlihat bahwa alam ini sangat tersusun rapi,
diciptakan dalam kondisi yang sangat sempurna tanpa cacat.Hal ini menunjukkan adanya
kehendak agung yang bersumber dari Sang Pencipta. Sebagai contoh, seandainya
matahari memberikan panasnya pada bumi hanya setengah dari panasnya sekarang,
pastilah manusia akan membeku kedinginan. Dan seandainya malam lebih panjang
sepuluh kali lipat dari malam yang normal tentulah matahari pada musim panas akan
membakar seluruh tanaman di siang hari dan di malam hari seluruh tumbuhan membeku.
Firman Allah:
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali melihat pada
ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah
sekali lagi, niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan
sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah.” (QS. 67:3,4)
3 Hidayah (Tuntunan dan Bimbingan) (QS. 20:50)
Allah memberikan hidayah (tuntunan dan petunjuk) kepada makhluk-Nya untuk
dapat menjalankan hidupnya dengan mudah, sesuai dengan karakteristiknya masing-
masing. Pada manusia sering disebut sebagai ilham dan pada hewan disebut
insting/naluri.
Eksistensi Allah terlihat dalam banyak sekali fenomena-fenomena kehidupan.
Barangsiapa yang membaca alam yang maha luas ini dan memperhatikan penciptaan
langit dan bumi serta dirinya sendiri, pasti ia akan menemukan bukti-bukti yang jelas
tentang adanya Allah SWT. Firman Allah :
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap
ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al-Quran itu
adalah benar.” (QS.41:53)
a. Dalil Akhlaq
Secara fitrah manusia memiliki moral (akhlaq). Dengan adanya moral (akhlaq)
inilah, ia secar naluriah mau tunduk dan menerima kebenaran agar hidupnya lurus dan
urusannya berjalan teratur dan baik. Zat yang dapat menanamkan akhlaq dalam jiwa
manusia adalah Allah, sumber dari segala sumber kebaikan, cinta dan keindahan.
Keberadaan ‘moral’ yang mendominasi jiwa manusia merupakan bukti eksistensi Allah.
(QS. 91:7-8)
b. Dalil Wahyu
Para rasul diutus ke berbagai umat yang berbeda pada zaman yang berbeda.
Semua rasul menjalankan misi dari langit dengan perantaraan wahtu. Dengan membawa
bukti yang nyata (kitab/wahyu dan mukzijat) mengajak umatnya agar beriman kepada
Allah, mengesakan-Nya dan menjalin hubungan baik dengan-Nya, serta memberi
peringatan akan akibat buruk dari syirik/berpaling dari-Nya (QS.6:91). Siapa yang
mengutus mereka dengan tugas yang persis sama? Siapa yang memberikan kekuatan,
mendukung dan mempersenjatai mereka dengan mukzijat? Tentu suatu zat yang eksis
(maujud), Yang Maha Kuat dan Perkasa, yaitu Allah. Keberadaan para rasul ini
merupakan bukti eksistensi Allah.

 Kandungan Tauhid dan Syahadatain

Dua kalimat syahadat (laa ilaaha illallah wa anna Muhammadan Rasulullah) merupakan
rukun Islam yang pertama yang diatasnya didirikan amalan dan tidak diterima suatu amal tanpa
keduanya. Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari sahabat Ibnu Umar radhiallahu
‘anhu, bahwa Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Islam dibangun diatas lima perkara: bersaksi bahwa tidak ada ilaah yang berhak disembah
kecuali Allah semata dan bahwasanya Muhammad itu utusan Allah, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, melaksanakan haji dan shaum di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari dan
Muslim)Hadist diatas adalah dalil tentang rukun Islam yang salah satunya adalah syahadatain.
Al Hafizh Ibnul Rajab rahimahullah berkata: “Maksud hadits ini ialah bahwa Islam
dibangun di atas lima perkara yang merupakan rukun dan tiang penyangga bangunan Islam. Dan
maksud permisalan Islam dengan bangunan dan tiang penyangga bangunan yang lima adalah
bahwa bangunan tidak akan berdiri kokoh jika tidak mempunyai tiang penyangga. Dan cabang
Islam yang lain merupakan penyempurna bangunan tersebut. Jika salah satu cabang tersebut tidak
ada maka bangunan tersebut akan berkurang namun masih tetap berdiri, tidak akan runtuh dengan
kekurangan tersebut. Berbeda jika yang kurang tersebut adalah penopangnya. Dan tidak perlu
diragukan , Islam seseorang akan runtuh semuanya jika salah satu rukun tersebut tidak ada.
Begitu juga Islam seseorang akan lenyap bila tidak bersyahadat atau tidak mendirikan shalat.
Dalam hadits yang berkaitan dengan hal tersebut disebutkan bahwa barangsiapa
meninggalkannya berarti telah keluar dari Islam. Sejumlah ulama salaf dan khalaf memilih
pendapat ini. Sebahagian dari mereka berpendapat:”Barangsiapa meninggalkan salah satu dari
rukun Islam dengan sengaja berarti telah kafir…” (Jamiu’l ‘Ulum wal Hikam)Dalil dari Syahadat
Laa ilaaha illallah
Adapun dalil syahadat laa ilaaha illallah adalah firman Allah :

”Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang
menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang
demikian itu). Tiadalah ilah (yang berhak disembah) selain Dia.”(QS. Ali Imran:18)

Dalil untuk syahadat adalah sebuah ayat yang agung yang menunjukkan betapa pentingnya
syahadat, karena merupakan sebuah kesaksian yang sangat agung. Persaksian yang agung adalah
persaksian tauhid karena yang bersaksi adalah Allah Subahanahu wa Ta’ala dan para Malaikat
bahwa tiada ilah yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah semata. Di ayat tersebut juga
disebutkan bahwa ahli ‘ilmi yaitu para Nabi dan ulama mempunyai kedudukan yang tinggi di
hadapan Allah karena Allah menyebutkan mereka secara khusus dan tidak menyebutkan manusia
lain. Allah menyebutkan mereka secara khusus dan persaksian mereka disertakan dengan
persaksian para malaikat, maka ayat ini juga bisa dijadikan dalil yang menunjukkan fadhilah
ilmu.
Makna Syahadat Laa ilaaha illallah :
Syahadat menurut bahasa adalah pemberitahuan tentang apa yang diketahui dan diyakini
kebenarannya dengan pasti. Syahadat menurut syari’at adalah pengakuan, pembenaran dan
keyakinan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah ‘Azza wa Jalla tiada sekutu bagi-
Nya. Jadi makna laa ilaaha illallah ialah keyakinan dan pengakuan bahwa tidak ada Ilah yang
berhak disembah kecuali Allah lalu berkomitmen dengannya dan mengamalkan tuntutannya.
Maka beribadah hanya kepada Allah dan tidak mempersekutukan-Nya itulah makna laa ilaaha
illallaah. Allah berfirman:

“Maka ketahuilah (ilmuilah) bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan mohonlah ampunan atas
dosamu.” (QS. Muhammad:19)

Maksudnya, ketahuilah bahwa Dia berhak untuk disembah, tidak ada penyembahan untuk selain-
Nya, sebab Dialah satu-satunya yang berhak untuk disembah dan Dialah Rabb yang sebenarnya
yang tidaklah pantas melakukan ibadah kepada selain-Nya.

1. suatu penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa rus memberya
satu Tuhan yang bernama Allah.
2. Kemudian yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia
adalah konsep yang didasarkan atas hasil baik yang bersifat penelitian
rasional maupun pengalaman batin
3. Allah sebagai wujud yang tidak terbatas, maka hakikat dirinya tidak akan
pernah dicapai, namun pemahaman tentang-Nya dapat dijangkau sehingga
kita mengenal-Nya dengan pengenalan yang secara umum dapat diperoleh,
malalui jejak dan tanda-tanda yang tak terhingga
 Urgensi hidup dibawah naungan Tauhid.

Hidup di bawah naungan Tauhid

Setiap insan mendambakan kehidupan yang baik, penuh kebahagiaan, bebas


dari rasa takut, dan memenuhi kebutuhannya. Akan tetapi tidak semua orang dapat
merasakan kehidupan yang demikian. Banyak orang yang selalu dihantui rasa takut
dan kecemasan luar biasa, mereka merasa tidak ada yang menjamin kehidupannya.
Ada di antara mereka yang mendapat jaminan akan tetapi harus mengorbankan
sebagian dari kebahagiaanya. Ia selalu terombang-ambing dalam keraguan kerena
harapannya ada pada lebih dari satu pihak yang ia takuti. Bila menyenangkan yang
satu, yang lain marah; mendapat jaminan dari yang satu namun yang lainnya
mengancam. Ini terjadi apabila orang memiliki tuhan lebih dari satu. Dua kondisi
digambarkan al-Qur’an seperti seorang budak yang menjadi milik satu tuan dan
seorang budak yang menjadi milik lebih dari satu tuan, yang mana masing-masing
tuan menuntut loyalitas darinya.

“Allah membuat perumpamaan [yaitu] seorang budak yang dimiliki oleh beberapa
orang yang berserikat namun mereka saling berselisih dan seorang budak yang
menjadi milik penuh seorang tuan. Adakah kedua budak itu sama halnya?” (az-
Zumar: 29)

Kehidupan yang baik hanya akan didapat apabila orang hanya berwala’ kepada satu
tuhan yang Mahasempurna yaitu Allah. Aqidahnya tentang dzat Allah, sifat-sifat,
nama-nama [asma], dan perbuatan-Nya harus benar sesuai dengan prinsip-prinsip
tauhid, yang diajarkan oleh Rasulullah saw., yaitu mentauhidkan Allah dalam hal:

1. Asma dan sifat


Dalam hal asma dan sifat ini yakin bahwa Allah memiliki nama-nama dan sifat-sifat
yang sempurna, tidak ada yang serupa dengan-Nya dan Dia Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui. Asma Allah lebih dari yang kita ketahui karena Allah masih
merahasiakan nama-nama-Nya sebagaimana dikatakan Rasulullah saw. dalam doa:
“…aku mohon dengan setiap nama yang menjadi milik-Mu, yang Engkau gunakan
untuk menamai diri-Mu sendiri, atau yang Kau ajarkan kepada seseorang di antara
hamba-Mu, atau Kau turunkan kepada salah seorang di antara hamba-Mu, atau
Engkau simpan dalam ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu..”

2. Rububiyah
Ia yakin bahwa Allah adalah Tuhan yang menciptakan dirinya, menciptakan alam
semesta dan segala yang ada di langit dan di bumi sebagai fasilitas hidup. Allah swt.
tundukkan seluruh alam serta isinya untuk jaminan kehidupannya, memberi rizky
tiasa habis-habisnya, memelihara, dan melindungi keselamatannya.
3. Mulkiyah
Ia yakin bahwa Allah Yang Menguasai seluruh kerajaan langit dan bumi. Allah
adalah Pemilik segala kerajaan.
“Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut
kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah
segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Ali
‘Imraan: 26)

4. Uluhiyah
Bahwa karena sifat-sifat kesempurnaan-Nya itu, Allah adalah salah satunya Dzat
yang berhak disembah.

Dengan demikian ketika mengikrarkan laa ilaaHa illallaaH seseorang yakin seyakin-
yakinnya bahwa tiada tuhan selain Allah, tidak ada yang dicintai dan dituju selain
Allah.

BAB III
PENUTUP

 Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini adalah:

1. Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “Laa illaha illaa Allah”. Susunan kalimat tersebut
dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan suatu
penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus
membersihkan dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, yang ada dalam hatinya hanya
satu Tuhan yang bernama Allah.
2. Kemudian yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep
yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah,
baik yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin
3. Allah sebagai wujud yang tidak terbatas, maka hakikat dirinya tidak akan pernah dicapai,
namun pemahaman tentang-Nya dapat dijangkau sehingga kita mengenal-Nya dengan
pengenalan yang secara umum dapat diperoleh, malalui jejak dan tanda-tanda yang tak
terhingga

 Saran

Sebagai seorang pemula, kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Karena saran
dan kritik itu akan bermanfaat bagi kami untuk memperbaiki atau memperdalam kajian ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Syafaat, Drs. H.M, Islam Agamaku, (Jakarta: Widjaya Jakarta, 1974).


2. http://www.academia.edu/4950245/MAKALAH_KONSEP_KETUHANAN_DLM_IS
LAM.
3. http://nuristiar.blogspot.in/2013/10/makalah-pai-konsep-ketuhanan-dalam-islam.html

Anda mungkin juga menyukai