Konsep Ketuhanan
Disusun oleh:
Rifqi Aulia Rahman (1310181005)
M. Faza Zidnal M. (1310181006)
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan makalah
ini guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui
berbagai sudut pandang. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
Konsep Ketuhanan Dalam Islam, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber informasi, referensi, dan berita.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami meminta masukannya demi perbaikan
makalah di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
1. Filsafat Ketuhanan…………………………………………..……. 4
2. Konsep Ketuhanan dalam Islam……………….. ...……………… 4
3. Kandungan Tauhid dan Syahadatain……………………………... 9
4. Urgensi Hidup di bawah Naungan Tauhid………………………. 11
Kesimpulan ……………...…………………………………..… 13
Saran……………………………………………………………. 13
B. Rumusan Masalah
Beberapa pokok yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Siapakah Tuhan itu?
2. Bagaimana Sejarah pemikiran manusia tentang Tuhan ?
3. Sejauhmana Pembuktian wujud adanya Tuhan ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
PEMBAHASAN
Filsafat Ketuhanan
Konsep Ketuhanan
Perkataan ilah, yang selalu diterjemahkan “Tuhan”, dalam al-Qur’an dipakai untuk
menyatakan berbagai objek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya dalam
surat al-Furqan ayat 43.
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
Tuhannya ?
Tuhan ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian
rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai olehnya. Perkataan tersebut hendaklah
diartikan secara luas oleh kita. Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan,
diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula
sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian.
Berdasarkan definisi di atas dapat dipahami, bahwa Tuhan itu bisa berbentuk apa
saja, yang dipentingkan oleh manusia. Yang pasti ialah manusia tidak mungkin atheis,
tidak mungkin tidak ber-Tuhan. Berdasarkan logika al-Qur’an setiap manusia pasti
mempunyai sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan demikian, orang-orang komunis pada
hakikatnya ber-Tuhan juga.
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “Laa illaha illaa Allah”. Susunan kalimat
tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan
suatu penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus
membersihkan dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, yang ada dalam hatinya hanya
satu Tuhan yang bernama Allah.
Dua kalimat syahadat (laa ilaaha illallah wa anna Muhammadan Rasulullah) merupakan
rukun Islam yang pertama yang diatasnya didirikan amalan dan tidak diterima suatu amal tanpa
keduanya. Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari sahabat Ibnu Umar radhiallahu
‘anhu, bahwa Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Islam dibangun diatas lima perkara: bersaksi bahwa tidak ada ilaah yang berhak disembah
kecuali Allah semata dan bahwasanya Muhammad itu utusan Allah, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, melaksanakan haji dan shaum di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari dan
Muslim)Hadist diatas adalah dalil tentang rukun Islam yang salah satunya adalah syahadatain.
Al Hafizh Ibnul Rajab rahimahullah berkata: “Maksud hadits ini ialah bahwa Islam
dibangun di atas lima perkara yang merupakan rukun dan tiang penyangga bangunan Islam. Dan
maksud permisalan Islam dengan bangunan dan tiang penyangga bangunan yang lima adalah
bahwa bangunan tidak akan berdiri kokoh jika tidak mempunyai tiang penyangga. Dan cabang
Islam yang lain merupakan penyempurna bangunan tersebut. Jika salah satu cabang tersebut tidak
ada maka bangunan tersebut akan berkurang namun masih tetap berdiri, tidak akan runtuh dengan
kekurangan tersebut. Berbeda jika yang kurang tersebut adalah penopangnya. Dan tidak perlu
diragukan , Islam seseorang akan runtuh semuanya jika salah satu rukun tersebut tidak ada.
Begitu juga Islam seseorang akan lenyap bila tidak bersyahadat atau tidak mendirikan shalat.
Dalam hadits yang berkaitan dengan hal tersebut disebutkan bahwa barangsiapa
meninggalkannya berarti telah keluar dari Islam. Sejumlah ulama salaf dan khalaf memilih
pendapat ini. Sebahagian dari mereka berpendapat:”Barangsiapa meninggalkan salah satu dari
rukun Islam dengan sengaja berarti telah kafir…” (Jamiu’l ‘Ulum wal Hikam)Dalil dari Syahadat
Laa ilaaha illallah
Adapun dalil syahadat laa ilaaha illallah adalah firman Allah :
”Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang
menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang
demikian itu). Tiadalah ilah (yang berhak disembah) selain Dia.”(QS. Ali Imran:18)
Dalil untuk syahadat adalah sebuah ayat yang agung yang menunjukkan betapa pentingnya
syahadat, karena merupakan sebuah kesaksian yang sangat agung. Persaksian yang agung adalah
persaksian tauhid karena yang bersaksi adalah Allah Subahanahu wa Ta’ala dan para Malaikat
bahwa tiada ilah yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah semata. Di ayat tersebut juga
disebutkan bahwa ahli ‘ilmi yaitu para Nabi dan ulama mempunyai kedudukan yang tinggi di
hadapan Allah karena Allah menyebutkan mereka secara khusus dan tidak menyebutkan manusia
lain. Allah menyebutkan mereka secara khusus dan persaksian mereka disertakan dengan
persaksian para malaikat, maka ayat ini juga bisa dijadikan dalil yang menunjukkan fadhilah
ilmu.
Makna Syahadat Laa ilaaha illallah :
Syahadat menurut bahasa adalah pemberitahuan tentang apa yang diketahui dan diyakini
kebenarannya dengan pasti. Syahadat menurut syari’at adalah pengakuan, pembenaran dan
keyakinan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah ‘Azza wa Jalla tiada sekutu bagi-
Nya. Jadi makna laa ilaaha illallah ialah keyakinan dan pengakuan bahwa tidak ada Ilah yang
berhak disembah kecuali Allah lalu berkomitmen dengannya dan mengamalkan tuntutannya.
Maka beribadah hanya kepada Allah dan tidak mempersekutukan-Nya itulah makna laa ilaaha
illallaah. Allah berfirman:
“Maka ketahuilah (ilmuilah) bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan mohonlah ampunan atas
dosamu.” (QS. Muhammad:19)
Maksudnya, ketahuilah bahwa Dia berhak untuk disembah, tidak ada penyembahan untuk selain-
Nya, sebab Dialah satu-satunya yang berhak untuk disembah dan Dialah Rabb yang sebenarnya
yang tidaklah pantas melakukan ibadah kepada selain-Nya.
1. suatu penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa rus memberya
satu Tuhan yang bernama Allah.
2. Kemudian yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia
adalah konsep yang didasarkan atas hasil baik yang bersifat penelitian
rasional maupun pengalaman batin
3. Allah sebagai wujud yang tidak terbatas, maka hakikat dirinya tidak akan
pernah dicapai, namun pemahaman tentang-Nya dapat dijangkau sehingga
kita mengenal-Nya dengan pengenalan yang secara umum dapat diperoleh,
malalui jejak dan tanda-tanda yang tak terhingga
Urgensi hidup dibawah naungan Tauhid.
“Allah membuat perumpamaan [yaitu] seorang budak yang dimiliki oleh beberapa
orang yang berserikat namun mereka saling berselisih dan seorang budak yang
menjadi milik penuh seorang tuan. Adakah kedua budak itu sama halnya?” (az-
Zumar: 29)
Kehidupan yang baik hanya akan didapat apabila orang hanya berwala’ kepada satu
tuhan yang Mahasempurna yaitu Allah. Aqidahnya tentang dzat Allah, sifat-sifat,
nama-nama [asma], dan perbuatan-Nya harus benar sesuai dengan prinsip-prinsip
tauhid, yang diajarkan oleh Rasulullah saw., yaitu mentauhidkan Allah dalam hal:
2. Rububiyah
Ia yakin bahwa Allah adalah Tuhan yang menciptakan dirinya, menciptakan alam
semesta dan segala yang ada di langit dan di bumi sebagai fasilitas hidup. Allah swt.
tundukkan seluruh alam serta isinya untuk jaminan kehidupannya, memberi rizky
tiasa habis-habisnya, memelihara, dan melindungi keselamatannya.
3. Mulkiyah
Ia yakin bahwa Allah Yang Menguasai seluruh kerajaan langit dan bumi. Allah
adalah Pemilik segala kerajaan.
“Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut
kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah
segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Ali
‘Imraan: 26)
4. Uluhiyah
Bahwa karena sifat-sifat kesempurnaan-Nya itu, Allah adalah salah satunya Dzat
yang berhak disembah.
Dengan demikian ketika mengikrarkan laa ilaaHa illallaaH seseorang yakin seyakin-
yakinnya bahwa tiada tuhan selain Allah, tidak ada yang dicintai dan dituju selain
Allah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “Laa illaha illaa Allah”. Susunan kalimat tersebut
dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan suatu
penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus
membersihkan dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, yang ada dalam hatinya hanya
satu Tuhan yang bernama Allah.
2. Kemudian yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep
yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah,
baik yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin
3. Allah sebagai wujud yang tidak terbatas, maka hakikat dirinya tidak akan pernah dicapai,
namun pemahaman tentang-Nya dapat dijangkau sehingga kita mengenal-Nya dengan
pengenalan yang secara umum dapat diperoleh, malalui jejak dan tanda-tanda yang tak
terhingga
Saran
Sebagai seorang pemula, kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Karena saran
dan kritik itu akan bermanfaat bagi kami untuk memperbaiki atau memperdalam kajian ini.
DAFTAR PUSTAKA