Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah “Pendidikan Agama Islam” yang
diampu oleh Ridwan, S.Ag.M.Sy

Oleh

Achmad Yusuf (2361201233)

Progam Studi Manajemen


Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Lancang Kuning

2023
Kata Pengantar
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang “Konsep Ketuhanan
Dalam Islam”.
Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, saya
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
karya ilmiah ini.
Saya berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.
Pekanbaru, 16 Oktober 2023

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Aspek keimanan yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah aspek kejiwaan dan nilai
Aspek ini belum mendapat perhatian seperti perhatian terhadap aspek lainnya. Kecintaan
kepada Allah, ikhlas beramal hanya karenaAllah, serta mengabdikan diri dan tawakal
sepenuhnya kepada-Nya, merupakan nilai keutamaan yang perlu diperhatikan dan diutamakan
dalam menyempurnakan cabang-cabang keimanan.
Sesungguhnya amalah lahiriyah berupa ibadah mahdhah dan muamalah tidak akan
terjadi mencapai kesempurnaan, kecuali jika didasari dan diramu dengan nilai keutamaan
tersebut. Sebab nilai-nilai tersebut senantiasa mengalir dalam hati dan tertuang dalam setiap
gerak serta perilaku kesehariaan.
Pendidikan modem telah mempengaruhi peserta didik dari berbagai daerahjam dan
pengaruhnya telah sedemikian rupa merasuki jiwa generasi penerus. Jika tidak pandai membina
jiwa generasi mendatang, “dengan menanamkan nilai-nilai keimanadan dalam nalar. Pikir dan
akal budi mereka”. Maka mereka tidak akan selamat dari pengaruh negatif pendidikan modem.
Mungkin mereka merasa ada yang kurang dalam isi spiritualitasnya dan Berusaha
menyempurnakan dari sumber-sbanyak lagi. Jika ini terjadi, maka perlu segera diambil
tindakan, agar pintu spiritualitas yang terbuka tidak diisi oleh ajaran lam yang bukan berasal
dari ajaran spiritualitas islam
B. Rumusan masalah
1. Siapakah tuhan itu
2. Sejarah pemikiran manusia tentang tuhan
3. Pembuktian wujud tuhan
4. Mengapa manusia beragama
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Siapakah tuhan itu
2. Untuk mengetahui sejarah pemikiran manusia tentang tuhan
3. Untuk mengetahui pembuktian wujud tuhan
4. Untuk mengetahui mengapa manusia beragama
D. Manfaat Penulisan
1. Untuk menambah pengetahuan pembaca tentang konsep Ketuhanan dalam
islam
2. Meningkatkan keimanan kepada tuhan
3. Untuk meningkatkan wawasan tentang tuhan dalam aspek kehidupan

BAB II
Pembahasan

A. Pengertian Tuhan
Perkataan ilah, yang diterjemahkan “Tuhan, dalam Al-Quran dipakai untuk
menyatakan berbagai obyek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya
dalam QS 45 (Al-Jatsliyah): 23, yaitu: “Maka pernahkah kamu melihat orang yang
menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya....? Dalam QS 28 (Al-Qashash):38,
perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun untuk dirinya sendiri: Dan Fir’aun berkata: Wahai
pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku.” Contoh ayat-ayat
tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan lah bisa mengandung arti berbagai

Benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi maupun benda nyata (Fir’aun
atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja). Perkataan ilah dalam Al-Quran juga dipakai
dalam bentuk tunggal (mufrad ilaahun), ganda (mutsanna.ilaahaini), dan banyak (Jama:
aalihatun). Bertuhan nol atau atheisme tidak mungkin. Untuk dapat mengerti dengan
definisi Tuhan atau lah yang tepat, berdasarkan logika Al-Quran sebagai berikut Tuhan
(ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian
rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya, Perkataan dipentingkan
hendaklah diartikan secara luas Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai,
diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan
termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian.

Ibnu Taimiyah memberikan definisi allah sebagai berikut: Al-ilah ialah yang
dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepada-Nya, merendahkan diri di
hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya. Tempat berpasrah ketika berada
dalam kesulitan, berdoa, dan bertawakal kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta
perlindungan dari padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan
terpaut cinta kepadanya (M.Imaduddin, 1989:56)

Atas dasar definisi ini, Tuhan itu bisa berbentuk apa saja, yang dipentingkan
manusia. Yang pasti, manusia tidak mungkin ateis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan.
Berdasarkan logika Al-Quran, setiap manusia pasti ada sesuatu yang dipertuhankannya.
Dengan begitu, orang-orang komunis pada hakikatnya ber-Tuhan juga. Adapun Tuhan
mereka lalah ideologi atau angan-angan (utopia) mereka.
B. Sejarah Pemikiran Manusia Tentang Tuhan
• Pemikiran Barat
Yang dimaksud dengan konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah hasil
pemikiran tentang Tuhan baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah dari
penelitian rasional, maupun pengalaman batin. Max Muller berpendapat bahwa konsep
pemikiran barat tentang Tuhan mengalami evolusi Yang diawali dengan Dinamisme,
Animisme. Politeisme. Henoteisme, dan puncak tertingginya monoteisme (Nisbi).
Pemikiran tentang Tuhan sebagaimana di atas, hasil pendekatannya adalah Budaya,
Arnold Toynbe mengatakan: “Monoteisme bukan hasil akhir dan proses pemikiran
tentang Tuhan, sebab orang yang sudah maju dalam intelektualitasnya sangat mungkin
justru berputar mundur dalam bertuhan, yakni animistis”.
• Pemikiran Islam
Pemikiran tentang Tuhan dalam islam melahirkan ilmu kalam, ilmu tauhid atau ilmu
ushuluddin dikalangan umat Islam, setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw. Aliran-
aliran tersebut ada yang bersifat liberal, tradisional dan ada aliran diantara keduanya.
Ketiga corak pemikiran ini mewarnai sejarah pemikiran ilmu ketuhanan (teologi) dalam
Islam. Aliran-aliran tersebuut adalah:
1. Muktazilah, adalah kelompok rasionalis dikalangan orang Islam, yang sangat
menekankan penggunaan akal dalam memahami semua ajaran Islam. Dalam
menganalisis masalah. Ketuhanan, mereka memakai bantuan ilmu logika guna
mempertahankan keimanan.
2. Qodariyah, adalah kelompok yang berpendapat bahwa manusia memiliki kebebasan
berkehendak dan berbuat.[5] Manusia berhak menentukan dirinya kafir atau mukmin
sehingga mereka harus bertanggung jawab pada dirinya. Jadi, tidak ada investasi Tuhan
dalam perbuatan manusia.
3. Jahariyah, adalah kelompok yang berpendapat bahwa kehendak dan perbuatan manusia
sudah ditentukan Tuhan, Jadi, manusia dalam hal ini tak ubahnya seperti wayang.
Ikhtiar dan doa yang dilakukan manusia tidak ada gunanya.
4. Asy’ariyah dan Maturidiyah, adalah kelompok yang mengambil jalan tengah antara.
Qodariyah dan Jabariyah. Manusia wajib berusaha semaksimal mungkin. Akan tetapi,
Tuhanlah yang menentukan hasilnya
C. Pembuktian Wujud Tuhan
• Keberadaan Alam semesta, sebagai bukti adanya Tuhan
Ismail Raj’l Al-Faruqi mengatakan prinsip dasar dalam Teologi Islam, yaitu Khalik dan
makhluk. Khalik adalah pencipta, yakni Allah swt, hanya Dialah Tuhan yang kekal,
abadi, dan transeden. Tidak selamanya mutlak Esa dan tidak bersekutu. Sedangkan
makhluk adalah yang diciptakan, berdimensi ruang dan waktu, yaitu dunia, benda,
tanaman, hewan, manusia, jin, malaikat langit dan bumi, surga dan neraka. Adanya
alam semesta organisasinya yang menakjubkan bahwa dirinya ada dan percaya pula
bahwa rahasia- rahasianya yang unik, semuanya memberikan penjelasan bahwa ada
sesuatu kekuatan yang telah menciptakannya, setiap manusia normal akan percaya
bahwa dirinya ada dan percaya pula bahwa alam ini juga ada. Jika kita percaya tentang
eksistensinya alam, secara logika kita harus percaya tentang adanya penciptaan alam
semesta. Pernyataan yang mengatakan “Percaya adanya makhluk, tetapi menolak
adanya khalik, adalah suatu pemyataan yang tidak benar. Kita belum pernah
mengetahui adanya sesuatu yang berasal dari tidak ada tanpa diciptakan. Segala sesuatu
bagaimanapun ukurannya, pasti ada penciptanya, dan pencipta itu tiada lain adalah
Tuhan. Dan Tuhan yang kita yakini sebagai pencipta alam semesta dan seluruh isinya
ini adalah Allah Swt.
• Pembuktian adanya Tuhan dengan Pendekatan Fisika
Ada pendapat dikalangan ilmuwan bahwa alam ini azali. Dalam pengertian lain alam
ini mencpitakan dirinya sendin. Ini jelas tidak mungkin, karena bertentangan dengan
hukum kedua termodinamika. Hukum ini dikenal dengan hukum keterbatasan energi
atau teori pembatasan perubahan energi panas yang membuktikan bahwa adanya alam
ini mungkin azali. Hukum tersebut menerangkan energi panas selalu berpindah dari
keadaan panas beralih menjadi tidak panas, sedangkan kebalikannya tidak mungkin,
yakni energi panas tidak mungkin berubah dari keadaan yang tidak panas berubah
menjadi panas. Perubahan energi yang ada dengan energi yang tidak ada Dengan
bertitik tolak dari kenyataan bahwa proses kerja kimia dan fisika terus berlangsung,
serta kehidupan tetap berjalan. Hal ini membuktikan secara pasti bahwa alam bukanlah
bersifat azali. Jika alam ini azali sejak dahulu alam sudah kehilangan energi dan sesual
hukum tersebut tentu tidak akan ada lagi kehidupan di alam ini.
• Pembuktian adanya Tuhan dengan Pendekatan Astronomi
Astronomi menjelaskan bahwa jumlah bintang di langit saperti banyaknya butiran pasir
yang ada di pantai seluruh dunia. Benda ala yang dekat dengan bumi adalah bulan, yang
jaraknya dengan bumi sekitar 240.000 mil, yang bergerak mengelilingi bumi, dan
menyelesaikan setiap edaranya selama 20 hari sekali. Demikian pula bumi yang terletak
93.000.000.000 mil dari matahari berputar dari porosnya dengan kecepatan 1000 mil
perjam dan menempuh garis edamya sepanjang 190.000.000 mil setiap setahun sekali.
Dan sembilan planet tata surya termasuk bumi, yang mengelilingi matahari dengan
kecepatan yang luar biasa. Matahari tidak berhenti pada tempat tertentu, tetapi la
beredar bersama dengan planet-planet dan asteroid- asteroid mengelilingi garis edarnya
dengan kecepatan 600.00 mil perjam. Disamping itu masih ada ribuan sistem selain
sistem tata surya kita dan setiap sistem mempunyai kumpulan atau galaxy sendiri-
sendiri. Galaxy- galaxy tersebut juga beredar pada garis edamnya. Galaxy sistem
matahari kita, beredar pada sumbunya dan menyelesaikan edarannya sekali dalam
200.000.000 tahun cahaya. Logika manusia memperhatikan sistem yang luar biasa dan
organisasi yang teliti. Berkesimpulan bahwa mustahil semuanya ini terjadi dengan
sendirinya. Bahkan akan menyimpulkan, bahwa dibalik semuanya itu pasti ada
kekuatan yang maha besar yang membuat dan mengendalikan semuanya itu, kekuatan
maha besar itu adalah Tuhan.
• Argumentasi Qur’ani
Allah Swt. Berfirman, termaktub dalam surat Al-Fatihah ayat 2 yang terjemahya
“Seluruh puja dan puji hanalah milik Allah Swt, Rabb alam semesta” Lafadz Rabb
dalam ayat tersebut, artinya Tuhan yang dimaksud adalah Allah Swt. Allah Swt sebagai
“Rabb” maknanya dijelaskan dalam surat Al-A’la ayat 2-3, yang terjemahannya “Allah
yang menciptakan dan menyempurnakan, yang menentukan ukuran-ukuran ciptaannya
dan memberi petunjuk. Dari ayat tersebut jelaslah bahwa Allah Swt yang menciptakan
ciptaannya, yaitu alam semesta, menyempurnakan, menentukan aturan-aturan dan
memberi petunjukterhadap ciptaannya. Jadi, adanya alam semesta dan seisinya tidak
terjadi dengan sendirinya. Akan tetapi, ada yang menciptakan dan mengatur yaitu Allah
Swt. Didalam surat Al-A’raf ayat 54, termaktub yang Tuhanmu adalah Allah yang telah
menciptakan langit dan burni dalam enam hari”. Lafadz Ayyam adalah jarak dari yaum
yang berarti periode. Jadi, sittati ayyam berarti enam periode dan tentunya
membutuhkan proses waktu yang sangat panjang. Dalam menciptakan sesuatu memang
Allah tinggal berfirman Kun Fayakun yang artinya jadilah maka jadi. Akan tetapi,
dimensi manusia dengan Allah berbeda sampai kepada manusia membutuhkan waktu
enam periode. Hal ini agar manusia dapat meneliti dan mengkaji dengan metode
Ilmiahnya sehingga muncul atau lahir berbagai macam ilmu pengetahuan.
D. Alasan Manusia Beragama
Manusia memiliki agama karena alasan yang sangat bervariasi. Beberapa alasan
utamanya meliputi:
• Penjelasan tentang asal-usul dan makna kehidupan: Agama memberikan kerangka kerja
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang asal-usul, makna, dan tujuan
kehidupan manusia.
• Panduan moral: Agama seringkali memberikan aturan etika dan nilai-nilai moral yang
membantu individu dalam mengambil keputusan tentang apa yang benar dan salah.
• Kenyamanan dan harapan: Agama dapat memberikan kenyamanan emosional dan
harapan, terutama dalam menghadapi situasi-situasi sulit seperti kematian atau
penderitaan.
• Koneksi sosial: Agama sering menjadi sumber koneksi sosial yang kuat melalui ibadah
bersama dan komunitas keagamaan.
• Pengaruh budaya: Agama juga seringkali menjadi bagian integral dari budaya dan
sejarah suatu masyarakat, yang memengaruhi nilai-nilai, norma, dan tradisi.
• Ritual dan upacara: Agama menghadirkan berbagai ritual dan upacara yang dapat
memperkaya pengalaman hidup dan memperkuat identitas kultural.
Penting untuk diingat bahwa alasan seseorang memiliki agama bisa sangat bervariasi
tergantung pada latar belakang individu dan pengalaman pribadi mereka.
BAB III
Kesimpulan
Konsep tentang Ketuhanan, menurut pemikiran manusia, berbeda dengan konsep
Ketuhanan menurut ajaran Islam. Konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia baik deisme,
panteisme, maupun eklektisme, tidak memberikan tempat bagi ajaran Allah dalam kehidupan,
dalam arti ajaran Allah tidak fungsional. Paham panteisme meyakini Tuhan berperan, namun
yang berperan adalah Zat-Nya, bukan ajaran-Nya. Sedangkan konsep ketuhanan dalam Islam
justru intinya adalah konsep ketuhanan secara fungsional. Maksudnya, fokus dari konsep
ketuhanan dalam Islam adalah bagaimana memerankan ajaran Allah dalam memanfaatkan
ciptaan-Nya. Dalam konsep Islam, Tuhan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan
Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi
semesta alam.
Daftar Pustaka
Siti Muhayati dan Moh. Rifai 2011.Pendidikan Agama Islam Di Perguruan
Tinggi.Madiun:IKIP PGRI Madiun
http://emmasalim.blogspot.com/2013/12/makalah-konsep-ketuhanan-dalam-islam.html?m=1
http://asrianggun2012.blogspot.com/2012/10/makalah-konsep-ketuhanan.html

Anda mungkin juga menyukai