Anda di halaman 1dari 33

MANUSIA DAN KETUHANAN

(Drs. SUMARDI, M. Pd)


Pendidikan modern telah mempengaruhi peserta didik dari berbagai arah dan pengaruhnya telah sedemikian
rupa merasuki jiwa generasi penerus. Jika tidak pandai membina jiwa generasi mendatang, dengan menanamkan
nilai-nilai keimanan dalam nalar pikir dan akal budi mereka, maka mereka tidak akan selamat dari pengaruh
negatif pendidikan modern. Mungkin mereka merasa ada yang kurang dalam sisi spiritualitasnya dan berusaha
menyempurnakannya dari sumber-sumber lain. Bila ini terjadi, maka perlu segera diambil tindakan, agar pintu
spiritualitas yang terbuka tidak diisi oleh ajaran lain yang bukan berasal dari ajaran spiritualitas Islam.
Seorang muslim yang paripurna adalah yang nalar dan hatinya bersinar, pandangan akal dan hatinya tajam,
akal pikir dan nuraninya berpadu dalam berinteraksi dengan Allah dan dengan sesama manusia, sehingga sulit
diterka mana yang lebih dahulu berperan kejujuran jiwanya atau kebenaran akalnya. Sifat kesempurnaan ini
merupakan karakter Islam, yaitu agama yang membangun kemurnian akidah atas dasar kejernihan akal dan
membentuk pola pikir teologis yang menyerupai bidang-bidang ilmu eksakta, karena dalam segi akidah, Islam
hanya menerima hal-hal yang menurut ukuran akal sehat dapat diterima sebagai ajaran akidah yang benar dan
lurus.
Pilar akal dan rasionalitas dalam akidah Islam tercermin dalam aturan muamalat dan dalam memberikan
solusi serta terapi bagi persoalan yang dihadapi. Selain itu Islam adalah agama ibadah. Ajaran tentang ibadah
didasarkan atas kesucian hati yang dipenuhi dengan keikhlasan, cinta, serta dibersihkan dari dorongan hawa nafsu,
egoisme, dan sikap ingin menang sendiri. Agama seseorang tidak sempurna, jika kehangatan spiritualitas yang
dimiliki tidak disertai dengan pengalaman ilmiah dan ketajaman nalar. Pentingnya akal bagi iman ibarat pentingnya
mata bagi orang yang sedang berjalan.

2.2.SIAPAKAH TUHAN ITU ?


Perkataan ilah, yang selalu diterjemahkan Tuhan, dalam al-Quran dipakai untuk menyatakan berbagai
objek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya dalam surat al-Furqan ayat 43.

Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya
?Perkataan ilah dipakai oleh Firaun untuk dirinya sendiri:

Dan Firaun berkata: Wahai para pembesar hambaku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku.(QS.
alQhashash ayat 38)

Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa mengandung arti berbagai benda,
baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi maupun benda nyata (Firaun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja).
Perkataan ilah dalam al-Quran juga dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad: ilaahun), ganda (mutsanna:
ilaahaini), dan banyak (jama: aalihatun).Bertuhan nol atau atheisme tidak mungkin. Untuk dapat mengerti
tentang definisi Tuhan atau Ilah yang tepat, berdasarkan logika al-Quran adalah sebagai berikut:
Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga
manusia merelakan dirinya dikuasai olehnya.
Perkataan dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai,
diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu
yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian.

Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-ilah sebagai berikut:

Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya, merendahkan diri di hadapannya,
takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan
bertawakkal kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan
ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya. (M. Imaduddin, 1989: 56).
Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat dipahami, bahwa Tuhan itu bisa berbentuk apa saja, yang
dipentingkan oleh manusia. Yang pasti ialah manusia tidak mungkin atheis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan.
Berdasarkan logika al-Quran setiap manusia pasti mempunyai sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan demikian,
orang-orang komunis pada hakikatnya ber-Tuhan juga. Adapun Tuhan mereka ialah ideologi atau angan-angan
(utopia) mereka.

Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat Laa illaha illaa Allah. Susunan kalimat tersebut dimulai dengan
peniadaan, yaitu tidak ada Tuhan, kemudian baru diikuti dengan suatu penegasan melainkan Allah. Hal itu
berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, yang ada dalam
hatinya hanya satu Tuhan yang bernama Allah.

2.3 Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan


1. Pemikiran Barat
Konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang didasarkan atas hasil pemikiran baik
melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah, baik yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman
batin. Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari
kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi sempurna. Teori tersebut mula-mula
dikemukakan oleh Max Muller, kemudian dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson Smith, Lubbock, dan Jevens.
Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori evolusionisme adalah sebagai berikut:

a. Dinamisme
Manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-
mula sesuatu yang berpengaruh tersebut ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada
manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh negatif. Kekuatan yang ada pada benda
disebut dengan nama yang berbeda-beda, seperti mana (Melanesia), tuah (Melayu),
dan syakti (India). Mana adalah kekuatan gaib yang tidak dapat dilihat atau diindera dengan pancaindera. Oleh
karena itu dianggap sebagai sesuatu yang misterius. Meskipun mana tidak dapat diindera, tetapi ia dapat dirasakan
pengaruhnya.
b. Animisme
Masyarakat primitif juga mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap benda yang dianggap benda
baik, mempunyai roh. Oleh masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya
telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa senang, rasa tidak
senang, serta mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Roh akan senang apabila kebutuhannya dipenuhi. Menurut
kepercayaan ini, agar manusia tidak terkena efek negatif dari roh-roh tersebut, manusia harus menyediakan
kebutuhan roh. Saji-sajian yang sesuai dengan pesan dukun adalah salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan
roh.
c. Politeisme
Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan kepuasan, karena terlalu banyak yang
menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan
kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya. Ada Dewa yang bertanggung jawab terhadap cahaya, ada yang
membidangi masalah air, ada yang membidangi angin dan lain sebagainya.
d. Henoteisme
Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum cendekiawan. Oleh karena itu dari dewa-
dewa yang diakui diadakan seleksi, karena tidak mungkin mempunyai kekuatan yang sama. Lama-kelamaan
kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitif (tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang
disebut dengan Tuhan, namun manusia masih mengakui Tuhan (Ilah) bangsa lain. kepercayaan satu Tuhan untuk
satu bangsa disebut dengan henoteisme (Tuhan tingkat Nasional).
e. Monoteisme
Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi monoteisme. Dalam monoteisme hanya mengakui
satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat internasional. Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat Ketuhanan
terbagi dalam tiga paham yaitu: deisme, panteisme, dan teisme.
2.4 Konsep Ketuhanan dalam Islam
Istilah Tuhan dalam Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap yang menjadi penggerak atau motivator,
sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh manusia. Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah
(tuhan) di dalam Al-Quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu Allah, dan selain Allah. Subjektif (hawa nafsu)
dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-benda seperti : patung, pohon, binatang, dan lain-lain dapat pula berperan
sebagai ilah. Demikianlah seperti dikemukakan pada surat Al-Baqarah (2) : 165, sebagai berikut:

Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan terhadap Allah. Mereka
mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah. (QS AlBaqoroh:162)

Sebelum turun Al-Quran dikalangan masyarakat Arab telah menganut konsep tauhid (monoteisme). Allah
sebagai Tuhan mereka. Hal ini diketahui dari ungkapan-ungkapan yang mereka cetuskan, baik dalam doa maupun
acara-acara ritual. Abu Thalib, ketika memberikan khutbah nikah Nabi Muhammad dengan Khadijah (sekitar 15
tahun sebelum turunya Al-Quran) ia mengungkapkan kata-kata Alhamdulillah. (Lihat Al-Wasith,hal 29). Adanya
nama Abdullah (hamba Allah) telah lazim dipakai di kalangan masyarakat Arab sebelum turunnya Al-Quran.
Keyakinan akan adanya Allah, kemaha besaran Allah, kekuasaan Allah dan lain-lain, telah mantap. Dari kenyataan
tersebut timbul pertanyaan apakah konsep ketuhanan yang dibawakan Nabi Muhammad? Pertanyaan ini muncul
karena Nabi Muhammad dalam mendakwahkan konsep ilahiyah mendapat tantangan keras dari kalangan
masyarakat. Jika konsep ketuhanan yang dibawa Muhammad sama dengan konsep ketuhanan yang mereka yakini
tentu tidak demikian kejadiannya.
Pengakuan mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta alam dikemukakan dalam Al-Quran surat Al-
Ankabut (29) ayat 61 sebagai berikut;

Jika kepada mereka ditanyakan, Siapa yang menciptakan lagit dan bumi, dan menundukkan matahari dan
bulan? Mereka pasti akan menjawab Allah.

Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu berarti orang itu beriman dan
bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru layak dinyatakan bertuhan kepada Allah jika ia telah memenuhi segala yang
dimaui oleh Allah. Atas dasar itu inti konsep ketuhanan Yang Maha Esa dalam Islam adalah memerankan ajaran
Allah yaitu Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan berperan bukan sekedar Pencipta, melainkan juga
pengatur alam semesta.

A. Definisi Iman
Iman menurut bahasa adalah percaya atau yakin, keimanan berarti kepercayaan atau keyakinan. Dengan
demikian, rukun iman adalah dasar, inti, atau pokok pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap pemeluk
agama Islam.
Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-yumanu amanan yang berarti percaya. Oleh karena itu iman
berarti percaya menunjuk sikap batin yang terletak dalam hati.
Dalam surat al-Baqarah 165, dikatakan bahwa orang yang beriman adalah orang yang amat sangat cinta
kepada Allah (asyaddu hubban lillah). Oleh karena itu, beriman kepada Allah berarti sangat rindu terhadap ajaran
Allah.
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan dengan keyakinan dalam hati,
diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan (al-Imaanu aqdun bil qalbi waiqraarun billisaani
waamalun bil arkaan)
Istilah iman dalam al-quran selalu dirangkaikan dengan kata lain yang memberikan corak dan warna tentang
suatu yang diimani, seperti dalam surat an-Nisa: 51 yang dikaitkan dengan jibti (kebatinan/Idealisme) dan thaghut
(realita/nasionalisme). Sedangkan dalam surat al-Ankabut: 52 dikaitkan dengan kata bathil, yaitu wallaziina
aamanuu bil baathili. Bathil berarti tidak benar menurut Allah.Sementara dalam surat al-Baqarah: 4 iman
dirangkaikan dengan kata ajaran yang diturunkan oleh Allah.
Dengan demikian, kata iman yang tidak dikaitkan dengan kata Allah atau ajarannya, dikatakan sebagai iman
haq, sedangkan yang dikaitkan dengan selainnya dinamakan iman bathil.
Keimanan adalah perbuatan yang bila diibaratkan pohon, mempunyai pokok dan cabang. Bukankah sering kita
baca atau dengar sabda Rasullah saw. Yang kita jadikan kata-kata mutiara, misalnya malu adalah sebagian dari
iman, kebersihan sebagian dari iman, cinta bangsa dan Negara sebagian dari iman, bersikap ramah sebagian dari
iman, menyingkirkan duri atau yang lainnya yang dapat membuat orang sengsara dan menderita, itu juga sebagian
dari iman. Diantara cabang - cabang keimanan yang paling pokok adalah keimanan kepada Allah SWT.

B. Wujud Iman
Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim berbuat amal
soleh. Seseorang dinyatakan beriman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan mendorongnya untuk
mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai keyakinannya.
Akidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam. Seseorang dipandang muslim atau bukan
muslim tergantung pada akidahnya. Apabila ia berakidah muslim maka segala sesuatu yang dilakukannya akan
bernilai sebagai amal saleh. Apabila tidak berakidah, maka segala perbuatannya dan amalnya tidak mengandung
arti apa-apa.
Oleh karena itu, menjadi seorang muslim berarti meyakini dan menjalankan segala sesuatu yang diajarkan
dalam ajaran Islam.

C. Proses Terbentuknya Iman


Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pembinaan yang berkesinambungan. Pengaruh
pedidikan keluarga secara langsung maupun tidak langsung sangat berpengaruh terhadap iman seseorang.
Pada dasarnya, proses pembentukan iman diawali dengan proses perkenalan. Mengenal ajaran Allah harus
dilakukan sedini mungkin sesuai dengan kemampuan anak itu. Disamping pengenalan, proses pembiasaan juga
perlu diperhatikan, seorang anak harus dibiasakan dari kecil untuk mengenal dan melaksanakan ajaran Allah, agar
kelak dapat melaksanakan ajaran -ajaran Allah.

D. Tanda-tanda Orang Beriman


Al-quran menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:
1. Jika disebut nama Allah, hatinya akan bergetar dan berusaha ilmu Allah tidak lepas dari syaraf memorinya
(al-anfal : 2)
2. Senantiasa tawakal, yaitu bekeja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah. (Ali imran : 120, Al maidah: 12,
al-anfal : 2, at-taubah: 52, Ibrahim:11)
3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu melaksanakn perintah-Nya. (al-anfal: 3, Al-muminun: 2, 7)
4. Menafkahkan rizki yang diterima di jalan Allah. (al-anfal: 3, Al-mukminun: 2, 7)
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan.(Al-mukminun:3, 5)
6. Memelihara amanah dan menepati janji. (Al-mukminun: 6)
7. Bersungguh-sungguh di jalan Allah dan Suka menolong. (al-Anfal : 74)
8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin. (an-nur: 62)

2. 5. Implementasi Iman
A. Pemantapan Iman
Masa depan ditentukan oleh umat yang memiliki kekuatan iman yang dominan. Generasi peloporpenyumbang
di bidang pemikiran (aqliyah), dan pembaruan (inovator), perlu dibentuk di era pembangunan.
Keunggulan generasi pelopor akan di ukur di tengah masyarakat dengan pengetahuan dan pemahaman
(identifikasi) permasalahan yang dihadapi umat, dengan mengarah kepada kaderisasi (patah tumbuh hilang
berganti). Keunggulan ini diiringi dengan kemampuan penswadayaan kesempatan-kesempatan. Pentingnya
menumbuhkan generasi pelopor menjadi relevansi tuntutan agama dalam menatap ke depan.
Mantapnya pemahaman agama dan adat budaya (tamaddun) dalam perilaku seharian jadi landasan dasar
kaderisasi re-generasi. Usaha ke arah pemantapan metodologi pengembangan melalui program pendidikan dan
pelatihan, pembinaan keluarga, institusi serta lingkungan mesti sejalin dan sejalandengan pemantapan Akidah
Agama pada generasi mendatang. Political action berkenaan pengamalan ajaran Agama menjadi sumber kekuatan
besar menopang proses pembangunan melalui integrasi aktif, dimana umat berperan sebagai subjek dalam
pembangunan bangsa itu sendiri.
B. Melemahnya Jati Diri
Kelemahan mendasar ditengah perkembangan zaman adalah melemahnya jati diri, dan kurangnya komitmen
kepada nilai luhur agama yang menjadi anutan bangsa. Isolasi diri karena tidak berkemampuan menguasai bahasa
dunia (politik, ekonomi, sosial, budaya, iptek), berujung dengan hilangnya percaya diri. Kurangnya kemampuan
dalam penguasaan teknologi dasar yang akan menopang perekonomian bangsa, dipertajam oleh kurangnya minat
menuntut ilmu, menjadikan isolasi diri masyarakat bertambah tertutup. Kondisi ini akan menjauhkan peran serta
di era-kesejagatan (globalisasi), dan akhirnya membuka peluang menjadi anak jajahan di negeri sendiri.
Sosialisasi pembinaan jati diri bangsa mesti disejalankan dengan pengokohan lembaga keluarga (extended
family), dan peran serta masyarakat pro aktif menjaga kelestarian adat budaya (hidup beradat, di masyarakat
Minangkabau adat bersendikan syarak, syarak bersendikan Kitabullah). Setiap generasi yang dilahirkan dalam satu
rumpun bangsa wajar tumbuh menjadi kekuatan yang peduli dan pro-aktif menopang pembangunan bangsa.
Melibatkan generasi muda secara aktif menguatkan jalinan hubungan timbal balik antara masyarakat
serumpun di desa dalam tata kehidupan sehari-hari. Aktifitas ini mendorong lahirnya generasi penyumbang yang
bertanggung jawab, di samping antisipasi lahirnya generasi lemah.
C. Arus Globalisasi
Memasuki millenium ketiga, abad dua puluh satu ditemui lonjakan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan pesat. Globalisasi sebenarnya dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau proses menjadikan
sesuatu mendunia (universal), baik dalam lingkup maupun aplikasinya.Era globalisasi adalah era perubahan cepat.
Dunia akan transparan, terasa sempit seakan tanpa batas.
Hubungan komunikasi, informasi, transportasi menjadikan jarak satu sama lain menjadi dekat, sebagai akibat
dari revolusi industri, hasil dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Arus globalisasi juga menggeser
pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan
modern.
Arus kesejagatan (globalisasi) secara dinamik memerlukan penyesuaian kadar agar arus kesejagatan tidak
mencabut generasi dari akar budaya bangsanya. Sebaliknya arus kesejagatan mesti dirancang bisa merobah apa
yang tidak di kehendaki.
Membiarkan diri terbawa arus derasperubahan sejagat tanpa memperhitungkan jati diri akan menyisakan
malapetaka. Globalisasi menyisakan banyak tantangan (sosial, budaya, ekonomi, politik, tatanan, sistim, perebutan
kesempatan menyangkut banyak aspek kehidupan kemanusiaan.)
Globalisasi juga menjanjikan harapan dan kemajuan. Setiap Muslim harus arif dalam menangkap setiap
pergeseran dan tanda-tanda perubahan zaman. Kejelian dalam menangkap ruh zaman (zeitgeist) mampu men-
jaring peluang-peluang yang ada, sehingga memiliki visi jauh ke depan. Diantara yang menjanjikan itu adalah
pertumbuhan ekonomi yang pesat. Pesatnya pertumbuhan ekonomi menjadi alat untuk menciptakan kemakmuran
masyarakat.
D. Paradigma Tauhid
Paradigma tauhid, laa ilaaha illa Allah, mencetak manusia menjadi abid, hamba yang mengabdi kepada Allah
dalam arti luas, berkemampuan melaksanakan ajaran syariy mengikuti perintah Allah dan sunnah Rasul Allah,
untuk menjadi manusia mandiri (self help), sesuai dengan eksistensi manusia itu di jadikan.
Manusia pengabdi (abid) adalah manusia yang tumbuh dengan Akidah Islamiah yang kokoh. Akidah Islamiah
merupakan sendi fundamental dari dinul Islam, dan titik dasar paling awal untuk menjadikan seorang muslim.
Apabila Akidah tauhid telah hilang, dapat dipastikan akan lahir prilaku fatalistis dengan hanya menyerah
kepada nasib sambil bersikap apatis dan pesimis. Sikap negatif ini adalah virus berbahaya bagi individu pelopor
penggerak pembangunan. Keyakinan tauhid secara hakiki menyimpan kekuatan besar berbentuk energi ruhaniah
yang mampu mendorong manusia untuk hidup inovatif.
2. 6.Problematika, Tantangan dan Resiko Dalam Kehidupan Modern
Problem-problem manusia dalam kehidupan modern adalah munculnya dampak negatif (residu), mulai dari
berbagai penemuan teknologi yang berdampak terjadinya pencemaran lingkungan, rusaknya habitat hewan
maupun tumbuhan, munculnya beberapa penyakit, sehingga belum lagi dalam peningkatan yang makro yaitu
berlobangnya lapisan ozon dan pemanasan global akibat rumah kaca.
Aktualisasi taqwa adalah bagian dari sikap bertaqwa seseorang. Karena begitu pentingnya taqwa yang harus
dimiliki oleh setiap mukmin dalam kehidupan dunia ini sehingga beberapa syariat islam yang diantaranya puasa
adalah sebagai wujud pembentukan diri seorang muslim supaya menjadi orang yang bertaqwa, dan lebih sering
lagi setiap khatib pada hari jumat atau shalat hari raya selalu menganjurkan jamaah untuk selalu bertaqwa. Begitu
seringnya sosialisasi taqwa dalam kehidupan beragama membuktikan bahwa taqwa adalah hasil utama yang
diharapkan dari tujuan hidup manusia (ibadah).
Taqwa adalah satu hal yang sangat penting dan harus dimiliki setiap muslim. Signifikansi taqwa bagi umat
islam diantaranya adalah sebagai spesifikasi pembeda dengan umat lain bahkan dengan jin dan hewan, karena
taqwa adalah refleksi iman seorang muslim. Seorang muslim yang beriman tidak ubahnya seperti binatang, jin dan
iblis jika tidak mangimplementasikan keimanannya dengan sikap taqwa, karena binatang, jin dan iblis mereka
semuanya dalam arti sederhana beriman kepada Allah yang menciptakannya, karena arti iman itu sendiri secara
sederhana adalah percaya, maka taqwa adalah satu- satunya sikap pembeda antara manusia dengan makhluk
lainnya. Seorang muslim yang beriman dan sudah mengucapkan dua kalimat syahadat akan tetapi tidak
merealisasikan keimanannya dengan bertaqwa dalam arti menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala
laranganNya, dan dia juga tidak mau terikat dengan segala aturan agamanya dikarenakan kesibukannya atau
asumsi pribadinya yang mengaggap eksistensi syariat agama sebagai pembatasan berkehendak yang itu adalah hak
asasi manusia, kendatipun dia beragama akan tetapi agamanya itu hanya sebagai identitas pelengkap dalam
kehidupan sosialnya, maka orang semacam ini tidak sama dengan binatang akan tetapi kedudukannya lebih
rendah dari binatang, karena manusia dibekali akal yang dengan akal tersebut manusia dapat melakukan analisis
hidup, sehingga pada akhirnya menjadikan taqwa sebagai wujud implementasi dari keimanannya.
Taqwa adalah sikap abstrak yang tertanam dalam hati setiap muslim, yang aplikasinya berhubungan dengan
syariat agama dan kehidupan sosial. Seorang muslim yang bertaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan perintah
Tuhannya dan menjauhi segala laranganNya dalam kehidupan ini. Yang menjadi permasalahan sekarang adalah
bahwa umat islam berada dalam kehidupan modern yang serba mudah, serba bisa bahkan cenderung serba boleh.
Setiap detik dalam kehidupan umat islam selalu berhadapan dengan hal-hal yang dilarang agamanya akan tetapi
sangat menarik naluri kemanusiaanya, ditambah lagi kondisi religius yang kurang mendukung. Keadaan seperti ini
sangat berbeda dengan kondisi umat islam terdahulu yang kental dalam kehidupan beragama dan situasi zaman
pada waktu itu yang cukup mendukung kualitas iman seseorang.
Adanya kematian sebagai sesuatu yang pasti dan tidak dapat dikira-kirakan serta adanya kehidupan setelah
kematian menjadikan taqwa sebagai obyek vital yang harus digapai dalam kehidupan manusia yang sangat singkat
ini. Memulai untuk bertaqwa adalah dengan mulai melakukan hal-hal yang terkecil seperti menjaga pandangan,
serta melatih diri untuk terbiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya, karena arti taqwa
itu sendiri sebagaimana dikatakan oleh Imam Jalaluddin Al-Mahally dalam tafsirnya bahwa arti taqwa adalah
imtitsalu awamrillahi wajtinabinnawahih, menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganya.

2.7. Beberapa problem yang sering dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.


A. Problem Ekonomi
Semakin lama manusia semakin menganggap bahwa dirinya merupakan homo economicus, yaitu merupakan
makhluk yang memenuhi kebutuhan hidupnya dan melupakan dirinya sebagai homo religious yang erat dengan
kaidah-kaidah moral. Ekonomi kapitalisme materialisme yang menyatakan bahwa berkorban sekecil-kecilnya
dengan menghasilkan keuntungan yang sebesar -besarnya telah membuat manusia menjadi makhluk konsumtif
yang egois dan serakah.
B. Problem Moral
Pada hakikatnya Globalisasi adalah sama halnya dengan Westernisasi. Ini tidak lain hanyalah kata lain dari
penanaman nilai-nilai Barat yang menginginkan lepasnya ikatan-ikatan nilai moralitas agama yang menyebabkan
manusia Indonesia pada khususnya selalu berkiblat kepada dunia Barat dan menjadikannya sebagai suatu
symbol dan tolok ukur suatu kemajuan.
C. Problem Agama
Tantangan agama dalam kehidupan modern ini lebih dihadapkan kepada faham Sekulerisme yang menyatakan
bahwa urusan dunia hendaknya dipisahkan dari urusan agama. Hal yang demikian akan menimbulkan apa yang
disebut dengan split personality di mana seseorang bisa berkepribadian ganda. Misal pada saat yang sama seorang
yang rajin beribadah juga bisa menjadi seorang koruptor.
D. Problem Keilmuan
Masalah yang paling kritis dalam bidang keilmuan adalah pada corak kepemikirannya yang pada kehidupan
modern ini adalah menganut faham positivisme dimana tolok ukur kebenaran yang rasional, empiris,
eksperimental, dan terukur lebih ditekankan. Dengan kata lain sesuatu dikatakan benar apabila telah memenuhi
criteria ini. Tentu apabila direnungkan kembali hal ini tidak seluruhnya dapat digunakan untuk menguji kebenaran
agama yang kadang kala kita harus menerima kebenarannya dengan menggunakan keimanan yang tidak begitu
poluler di kalangan ilmuwan ilmuwan karena keterbatasan rasio manusia dalam memahaminya.
Perbedaan metodologi yang lain bahwa dalam keilmuan dikenal istilah falsifikasi. Artinya setiap saat
kebenaran yang sudah diterima dapat gugur ketika ada penemuan baru yang lebih akurat. Sangat jauh dan
bertolak belakang dengan bidang keagamaan.Jika anda tidak salah lihat, maka akan banyak anda temukan banyak
ilmuwan yang telah menganut faham atheis (tidak percaya adanya tuhan) akibat dari masalah masalah dalam
bidang keilmuan yang telah tersebut di atas.
2.8 Pengaruh Modernisasi
Dalam abad teknologi ultra modern sekarang ini, manusia telah diruntuhkan eksistensinya sampai ke tingkat
mesin akibat pengaruh modernisasi. Roh dan kemuliaan manusia telah diremehkan begitu rendah. Manusia adalah
mesin yang dikendalikan oleh kepentingan financial untuk menuruti arus hidup yang materialistis dan sekuler.
Martabat manusia berangsur-angsur telah dihancurkan dan kedudukannya benar-benar telah direndahkan.
Modernisai adalah merupakan gerakan yang telah dan sedang dilakukan oleh Negara-negara Barat Sekuler untuk
secara sadar atau tidak, akan menggiring kita pada kehancuran peradaban. Tak sedikit dari orang-orang Islam yang
secara perlahan-lahan menjadi lupa akan tujuan hidupnya, yang semestinya untuk ibadah, berbalik menjadi malas
ibadah dan lupa akan Tuhan yang telah memberikannya kehidupan. Akibat pengaruh modernisasi dan globalisasi
banyak manusia khususnya umat Islam yang lupa bahwa sesungguhnya ia diciptakan bukanlah sekedar ada, namun
ada tujuan mulia yaitu untuk beribadah kepada Allah SWT.
Kondisi di atas meluaskan segala hal dalam aspek kehidupan manusia. Sehingga tidak mengherankan ketika
batas-batas moral, etika dan nilai-nilai tradisional juga terlampaui. Modernisasi yang berladangkan di atas sosial
kemasyarakatan ini juga tidak bisa mengelak dari pergeseran negatif akibat modernisasi itu sendiri. Peningkatan
intensitas dan kapasitan kehidupan serta peradaban manusia dengan berbagai turunannya itu juga meningkatan
konstelasi sosial kemasyarakatan baik pada level individu ataupun level kolektif. Moralitas, etika dan nilai-nilai
terkocok ulang menuju keseimbangan baru searah dengan laju modernisasi. Pergerakan ini tentu saja
mengguncang perspektif individu dan kolektif dalam tatanan kemasyarakatan yang telaha ada selama ini.
Perubahan kepercayaan, pemikiran, kebudayaan, dan peradaban merupakan prasyarat bagi perubahan
ekonomi, politik, dan sebagainya. Itulah sebabnya, ketika masyarakat modern tak dapat mengakomodasikan apa
yang tersedia di lingkungannya, mereka memilih alternatif atau model dari negara imperialis yang menjadi pusat-
pusat kekuatan dunia. Secara politis, mereka berlindung pada negara-negara tersebut. Terbukalah kemungkinan
konfrontasi antara kekuatan eksternal dengan kekuatan internal (kekuatan Islam) bila Islam hendak ditampilkan
sebagai kekuatan nyata. Moderenisasi bagi umat Islam tidak perlu diributkan, diterima ataupun ditolak, namun
yang paling penting dari semua adalah seberapa besar peran Islam dalam menata umat manusia menuju tatanan
dunia baru yang lebih maju dan beradab. Bagi kita semua, ada atau tidaknya istilah modernisasi dan globalisasi
tidak menjadi masalah, yang penting ajaran Islam sudah benar-benar diterima secara global, secara mendunia oleh
segenap umat manusia, diterapkan dalam kehidupan masing-masing pribadi, dalam berkeluarga, bertetangga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sebagai umat Islam hendaknya nilai modern jangan kita ukur dari modernnya pakaiannya, perhiasan dan
penampilan. Namun modern bagi umat Islam adalah modern dari segi pemikiran, tingkah laku, pergaulan, ilmu
pengetahuan, teknologi, ekonomi, sosial budaya, politik dan keamanan yang dijiwai akhlakul karimah, dan disertai
terwujudnya masyarakat yang adil, makmur, sejahtera dalam naungan ridha Allah SWT.

2.9 Peran Iman dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan Modern
Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini dikemukakan beberapa pokok manfaat
dan pengaruh iman pada kehidupan manusia:
a. Iman melenyapkan sikap Materialis
Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah. Kalau Allah hendak memberikan
pertolongan, maka tidak ada satu kekuatanpun yang dapat mencegahnya. Sebaliknya jika Allah hendak
menimpakan bencana, maka tidak ada satu kekuatanpun yang sanggup menahan dan mencegahnya. Kepercayaan
dan keyakinan demikian menghilangkan sifat mendewa-dewakan manusia yang kebetulan sedang memegang
kekuasaan, menghilangkan kepercayaan pada kesaktian benda-benda keramat, mengikis kepercayaan pada
khufarat, takhyul, jampi-jampi dan sebagainya. Pegangan orang yang beriman adalah firman Allah surat Al Fatihah
ayat 1-7
b. Iman menanamkan semangat berani
Takut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut. Banyak diantara manusia yang tidak
berani mengemukakan kebenaran, karena takut menghadapi resiko. Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa
kematian di tangan Allah. Pegangan orang beriman mengenai soal hidup dan mati adalah firman Allah:
Dimana saja kamu berada, kematian akan datang mendapatkan kamu kendatipun kamu di benteng yang tinggi
lagi kokoh.( alQuran Surat An Nisa 4: 78)
c. Iman menanamkan sikap Evaluasi diri
Rezeki memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Banyak orang yang melepaskan pendirian
bahkan tidak segan-segan melepaskan prinsip,menjual kehormatan,bermuka dua,menjilat dan memperbudak diri
karena kepentingan materi. Pegangan orang beriman dalam hal ini adalah firman Allah:
Dan tidak ada satu binatang melatapun dibumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui
tempat berdiam binatang dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (lauhul
mahfud)(QS.Hud, 11:6)
d. Iman memberikan kententraman jiwa
Acapkali manusia dilanda resah dan duka cita, serta digoncang oleh keraguan dan kebimbangan. Orang yang
beriman mempunyai keseimbangan , hatinya tentram(mutmainah), dan jiwanya tenang(sakinah), seperti
dijelaskan firman Allah:
..(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah.
Ingatlah,hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram (Ar-Rad,13:28)
e. Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah)
Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu melakukan kebaikan dan mengerjakan
perbuatan yang baik. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah :
Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahal yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan. (QS.An Nahl, 16:97)
f. Iman melahirkan sikap Komitmen
Iman memberi pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat ikhlas, tanpa pamrih , kecuali keridaan Allah.
Orang yang beriman senantiasa konsekuen dengan apa yang telah diikrarkannya, baik dengan lidahnya maupun
dengan hatinya. Ia senantiasa berfirman pada firman Allah:
Katakanlah : Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta
alam.(QS. Al-Anaam, 6:162)
g. Iman memberikan keberuntungan
Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar karena Allah membimbing dan mengarahkan pada
tujuan hidup yang hakiki. Dengan demikian orang yang beriman adalah orang yang beruntung dalam hidupnya. Hal
ini sesuai dengan firman Allah:
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.
(Al-Baqarah, 2:5)
h. Iman mencegah penyakit
Akhlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis tubuh manusia mukmin
dipengaruhi oleh iman.
Jika seseorang jauh dari prinsip-prinsip iman, tidak mengacuhkan azas moral dan ahklak, merobek-robek nilai
kemanusiaan dalam setiap perbuatannya, tidak pernah ingat kepada Allah, maka orang yang seperti ini hidupnya
akan dikuasai oleh kepanikan dan ketakutan.
Hal itu akan menyebabkan tingginya hormon adrenalin dan persenyawaan kimia lainnya. Selanjutnya akan
menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap biologi tubuh serta lapisan otak bagian atas. Hilangnya
keseimbangan hormon dan kimiawi akan mengakibatkan terganggunya kelancaran proses metabolisme zat dalam
tubuh manusia. Pada waktu itulah timbullah gejala penyakit, rasa sedih, dan ketegangan psikologis, serta hidupnya
selalu dibayangi oleh kematian.
Demikianlah pengaruh dan manfaat iman pada kehidupan manusia, ia bukan hanya sekedar kepercayaan
yang berada dalam hati, tetapi menjadi kekuatan yang mendorong dan membentuk sikap perilaku hidup. Apabila
suatu masyarakat terdiri dari orang-orang yang beriman, maka akan terbentuk masyarakat yang aman, tentram,
damai, dan sejahtera.
ISLAM & PERADABAN DUNIA

SUMBANGAN ISLAM BAGI PERADABAN DUNIA

A. Pendahuluan
Islam yang hadir di tengah kerasnya peradaban jahiliyah, melaui Muhammad saw. Akan tetapi untuk
selanjutnya Islam mampu bermetamorfosa menyebar hampir ke seluruh penjuru jagad. Setelah masa Rasulullah
saw, yang kemudian dilanjutkan oleh masa khulafau-r-rasyidin dan dinasti-dinasti Islam yang muncul sesudahnya.
Dan telah berhasil membangun peradaban dan kekuatan politik yang menandingi dinasti besar lainnya pada masa
itu, yakni Bizantium dan Persia.
Demikian Islam telah menorehkan tinta emas pada sejarah kehidupan umat manusia. Dan sebagaimana Islam
yang datang sebagai rahmatan lil alamin, sehingga Islam mampu berdiri tegak pada setiap masa dan kurun waktu.
Realitas spiritual dan metahistorikal yang mentransformasi kehidupan lahir dan batin dari beragam manusia di
dalam situasi temporal maupun ruang yang berbeda. Dan secara historis Islam telah memainkan peran yang
signifikan dalam perkembangan beberapa aspek pada peradaban dunia.
Dengan pernyataan diatas, memungkinkan adanya pertanyaan Bagaimanakah Islam mempengaruhi
peradaban dunia?

B. Sekilas tentang peradaban Islam dan periode kejayaan peradaban Islam


Peradaban Islam adalah bagian-bagian dari kebudayaan Islam yang meliputi berbagai aspek seperti moral,
kesenian, dan ilmu pengetahuan, serta meliputi juga kebudayaan yang memilliki sistem teknologi, seni bangunan,
seni rupa, sistem kenegaraan, dan ilmu pengetahuan yang luas.Dengan kata lain peradaban Islam bagian dari
kebudayaan yang bertujuan memudahkan dan mensejahterakan hidup di dunia dan di akhirat.
Sejalan dengan pengertian tersebut, Islam dalam menegakkan peradabannya tidak hanya memandang satu
sisi kehidupan dunia dengan pencapaian kebudayaan yang dapat memajukan peradabannya, akan tetapi juga
memperhatikan prinsip pencapaian kebahagiaan kehidupan akhirat, dengan memberikan ajaran dengan cara
berkehidupan yang bermoral dan santun dalam memandang keberagaman dunia.
Dalam memahami peradaban Islam, amat penting untuk mengingat tidak hanya keragaman seni dan ilmu
pengetahuan, tetapi juga keragaman interpretasi teologis dan filosofis pada doktrin-doktrin Islam, bahkan pada
bidang hukum Islam. Tidak ada kesalahan yang serius daripada pendapat yang menegaskan bahwa Islam adalah
realitas yang seragam, dan peradaban Islam tidak mengapresiasi ciptaan atau eksistensi beragam. Meskipun kesan
adanya keseragaman sering mendominasi segala hal yang berkaitan dengan Islam, sisi keragaman di bidang
interpretasi agama itu sendiri selalu ada, sebagaimana juga terdapat aspek beragam pada pemikiran dan kultur
Islam. Akan tetapi, Nabi Muhammad saw sebagai pembawa ajaran Islam, menganggap bahwa keragaman
pendapat para pemikir Muslim adalah sebuah karunia Tuhan. Namun dengan segala keberagamannya tersebut,
masih saja terlihat kesatuan yang amat mengagumkan tetap mempengaruhi peradaban Islam, sebagaimana hal
tersebut telah mempengaruhi agama yang melahirkan peradaban itu, dan membimbing alur sejarahnya selama
berabad-abad.
Demikianlah Islam dengan ajaran suci dan universal sebagaimana yang telah diwahyukan, mengalami
perkembangan dari masa ke masa. Adapun penyebaran Islam dan torehan peradabannya ke penjuru dunia, tak kan
lepas dari metode dan sistem penyebarannya, mulai dari perdagangan, korespondensi (seperti yang dilakukan
Rasulullah dengan mengirim surat kepada para raja Mesir, Persia, dll.), diplomasi politik, sampai pada peperangan
perebutan kekuasaan dan pendudukan wilayah.
Sedangkan periode penyebaran Islam dan peradabannya yang dimulai sejak masa Rasulullah saw pada abad
ke-6 M hingga saat ini, terdapat masa-masa kejayaan peradaban Islam yang kemudian diwarisi oleh peradaban
dunia. Dan pereodisasi peradaban Islam tersebut, secara umum terbagi menjadi 3 (tiga) periode, yang antara lain :
1. Periode klasik
Pada masa ini merupakan masa ekspansi, integrasi dan keemasan Islam. Sebelum wafatnya Nabi Muhammad
saw (632 M), seluruh semenanjung Arabia telah tunduk ke bahwah kekuasaan Islam, yang kemudian dilanjutkan
dengan ekspansi keluar Arabia pada masa khalifah pertama Abu Bakar ash-Shiddiq, hingga berlanjut pada
kekhalifahan berikutnya.
Pencapaian kemenangan Islam pada masa ini adalah dapat dikuasainya Irak pada tahun 634 M, yang kemudian
meluas hingga Suria, kemudian pada masa Umar bin Khattab, Islam mampu menguasai Damaskus (635 M) dan
tentara Bizantium di daerah Syiria pun ditaklukkan pada perang Yarmuk (636 M), selanjutnya menjatuhkan
Alexandria (641 M) dan menguasai Mesir dengan tembok Babilonnya pada masa itu. Dan kekuasaan Islampun
meluas hingga Palestina, Syiria, Irak, Persia dan Mesir. Pada masa khalifah Utsman bin Affan, Tripoli dan Ciprus pun
tertaklukkan. Walaupun setelah itu terjadi keguncangan politik pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, hingga
wafatnya.
Kekhalifahan berlanjut pada kekuasaan Bani Umayyah, yang pada masa ini kekuasaan Islam semakin meluas,
berawal dti Tunis, Khurasan, Afganistan, Balkh, Bukhara, Khawarizm, Farghana, Samarkand, Bulukhistan, Sind,
Punjab, dan Multan. Bukan hanya itu, perluasan dilanjutkan ke Aljazair dan Maroko, bahkan telah membuka jalan
ke kawasan Eropa yaitu Spanyol, dan menjadikan Cordova sebagai ibu kota Islam Spanyol. Lebih ringkasnya, pada
masa dinasti ini kekuasaan Islam telah menguasai Spanyol, Afrika Utara, Syiria, Palestina, Semenanjung Arabia,
Irak, sebagaian dari Asia Kecil, Persia, Afganistan, Pakistan, Turkmenia, Uzbek, dan Kirgis (di Asia Tengah).
Sejak kedinastian Bani Umayyah, peradaban Islam mulai menampakkan pamor keemasannya. Walaupun Bani
Umayyah lebih memusatkan perhatiannya pada kebudayaan Arab. Benih-benih peradaban baru tersebut antara
lain perubahan bahasa administrasi dari bahasa Yunani dan Pahlawi ke bahasa Arab, dengan demikian bahasa Arab
menjadi bahasa resmi yang harus dipelajari, hingga mendorong Imam Sibawaih menyusun Al-Kitab yang menjadi
pedoman dalam tata bahasa Arab.
Pada saat itu pula ( abad ke-7 M), bermunculan sastrawan-sastrawan Islam, dengan berbagai karya besar
antara lain sebuah novel terkenal Laila Majnun yang ditulis oleh Qais al-Mulawwah. Lain dari pada itu, dengan
adanya pusat kegiatan ilmiah di Kufah dan Basrah, bermunculan ulama bidang tafsir, hadits, fiqh, dan ilmu kalam.
Pada bidang ekonomi dan pembangunan, Bani Umayyah di bawah pimpinan Abd al-Malik, telah mencetak alat
tukar uang berupa dinar dan dirham. Sedangkan pembangunan yang dilakukan adalah pembangunan masjid-
masjid di Damaskus, Cordova, dan perluasan masjid Makkah serta Madinah, termasuk al-Aqsa di al-Quds
(Yerussalem), juga pembangunan Monumen Qubbah as-sakhr, juga pembangunan istana-istana untuk tempat
peristirahatan di padang pasir, seperti Qusayr dan al-Mushatta.
Setelah kekuasaan Bani Umayyah menurun, dan ditumbangkan oleh Bani Abbasiyah pada tahun 750 H,
kembali Islam dengan perkembangan peradabannya terus menerus bergerak pada kemajuan. Di masa al-Mahdi,
perekonomian mengalami peningkatan dengan konsep perbaikan sistem pertanian dengan irigasi, dan juga
pertambangan emas, perak, tembaga dan lainnya yang juga meningkat pesat. Bahkan perekonomian menjadi lebih
baik setelah dibukanya jalur perdagangan dengan transit antara timur dan barat, dengan Basrah sebagai
pelabuhannya.
Masa selanjutnya pada masa Harun al-Rasyid, kehidupan sosial pun menjadi lebih mapan dengan dibangunnya
rumah sakit, pendidikan dokter, dan farmasi. Hingga Baghdad pada masa itu mempunyai 800 orang dokter.
Dilanjutkan pada masa al-Makmun yang lebih berkonsenrasi pada pengembangan ilmu pengetahuan, dengan
menerjemahkan buku-buku kebudayaan Yunani dan Sansekerta, dan berdirinya Baitu-l-hikmah sebagai pusat
kegiatan ilmiahnya. Yang disusul kemudian dengan berdirinya Universitas Al-Azhar di Mesir. Juga dibangunnya
sekolah-sekolah, hingga Baghdad menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Maka, tak dapat dipungkiri
lagi bahwa masa-masa ini dikatakan sebagai the golden age.
Kemajuan keilmuan dan teknologi Islam mengalami masa kejayaan di masa ini. Munculnya para ilmuwan,
filosof dan cendekiawan Muslim telah mewarnai penorehan tinta sejarah dunia. Islam bukan hanya menguasai
ilmu pengetahuan dan filsafat yang mereka pelajari dari buku-buku Yunani, akan tetapi menambahkan ke dalam
hasil penyelidikan yang mereka lakukan sendiri dalam lapangan sains dan filsafat. Tokoh cendekiawan Muslim yang
terkenal adalah Muhammad bin Musa al-Khawarizmi sebagai metematikawan yang telah menelurkan aljabar dan
algoritma, al-Fazari dan al-Farghani sebagai ahli astronomi (abad ke VIII), Abu Ali al-Hasan ibnu al-Haytam dengan
teori optika (abad X), Jabir ibnu Hayyan dan Abu Bakar Zakaria ar-Razi sebagai tokoh kimia yang disegani (abad IX),
Abu Raihan Muhammad al-Baituni sebagai ahli fisika (abad IX), Abu al-Hasan Ali Masud sebagai tokoh geografi
(abad X), Ibnu Sina sebagai seorang dokter sekaligus seorang filsuf yang sangat berpengaruh (akhir abad IX), Ibnu
Rusyd sebagai seorang filsuf ternama dan terkenal di dunia filsafat Barat dengan Averroisme, dan juga al-Farabi
yang juga seorang filsuf Muslim.
Selain sains dan filsafat pada masa ini juga bermunculan ulama besar tentang keagamaan dalam Islam, seperti
Imam Muslim, Imam Bukhari, Imam Malik, Imam SyafiI, Abu Hanifah, Ahmad bin Hambal, serta mufassir terkenal
ath-Thabari, sejarawan Ibnu Hisyam dan Ibnu Saad. Masih adalagi yang bergerak dalam ilmu kalam dan teologi,
seperti Washil bin Atha, Ibnu al-Huzail, al-Allaf, Abu al-Hasan al-Asyari, al-Maturidi, bahkan tokoh tasawuf dan
mistisisme seperti, Zunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami, Husain bin Mansur al-Hallaj, dan sebagainya. Di dunia
sastra pun mengenalkan Abu al-Farraj al-Asfahani, dan al-Jasyiari yang terkenal melalui karyanya 1001 malam,
yang telah diterjemahkan ke berbagai bahasa di dunia.

2. Periode pertengahan
Pada periode ini, terdapat periode kemunduran Islam pada sekitar 1250-1500 M. Yang mana satu demi satu
kerajaan Islam jatuh ke tangan Mongol, dan kerajaan Islam Spanyol pun mampu ditaklukkan oleh raja-raja Kristen
yang bersatu, hingga orang-orang Islam Spanyol berpindah ke kota-kota di pantai utara Afrika.
Namun dengan demikian, terdapat kebangkitan kembali kedinastian Islam pada masa 1500-1800 M. Di sana
terdapat 3 kerajaan besar, yang menjadi tonggak bejayanya peradaban Islam yang ke-2. Kerajaan besar tersebut
adalah Kerajaan Turki Usmani, Kerajaan Safawi Persia, dan Kerajaan Mughal di India.
Karajaan Turki Usmani berhasil mengambil alih Bizantium dan menduduki Konstantinopel (Istambul). Hingga
akhirnya kekuasaan Turki Usmani mampu menguasai Asia Kecil, Armenia, Irak, Syiria, Hijaz, Yaman, Mesir, Libya,
Tunis, Aljazair, Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania.
Sedangkan di tempat lain, Persia Islam bangkit dengan dengan Kerajaan Safawi (1252 M), dengan dinasti yang
berasal dari Azerbaijan Syaikh Saifuddin yang beraliran Syiah. Kekuasaannya menyeluruh hingga seluruh Persia.
Dan berbatasan dengan kekuasaan Usmani di barat dan kerajaan Mughal di kawasan timur.
Kerajaan Mughal di India, yang berdiri pada tahun 1482 M dengan pendirinya Zahirudin Babur. Kekuasaannya
mencakup Afganistan, Lahore, India Tengah, Malwa dan Gujarat. Di India, bahsa Urdu akhirnya menjadi bahasa
kerajaan menggantikan bahasa Persia. Dan kemajuannya telah membuat beberapa bukti peninggalan sejarah
antara lain, Taj Mahal, Benteng Merah, masjid-masjid, istana-istana, dan gedung-gedung pemerintahan di Delhi.
Akan tetapi pada masa kemajuan ini, ilmu pengetahuan tidak banyak diberikan perhatian, namun
perhatiannya terhadap seni dalam berbagai bentuk adalah sangat besar, sehingga kerajaan Usmani mendapatkan
julukan the patron of art. Ketiga kerajaan besar tersebut lebih banyak memperhatikan bidang politik dan ekonomi.
Sedangkan di Barat, mulai menuai kebangkitan dengan melihat jalur yang terbuka ke pusat rempah-rempah dan
bahan-bahan mentah dari daerah Timur Jauh melaui Afrika Selatan.
Hingga pada Abad ke-17, di eropa mulai mencul negara-negara kuat, bahkan Rusia mulai maju di bawah Peter
Yang Agung. Dan melalui peperangan, Usmani mengalami kekalahan. Dan Safawi Persia pun ditaklukkan oleh Raja
Afghan yang mempunyai perbedaan faham. Dan kerajaan Mughal India pecah dikarenakan terjadi pemberontakan
dari kaum Hindu, bahkan Inggris pun berperan menguasainya pada tahun 1857 M.
3. Periode Modern
Periode ini dikatakan sebagai periode kebangkitan Islam, yang mana dengan berakhirnya ekspedisi Napoleon
di Mesir, telah membuka mata umat Islam akan kemunduruan dan kelemahannya di samping kemajuan dan
kekuasaan Barat. Raja dan pemuka-pemuka Islam mulai berpikir mencari jalan keluar untuk mengembalikan
keseimbangan kekuatan, yang telah pincang dan membahayakan umat Islam. Sebab Islam yang pernah berjaya
pada masa klasik, kini berbalik menjadi gelap. Bangsa Barat menjadi lebih maju dengan ilmu pengetahuan,
teknologi dan peradabannya.
Dengan demikian, timbullah pemikiran dan pembaharuan dalam islam yang disebut dengan modernisasi
dalam Islam. Sekian tokoh pembaharu Islam telah mengeluarkan buah pikirannya guna membuat umat Islam
kembali maju sebagaimana pada periode klasik. Para tokoh tersebut antara lain, Muhammad bin Abdul Wahab di
Arab, Muhammad Abduh, Jamaludin al-Afghani, Muhammad Rasyid Ridha di Mesir, Sayyid Ahmad Khan, Syah
Waliyullah, dan Muhammad Iqbal di India, Sultan Mahmud II dan Musthafa Kamal di Turki, dan masih banyak lagi
yang lainnya.
C. Transformasi peradaban Islam kepada peradaban dunia.
Sekian lamanya Islam melakukan penyebaran ajarannya, hingga lebih dari 14 abad lamanya. Tentunya dari
masa perjuangan tersebut telah menorehkan banyak hasil yang dapat dirasakan oleh dunia saat ini walaupun
sudah tidak ada lagi kekuasaan Islam yang mutlak. Karena Islam dalam ekspansinya, tidak hanya mengambil
keuntungan materi dari daerah yang dapat dikuasai, melainkan ikut membangun dan memajukan peradaban yang
ada dan tetap toleran terhadap budaya lokal yang ada.
Para tokoh Islam klasik yang telah membangun peradaban di masa itu, dan tidak dilakukan oleh orang-orang barat
pada masa kegelapan, adalah dengan mempelajari dan mempertahankan peradaban yunani kuno, serta
mengembangkan buah pemikirannya untuk menemukan sesuatu yang baru dari segi filsafat dan ilmu
pengetahuan. Seorang pemikir orientalis barat Gustave Lebon, dan telah diterjemahkan oleh Samsul Munir Amin,
mengatakan bahwa (orang Arablah) yang menyebabkan kita mempunyai peradaban, karena mereka adalam
imam kita selama enam abad.
Hingga peradaban Islam telah memberi kontribusi besar dalam berbagai bidang khususnya bagi dunia Barat
yang saat ini diyakini sebagai pusat peradaban dunia. Kontribusi besar tersebut antara lain :

1. Sepanjang abad ke-12 dan sebagian abad ke-13, karya-karya kaum Muslim dalam bidang filsafat, sains, dan
sebagainya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, khususnya dari Spanyol. Penerjemahan ini sungguh telah
memperkaya kurikulum pendidikan dunia Barat.
2. Kaum muslimin telah memberi sumbangan eksperimental mengenai metode dan teori sains ke dunia Barat.
3. Sistem notasi dan desimal Arab dalam waktu yang sama telah dikenalkan ke dunia barat.
4. Karya-karya dalam bentuk terjemahan, kususnya karya Ibnu Sina (Avicenna) dalam bidang kedokteran,
digunakan sebagai teks di lembaga pendidikan tinggi sampai pertengahan abad ke-17 M.
5. Para ilmuwan muslim dengan berbagai karyanya telah merangsang kebangkitan Eropa, memperkaya dengan
kebudayaan Romawi kuno serta literatur klasik yang pada gilirannya melahirkan Renaisance.
6. Lembaga-lembaga pendidikan Islam yang telah didirikan jauh sebelum Eropa bangkit dalam bentuk ratusan
madrasah adalah pendahulu universitas yang ada di Eropa.
7. Para ilmuwan muslim berhasil melestarikan pemikiran dan tradisi ilmiah Romawi-Persi (Greco Helenistic)
sewaktu Eropa dalam kegelapan.
8. Sarjana-sarjana Eropa belajar di berbagai lembaga pendidikan tinggi Islam dan mentransfer ilmu pengetahuan ke
dunia Barat.
9. Para ilmuwan Muslim telah menyumbangkan pengetahuan tentang rumah sakit, sanitasi, dan makanan kepada
Eropa.

Pada kondisi-kondisi tersebut, terutama pada abad ke-11 dan ke-12, walaupun tradisi Islam yang diboyong ke
Barat masih belum terjadi pemisahan yang jelas antara ilmu-ilmu yang ada dan ketika itu ilmu kalam, filsafat,
tasawuf, ilmu alam, matematika, dan ilmu kedokteran masih bercampur. Akan tetapi Islam telah mampu
mendamaikan akal dengan iman dan filsafat dengan agama. Sedangkan bangsa Barat pada masa itu masih
terdapat stereotipe yang memisahkan antara akal dan iman serta filsafat dan agama. Hal ini juga terjadi pada ilmu
pengetahuan dan ilmu alam, yang mana Islam telah berjasa menyatukan akal dengan alam, menetapkan
kemandirian akal, menetapkan keberadaan hukum alam yang pasti, dan keserasian Tuhan dengan alam.

Hingga akhirnya filsafat skolastik Barat mencapai puncaknya yang telah didukung oleh adanya pilar Islam
dengan dibangunnya akademi-akademi di Eropa yang diadopsi dari gaya akademi di kawasan Timur. Hal ini
merupakan evolusi dari illuminisme biara ke kegiatan pemikiran yang dialihkan kesekolahan dan akademi. Dan
kurikulum yang diajarkan adalah filsafat lama, dan ilmu-ilmu Islam terutama Averoisme Paris. Pada saat yang sama
terjadi perubahan kecenderungan pemikiran dari kesenian dan kasusatraan ke gramatika dan logika, dari retorika
ke filsafat dan pemikiran, dan dari paganisme kesusastraan Latin ke penyucian Tuhan sebagai pemikiran Islam.

Demikianlah sumbangan besar Islam atas peradaban dunia Barat, yang selanjutnya jusru dijadikan sebagai
pusat peradaban dunia pada saat ini. Hal ini dikarenakan kekonsistensian dunia Barat dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologinya. Bahkan karya-karya besar para ilmuwan Muslim tersebut hingga kini masih dapat
kita teukan di perpustakaan-perpustakaan internasional, khususnya di Amerika, yang secara profesional dan rapi
telah menyimpannya. Sehingga para umat Muslim di masa kini, yang ingin mempelajari lebih banyak tentang
khasanah Islam tersebut, harus pergi ke negara Barat (non Islam) agar dapat meminta kembali permata yang
sementara ini telah mereka pinjam.
EKSISTENSI ISLAM DI INDONESIA

Umat islam Indonesia sebagai komponen mayoritas bangsa, mempunyai peran dan tanggung jawab yang
besar bagi tercapainya cita-cita nasional masyarakat adil dan makmur berdasarlam Pancasila dan UUD 1945.
Sehubungan dengan misi yang mulia ini, umat Islam bertanggung jawab penuh terhadap pengembangan dan
penataan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tanggung jawab seperti itu, merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari posisinya sebagai kaum Muslimin dan warga negara Indonesia.
Umat Islam Indonesia perlu menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari nation Indonesia. Sementara
kenyataan menunjukan bahwa sebagai suatu bangsa, Indonesia mempunyai heterogenitas tertinggi secara fisik
(negara kepulauan); maupun dalam soal keragaman suku, bahasa daerah, adat istiadat, dan bahkan agama.
Kenyataan ini bukan saja merupakan sesuatu yang sudah given, tapi merupakan pertimbangan utama bagi umat
Islam dalam merealisasikan ide-ide dan karya nasionalnya di berbagai bidang. Dengan demikian, demi
perkembangan, pertumbuhan dan masa depan Indonesia sendiri, umat Islam sebagai mayoritas diharapkan
memberikan konstribusi dan tanggung jawabnya secara maksimal, sesuai dengan posisi dan perannya.
Untuk bisa memenuhi harapan tersebut, umat Islam Indonesia perlu memiliki kesadaran sejarah (historical
conciousness); yakni kesadaran bahwa segala sesuatu mengenai tatanan hidup manusia ada sangkut pautnya
dengan perbedaan zaman dan tempat. Ini menuntut pemahaman yang benar dan utuh (khaffah) terhadap
keluasan ajaran-ajaran Islam, di samping kecerdasan dan kearifan yang tinggi untuk membaca tanda-tanda dan
perubahan zaman. Selain itu diperlukan juga wawasan yang kontekstual dalam memadukan gagasan keislaman
dan keindoneisaan. Dengan kata lain, umat Islam Indonesia dituntut untuk menterjemahkan Islam untuk dan
dalam setting Indonesia.
Patut disyukuri bahwa perkembangan yang ada dewasa ini menunjukan bangkitnya kesadaran umat Islam
Indonesia untuk kembali memainkan misi kekhalifahannya dalam mengisi dan memantapkan arah kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Kesadaran tersebut akan mempunyai dampak yang panjang bagi perjalanan dan masa depan bangsa Indonesia.
Hasil yang tampak nyata sekarang ini ialah adanya kenyataan bahwa Islam di Indonesia semakin diterima dan
dihayati, Oleh kalangan yang semakin luas, sebagai salah satu sumber utama pembinaaan nilai-nilai bersama yang
akan terus melandasi pembangunan bangsa secara menyeluruh sebagai suatu Pembangunan manusia
seutuhnya.
Dengan kata lain sebagai salah satu pendukung dan sumber utama pembinaan nilai-nilai keindonesiaan, Islam
diharapkan untuk terus tampil dengan tawaran-tawaran kultural yang produktif dan konstruktif; khususnya dalam
pengisian nilai-nilai keindonesiaan menurut kerangka Pancasila, yang telah menjadi kesepakatan luhur dan
merupakan kerangka acuan bersama bangsa Indonesia. Lebih jauh lagi, Islam juga semakin diharapkan dapat
menawarkan dirinya sebagai sumber pengembangan dan pelestarian kelembagaan nilai-nilai itu melalui berbagai
pranata karenanya harus mencerminkan keunggulan itu dalam sikap-sikap yang mulia dan penuh dengan
semangat leadership yang tinggi; tidak egois, tapi altruis.
Umat Islam adalah kuat, Karenanya tidak perlu menunjukan tingkah laku seperti orang yang lemah dan
dihinggapi rasa rendah diri. Puncak kepribadian umat Islam ialah bahwa dalam mencari kehormatan ia hanya
bersanda kepada Tuhan: Barang siapa menghendaki kehormatan, maka sesungguhnya hanya Allah yang menjadi
pemilik kehormatan itu. Kepada-Nya lah naik ide-ide yang baik, dan Dia menghargai tinggi amal perbuatan yang
saleh (QS. Fathir (35): 10)

KEDATANGAN DAN PROSES PENYEBARAN ISLAM DI INDONESIA

Untuk memahami perkembangan Islam di Indonesia saat ini, mau tidak mau harus diruntut jauh ke belakang,
sejak kedatangan Islam di Indonesia. Terjadinya proses penyebaran agama Islam di kepulauan Nusantara ditandai
oleh akomodasi terhadap nilai-nilai budaya lokal yang kemudian membentuk semacam tradisi Islam yang khas
Indonesia. Banyak hal yang mempengaruhi pembentukan tradisi tersebut.
Proses masuknya nilai-nilai Islam dalam kehidupan masyarakat Nusantara pada masa-masa awal kedatangan
Islam sampai dengan adanya gerakan pembaharuan Islam menimbulkan dan menciptakan pola tingkah laku dalam
bidang sosial-politik, ekonomi, budaya, dan lainnya. Sosialisasi nilai-nilai Islam dengan budaya lokal dan adanya
gerakan pembaharuan Islam oleh kaum reformis dengan sistem pendidikan Beratnya membentuk sikap dan
karakteristik muslimin Indonesia yang beragam.
KEDATANGAN ISLAM DI INDONESIA
Di kalangan sejarawan timbul perbedaan pendapat tentang sejarah Islam di Indonesia. Rickles
menyimpulkan, walaupun masa masuknya Islam ke Indonesia merupakan periode terpenting dalam sejarah
Indonesia, namun informasi tentang periode ini masih kurang jelas. Sehingga De Graaf, Misalnya, setelah meneliti
berbagai kepustakaan mengambil kesimpulan:

Secara umum, ada dua pendapat tentang masuknya Islam ke Indonesia:


A. Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-8 Miladiyah. Sebagian besar pendapat ini didukung oleh para ilmuan
muslim di Indonesia dan Malaysia
B. Islam baru masuk ke Indonesia pada abad ke-13, sebagaimana dikemukakan oleh sebagian besar ilmuwan
asing.

Pendapat pertama berdasarkan argumentasi bahwa sejak abad ke-4 miladiyah telah terdapatjalur transportasi
internasional. Dan pada saat yang sama pelabuhan-pelabuhan di Jawa dan Sumatera sering disinggahi kapal-kapal
asing untuk berdagang rempah-rempah, sebagaimana dikatakan sejarawan Prof. Dr. Taufik Abdullah.
Pada Abad ke-7 telah terbentuk pemukiman orang-orang Islam di pantai barat laut Sumatra, yaitu di Barus,
daerah penghasil kapur barus terkenal. Selain itu, dari tulisan-tulisan orang-orang Arab, ditemukan indikator sudah
terjalinnya hubungan antara orang Arab dengan penduduk Nusantara.
Penyebaran Islam secara pesat di kepulauan Nusantara diperkirakan baru terjadi pada abad ke-13 dan menjadi
kekuatan kebudayaan/agama yang utama pada abad ke-16 M. Sebelumnya, terbatas antara pendatang yang
beragama Islam dengan penduduk pribumi. Setelah abad ke-13 M, aktivitas penyebaran agama Islam menjadi misi
kerajaan Islam Nusantara yang sudah memeluk Islam. Yang dapat dijadikan bukti adalah temuan berupa batu nisan
di Sumatra, berasal dari Sultan Malik Shah (meninggal pada tahun 1297). Batu nisan itu bertuliskan Sultan Malik .
Menurut catatan perjalanan Ibnu Batutah, seorang pengembara Arab, dalam perjalanan pulang dari Cina pada
tahun 1347 M, ia singgah di sumatra. Di sana ia dijamu oleh seorang raja yang beragama Islam, Sultan Malik Zahir,
dengan meriah. Artinya sudah ada komunitas Muslim dalam waktu yang cukup lama.
Sedangkan soal dari manakah Islam masuk ke Indonesia, menurut Azyumardi azra ada tiga teori tentang asal
Islam di Asia Tanggara:
A. Islam datang langsung dari Arab, tepatnya dari Hadramut.
B. Islam datang melalui India
C. Islam datang dari benggali (Benglades)
Berdasarkan hal ini, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya tidak ada tempat khusus mengingat sifat
internasionalisme Islam. Tempat asal itu bisa saja gabungan dari Arab, Persia, dan India, dan mungkin juga Cina.
Islam masuk dan menyebar di Indonesia melalui kontak kalangan pedagang asing dengan penduduk asli,
terjadi melalui para sufi yang mengikuti para pedagang. Islam yang disebarkan para sufi tersebut bersifat mistis,
dan faktor ini ternyata mempercepat proses penyebaran islam. Fansuri, Nuruddin Ar-Raniri pada abad ke-17. Di
pulau Jawa, penyebaran Islam dilakukan olah Wali Songo, yang juga Sufi.
Islam di Indonesia banyak berkompromi dengan budaya lokal. Sufisme dapat dikatakan mewakili segi
Intelektual agama Islam di masa terjadinya kemunduran peradaban Islam di bidang politik dan militer karena
serangan pihak Barat. Kelompok Sufi berjasa menjaga eksistensi dan spirit agama Islam untuk kemudian
menyebarkan agama Islam ke tempat-tempat lain seperti untuk kemudian menyebarkan agama Islam ke tempat-
tempat lain seperti ke Indonesia tanpa penaklukan militer seperti yang terjadi di kawasan lain di masa jaya pasukan
militer Islam.
Banyaknya kompromi antara ajaran-ajaran Islam dan unsur-unsur lokal itu membuat islam di Indonesia, lebih
memiliki kekhasan warna Indonesia daripada Islam ditempat-tempat lain, karena secara geografis Islam Indonesia
adalah negeri Muslim yang paling jauh dari pusat-pusat Islam di Timur Tengah dan Indonesia adalah negeri Muslim
yang sedikit mengalami proses Arabisasi.
Marshall G.S. Hodson dalam The Venture Of Islam, mengatakan bahwa Islam telah demikian mempengaruhi
budaya Indonesia dengan sangat mengesankan dibidang kemasyarakatan dan kenegaraan. Sedang menurut
Nurcholish Madjid, unsur-unsur Islam sangat tampak dalam perumusan nilai-nilai Pancasila seperti konsep-konsep
tentang adil, adab, rakyat, hikmat, musyawarah, dan wakil, bahkan dapat disebutkan bahwa rumusan sila keempat
Pancasila itu sangat mirip dengan ungkapan dalah bahasa Arab yang sering dijadikan dalil dan pegangan oleh para
ulama yaitu kalimat musyawarah pangkal kebijaksanaan (rasul hikmah al-musyurah).

Proses Penyebaran Islam di Indonesia

Keberhasilan diterimanya ajaran Islam dalam kehidupan sosial penduduk Indonesia dan akhirnya dapat
membentuk tradisi tersendiri yang mengabungkan tradisi Islam dan tradisi lokal dapat dilihat dari dua sudut :
A. Sifat Islam yang universal dan mengajarkan persamaan dan kebebasan, serta sifat yang mampu
mengakomodasi kepercayaan lama
B. Terdapat hubungan yang baik di antara para penyebar agama Islam dengan penduduk setempat,
karena para penyebar agama tersebut menerangkan bahwa Islam sebagai ajaran yang universal
mewajibkan para penganutnya ikut menyebarkan ajaran ini dengan cara-cara damai kepada orang
lain.
A.H. Jones dalam bukunya Islam di Dunia Melayu, menulis Islam di Indonesia berpangkal pada kota-kota
pelabuhan, seperti Samudra Pasai, Malaka, dan kota-kota pelabuhan lain di pesisir utara Jawa seperti Demak,
kecuali unutk kerajaan Minangkabau di Sumatra Tengah. Di kota-kota pelabuhan tersebut, Islam merupakan
fenomena istana. Istana menjadi sumber pengembangan Islam sehingga melahirkan banyak Intelektual islam yang
dekat dengan para penguasa istana, seperti Hamzah Fansuri, Syamsuddin, Nuruddin Ar-Raniri, dan abdul rauf Al-
Sankili. Para intelektual ini memiliki keilmuan yang luas sehingga terkenal di luar negeri.
Di wilayah yang Islamnya sudah menjadi kepercayaan para raja dan bangasawan, di kota-kota banyak
dibangun sekolah-sekolah, pusat pendidikan, dan sarana ibadah seperti masjid. Orang-orang dari daerah
pedalaman yang ingin mendalami agama pergi ke kota sehingga kota-kota di wilayah kerajaan islam menjadi pusat
pendidikan dan budaya Islam yang dinamis. Terjadi hubungan yang dinamis dan serasi antara istana, pedagang dan
para penceramah.

Proses penyebaran Islam terjadi lewat beberapa saluran:


A. Saluran perdagangan. Pada awalnya, Islamisasi terjadi melalui kontak para pedangang dengan pribumi.
Pemukiman muslim yang mereka dirikan di pesisir pantai cepat berkembang karena tingkat mereka dirikan di
pesisir pantai cepat berkembang karena tingkat ekonomi mereka rata-rata bertambah baik dengan ikut
sertanya golongan bangsawan dalam perdagangan tersebut.
B. Saluran perkawinan. Ketika jumlah umat Islam semakin banyak sementara penghasilan mereka relatif tinggi,
banyak di antara putri pribumi dari keluarga bangsawan maupun rakyat biasa merasa tertarik dan ingin
menikah dengan mereka. Sebelum menikah, para wanita ini masuk Islam terlebih dahulu. Dalam
perkembangannya, para wanita-wanita dari keturunan keluarga Muslim pun menikah dengan kaum pribumi.
C. Saluran tasawuf. Para penyebar Islam, yaitu para sufi, mengajarkan ajaran-ajaran Islam dengan melakukan
adaptasi dengan kepercayaan yang sudah dikenal luas masyarakatnya. Dengan demikian, Islam mudah
dimengerti dan dipahami
D. Saluran pendidikan. Berdirinya lembaga-lembaga pendidikan mempercepat ajaran yang sudah dikenal luas
masyarakatnya. Dengan demikian, Islam mudah dimengerti dan dipahami.
E. Saluran kesenian. Penyebaran ajaran Islam juga dilakukan lewat atraksi budaya dan kesenian yang menarik
minat penduduk yang sebelumnya memeluk agama Hindu seperti pertunjukan wayang di Jawa. Contohnya,
Sunan Kalijaga, adalah seorang ahli agama yang dikenal sangat pandai memainkan wayang di mana ia
mementaskan cerita-cerita Mahabharata dan Ramayana dengan memasukkan dan menyelipkan pesan-pesan
Islam, sehingga pada akhirnya banyak penduduk yang masuk Islam karena tersentuh pendekatan dan ajaran
Islam yang disampaikan oleh Sunan Kalijaga
F. Saluran politik. Lewat lembaga kerajaan Islam meluas ke tengah penduduk seperti di Maluku dan Sulawesi
Selatan. Setelah raja dan kaum bangsawan memeluk agama Islam, masyarakat kemudian mengikuti jejaknya.
Untuk mengukuhkan kekuasaannya, kerajaan-kerajaan Islam yang baru berdiri memperluas wilayahnya
dengan menaklukkan daerah-daerah lain. Pada umumnya, kaum bangsawan maupun penduduk daerah-
daerah yang ditaklukkan tersebut kemudian masuk Islam.
PERAN ORGANISASI SOSIAL KEAGAMAAN DAN ORGANISASI PELAJAR PEMUDA ISLAM

Organisasi Sosial Keagamaan


Keberadaan organisasi sosial kemasyarakatan Islam sangat strategis di Indonesia. Ormas bertugas untuk
melakukan pengembangan rakyat bawah (grass root) sebagai strategi perjuangan umat sehingga Islam akan lebih
mudah tersebar ke segala aspek kehidupan umat agar Islam akan lebih mudah tersebar ke segala aspek kehidupan
umat agar Islam dapat tampil dengan tawaran-tawaran kultural yang produktif, konstruktif serta mampu
menyatakan diri sebagai pembawa kebaikan untuk semua umat manusia. Pengembangan umat yang dilakukan
ormas lewat berbagai aktivitas seperti: pendidikan, dakwah keagamaan secara kontekstual, kesehatan, amal
usaha, dah seterusnya.

A. Nahdlatul Ulama
Keterbelakangan baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa Indonesia akibat penjajahan
maupun akibat kungkungan tradisi, telah menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangakan
martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal dengan
Kebangkitan Nasional. Semangat kebangkitan memang terus menyebar ke mana-mana setelah rakyat pribumi
sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain. Sebagai jawabannya, muncullah berbagai
oraganisasi pendidikan dan pembebasan.
Kalangan pesantren yang selama ini gigih melawan kolonialisme, merespon kebangkitan nasional tersebut
dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada 1916.
Kemudian pada tahun 1918 didirikan taswirul afkar atau dikenal juga dengan Nahdlatul Fikri (kebangkitan
pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Dari situ kemudian
didirikan Nahdlatul Tujjar, (pergerakan kaum saudagar).
Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka
Taswirul Afkar, selain tampil sebagai kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat
pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.
Ketika Raja Ibnu Saud hendak menerapkan mazhab tunggal yakni mahzab Wahabi di Mekkah, serta hendak
menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam maupun pra Islam, yang selama ini banyak diziarahi karena
dianggap bidah. Namun gagasan tersebut ditolak oleh kalangan pesantren yang selama ini membela keberagaman
pemahaman menolak pembatasan bermazhab dan penghancuran warisan peradaban tersebut.
Untuk lebih sistematis memperjuangkan aspirasi dalam membela keberagaman dan untuk mengantisipasikan
perkembangan zaman. Maka setelah berkoordinasi dengan berbagai kyai, akhirnya muncul kesepakatan untuk
membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 (13 Januari 1926).
Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Hasyim Asyari sebagai Rais Akbar.
Aktivitas organisasi NU
1. Di bidang agama, melaksanakan dakwah Islamiyah dan meningkatkan rasa persaudaraan yang berpijak
pada semangat persatuan dalam berbedaan.
2. Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, untuk
membentuk muslim yang bertakwa berbudi luhur, berpengetahuan luas.
3. Di bidang sosial-budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta kebudayaan yang sesuai dengan nilai
ke-Islaman dan kemanusiaan.
4. Di bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk menikmati hasil pembangunan,
dengan mengutamakan berkembangnya ekonomi rakyat.
5. Mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

B. Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah organisasi sosial-keagamaan yang ruang lingkupnya sangat luas, menyentuh seluruh
aspek kehidupan masyarakat.
Ia tidak pernah absen dalam percaturan kehidupan kemasyarakatan. Prof. Mukti Ali menyebutnya dengan
gerakan seribu wajah . Pada awalnya tujuan utama Muhammadiyah merupakan gerakan pembaharuan Islam di
Indonesia, kemudian berkembang tidak hanya memberantas penyelewengan ajaran agama islam, tetapi juga
meningkatkan kualitas hidup umat. Dr.Kuntowijoyo menyebut Muhammadiyah sebagai gejala kota.
Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 November
1912 oleh seorang yang bernama Muhammad Darwis, Kemudian dikenal dengan K.H. Ahmad Dahlan.
Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tatasosial dan pendidikan masyarakat yang lebih
maju dan terdidik. Sebagai dampak positif dari organisasi ini, telah banyak didirikan ruas sakit dan tempat
pendidikan di seluruh Indonesia.
Sebagai organisasi yang modern, Muhammadiyah juga melakukan pembaruan pendidikan dengan mengadopsi
model pendidikan kalangan Kristen dan kolonialis dengan tetap mempertahankan nilai Islam dengan mendirikan
lembaga pendidikan modern. Menurut Mitsuo Nakamura (1976), dengan model pendidikan seperti itu,
Muhammadiyah secara langsung membangkitkan kesadaran nasionalisme bangsa Indonesia, menyebarkan video
pembaruan secara luas, serta mempromosikan penggunaan ilmu praktis dari pengetahuan modern.

C. Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI)


ICMI lahir pada tanggal 7 Desember 1990 di kampus Universitas Brawijaya Malang. Prakasa pembentukannya
berasal dari lima mahasiswa Unibraw yang merasa prihatin karena tidak ada wadah yang mempersatukan
cendekiawan muslim. Dengan semangat muda dan idealisme yang tinggi mereka memprakarsai terselenggaranya
simposium yang dihadiri 512 orang cendekiawan muslim seluruh Indonesia. Simposium yang berjudul Simposium
Nasional Cendekiawan Muslim Membangun Masyarakat Indonesia Abad XX di buka oleh Presiden Soeharto dan
ditutup oleh Wakil Presiden Sudharmono. Sejarah mencatat, dalam masa Orde Baru,inilah yang pertama kali
bahwa sebuah pertemuan cendekiawan dibuka oleh Presiden dan ditutup oleh Wakil Presiden.
Ketika ICMI lahir pada Desember 1990, ICMI dipandang sebagai kulminasi dari perjuangan umat Islam
Indonesia yang panjang dalam bersentuhan dengan modernisme. Robert W Hefner menyebutkan bahwa lahirnya
ICMI adalah cermin dari bangkitnya kelas menengah muslim baru. Yakni sebuah lapisan umat Islam yang
mempunyai komitmen tinggi pada semangat intelektualisme dan profesionalisme dalam bebagai lapangan
kehidupan. ICMI sebagai refresentasi kelas menengah Muslim baru, memiliki posisi strategis untuk menjadi
kekuatan dan integrasi di mana masyarakat menginginkan tampilnya peran cendekiawan untuk pencerahan dan
penyampaian pesan Islam.
Di bidang sosial, ICMI berhasil menjadi salah satu simpul tempat bertemunya berbagai komponen umat Islam.
Dalam tubuh ICMI terdapat Dakwah, Persis, Birokrasi, Cendekiawan Kampus, Purnawirawan ABRI, Pengusaha, Kyai
dan Mahasiswa
Di bidang perekonomian umat Islam, ICMI berhasil mendorong terbentuknya Bank Muamalat Indonesia (BMI),
BPR Syariah dan berbagai BMT yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Dan beberapa organisasi sosial
keagamaan lain seperti : Persis, al-Irsyad, Jamiat al-Kheir, Nahdlatul Wathan dan lembaga sosial-keagamaan
lainnya.

Organisasi organisasi Pelajar dan Pemuda Islam


Menurut catatan M. Rusli Karim, paling tidak ada sembilan organisasi pelajar dan pemuda yang beraspirasikan
Islam. Organisasi Pelajar dan Pemuda Islam melakukan kegiatan yang sifatnya menyangkut peningkatan akademis,
wawasan keagamaan, kenegaraan antar organisasi-organisasi tersebut antara lain :
A. Pelajar Islam Indonesia (PII)
B. Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM)
C. Ikatan Pelajar Nadhlatul Ulama (IPNU)
D. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
E. Pergerakan Mahasiswa islam Indonesia (PMII)
F. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
G. Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor)
H. Pemuda Muhammadiyah
I. Nasiyatul Aisyah (NA)

PERAN UMAT ISLAM INDONESIA


Para pemimpin dan cendekiawan Islam makin menyadari bahwa Islam adalah rujukan yang paling layak,
sebagai sumber yang tak pernah kering untuk mengembangkan kehidupan umat manusia secara lebih damai, adil,
selaras, dan berkemakmuran. Maka tak terlampau berlebihan kalau dikatakan bahwa kaum Muslimin sekarang
memasuki tahap revolusi yang ketiga yakni revolusi mental dan intelektual.
Dalam suasana demikian, pada masyarakat Muslim yang terbesar di dunia, adalah suatu keniscayaan bahwa
semangat pembangunan masyarakat madani tumbuh di tengah-tengah khalayak Muslim Indonesia. Dengan
perkataan lain, umat Islam tak selaknya acuh tak acuh terhadap urusan pembangunan masyarakat madani ini.
Mengingat keragaman keadaan umat, maka Muslim Indonesia yang berkepedulian sepatutnya menangani dua
tugas sekaligus.

Pertama, Mengentaskan dan memberdayakan para dhuafa dan meningkatkan taraf hidup serta intelektualitas
mereka sehingga menjadi umat yang mumpuni.
Kedua, Membangun masyarakat madani itu sendiri. Tak dapat yang satu menunggu yang lain. Keduanya harus
dilakukan bersamaan itu akan merupakan sumbangan monumental umat Islam bagi bangsa ini, tak Cuma buat
kaum sendiri.

Kedua tugas itu jelas tak mudah dan cepat, walau Khalifah Umar bin Abdul Aziz dengan penuh pengorbanan
sudah memberi contoh bagaimana mensejahterakan umat hanya dalam jangka waktu dua tahun. Nabi Muhammad
pun memerlukan waktu satu dasawarsa lebih dari peletakan batu pertama hingga terbangunnya masyarakat
Madani di Madinah. Terlebih dari masa sekarang mengingat hambatannya sudah mendunia akibat globalisasi yang
melanda dengan derasnya.
Menghadapi semua hambatan tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi, Nabi Muhammad
menyebut tatanan seperti itu selayak mereka yang baru pulang berperang dari jihad kecil untuk memasuki jihad
besar melawan hawa nafsu.
Umat Islam harus bersatu. Sebagai langkah awal, umat Islam harus meyelesaikan berbagai konflik sektarian
yang memecah-belah. Pada saat yang sama, umat harus menolak penindasan dan eksploitasi sesama, korupsi dan
kerakusan, serta nasionalisme sempit dan mementingkan golongan sendiri.
Muslim yang benar adalah mereka yang juga melindungi kemanusiaan, menghargai kehormatan wanita dan
kesejahteraan anak-anak, memelihara integritas keluarga, membantu orang-orang yang kelaparan, dan hidup
harmonis bersama lingkungan.
Orang-orang Muslim yang modern adalah mereka yang bisa mengharmonisasi ajaran Islam yang bersumber
dari wahyu dan tradisi pengetahuan sebagaimana yang diucapkan cendekiawan Muslim, Muhammad Abduh
(1849-1905).
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menunjukan betapa Islam tidaklah bertentangan dengan kemajuan,
modernitas, maupun praktisi masyarakat, dan negara berbasis ajaran dan peradaban Islam.
1. Konsistensi pada keimanan kepada Allah
2. Mewujudkan pemerintahan yang adil dan bisa dipercaya
3. Menumbuhkan tradisi berdemokrasi kepada rakyat
4. Mencintai ilmu pengetahuan dengan penuh semangat dan menguasainya
5. Melaksanakan pembangunan ekonomi yang berimbang dan menyeluruh
6. Meningkatkan kualitas hidup rakyat yang baik
7. Memberikan perlindungan terhadap hak-hak minoritas dan kaum perempuan
8. Mengintegrasikan nilai-nilai agama dan nilai-nilai budaya
9. Menyelamatkan sumberdaya alam dan lingkungan
10. Berusaha keras memaksimalkan kemampuan

KAJIAN KASUS
Tauladan Bagi Umat
KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asyari adalah dua sosok pribadi melegenda di tanah jawa. Pejuang yang
berkontribusi penting terhadap bersatu dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Selain menjadi
pejuang, mereka adalah tokoh perintis pendiri dua organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia,
Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Memang, kedua figure hebat ini penuh dengan inspiratif, patut menjadi
tauladan bagi khalayak umum.Sejarah dan keistimewaan KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy`ari terungkap dari
kebiasaan-kebiasaan yang dilakukannya, sejak kecil hingga menjelang wafatnya. Kebiasaan-kebiasaan inilah yang
kemudian membentuk karakter dan ketokohan sang kyai.
Kehidupan mereka tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Walaupun, mereka adalah anak Priyayi
atau Kiai, untuk menyambung hidup mereka tidak berpangku tangan dengan orang lain. Untuk menafkahi
keluarganya, KH. Ahmad Dahlan tidak bergantung pada siapa pun. Sejak kecil, ia telah diajari hidup mandiri oleh
keluarganya. Karena itu, tidak heran ketika pun ia berkeluarga, ia mencoba mencari peruntungan dengan
berdagang. Berdagang menjadi salah satu kebiasaan sehari-hari KH. Ahmad Dahlan selain berdakwah. Dagangan
yang dibawa KH. Ahmad Dahlan biasanya kain batik.
Di sela-sela waktu mengajar yang padat, di waktu-waktu senggang ketika tidak ada tamu, di sela-sela
kegiatannya mengaji kitab dan menuliskannya kembali, KH. Hasyim Asy`ari tetap bersikap seperti umumnya
manusia biasa yang bekerja untuk memberi nafkah kepada keluarga. Terbiasa pergi ke sawah dan ladangnya.
Salah satu tujuannya adalah untuk memastikan tanaman dan budidaya ikannya dalam keadaan baik. Bagi KH.
Hasyim Asy`ari memiliki usaha yang dikelola sendiri tidak menciderai perjuangan untuk mendidik umat, karena
bekerja sendiri adalah perintah Islam juga.
Dalam hal bersosial dengan sekitar, KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy`ari rupanya ada keseragaman.
Kepribadian KH. Ahmad Dahlan yang supel, ramah, aktif, dermawan, dan suka menolong semakin mendorong
kebiasaan dalam dirinya untuk mengenal dan dikenal oleh orang lain. Tidak salah kiranya bila silaturahim menjadi
arena mempererat tali persaudaraan sangat disukai oleh KH. Ahmad Dahlan. Sebagai seorang ulama dan
organisatoris, KH. Ahmad Dahlan tidak canggung untuk menyapa dan mengunjungi orang lain.
Bagi KH. Ahmad Dahlan, perbedaan adalah rahmat. Ia tidak akan mengusik perbedaan yang terjadi di tengah-
tengah masyarakat bila tidak bersinggungan dengan agama Islam yang diyakini kebenarannya. Sebaliknya, ia juga
menyikapi perbedaan dengan mata jernih. Islam mengajarkan bagaimana umatnya untuk selalu bersikap dan
bertingkah laku sesuai dengan syariat yang telah ditetapkan.
Salah satu kebiasaan KH. Hasyim Asy`ari selama menjadi pengasuh adalah silaturahim dengan tetangga dekat
pesantren. Kebiasaan ini dilakukan dalam rangka meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap berdirinya
pesantren, serta misi utama dakwah Islamiyah yang memang menjadi tanggung jawab yang diambil sejak mula-
mula mendirikan pesantren Tebuireng. Silaturahim dipilih oleh KH. Hasyim Asy`ari sebagai salah satu metode
mengakrabkan diri dan pesantren terhadap masyarakat yang saat itu masih awam dan bergelimang kemaksiatan.
AKHLAK ISLAMI

Secara sederhana akhlak islami dapat diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran islam atau akhlak yang
bersifat islami. Kata islam yang berada di belakang kata akhlak dalam hal menempati sebagai sifat.
Dengan demikian akhlak islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah daging
dan sebenarnya yang didasarkan pada islam. Dilihat dari segi sifatnya yang universal, maka akhlak islami juga
bersifat universal. Namun dalam rangka menjabarkan akhak islami yang universal ini diperlukan bantuan pemikiran
akal manusia dan kesempatan sosial yang terkandung dalam ajaran etika dan moral.
Dengan kata lain Akhlak Islami adalah akhlak yang disamping mengakui adanya nilai-nilai universal sebagai
dasar bentuk akhlak, juga mengakui nilai-nilai yang bersifat lokal dan temporal sebagai penjabaran atas nilai-nilai
yang universal itu. Sebagai contoh yaitu menghormati kedua orang tua, adalah akhlak yang bersifat mutlak dan
universal. Sedangkan bagaimana bentuk dan cara menghormati kedua orang tua itu dapat dimanifestasikan oleh
hasil pemikiran menusia yang dipengaruhi oleh kondisi dan situasi di mana orang yang menjabarkan nilai universal
itu berada.
Akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika atau moral, walau etika dan moral itu di
perlukan dalam rangka menjabarkan akhlak yang berdasarkan agama (akhlak Islami). Hal ini disebabkan karena
etika terbatas pada sopan santun antara sesama manusia saja, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah.
Jadi ketika etika digunakan untuk menjabarkan akhlak Islami, itu tidak berarti akhlak Islami dapat dijabarkan
sepenuhnya oleh etika dan moral.
Akhlak (Islami) menurut Quraish Shihab lebih luas maknanya daripada yang telah dikemukakan terdahulu
secara mencangkup pula beberapa hal yang tidak merupakan sikap lahiriah. Misalnya yang berkaitan dengan sikap
batin maupun pikiran.
Akhlak Islami adalah akhlak yang menggunakan tolak ukur ketentuan Allah. Quraish shihab dalam hubungan ini
mengatakan, bahwa tolak ukur kelakuan baik mestilah merujuk kepada ketentuan Allah. Apa yang dinilai baik oleh
Allah pasti aik dalam esensinya. Demikian pula sebaliknya, tidak munkin Dia menilai kebohongan sebagai kelakuan
baik, karena kebohongan esensinya buruk.

Sumber akhlak Islam


Akhlak yang benar akan terbentuk bila sumbernya benar. Sumber akhlak bagi seorang muslim adalah Al-
Quran dan As-Sunnah. Sehingga ukuran baik atau buruk, patut atau tidak secara utuh diukur dengan Al-Quran
dan As-Sunnah. Sedangkan tradisi merupakan pelengkap selama hal itu tidak bertentangan dengan apa yang telah
digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya. Menjadikan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai sumber akhlak merupakan
suatu kewajaran bahkan keharusan. Sebab keduanya berasal dari Allah dan oleh-Nya manusia diciptakan. Pasti ada
kesesuaian antara manusia sebagai makhluk dengan sistem norma yang datang dari Allah SWT.

Faktor- faktor Pembentuk Akhlak


a. Al-Wiratsiyyah (Genetik)
Misalnya: seseorang yang berasal dari daerah Sumatera Utara cenderung berbicara keras, tetapi hal ini
bukan melegitimasi seorang muslim untuk berbicara keras atau kasar karena Islam dapat memperhalus dan
memperbaikinya.
b. An-Nafsiyyah (Psikologis)
Faktor ini berasal dari nilai-nilai yang ditanamkan oleh keluarga (misalnya ibu dan ayah) tempat seseorang
tumbuh dan berkembang sejak lahir. Semua anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, orangtuanyalah yang
menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (Hadits). Seseorang yang lahir dalam keluarga yang orangtuanya
bercerai akan berbeda dengan keluarga yang orangtuanya lengkap.
c. Syariah Ijtimaiyyah (Sosial)
Faktor lingkungan tempat seseorang mengaktualisasikan nilai-nilai yang ada pada dirinya berpengaruh pula
dalam pembentukan akhlak seseorang.
d. Al-Qiyam (Nilai Islami)
Nilai Islami akan membentuk akhlak Islami.Akhlak Islami ialah seperangkat tindakan/gaya hidup yang terpuji
yang merupakan refleksi nilai-nilai Islam yang diyakini dengan motivasi semata-mata mencari keridhaan Allah.

4. Ruang Lingkup Akhlak Islami


Ruang lingkup akhlak islami adalah sama dengan ruang lingkup ajaran islam itu sendiri, khususnya yang
berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak diniah (agama/ islami) mencangkup berbagai aspek, dimulai dari akhlak
terhadap Allah, hinga kepada sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuhan, dan benda-benda yang tak
bernyawa). Berbagai bentuk dan ruang lingkup akhlak islami yang demikian itu dapat dipaparkan sebagai berikut :
a. Akhlak Terhadap Allah
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia
sebagai makhluk, kepada tuhan sebagai Khalik. Sikap atau perbuatan tersebut memiliki ciri-ciri perbuatan akhlaki
sebagaimana telah disebutkan diatas.
Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah. Pertama, karena Allah-
lah yang telah menciptakan manusia. Dia menciptakan manusia dari tanah yang diproses menjadi benih. Degan
demikian sebagai yang diciptakan sudah sepantasnya berterima kasih kepada yang menciptakannya. Sebagaimana
firman Allah SWT dalam QS. Al-Thariq, 86: 5-7 :

Artinya : Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang
terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada.

Kedua, karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan pancaindera, berupa pendengaran, penglihatan,
akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota tubuh yang kokoh dan sempurna kepada manusia.
Ketiga, karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang dibutuhkan bagi
kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang
ternak dan sebagainya.
Keempat, Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai daratan dan
lautan.
Banyak cara yang dapat dilakuka dalam berakhlak kepada Allah. Di antaranya dengan cara tidak menyekutukan-
Nya, takwa kepada-Nya, mencintai-Nya, ridho dan ikhlas terhadap segala ketentuan-Nya da bertaubat, mensyukuri
nikmat-Nya, selal bedoa kepada-Nya, beribadah, dan selalu mencari keridhoan-Nya.
Quraish shihab mengatakan bahwa titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa
tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun
tidak akan menjangkaunya. Berkenaan dengan akhlak kepada Allah dilakukan dengan cara banyak memujinya.
Selajutnya sikap tersebut dilanjutkan dengan senantiasa bertawakkal kepada-Nya, yaitu denganmenjadikan Tuhan
sebagai satu-satunya yang menguasai diri manusia.

b. Akhlak Terhadap Sesama Manusia


Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Quran berkaitan dengan perilaku terhadap sesama manusia.
Petunjuk mengenai hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negative seperti membunuh,
menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa alasan yang benar, melainkan juga sampai kepada menyakiti hati
dengan jalan menceritakan aib seseorang dibelakangnya, tidak peduli aib itu benar atau salah, walaupun sambil
memberikan materi kepada yang disakiti hatinya itu.

Artinya : Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang
menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.(QS. Al-Baqarah ;263)

Disisi lain Al-Quran menerangkan bahwa setiap orang hendaknya didudukan secara wajar. Tidak masuk
kerumah orang lain tanpa izin, jika bertemu saling mengucapkan salam, dan ucapan yang dikeluarkan adalah
ucapan yang baik.

Artinya : Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu menyembah
selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang
miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat.
kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.
(QS.Al-Baqarah : 83)

Setiap ucapan yang diucapkan adalah ucapan yang benar,


Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang
benar (QS. Al-ahzab :70)

Jangan mengucilkan seseorang atau kelompok lain, tidak wajar pula berprasangka buruk tanpa alasan, atau
menceritakan keburukan seseorang, dan menyapa atau memanggil dengan sebutan buruk. Selanjutnya yang
melakukan kesalahan hendaknya dimaafkan. Pemaafan ini hendaknya disertai dengan kesadaran bahwa yang
memaafkan berpotensi pula melakukan kesalahan. Selain itu juga dianjurkan agar menjadi orang yang pandai
mengendalikan nafsu amarah, mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepetingan sendiri.

c. Akhlak terhadap Lingkungan


Yang dimaksud dengan lingkungan disini ialah segala sesuatu yang di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-
tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa.
Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Quran terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai
khalifah. Kekhalifahan menurut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam.
Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan
penciptaannya.
Dalam pandangan Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang, atau memetik bunga
sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak member kesempatan kepada mahkluk untuk mencapai tujuan
penciptaannya.
Ini berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-proses yang sedang berjalan, dan terhadap
semua proses yang sedang terjadi. Yang demikian mengantarkan manusia bertanggung jawab, sehingga ia tidak
melakukan perusakan, bahkan dengan kata lain setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai
perusakan pada diri manusia sendiri.
Binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa semuanya diciptaka oleh Allah SWT, dan menjadi
milik-Nya, serta semuanya memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan seorang muslim
untuk menyadari bahwa semuanya adalah umat Tuhan yang harus diperlakukan secara wajar dan baik.
Pada saat jaman peperangan terdapat petunjuk Al-Quran yang melarang melakukan penganiayaan. Jangankan
terhadap menusia dan binatang, bahkan mencabut dan menebang pohonpun terlarang, kecuali kalau terpaksa,
tetapi itu pun harus seizin Allah, dalam arti harus sejalan dengan tujuan-tujuan penciptaan dan demi kemashlatan
terbesar. Allah berfirman :

Artinya : Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang kamu biarkan
(tumbuh) berdiri di atas pokoknya, Maka (semua itu) adalah dengan izin Allah; dan karena Dia hendak
memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik. (QS. Al-Hasyr :5)

Alam dengan segala isinya telah ditundukan Tuhan kepada manusia, sehinga dengan mudah manusia dapat
memanfaatkannya. Jika demikian, manusia tidak mencari kemenangan, tetap keselarasan dengan alam. Keduanya
tunduk kepada Allah, sehimgga mereka harus dapat bersahabat.
Selain itu akhlak Islami juga memperhatikan kelestarian dan keselamatan binatang. nabi Muhammad SAW.
Bersabda : Bertakwalah kepada Allah dalam perlakuanmu terhadap binatang, kendarailah, dan beri makanlah
dengan baik .
Uraian tersebut di atas memperlihatkan bahwa akhlak Islami sangat komprehensif, menyeluruh dan
mencangkup berbagai makhluk yang diciptakan Tuhan. Hal yang demikan dilakuka karena secara fungsional
seluruh makhluk tersebut satu sama lain saling membutuhkan. Punah dan rusaknya salah satu bagian dari makhluk
Tuhan itu akan berdampak negative bagi makhluk lainnya.
Pentingnya Akhlak Islami
Akhlak ialah salah satu faktor yang menentukan derajat keislaman dan keimanan seseorang. Akhlak yang baik
adalah cerminan baiknya aqidah dan syariah yang diyakini seseorang. Buruknya akhlak merupakan indikasi
buruknya pemahaman seseorang terhadap aqidah dan syariah.
Paling sempurna orang mukmin imannya adalah yang paling luhur aqidahnya.(HR.Tirmidi).

Sesungguhnya kekejian dan perbuatan keji itu sedikitpun bukan dari Islam dan sesungguhnya sebaik-baik
manusia keislamannya adalah yang paling baik akhlaknya.(HR.Thabrani, Ahmad dan Abu Yala).

Akhlak adalah buah dari ibadah.


Artinya : Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. 29:45)
Keluhuran akhlak merupakan amal terberat hamba di akhirat, Tidak ada yang lebih berat timbangan seorang
hamba pada hari kiamat melebihi keluhuran akhlaknya (HR. Abu Daud dan At-Tirmizi).
Akhlak merupakan lambang kualitas seorang manusia, masyarakat, umat karena itulah akhlak pulalah yang
menentukan eksistensi seorang muslim sebagai makhluk Allah SWT.
Sesungguhnya termasuk insan pilihan di antara kalian adalah yang terbaik akhlaknya (Muttafaq alaih).

Cara Mencapai Akhlak Mulia


a. Menjadikan iman sebagai pondasi dan sumber
Iman artinya percaya yaitu percaya bahwa Allah selalu melihat segala perbuatan manusia. Bila melakukan
perbuatan baik, balasannya akan menyenangkan. Bila perbuatan jahat maka balasan pedih siap menanti. Hal ini
akan melibatkan iman kepada Hari Akhir. Akhlak yang baik akan dibalas dengan syurga dan kenikmatannya.

b. Pendekatan secara langsung Artinya melaui Al-Quran


Sebagai seorang muslim harus menerima Al-Quran secara mutlak dan menyeluruh. Jadi, apapun yang tertera di
dalamnya wajib diikuti. Misalnya, Al-Quran melarang untuk saling berburuk sangka firman Allah dalam QS. 49:12

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian
prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian
kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya
yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

c. Pendekatan tidak secara langsung


Yaitu dengan upaya mempelajari pengalaman masa lalu, yakni agar kejadian-kejadian malapetaka yang telah
terjadi tak akan terulangi lagi di masa kini dan yang akan datang.
Dari hal di atas, intinya adalah latihan dan kesungguhan. Latihan artinya berusaha mengulang-ulang perbuatan
yang akan dijadikan kebiasaan. Kemudian bersungguh-sungguh berkaitan dengan motivasi. Motivasi yang terbaik
dan paling potensial adalah karena ingin memenuhi perintah Allah dan takut akan siksa-Nya.

Prinsip Dasar Akhlak Dalam Islam


Islam adalah agama yang sangat mementingkan Akhlak dari pada masalah-masalah lain. karena misi Nabi
Muhammad diutus untuk menyempurnakan Akhlak. Hal itu dapat kita lihat pada zaman Jahiliyah kondisi Akhlak
yang sangat semrawut tidak karuan mereka melakukan hal-hal yang menyimpang seperti minum khomer dan
berjudi. Hal-hal tersebut mereka lakukan dengan biasa bahkan menjadi adat yang diturunkan untuk generasi
setelah mereka. Karena kebiasaan itu telah turun temurun maka pada awal pertama nabi mengalami kesulitan.
Prinsip Akhlak dalam Islam terletak pada Moral Force. Moral Force Akhlak Islam adalah terletak pada iman
sebagai Internal Power yang dimiliki oleh setiap orang mukmin yang berfungsi sebagai motor penggerak dan
motivasi terbentuknya kehendak untuk merefleksikan dalam tata rasa, tata karsa, dan tata karya yang kongkret.
Dalam hubungan ini Abu Huroiroh meriwayatkan hadist dari Rasulullah SAW:
Artinya : "Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya. Dan sebaik-baik
diantara kamu ialah yang paling baik kepada istrinya.
Al-Qur'an menggambarkan bahwa setiap orang yang beriman itu niscaya memiliki akhlak yang mulia yang
diandaikan seperti pohon iman yang indah hal ini dapat dilihat pada surat Ibrahim ayat 24-27 :

Artinya : "Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik
seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya
pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia
supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah
dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun. Allah meneguhkan
(iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan
Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki".
Dari ayat diatas dapat kita ambil contoh bahwa ciri khas orang yang beriman adalah indah perangainya dan
santun tutur katanya, tegar dan teguh pendirian (tidak terombang ambing), mengayomi atau melindungi sesama,
mengerjakan buah amal yang dapat dinikmati oleh lingkungan.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak


Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Akhlak antara lain adalah:
a. Insting (Naluri)
Aneka corak refleksi sikap, tindakan dan perbuatan manusia dimotivasi oleh kehendak yang dimotori oleh Insting
seseorang ( dalam bahasa Arab gharizah). Insting merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak lahir. Para Psikolog
menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku antara
lain adalah:
Naluri Makan (nutrive instinct). Manusia lahir telah membawa suatu hasrat makan tanpa didorang oleh orang
lain.
Naluri Berjodoh (seksul instinct). Dalam Al-Quran diterangkan:
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita,
anak-anak, harta yang banyak".
Naluri Keibuan (peternal instinct) tabiat kecintaan orang tua kepada anaknya dan sebaliknya kecintaan anak
kepada orang tuanya.
Naluri Berjuang (combative instinct). Tabiat manusia untuk mempertahnkan diri dari gangguan dan
tantangan.
Naluri Bertuhan. Tabiat manusia mencari dan merindukan penciptanya.
Naluri manusia itu merupakan paket yang secara fitrah sudah ada dan tanpa perlu dipelajrari terlebih
dahulu.
b. Adat/Kebiasaan
Adat/Kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam
bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Abu Bakar Zikir berpendapat: perbutan manusia, apabila
dikerjakan secara berulang-ulang sehingga mudah melakukannya, itu dinamakan adat kebiasaan.

c. Wirotsah (keturunan) adapun warisan adalah:


Berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orang tua) kepada cabang (anak keturunan). Sifat-sifat asasi anak
merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang tuanya. Kadang-kadang anak itu mewarisi sebagian besar dari salah satu
sifat orang tuanya.

d. Milieu
Artinya suatu yang melingkupi tubuh yang hidup meliputi tanah dan udara sedangkan lingkungan manusia, ialah
apa yang mengelilinginya, seperti negeri, lautan, udara, dan masyarakat. milieu ada 2 macam:
Lingkungan Alam
Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah laku seseorang.
Lingkungan alam mematahkan atau mematangkan pertumbuhn bakat yang dibawa oleh seseorang. Pada zaman
Nabi Muhammad pernah terjadi seorang badui yang kencing di serambi masjid, seorang sahabat membentaknya
tapi nabi melarangnya. Kejadian diatas dapat menjadi contoh bahwa badui yang menempati lingkungan yang jauh
dari masyarakat luas tidak akan tau norma-norma yang berlaku.
Lingkungan Pergaulan
Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah sebabnya manusia harus bergaul. Oleh karena
itu, dalam pergaulan akan saling mempengaruhi dalam fikiran, sifat, dan tingkah laku. Contohnya Akhlak orang tua
dirumah dapat pula mempengaruhi akhlak anaknya, begitu juga akhlak anak sekolah dapat terbina dan terbentuk
menurut pendidikan yang diberikan oleh guru-guru disekolah.

KESIMPULAN
Simpulan yang dapat disampaikan penulis dari makalah ini yaitu Akhlak Islami itu jauh lebih sempurna
dibandingkan dengan akhlak lainnya. Jika akhlak lainnya hanya berbicara tentang hubungan dengan manusia, maka
akhlak Islami berbicara pula tentang cara berhubungan dengan binatang, tumbuh-tumbuhan, air, udara, da lain
sebagainya. Dengan cara demikian, masing-masing makhluk akan merasakan fungsi dan eksistensinya di dunia ini.
Allah adalah Khalik yang menciptakan segala sesuatu di luar diri-Nya. Sedangkan segala sesuatu yang
diciptakan-Nya disebut makhluk. Manusia dan segala sesuatu yang menyertainya adalah juga makhluk. Akhlak
ialah semua tingkah laku dan gerak-gerik makhluk dan yang dimaksud makhluk di sini (telah dipersempit) ialah
manusia (hanya menyangkut tingkah laku manusia saja).
Sumber dari Akhlak Islami yaitu Al-Quran dan As-sunnah. Banyak faktor yang dapat membentuk
akhlak seseorang yaitu, faktor genetic, faktor lingkungan (social), faktor psikologis, dan faktor nilai Islami
seseorang.
Prinsip Akhlak dalam Islam terletak pada Moral Force. Moral Force Akhlak Islam adalah terletak pada
iman sebagai Internal Power yang dimiliki oleh setiap orang mukmin yang berfungsi sebagai motor penggerak dan
motivasi terbentuknya kehendak untuk merefleksikan dalam tata rasa, tata karsa, dan tata karya yang kongkret.
ETOS KERJA ISLAMI

Mahkota umat islam itu adalah jihad. Mereka yang tercabut semangat jihad dari dadanya, dia telah
mencampakan mahkota harga diri kemuliaanya, baik secara individu maupun sebagai umat. Sungguh banyak orang
yang berfikiran sempit yang menafsir dan mengartikan jihad hanya dengan pengertian perang.
Ketauhilah bahwa jihad atau mujahadah yang berasal dari kata jahada-yujahidu, mempunyai makna sikap yang
bersungguh-sungguh untuk mengerahkan seluruh potensi diri untuk mencapai suatu tujuan atau citacita. Inilah arti
jihad yang paling mukhtabar yang diketahui oleh seluruh kaum alim dimana pun mereka berada, sebagai firman
allah di dalam Al-Quran :
Artinya :
Dan barang siapa berjuang sekuat tenaga (jahada) sesungguhnya ia telah berusaha (yujahidu) untuk
dirinya sendiri.(Q.S. 29:6).

A. Pengertian Etos Kerja


Etos berarti pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial. Kata kerja berarti usaha, amal, dan apa
yang harus dilakukan (diperbuat). Etos berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian,
watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok
bahkan masyarakat. Dalam kamus besar bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas
dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok. Kerja dalam arti pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang
dilakukan manusia, baik dalam hal materi, intelektual dan fisik, maupun hal-hal yang berkaitan dengan keduniaan
maupun keakhiratan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahamkan bahwa semua usaha manusia baik yang
dilakukan oleh akal, perasaan, maupun perbuatan adalah termasuk ke dalam kerja.

B. Dalil Mengenai Etos Kerja


Islam sangat mendorong orang-orang mukmin untuk bekerja keras, karena pada hakikatnya kehidupan dunia
ini merupakan kesempatan yang tidak akan pernah terulang untuk berbuat kebajikan atau sesuatu yang
bermanfaat bagi orang lain. Ini sekaligus untuk menguji orang-orang mukmin, siapakah diantara mereka yang
paling baik dan tekun dalam bekerja. Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-Mulk ayat 2 yang artinya Yang
menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia
Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
Untuk menekankan perintah agar kita semua menggunakan kesempatan hidup ini dengan giat bekerja dan
beramal, Allah swt menegaskan bahwa tidak ada satu amal atau satu pekerjaan pun yang terlewatkan untuk
mendapatkan imbalan di hari akhir nanti, karena semua amal dan pekerjaan kita akan disaksikan Allah swt,
Rasulullah saw dan orang-orang mukmin lainnya. Allah swt berfirman;

Dan Katakanlah; Bekerjalah kamu, maka Allah swt dan Rasulullah-Nya serta orang-orang mukmin
akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib
dan nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.(QS. At-Taubah; 105)

Disisi lain, Rasulullah saw sangat menekankan kepada seluruh umatnya, agar tidak menjadi orang yang
pemalas dan orang yang suka meminta-minta. Pekerjaan apapun, walau tampak hina dimata banyak orang, jauh
lebih baik dan mulia daripada harta yang ia peroleh dengan meminta-minta. Dalam sebuah riwayat disebutkan;

Dari Hakim putra Hizam, ra., dari Rasulullah saw., beliau bersabda; Tangan yang di atas lebih baik dari
tangan yang di bawah, dahulukanlah orang yang menjadi tanggunganmu. Dan sebaik-baiknya sedekah itu ialah
lebihnya kebutuhan sendiri. Dan barang siapa memelihara kehormatannya, maka Allah akan memeliharanya.
Dan barang siapa mencukupkan akan dirinya, maka Allah akan beri kecukupan padanya. (H.R Bukhari)

Perbuatan suka memberi atau enggan meminta-minta dalam memenuhi kebutuhan hidup, sangatlah dipuji
oleh agama. Hal ini jelas dikatakan Nabi SAW dalam hadis di atas bahwa Nabi mencela orang yang suka meminta-
minta (mengemis) karena perbuatan tersebut merendahkan martabat kehormatan manusia. Padahal Allah sendiri
sudah memuliakan manusia, seperti terungkap melalui firman-Nya :
Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam. Kami angkat mereka di daratan dan di
lautan. Kami berikan mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkanmereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (Q.S Al-Isra : 70)
Dalam sabda Rasulullah SAW yang artinya: Dari Abu Hurairah r.a berkata, Rasulullah SAW telah bersabda :
Orang mumin yang memiliki keimanan yang kuat lebih Allah cintai daripada yang lemah imannya. Bahwa
keimanan yang kuat itu akan menerbitkan kebaikan dalam segala hal. Kejarlah (sukailah) pekerjaan yang
bermanfaat dan mintalah pertolongan kepada Allah. Janganlah lemah berkemauan untuk bekerja. Jika suatu hal
yang jelek yang tidak disenangi menimpa engkau janganlah engkau ucapkan : Seandainya aku kerjakan begitu,
takkan jadi begini, tetapi katakanlah (pandanglah) sesungguhnya yang demikian itu sudah ketentuan Allah. Dia
berbuat apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya ucapan seandainya itu adalah pembukaan pekerjaan setan.
(H.R Muslim) mengisyaratkan bahwa Nabi Muhammad SAW memerintahkan tentang tiga hal, yaitu : menguatkan
keimanan, melakukan hal yang bermanfaat, dan memohon pertolongan kepada Allah. Di samping itu beliau
melarang berbuat dua hal, yaitu: menjadi lemah, dan menyesali apa yang telah menimpa diri dari sesuatu yang
tidak disukai, sehingga mengatakan : Seandainya aku lakukan begitu, tak akan terjadi begini.
Islam senantiasa mengajarkan kepada umatnya agar berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak
dibenarkan seorang muslim berpangku tangan saja atau berdoa mengharap rezeki datang dari langit tanpa
mengiringinya dengan usaha. Namun demikian, tidak dibenarkan pula terlalu mengandalkan kemampuan diri
sehingga melupakan pertolongan Allah SWT dan tidak mau berdoa kepada-Nya

C. Prinsip Dasar Etos Kerja dalam Islam


1. Bekerja secara halal (thalaba ad-dunya halalan) baik dari jenis pekerjaan maupun cara menjalankannya.
Contohnya, orang yang berprofesi sebagai pedagang ikan di pasar. Murninya, pekerjaan ini adalah halal,
namun jika pedagang tersebut melakukan hal-hal yang tidak baik (membahayakan orang lain), misalnya
menjual ikan berformalin, maka dapat dikatakan profesi yang semula halal menjadi haram (haram lighairihi).

2. Bekerja agar tidak menjadi beban hidup orang lain (taaffufan an al-masalah). Sebagai orang beriman
dilarang menjadi beban hidup orang lain (benalu). Rasulullah pernah menegur seorang sahabat yang muda
dan kuat tetapi pekerjaannya mengemis. Beliau kemudian bersabda, Sungguh orang yang mau membawa
tali atau kapak kemudian mengambil kayu bakar dan memikulnya diatas punggung lebih baik dari orang yang
mengemis kepada orang kaya, diberi atau ditolak (HR Bukhari dan Muslim).

3. Bekerja guna memenuhi kebutuhan keluarga (sayan ala iyalihi). Karena memenuhi kebutuhan keluarga
hukumnya fardlu ain, tidak dapat diwakilkan, dan melaksanakannya juga termasuk dalam jihad. Hadis
Rasulullah menyebutkan Tidaklah seseorang memperoleh hasil terbaik melebihi yang dihasilkan tangannya.
Dan tidaklah sesuatu yang dinafkahkan seseorang kepada diri, keluarga, anak, dan pembantunya kecuali
dihitung sebagai sedekah (HR Ibnu Majah).

4. Bekerja guna meringankan beban hidup tetangga (taaththufan ala jarihi). Islam mendorong kerja keras
untuk kebutuhan diri dan keluarga, tetapi Islam melarang kaum beriman bersikap egois. Islam menganjurkan
solidaritas sosial, dan mengecam keras sikap tutup mata dan telinga dari segala penderitaan di lingkungan
sekitar.

Dalam bekerja, setiap umat muslim hendaknya bekerja sesuai dengan etika Islam, yaitu:
Melandasi setiap kegiatan kerja semata-mata ikhlas karena Allah serta untuk memperoleh ridla-Nya.
Pekerjaan yang halal bila dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah tentu akan mendapatkan pahala
ibadah.
Rasulullah saw bersabda, yang artinya : Allah swt tidak akan menerima amalan, melainkan amalan yang
ikhlas dan yang karena untuk mencari keridaan-Nya. (H.R.Ibnu Majah )
Mencintai pekerjaannya. Karena pekerja yang mencinta pekerjaanya, biasanya dalam bekerja akan
tenang, senang, bijaksana, dan akan meraih hasil kerja yang optimal.
Rasulullah saw bersabda, yang artinya Sesungguhnya Allah cinta kepada seseorang di antara kamu yang
apabila mengerjakan sesuatu pekerjaan maka ia rapihkan pekerjaan itu.
Mengawali setiap kegiatan kerjanya dengan ucapan basmalah.
Nabi saw bersabda yang artinya :Setiap urusan yang baik (bermanfaat) yang tidak dimulai dengan ucapan
basmalah (bismillahirrahmanirrahim) maka terputus berkahnya. (H.R.Abdul Qahir dari Abu Hurairah)
Melaksanakan setiap kegiatan kerjanya dengan cara yang halal.
Nabi saw bersabda, yang artinya : Sesungguhnya Allah adalah Dzat yang baik, mencintai yang baik (halal),
dan tidak menerima (sesuatu) kecuali yang baik, dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada orang-
orang mukmin sesuatu yang diperintahkan kepada para utusan-Nya. (H.R.Muslim dan Tirmidzi)
Tidak melakukan kegiatan kerja yang bersifat mendurhakai Allah. Misalnya bekerja sebagai germo,
pencatat riba (rentenir), dan pelayan bar.
Nabi saw bersabda, yang artinya :Tidak ada ketaatan terhadap makhluk untuk mendurhakai sang
pencipta.(H.R.Ahmad bin Hambai)
Memiliki sifat-sifat terpuji seperti jujur, dapat dipercaya, suka tolong menolong dalam kebaikan, dan
professional dalam kerjanya
Bersabar apabila menghadapi hambatan-hambatan dalam kerjanya. Sebaliknya, bersyukur apabila
memperoleh keberhasilan.
Menjaga keseimbangan antara kerja yang manfaatnya untuk kehidupan di dunia dan yang manfaatnya
untuk kehidupan di akhirat. Seseorang yang sibuk bekerja sehingga meninggalkan shalat lima waktu, tidak
sesuai dengan Islam.
Rasulullah saw bersabda yang artinya,Kerjakanlah untuk kepentingan duniamu seolah-olah kamu akan
hidup selama-lamanya, tetapi kerjakanlah untuk kepentingan akhiratmu seolah-olah kamu akan mati
besok.(H.R.Ibnu Asakin)

TUJUH ETOS KERJA MUSLIM


Bagi umat Islam, Rasulullah SAW adalah tauladan yang utama, dan dalam masalah bekerja, Rasulullah tidak
hanya memberi petunjuk dan nasihat, tetapi juga mengamalkan apa yang dinasihatkannya dan pandangan atau
etos kerja yang dilakukan Rasulullah SAW yang juga patut kita lakukan pada pekerjaan kita saat ini.

Etos Kerja 1: Bekerja sampai tuntas


Untuk dapat berhasil dalam bekerja, maka pekerjaan harus diselesiakan dengan baik atau tuntas. Pengertian
bekerja dengan tuntas dapat diartikan bahwa pekerjaan tersebut dapat dapat diselesaikan dengan hasil yang
sangat memuaskan, proses kerjanya juga baik input atau bahan baku yang digunakan dalam bekerja juga efisien,
dan semua tersebut dapat dilakukan apabila semua proses pekerjaan direncanakan dengan baik, dan di laksanakan
dengan baik dengan dukungan pengetahuan, keterampilan dan sikap ikhlas dalam melaksanakan pekerjaan.
Terkait dengan bekerja dengan tuntas, Rasulullah SAW bersabda:

Sesungguhnya Allah mencintai seseorang di antara kamu yang apabila mengerjakan suatu pekerjaan, dia
rapikan pekerjaannya itu

Hadis Nabi di atas mempelihatkan bahwa umat Islam dalam bekerja harus rapi, dan hal tersebut sangat
disenangi oleh Allah SWT. Ini harus ditanamkan kepada setiap umat Islam dan mahasiswa pada khususnya, yaitu
bekerja rapi. Bekerja rapi menuntut profesionalitas yang tinggi. Kemampuan profesionalitas menuntut
pengetahuan dan keterampilan yang mumpuni atau standar di bidangnya terutama pemahaman tentang
kedalaman dan seberapa luas bidang pekerjaan, seberapa rumit dan kompleksnya pekerjaan dan seberapa besar
membutuhkan komitmen dan hubungan interpersonality antara sesama manusia.
Pekerjaan yang rapi di samping menuntut pengetahuan dan keterampilan yang profesional juga menuntut
kemampuan manajemen yang baik. Pekerjaan yang rapi tidak membutuhkan: perencanaan pekerjaan yang baik,
menentukan orang-orang yang akan melaksanakan pekerjaan dengan memperhatikan kompetensi dan komitmen,
menentukan bahan baku yang akan dipakai baik jumlah maupun kualitas, menetukan alat atau teknologi yang akan
digunakan, menentukan anggaran atau biaya serta menentukan faktor lingkungan yang sesuai dengan pekerjaan.
Bagaimana menerapkan etos bekerja tuntas ini bagi umat Islam dan mahasiswa pada khususnya? Pertama,
kita dapat melakukan dengan menjadi orang profesional yaitu ahli dibidangnya. Kita memilih bidang apa yang
sesuai dengan kemampuan, kita dapat memilih menjadi profesi seperti akuntan, dokter, arsitek, insinyur, ahli
hukum, ahli agama, dosen atau guru, politisi dan lain lain. Kedua, kita komitmen dengan pekerjaan. Terhadap
pekerjaan yang kita jalani, kita harus berjanji untuk menyelesaikan dengan baik dan waktu yang tepat, dan kita
tidak pernah meninggalkan pekerjaan atau pindah pekerjaan sedangkan pekerjaan yang lama belum selesai. Oleh
sebab itu apabila ada keinginan untuk pindah kerja, maka kita harus yakin seluruh pekerjaan telah diselesaikan
dengan baik dengan mutu yang baik. Ketiga, kita membuat perencanaan dan evaluasi pekerjaan. Untuk dapat
menyelesaikan pekerjaan dengan rapi, usahkan kita dapat datang lebih pagi dari jam yang ditentukan untuk
mempersiapkan pekerjaan dan pulang lebih terlambat sedikit untuk melakukan evaluasi pekerjaan yang telah
dilaksanakan.

Etos Kerja 2: Bekerja dengan Ikhlas


Islam memaknai tujuan bekerja tidak hanya duniawi tetapi juga dimensi jangka panjang yaitu kehidupan
sesudah mati, dan harapan masuk surga. Oleh sebab itu, ukuran keberhasilan pekerjaan, tidak hanya kekayaan dan
jabatan seperti orang sekuler, tetapi juga memperhatikan cara bekerja dan menggunakan jail kerja baik berupa
kekayaan maupun jabatan dengan cara yang baik dan benar, tidak merugikan orang lain, tidak menghalalkan
segala cara dan mengikuti aturan dan mencari ridho Allah SWT.
Bekerja dalam konteks Islam harus dimaknai sebagai bekerja keras dengan cerdas dan ikhlas. Pekerjaan akan
dapat diselesaikan dengan rapi tuntas apabila dalam bekerja menggunakan strategi bekerja dengan
mengkombinasikan antara potensi fisik, dan potensi akal atau hati yang ikhlas sebagai upaya meraih pertolongan
Allah. Terkait dengan etos kerja Ikhlas, Nabi bersabda:

Usaha dan bekerja yang paling baik ialah usaha dan bekerja dengan ikhlas dan bersih.

Ikhlas adalah sikap untuk menerima dengan tulus hati. Bekerja adalah kewajiban dari Allah kepada kita, dan
kita menerima kewajiban bekerja tersebut dengan ikhlas. Oleh karena itu, kita utus mulai berlatih senantiasa
bekerja dengan baik, kerja keras adalah ladang ibadah bagi kita, terkesan keringat kita saat bekerja merupakan
bagian dari rezeki kita, dan lelah kita dari bekerja semoga menjadi sarana penggugur dosa. Sehingga keuntungan
dari bekerja yang diperoleh dapat merupakan rezeki dan nafkah bagi keluarga, dan merupakan jalan fisabilillah
bagi kita yang bekerja dengan niat ikhlas.
Dengan bekerja ikhlas, mari kita tunjukan kemampuan optimal kita. Rezeki Allah ada bersama saat kita
bekerja. Menjadi tugas kita untuk menjemput rezeki dengan cara yang benar, jujur, dan ikhlas dengan
mensinergikan kemampuan fisik, otak dan hati yang benar jangan menuggu rezeki datang, tetapi mari kita jemput
rezeki dengan berbekal diri yang sehat dan terampil secara jasmaniah, otak dan pikiran yang mempunyai
pengetahuan yang cukup, serta hati yang ikhlas menerima kewajiban.
Pekerjaan yang kita senangi biasanya dapat mendorong etos ikhlas namun sulit bagi pekerjaan yang tidak kita
senangi menimbulkan stres, bosan, dan akhirnya tidak produktif. Namun demikian, sering kali kita dapat memilih
pekerjaan yang kita senangi, oleh sebab itu, apa uang harus kita lakukan? Islam, dalam kondisi demikian, mengajak
kita untuk mengukur pekerjaan bukan dari kita senang atau tidak, tetapi apakah Allah menyukai pekerjaan kita
atau tidak.
Adakalanya pekerjaan tersebut, tidak kita sukai, namun pekerjaan tersebut disukai oleh Allah. Sebagai contoh
seperti pekerjaan perawat bagi orang sakit. Pekerjaan ini relatif menguras fisik dan emosional bagi perawat yang
harus membantu menguras orang sakit seperti membantu berdiri, mandi, memakai pakaian dan lain-lain. Belum
lagi orang sakit dan keluarganya sering mengalami kondisi emosional, sehingga perawat harus sabar. Banyak
pekerjaan lain seperti perawat tersebut seperti buruh pabrik yang harus berdiri hampir 4 jam untuk merakit
elektronik, pekerja di pembangkit listrik dengan kebisingan yang tinggi, dan lain-lain. Oleh sebab itu, pekerja yang
demikian dapat melihat dari sisi lain, yaitu pekerjaan tersebut sebagai ladang amal, dengan demikian kita dapat
menganggap pekerjaan kita bukan sebagai beban naf mendatangkan stres tetapi sebagai jalan untuk melatih diri
menjadi orang yang sabar, kuat dan Ikhlas

Etos Kerja 3: Bekerja dengan jujur


Bekerja dengan jujur dapat diartikan bekerja untuk mencapai tujuan dengan tidak sombong, lurus hati, tidak
berkhianat dan dapat dipercaya dalam ucapan maupun perbuatan.
Mengapa Islam mementingkan kejujuran dalam bekerja? Karena pekerjaan tersebut adalah amanah bagi
setiap orang, dan setiap orang harus mempertanggungjawabkannya. Terkait dengan etos bekerja jujur, Rasulullah
SAW bersabda:

Kamu semua adalah gembala, dan kamu semua bertanggungjawab atas gembalamu. Seorang imam adalah
pengembala dan dia bertanggungjawab terhadap apa yang dipimpinnya. Seorang laki-laki pemimpin terhadap
keluarganya dan dia bertanggungjawab terhadap apa yang dipimpinnya. Seorang wanita adalah pemimpin
dalam rumah suaminya dan dia bertanggungjawab terhadap apa yang dipimpinnya. Seorang pembantu adalah
penjaga harta majikannya, dan dia bertanggungjawab terhadap tugasnya. Seorang anak laki-laki adalah
penjaga harta ayahnya dan dia bertanggungjawab terhadap tugasnya. Oleh sebab itu, semua adalah pemimpin
dan semua kamu bertanggungjawab atas yang kamu pimpin (Taisirul Wushuul, Juz I, helm 32).

Dari hadist tadi sangat jelas, bahwa semua pekerjaan yang kita lakukan pasti akan dipertanggungjawabkan.
Seperti setiap uang yang kita keluarkan ada bukti kwitansinya sebagai pertanggungjawaban kepada bagian
keuangan. Dari hadist juga jelas, setiap orang bertanggungjawab atas pekerjaannya, seperti seorang pemimpin
akan diminta tanggung jawab atas rakyat yang dipimpin. Kita ingat kisah Khalifah Umar Bin Khatab, yang menangis
mengetahui ada rakyatnya yang kelaparan, dan memberikan roti yang dia mau makan kepada rakyatnya tersebut.
Kepala keluarga diminta tanggungjawaban atas keluarganya, anak laki-laki diminta tanggung jawab untuk menjaga
harta orang tuanya, dan seorang pembantu diminta bertanggungjawab atas harta yang harus dijaga.
Karena setiap pekerjaan harus dipertanggungjawabkan, maka pada dasarnya kita harus bekerja sebaik dan
sejujur mungkin. Allah selalu mengawasi kita, sehingga sebenarnya tidak ada celah kita untuk korupsi waktu
dengan santai-santai atau membolos, korupsi uang, menyelewengkan jabatan dengan kolusi dan nepotisme, serta
berbagi bentuk kejahatan lainnya. Terkait dengan etos kerja jujur ini, Rasulullah melarang keras kita untuk korupsi,
merampok atau merampas harta dan hak orang lain sebagaimana sabdanya:

Barang siapa yang merampas harta orang lain, ia bukan termasuk golongan kami Barang siapa yang
merampas sejengkal tanah, maka tanah itu akan dikalungkan kepadanya dari tujuh petala bumi

Rasulullah SAW juga melarang korupsi dan penggunaan uang korupsi untuk makan dan minum keluarganya,
serta beramal dan perbuatan lainnya, sebagaimana sabda Rasulullah :

Siapa saja orang yang memperoleh harta dengan jalan tidak halal dan menafkahkannya, maka ia dan hartanya
itu tidak memperoleh berkah, dan apabila ia bersedekah tidak akan diterima dan sisanya menjadi bekal ke
neraka. Sesungguhnya orang yang keji tidak dapat menghapus dosa orang yang keji, tetapi orang yang baik
dapat menghapus dosa orang yang keji (Taisiirul Wushuul, Juz I, helm 31).

Terhadap harta korupsi yang dibuat makan dan minum baik dirinya sendiri dan keluarganya, maka Nabi
mengancamnya tidak masuk surga.

Tidaklah akan masuk surga daging yang tumbuh dari barang yang haram.

Dari seluruh ayat dan hadist di atas jelas, Islam sangat menjunjung tinggi kejujuran, Islam sangat tidak
menghendaki bahkan memberikan hukuman yang berat dari tindakan ketidakjujuran, dan ancaman tidak masuk
surga. Oleh sebab itu, etos kerja ini harus terus dikembangkan mulai dari diri kita, keluarga, teman dan tetangga
serta masyarakat, sehingga Indonesia yang merupakan negara dengan mayoritas muslim, tidak menjadi negara
yang terkorup di dunia. Apa yang dapat kita lakukan? Kita dapat memulai dengan tidak berdusta, tidak berkhianat,
tidak mengingkari janji, tidak membual dan tidak menunda-nunda pekerjaan dan membayar hutang.

Etos Kerja 4: Bekerja menggunakan teknologi


Bekerja menggunakan teknologi dapat diartikan dalam melakukan pekerjaan menggunakan benda/alat yang
dikembangkan manusia untuk memenuhi segala macam kebutuhan hidupnya.
Pada saat ini untuk dampar berhasil dalam bekerja, manusia dan Umat Islam sudah tidak terlepas dari
teknologi. Teknologi memungkinkan pekerjaan dilakukan dengan cepat dan mudah, murah dan hasilnya
memuaskan. Banyak contoh teknologi yang membantu kita seperti teknologi komunikasi seperti handphone yang
memudahkan komunikasi kesluruh penjuru dunia, komputer yang memudahkan dalam pengolahan dan
penyimpanan data, alat transportasi seperti mobil, kereta api, dan pesawat yang memudahkan pergerakan
manusia, dan banyak macam teknologi yang lainnya.
Bagaimana Islam memandang faktor teknologi dalam pekerjaan mencari nafkah? Rasulullah SAW bersabda:

Rasulullah SAW mengambil dua dirham dan memberikan ke seorang laki-laki Anshar, dan berkata:Satu
dirham untuk membeli makanan dan berikan kepada keluargamu, dan satu dirham untuk membeli kampak,
kemudian bawalah kemari. Orang tersebut kemudian kembali kepada Rasulullah SAW dengan membawa
kampak, dan Rasulullah SAW bersabda: pergilah mencari kayu, kemudian juallah kayu itu dan kamu jangan
menampakkan dirimu di hadapanku selama lima belas hari.

Dari hadist di atas terlihat bahwa Rasulullah SAW memberikan alat kerja, dan bukan uang, kepada sahabat
Anshor untuk mendapatkan nafkah, Memang teknologi pada saat itu masih berupa kampak untuk menebang
pohon, mungkin pada zaman sekarang seperti gergaji mesin dan lain-lain. Namun demikian, ada gambaran jelas,
bahwa untuk berhasil, Nabi menyuruh kita menggunakan alat kerja yang sesuai.
Bagaimana kita mengimplementasikan faktor teknologi ini? Umat Islam harus mau belajar dengan keras agar
dapat menciptakan teknologi, atau harus mampu menguasai teknologi, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan
dengan cepat dan hasilnya baik. Umat Islam tidak boleh malas dalam belajar teknologi sehingga selalu terbelakang.
Pada saat ini, faktor teknologi ini masih sangat memperihatinkan. Banyak kantor di Indonesia, dan tentunya
sebagian besar pekerjanya beragama Islam, yang menggunakan komputer. Namun demikian teknologi hanya
sekedar sebagai pengganti meski ketik atau justru dipakai untuk permainan game. Kenapa hal ini terjadi, karena
sebagian besar tidak menguasai teknologi komputer, walaupun hanya sebagai pemakai. Pada dasarnya teknologi
komputer ini cukup canggih untuk mengolah data, mencari dan menyebarkan informasi dan lain-lain. Sehingga
teknologi banyak mubazir dan merupakan pemborosan. Ini adalah salah satu contoh bahwa kita kurang giat dalam
menguasai teknologi.
Contoh lain, adalah teknologi telepon genggam. Teknologi ini perkembangannya sangat cepat, bahkan
mungkin setiap 6 bulan ada yang baru. Banyak orang Indonesia yang berlomba-lomba memiliki HP yang tercanggih
dengan segala macam fasilitas seperti GPRS, WEB, Internet, Camera, Komunikator, dan lain-lain selain fungsi
tradisional seperti telepon dan SMS. Memang teknologi ini dibuat canggih supaya mempermudah pekerjaan.
Namun demikian, tidak sedikit yang mempunyai alat canggih tersebut, ternyata hanya dipakai 20% saja teknologi
terutama telepon dan SMS, dan kebanyakan membeli hanya faktor gengsi, dan sebagian lain karena tidak
menguasai operasional, sehingga HP canggih tersebut juga banyak mubazir, kecuali hanya untuk gaya-gayaan, yang
justru tindakan ini merupakan teman setan.
Apa yang harus kita lakukan selanjutnya? Pertama, kita harus mengetahui benar alat apa yang berguna dan
bermanfaat dengan biaya yang sedikit mungkin untuk membantu pekerjaan kita. Kedua, kita gunakan teknologi
yang ada, dan ketiga, kita mencoba memulai belajar mengembangkan teknologi secara mandiri.

Etos Kerja 5. Bekerja dengan Kelompok


Bekerja dengan kelompok dapat diartikan bahwa melakukan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan
bersama-sama dengan orang lain atau beberapa orang lain.
Mengapa kita perlu bekerja berkelompok? Kita mengetahui bahwa Allah menciptakan manusia berbeda-beda.
Namun demikian satu sama lain dapat bekerjasama dalam rangka mencapai tujuannya. Pada saat ini sangat
disadari bahwa setiap manusia mempunyai kemampuan yang terbatas baik dalam pengetahuan, keterampilan dan
tingkah lakunya. Seseorang sangat tidak mungkin menguasai seluruh ilmu seperti akuntansi, manajemen, elektro,
komunikasi, gizi dan lain-lain. Padahal dalam hidup, tidak hanya dibutuhkan satu cabang ilmu. Pabrik makanan
misalnya membutuhkan ahli gizi untuk meramu makanan, orang teknik mesin untuk mengolah makanan, orang
akuntansi untuk mencatat pengeluaran, orang pemasaran untuk memasarkan produk dan orang manajemen untuk
mengelola keseluruhan dan sumberdaya manusia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, dalam kehidupan kita
membutuhkan teman dalam kelompok kerja untuk berhasil.
Terkait dengan kerja sama kelompok kelompok, Rasulullah SAW memberikan teladan sebagaimana
diriwayatkan oleh Salman Al-Farisy: Diriwayatkan oleh Salman Al-Farisy
Rasulullah SAW pergi bersamaku ke tempat yang telah kugali tanahnya dan aku menunjukan bibit kepada
Rasulullah SAW dan Rasulullah SAW lah yang menanamkannya dengan tangannya sendiri sehingga selesai

Dari riwayat tersebut terlihat bahwa ada kerjasama antara Salman dan Rasulullah. Salman bekerja membuat
lubang tanah, dan rasul menanam dengan tangannya sendiri hingga selesai. Inilah teladan tentang adanya kerja
sama yang dicontohkan oleh Rasul, dan sudah sepantasnya kita mgikutinya.
Kerja kelompok atau team work era modern dapat dikelompokkan dalam 2 bagian yaitu kerja sama yang
sukarela dan terpaksa. Kerja sama sukarela mencakup kerjasama antar orang yang mempunyai tujuan yang sama.
Sedangkan kerjasama terpaksa antar orang yang mempunyai tujuan yang sama. Namun mereka umumnya tidak
mempunyai tujuan yang sama. Pada kenyataannya kerjasama yang terpaksa ini kurang berhasil. Kerjasama yang
sukarela umumnya relatif berhasil karena mempunyai semangat bersama, dan menimbulkan rasa cinta terhadap
pekerjaan.
Di mana kita memulai belajar kelompok atau kerjasama? Jawabannya ada di rumah. Rumah seharusnya
menjadi tempat yang harmonis dan bahagia, antar sesama anggota ada rasa cinta dan ada tujuan yang ingin
dicapai bersama.
Bagaimana kita memulai mengembangkan etos kerja kelompok? Pertama, kita harus bekerja dengan bidang
yang kita sukai dan kita kuasai. Kedua, kita harus membuat pembagian pekerjaan setiap orang dalam kelompok,
kita usahakan seluruh pekerjaan dibagi habis dan disesuaikan dengan kemampuan masing-masing anggota. Dan
ketiga, kita melakukan evaluasi terhadap hasil kerja masing-masing, memperbaiki yang kurang baik, dan
memecahkan masalah dengan solusi dan bukan mencari kambing hitam atau siapa yang salah.

Etos Kerja 6. Bekerja Keras


Etos kerja bekerja keras dapat diartikan sebagai bekerja dengan penuh semangat atau penuh motivasi.
Manusia merupakan ciptaan Allah yang sempurna, manusia diberikan tubuh yang sempurna lengkap dengan
indranya serta kemampuan berpikir. Oleh sebab itu sudah selayaknya umat Islam memacu diri untuk berbuat yang
terbaik dalam hidupnya, yang bermanfaat di dunia dan bermakna di akhirat nanti.
Banyak peristiwa khususnya di Indonesia dan umat Islam tentang betapa pentingnya untuk bekerja keras.
Indonesia yang 95% adalah umat Islam, mempunyai penduduk 60%nya hanya berpendidikan SD, tingkat
kemiskinan mencapai 36 juta orang, dan ada 5 juta sarjana menganggur. Data semua ini mengharuskan kita
bekerja keras, tidak boleh lembek dan mudah menyerah. Kita harus menjadi sarjana dapat berperan serta dalam
pembangunan. Semua orang Islam harus mempunyai motivasi untuk maju, mengenyahkan kemiskinan,
meningkatkan derajat pendidikan, serta kemampuan dalam penguasaan teknologi. Terkait dengan bekerja keras,
berikut firman Allah dan teladan Rasul:

Apabila kamu telah selesai mengerjakan sesuatu urusan atau tugas, maka kerjakanlah dengan sungguh-
sungguh urusan yang lainnya (QS Al-Insyirah:7)

Ketika kaum kafir Quraisy dan pada sekutunya dari kabilah Arab dan Yahudi berkumpul untuk menyerbu
Madinah, maka Rasulullah SAW menyeruh umatnya untuk menggali parit. Beliau sendiri ikut serta memecahkan
batu dengan memakai linggis dan menggali tanah sampai kelihatan erutnya yang putih, dan beliau pun
menutupinya.

Dari surat Al Insyirah ayat 7, memperlihatkan bahwa Allah menyuruh kita bekerja keras, apabila suatu urusan
selesai, maka kita harus melakukan urusan yang lain. Jadi kita melakukan banyak pekerjaan, dan tidak selesai suatu
urusan kemudian istirahat. Rasul pun memberi teladan yang patut dicontoh, sebagai Rasul, beliau masih mau
bekerja untuk memecahkan batu dengan linggis dan menggali tanah dalam rangka membuat parit. Ini adalah
contoh luar biasa, seorang nabi, pemimpin umat, dan ditangannya ada kekuasaan yang besar, namun mau bekerja
keras. Ini benar-benar contoh bagi kita semua, untuk tidak malu melakukan pekerjaan, apapun pekerjaan itu, asal
pekerjaan itu baik dan halal.
Bagaimana kita memulai untuk bekerja keras? Pertama, kita harus meciptakan harapan, yaitu keinginan yang
ingin kita capai, sehingga mendorong kita untuk terus berusaha dan pantang menyerah. Kedua, mengenal Allah,
dengan mengenal Allah melalui ajaran-ajaran-Nya, maka kita merasa bahwa pertolongan Allah sangat besar.
Sesulit apapun yang kita hadapi, kita tidak akan putus asa, karena Allah mampu berbuat apapun, dan Allah tidak
mencoba di luar batas kemampuan hambanya. Ketiga, Tawakal, setelah kita mempunyai keinginan, kemudian
bekerja keras untuk mencapainya, maka kemudian kita berdoa dan memperkokoh ibadah. Dengan ibadah semakin
rajin, dan bekerja keras, maka akan mengundang pertolongan Allah lebih dekat. Keempat, berpikir positif.
Terhadap apa hasil kerja, tidak boleh berputus asa, atau bernegatif kepada Allah. Kita harus berprasangka baik
kepada Allah, apapun yang terjadi adalah yang terbaik bagi kita.

Etos Kerja 7. Bekerja sebagai Bentuk Pelayanan


Bekerja sebagai bentuk pelayanan dapat diartikan kita bekerja sebagai bentuk usaha melayani kebutuhan
orang lain. Bekerja sebagai bentuk pelayanan, yang pada saat ini dikenal dengan Kepuasan Konsumen (Customer
Satisfaction), sebenarnya sudah lama dan banyak dicontohkan oleh nabi-nabi,. Rasulullah SAW terkait dengan
bekerja sebagai bentuk pelayanan menyampaikan sabdanya:

Rasulullah SAW bersabda: Tidak ada seorang Nabi yang tidak mengembalakan kambing. Ada yang bertanya:
Engkau juga, wahai Rasulullah?. Beliau menjawab, Ya, Aku juga.

Hadis di atas menunjukan bahwa Rasul adalah pengembala pemimpin dan seorang pemimpin melayani
gembala atau rakyatnya. Kita dapat membayangkan hubungan kerja antara pengembala dan kembala.
Pengembala sehari-hari mengarahkan kambing kepadang rumput, kemudian ke tempat yang ada air, dan
mengandangkan. Analog dengan kondisi demikian, maka seorang pemimpin (pada dasarnya setiap orang adalah
pemimpin), harus memberikan pelayanan kepada yang dipimpin. Seorang imam melayani umatnya, seorang kepala
keluarga melayani anggota keluarga, seorang pembantu melayani dan menjaga harta majikannya, dan seorang
presiden melayani rakyatnya.
Bentuk kerja sebagai pelayanan juga lebih utama dibandingkan orang yang hanya beribadah dan berdoa saja.
Rasulullah SAW bersabda:

Ada seorang yang dipuji dalam majelis Rasulullah SAW, dikatakan, apabila kami naik unta, dia selalu salat
sehingga kami layani dia. Rasulullah SAW bertanya: siapa yang memberi makanan untanya dan masak
makanannya. Para sahabat menjawab, Kami semua. Rasulullah SAW berkata,Kamu semua lebih baik dari
padanya.

Dari hadist di atas, ternyata orang yang dilayani ternyata tidak dipandang lebih baik di bandingkan dengan
orang yang melayani, walaupun yang dilayani tesebut banyak berzikir dan bribadah. Hal ini juga menunjukan
bahwa bekerja dalam rangka melayani tidaklah hina namun mulia.
Bagaimana kita memulai bekerja dengan melayani? Pertama, kita memandang mulia pekerjaan kita dan kita
bekerja dengan niat ikhlas dalam rangka ibadah kepada Allah. Kedua, kita mengetahui apa keinginan dari yang kita
layani. Untuk mengetahui apa kebutuhan konsumen kita, maka kita dapat melakukan survey atau bertanya
tentang apa yang diharapkan dari pekerjaan kita. Yang juga perlu diketahui adalah bagaimana pekerjaan tersebut
berjalan, apakah pekerjaan kita menjadi input atau bahan dari pekerjaan lain dan bagaimana hubungan pekerjaan
kita dengan pekerjaan lain. Ketiga, kita harus mengetahui apakah konsumen belum puas, maka kewajiban
melakukan perbaikan cara kerja kita, sehingga konsumen menjadi puas.
Demikianlah etos kerja dalam Islam yang tidak hanya diucapkan, tetapi sudah dijalankan oleh Rasulullah SAW.
Sehingga bagi kita bidak ada contoh lebih baik dari Rasulullah. Oleh sebab itu, kapan kita mencontoh etos Rasul
yaitu mulai bekerja secara tuntas, jujur, menggunakan teknologi, bekerja berkelompok, bekerja keras dan bekerja
melayani orang lain?.

Anda mungkin juga menyukai