Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

“KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM”

Di susun oleh:

Aan Aryadi Saputra


Ramla
Syamsiar
Nur fadillah
Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan

Yang dimaksud dengan konsep Ketuhanan menurut pemikiran


manusia adalahkonsep yang didasarkan atas hasil pemikiran baik
melalui pengalaman lahiriahmaupun batiniah, baik yang bersifat
penelitian rasional maupun pengalaman batin.Dalam literatur sejarah
agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yangmenyatakan
adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama
kelamaanmeningkat menjadi sempurna. Teori tersebut mula-mula
dikemukakan oleh MaxMuller, kemudian dikemukakan oleh EB
Taylor, Robertson Smith, Lubbock, danJevens. Proses
perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori
evolusionismeadalah sebagai berikut:
1. Pemikiran Barat
a. Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui
adanyakekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-
mula sesuatu yangberpengaruh tersebut ditujukan pada
benda. Setiap benda mempunyaipengaruh pada manusia, ada
yang berpengaruh positif dan ada pula yangberpengaruh negatif.
Kekuatan yang ada pada benda disebut dengan namayang
berbeda-beda, seperti mana (Melanesia), tuah (Melayu), dan
syakti(India).
b. Animisme
Di samping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitif
jugamempercayai adanya peran roh dalam hidupnya.
Setiap benda yangdianggap benda baik, mempunyai roh.
Oleh masyarakat primitif, rohdipercayai sebagai sesuatu yang
aktif sekalipun bendanya telah mati. Olehkarena itu, roh dianggap
sebagai sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasasenang, rasa
tidak senang, serta mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Roh
akansenang apabila kebutuhannya dipenuhi. Menurut
kepercayaan ini, agarmanusia tidak terkena efek negatif
dari roh-roh tersebut, manusia harusmenyediakan kebutuhan
roh. Saji-sajian yang sesuai dengan advis dukunadalah salah satu
usaha untuk memenuhi kebutuhan roh.
c. Politeisme
Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak
memberikankepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi
sanjungan dan pujaan. Rohyang lebih dari yang lain kemudian
disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dankekuasaan tertentu
sesuai dengan bidangnya. Ada Dewa yang bertanggungjawab
terhadap cahaya, ada yang membidangi masalah air, ada
yangmembidangi angin dan lain sebagainya.
d. Henoteisme
Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap
kaumcendekiawan. Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui
diadakan seleksi,karena tidak mungkin mempunyai kekuatan
yang sama. Lama-kelamaankepercayaan manusia meningkat
menjadi lebih definitif (tertentu). Satu bangsahanya mengakui
satu dewa yang disebut dengan Tuhan, namun manusiamasih
mengakui Tuhan (Ilah) bangsa lain. Kepercayaan satu Tuhan untuk
satubangsa disebut dengan henoteisme (Tuhan tingkat
Nasional).e)MonoteismeKepercayaan dalam bentuk henoteisme
melangkah menjadi monoteisme.Dalam monoteisme, hanya
mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa danbersifat
internasional.Evolusionisme dalam kepercayaan terhadap
Tuhan sebagaimanadinyatakan oleh Max Muller dan EB. Taylor
(1877), ditentang oleh AndrewLang (1898) yang menekankan
adanya monoteisme dalam masyarakatprimitif. Dia
mengemukakan bahwa orang-orang yang berbudaya rendah
jugasama monoteismenya dengan orang-orang Kristen.
Mereka mempunyaikepercayaan pada wujud yang Agung dan
sifat-sifat yang khas terhadapTuhan mereka, yang tidak mereka
berikan kepada wujud yang lain.Dengan lahirnya pendapat
Andrew Lang, maka berangsur-angsurgolongan evolusionisme
menjadi reda dan sebaliknya sarjana-sarjana agamaterutama di
Eropa Barat mulai menantang evolusionisme
danmemperkenalkan teori baru untuk memahami sejarah
agama. Merekamenyatakan bahwa ide tentang Tuhan tidak
datang secara evolusi, tetapidengan relevansi atau wahyu.
Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan padapenyelidikan
bermacam-macam kepercayaan yang dimiliki oleh
kebanyakanmasyarakat primitif.
2. Pemikiran Umat Islam
Dikalangan umat Islam terdapat polemik dalam masalah Ketuhanan.
Satukelompok berpegang teguh dengan Jabariah, yaitu faham
yang mengatakanbahwa Tuhan mempunyai kekuatan mutlak yang
menjadi penentu segalanya. Dilain pihak ada yang berpegang
pada doktrin Qodariah, yaitu faham yangmengatakan bahwa
manusialah yang menentukan nasibnya. Polemik dalammasalah
Ketuhanan di kalangan umat Islam pernah menimbulkan suatu dis-
integrasi (perpecahan) umat Islam, yang cukup menyedihkan.
Munculnya faham Jabariah dan Qadariah berkaitan erat dengan
masalah politik umat Islam setelahRasulullah Muhammad SAW.
meninggal. Sebagai kepala pemerintahaan, AbuBakar Asy-siddiq
secara aklamasi formal diangkat sebagai pelanjut
Rasulullah.Berikutnya digantikan oleh Umar Ibnu Al-Khattab, Usman
Ibnu Affan dan Ali IbnuAbi Thalib.Untuk menghindari perpecahan,
antara dua kubu yang berselisih mengadakanperjanjian damai.
Namun perjanjian damai tersebut malah menghasilkan umatIslam
terpecah menjadi tiga kelompok politik, yaitu:
a. Kelompok Muawiyah(Sunni),
b. Kelompok Syi’ah, dan
c. Kelompok Khawarij.
Kelompok Muktazilah mengajukan konsep-konsep yang
bertentangan dengankonsep yang diajukan golongan Murjiah
(aliran teologi yang diakui oleh penguasapolitik pada waktu itu,
yaitu Sunni. Berarti Muktazilah sebagai kelompokpenentang
arus. Doktrin Muktazilah terkenal dengan lima azas (ushul
al-khamsah), yaitu:
 Meniadakan (menafikan) sifat-sifat Tuhan dan menetapkan
zat-Nya
 Janji dan ancaman Tuhan (al-wa’ad dan al-wa’id)
 Keadilan Tuhan (al-‘adalah)
 Al-Manzilah baina al-manzilatain (posisi diantara dua posisi)
 Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar

Dari lima azas tersebut –menurut Muktazilah– Tuhan terikat dengan


kewajiban-kewajiban. Tuhan wajib memenuhi janjinya. Ia berkewajiban
memasukkan orang yang baik ke surga dan wajib memasukkan orang yang
jahatke neraka, dan kewajiban-kewajiban lain. Pandangan-pandangan
kelompok inimenempatkan akal manusia dalam posisi yang kuat. Sebab itu
kelompok inidimasukkan ke dalam kelompok teologi rasional, yaitu
Qadariah.Sebaliknya, aliran teologi tradisional (Jabariah) berpendapat bahwa
Tuhan mempunyai sifat (sifat 20, sifat 13, dan maha sifat). Ia maha kuasa,
memiliki kehendak mutlak. Kehendak Tuhan tidak terikat dengan apapun.
Karena itu iamungkin saja menempatkan orang yang baik ke dalam neraka dan
sebaliknya mungkin pula ia menempatkan orang jahat ke dalam surga, kalau Ia
menghendaki.Dari faham Jabariah inilah ilmu-ilmu kebatinan berkembang di
sebagaian umatIslam.

3. Konsep Ketuhanan Dalam Islam


Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Qur’an digunakan kata ilaahun, yaitu
setiapyang menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi
dan dipatuhi olehmanusia. Orang yang mematuhinya disebut abdun
(hamba). Kata ilaah di dalam Al-Qur’an konotasinya ada dua
kemungkinan, yaitu Allah, dan selain Allah.Benda-benda seperti :
patung, pohon, binatang, dan lain-lain dapat pula berperansebagai
ilah. Demikianlah seperti dikemukakan pada surat Al-Baqarah
2:165,yang artinya
“Diantara manusia ada yang berTuhan kepada selain Allah, sebagai
tandinganterhadap Allah. Mereka mencintai Tuhannya itu
sebagaimana mencintai Allah.”Sebelum turun Al-Qur’an dikalangan
masyarakat Arab telah menganut konsep tauhid(monoteisme). Allah
sebagai Tuhan mereka. Hal ini diketahui dari ungkapan-
ungkapanyang mereka cetuskan, baik dalam do’a maupun acara-
acara ritual. Abu Thalib, ketikamemberikan khutbah nikah Nabi
Muhammad dengan Khadijah (sekitar 15 tahun sebelumturunya Al-
Qur’an) ia mengungkapkan kata-kata Alhamdulillah. Adanya nama
Abdullah(hamba Allah) telah lazim dipakai di kalangan masyarakat
Arab sebelum turunnya Al-Qur’an. Keyakinan akan adanya Allah,
kemaha besaran Allah, kekuasaan Allah dan lain-lain, telah mantap.
Dari kenyataan tersebut timbul pertanyaan apakah konsep
ketuhanan yang dibawakan Nabi Muhammad? Pertanyaan ini muncul
karena Nabi Muhammad dalam mendakwahkan konsep ilahiyah
mendapat tantangan keras dari kalangan masyarakat.Jika konsep
ketuhanan yang dibawa Muhammad sama dengan konsep ketuhanan
yangmereka yakini tentu tidak demikian kejadiannya.Pengakuan
mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta alam dikemukakan
dalamAl-Qur’an surat Al-Ankabut (29) “Jika kepada mereka
ditanyakan, Siapa yang menciptakan lagit dan bumi,
danmenundukkan matahari dan bulan? Mereka pasti akan menjawab
Allah.”Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah,
belum tentu berartiorang itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya.
Seseorang baru layak dinyatakan bertuhankepada Allah jika ia telah
memenuhi segala yang dimaui oleh Allah. Atas dasar itu intikonsep
ketuhanan Yang Maha Esa dalam Islam adalah memerankan ajaran
Allah yaitu Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan berperan
bukan sekedar Pencipta, melainkanjuga pengatur alam
semesta.Pernyataan lugas dan sederhana cermin manusia
bertuhan Allah sebagaimanadinyatakan dalam surat Al-Ikhlas.
Kalimat syahadat adalah pernyataan lain sebagaijawaban atas
perintah yang dijelaskan pada surat Al-Ikhlas tersebut. Ringkasnya
jika Allahyang harus terbayang dalam kesadaran manusia yang
bertuhan Allah adalah disampingAllah sebagai Zat, juga Al-Qur’an
sebagai pedoman, serta Rasullullah sebagai UswahHasanah.

Anda mungkin juga menyukai