Ramla Syamsiar Nur fadillah Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan
Yang dimaksud dengan konsep Ketuhanan menurut pemikiran
manusia adalahkonsep yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriahmaupun batiniah, baik yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin.Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yangmenyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaanmeningkat menjadi sempurna. Teori tersebut mula-mula dikemukakan oleh MaxMuller, kemudian dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson Smith, Lubbock, danJevens. Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori evolusionismeadalah sebagai berikut: 1. Pemikiran Barat a. Dinamisme Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanyakekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula- mula sesuatu yangberpengaruh tersebut ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyaipengaruh pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada pula yangberpengaruh negatif. Kekuatan yang ada pada benda disebut dengan namayang berbeda-beda, seperti mana (Melanesia), tuah (Melayu), dan syakti(India). b. Animisme Di samping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitif jugamempercayai adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap benda yangdianggap benda baik, mempunyai roh. Oleh masyarakat primitif, rohdipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah mati. Olehkarena itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasasenang, rasa tidak senang, serta mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Roh akansenang apabila kebutuhannya dipenuhi. Menurut kepercayaan ini, agarmanusia tidak terkena efek negatif dari roh-roh tersebut, manusia harusmenyediakan kebutuhan roh. Saji-sajian yang sesuai dengan advis dukunadalah salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan roh. c. Politeisme Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikankepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Rohyang lebih dari yang lain kemudian disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dankekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya. Ada Dewa yang bertanggungjawab terhadap cahaya, ada yang membidangi masalah air, ada yangmembidangi angin dan lain sebagainya. d. Henoteisme Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaumcendekiawan. Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi,karena tidak mungkin mempunyai kekuatan yang sama. Lama-kelamaankepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitif (tertentu). Satu bangsahanya mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan, namun manusiamasih mengakui Tuhan (Ilah) bangsa lain. Kepercayaan satu Tuhan untuk satubangsa disebut dengan henoteisme (Tuhan tingkat Nasional).e)MonoteismeKepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi monoteisme.Dalam monoteisme, hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa danbersifat internasional.Evolusionisme dalam kepercayaan terhadap Tuhan sebagaimanadinyatakan oleh Max Muller dan EB. Taylor (1877), ditentang oleh AndrewLang (1898) yang menekankan adanya monoteisme dalam masyarakatprimitif. Dia mengemukakan bahwa orang-orang yang berbudaya rendah jugasama monoteismenya dengan orang-orang Kristen. Mereka mempunyaikepercayaan pada wujud yang Agung dan sifat-sifat yang khas terhadapTuhan mereka, yang tidak mereka berikan kepada wujud yang lain.Dengan lahirnya pendapat Andrew Lang, maka berangsur-angsurgolongan evolusionisme menjadi reda dan sebaliknya sarjana-sarjana agamaterutama di Eropa Barat mulai menantang evolusionisme danmemperkenalkan teori baru untuk memahami sejarah agama. Merekamenyatakan bahwa ide tentang Tuhan tidak datang secara evolusi, tetapidengan relevansi atau wahyu. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan padapenyelidikan bermacam-macam kepercayaan yang dimiliki oleh kebanyakanmasyarakat primitif. 2. Pemikiran Umat Islam Dikalangan umat Islam terdapat polemik dalam masalah Ketuhanan. Satukelompok berpegang teguh dengan Jabariah, yaitu faham yang mengatakanbahwa Tuhan mempunyai kekuatan mutlak yang menjadi penentu segalanya. Dilain pihak ada yang berpegang pada doktrin Qodariah, yaitu faham yangmengatakan bahwa manusialah yang menentukan nasibnya. Polemik dalammasalah Ketuhanan di kalangan umat Islam pernah menimbulkan suatu dis- integrasi (perpecahan) umat Islam, yang cukup menyedihkan. Munculnya faham Jabariah dan Qadariah berkaitan erat dengan masalah politik umat Islam setelahRasulullah Muhammad SAW. meninggal. Sebagai kepala pemerintahaan, AbuBakar Asy-siddiq secara aklamasi formal diangkat sebagai pelanjut Rasulullah.Berikutnya digantikan oleh Umar Ibnu Al-Khattab, Usman Ibnu Affan dan Ali IbnuAbi Thalib.Untuk menghindari perpecahan, antara dua kubu yang berselisih mengadakanperjanjian damai. Namun perjanjian damai tersebut malah menghasilkan umatIslam terpecah menjadi tiga kelompok politik, yaitu: a. Kelompok Muawiyah(Sunni), b. Kelompok Syi’ah, dan c. Kelompok Khawarij. Kelompok Muktazilah mengajukan konsep-konsep yang bertentangan dengankonsep yang diajukan golongan Murjiah (aliran teologi yang diakui oleh penguasapolitik pada waktu itu, yaitu Sunni. Berarti Muktazilah sebagai kelompokpenentang arus. Doktrin Muktazilah terkenal dengan lima azas (ushul al-khamsah), yaitu: Meniadakan (menafikan) sifat-sifat Tuhan dan menetapkan zat-Nya Janji dan ancaman Tuhan (al-wa’ad dan al-wa’id) Keadilan Tuhan (al-‘adalah) Al-Manzilah baina al-manzilatain (posisi diantara dua posisi) Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar
Dari lima azas tersebut –menurut Muktazilah– Tuhan terikat dengan
kewajiban-kewajiban. Tuhan wajib memenuhi janjinya. Ia berkewajiban memasukkan orang yang baik ke surga dan wajib memasukkan orang yang jahatke neraka, dan kewajiban-kewajiban lain. Pandangan-pandangan kelompok inimenempatkan akal manusia dalam posisi yang kuat. Sebab itu kelompok inidimasukkan ke dalam kelompok teologi rasional, yaitu Qadariah.Sebaliknya, aliran teologi tradisional (Jabariah) berpendapat bahwa Tuhan mempunyai sifat (sifat 20, sifat 13, dan maha sifat). Ia maha kuasa, memiliki kehendak mutlak. Kehendak Tuhan tidak terikat dengan apapun. Karena itu iamungkin saja menempatkan orang yang baik ke dalam neraka dan sebaliknya mungkin pula ia menempatkan orang jahat ke dalam surga, kalau Ia menghendaki.Dari faham Jabariah inilah ilmu-ilmu kebatinan berkembang di sebagaian umatIslam.
3. Konsep Ketuhanan Dalam Islam
Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Qur’an digunakan kata ilaahun, yaitu setiapyang menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi olehmanusia. Orang yang mematuhinya disebut abdun (hamba). Kata ilaah di dalam Al-Qur’an konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu Allah, dan selain Allah.Benda-benda seperti : patung, pohon, binatang, dan lain-lain dapat pula berperansebagai ilah. Demikianlah seperti dikemukakan pada surat Al-Baqarah 2:165,yang artinya “Diantara manusia ada yang berTuhan kepada selain Allah, sebagai tandinganterhadap Allah. Mereka mencintai Tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah.”Sebelum turun Al-Qur’an dikalangan masyarakat Arab telah menganut konsep tauhid(monoteisme). Allah sebagai Tuhan mereka. Hal ini diketahui dari ungkapan- ungkapanyang mereka cetuskan, baik dalam do’a maupun acara- acara ritual. Abu Thalib, ketikamemberikan khutbah nikah Nabi Muhammad dengan Khadijah (sekitar 15 tahun sebelumturunya Al- Qur’an) ia mengungkapkan kata-kata Alhamdulillah. Adanya nama Abdullah(hamba Allah) telah lazim dipakai di kalangan masyarakat Arab sebelum turunnya Al-Qur’an. Keyakinan akan adanya Allah, kemaha besaran Allah, kekuasaan Allah dan lain-lain, telah mantap. Dari kenyataan tersebut timbul pertanyaan apakah konsep ketuhanan yang dibawakan Nabi Muhammad? Pertanyaan ini muncul karena Nabi Muhammad dalam mendakwahkan konsep ilahiyah mendapat tantangan keras dari kalangan masyarakat.Jika konsep ketuhanan yang dibawa Muhammad sama dengan konsep ketuhanan yangmereka yakini tentu tidak demikian kejadiannya.Pengakuan mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta alam dikemukakan dalamAl-Qur’an surat Al-Ankabut (29) “Jika kepada mereka ditanyakan, Siapa yang menciptakan lagit dan bumi, danmenundukkan matahari dan bulan? Mereka pasti akan menjawab Allah.”Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu berartiorang itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru layak dinyatakan bertuhankepada Allah jika ia telah memenuhi segala yang dimaui oleh Allah. Atas dasar itu intikonsep ketuhanan Yang Maha Esa dalam Islam adalah memerankan ajaran Allah yaitu Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan berperan bukan sekedar Pencipta, melainkanjuga pengatur alam semesta.Pernyataan lugas dan sederhana cermin manusia bertuhan Allah sebagaimanadinyatakan dalam surat Al-Ikhlas. Kalimat syahadat adalah pernyataan lain sebagaijawaban atas perintah yang dijelaskan pada surat Al-Ikhlas tersebut. Ringkasnya jika Allahyang harus terbayang dalam kesadaran manusia yang bertuhan Allah adalah disampingAllah sebagai Zat, juga Al-Qur’an sebagai pedoman, serta Rasullullah sebagai UswahHasanah.