Anda di halaman 1dari 7

PSIKOLOGI AGAMA

Nama

: Cici Zarina Ulfa

NIM

: 1533500090

Kelas

: P.I 3

Program Studi

: Psikologi Islam

Dosen Pengampu : Iredho Fani Reza,. S.Psi.I., MA.Si.

1. Hakikat Manusia
Dalam Al-Quran sendiri banyak sekali disebutkan tentang manusia,
karena memang Al-Quran diturunkan oleh Allah untuk manusia. Manusia
menurut terminologi Al-Quran dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.
Dalam Al-Quran manusia disebut dengan berbagai nama seperti al-basyar
berdasarkan pendekatan aspek biologisnya.

al-insan, dilihat dari fungsi

dan potensi yang dimilikinya. Konsep al-insan menggambarkan fungsi


manusia sebagaipenyandang khalifah tuhan yang dikaitkan dengan proses
penciptaan dan pertumbuhan serta perkembangannya. bani adam, al-ins,
abdillah dan khalifah. Semua kata tersebut diatas menuju kepada
pengertian manusia. Al-basyar adalah gambaran manusia secara materi
yang dapat dilihat, memakan sesuatu, berjalan, dan berusaha untuk
memenuhi kehidupannya. Kata Al-basyar ini memberikan keterangan
bahwa manusia merupakan makhluk biologis yang dapat dilihat dan
berusaha untuk memenuhi kebutuhan biologisnya.
Selanjutnya kata Al-nas yang mengacu pada manusia sebagai
makhluk sosial, dalam Al-Quran banyak ayat yang menggunkan kata Alnas yang mengarah kepada sekelompok manusia. Kemudian kata al-ins
dan insan, keduanya mempunyai intensitas makna yang serumpun karena
berasal dari akar kata yang sama yaitu alif, nun dan sin, yang
menununjukan arti lawan kebuasan. Akan tetapi sebenarnya keduanya

mempunyai pengertian yang berbeda dan mempunyai keistimewaan yang


berbeda pula. Kata al-ins senantiasa disebut bersamaan dengan al-jin.1
Dalam bentuk pengertian umum, Al-Quran menyebut manusia
sebagai Bani Adam. Konsep ini menggambarkan nilai-nilai Universal yang
ada pada diri setiap manusia tanpa melihat latar belakang perbedaan jenis
kelamin, ras, dan suku bangsa ataupun aliran kepercayaan masingmasing.
Pada konsep Barat, manusia dilihat dari aspek fisik berada didalam
keadaan bebas nilai. Sebaliknya konsep Bani Adam memuat nilai
kemakhlukan yang jelas, yaitu sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Hubungan
makhluk-Khalik termaut dalam konsep Bani Adam yang menggambarkan
amnusia dari aspek fisik. Akrena itu, secara fisik manusia terikat kepada
nilai-nilai yang sejalan dengan hakikat penciptaannya.
Selanjutnya, manusia menurut pandangan islam juga dipandang
sebagai makhluk psikis. Dari sudut pandang ini, pemahaman manusia
ilmuan Barat. Umumnya, pemahaman Barat tentang sspek psikis manusia
terbatas pada unsur-unsur kejiwaan yang terdiri atas unsur cognisi, roh
dan akal merupakan potensi manusia untuk dapat dikembangkan. Tetapi
yang

jelas

unsur-unsur

psikis

manusia

itu

menurut

konsep

islam

senantiasa dihubungkan dengan nilai-nilai agama.


Nafs terbagi menjadi 3 yaitu:
1) Nafs al-mutbmainnab
2) Nafs al-ammarab
3) Nafs al-lawwamab
Nafs mencakup gejala ambang sadar dan yang berada di bawah
ambang sadar. Sedangkan qalb sebagai dari gejala ambang sadar
manusia.2
Pandangan Behaviorisme mengisyaratkan bahwa perilaku agama
erat kaitannya dengan stimulus lingkungan seseorang. Jika stimulus
1 Aisyah Abdurrahman, Manusia, Sensitivitas Hermeneutika al-Quran, terj. M. Adib al-Arif, (Yogyakarta:
LKPSM, 1997), cet. I, hlm. 13.

2 Jalaluddin, Psikolog Agama, Cet. Ke-12, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002,
hlm. 47-48

keagamaan dapat menimbulkan respon terhadap diri seseorang, maka


akan muncul golongan untuk berperilaku agama. Sebaliknya jika stimulus
tidak ada maka tertutup kemungkina seseorang untuk berperilaku agama
yang bersifat kondisional (tergantung dari kondisi yang diciptakan
lingkungan).
Menurut psikoanalisis sikap dan tingkah laku agama bersumber dari
pemuasan kebutuhan libido manusia. Selanjutnya psikologi humanistik
mendasarkan pandangan terhadap manusia sebagai makhluk penentu
yang serba bisa. Pandangna sangat optimisitk ini menempatkan manusia
sebagai penentu tunggal yang mampu melakukan peran tuhan.
Beranjak dari pendekatan konsep Islam tentang manusia, terungkap
bahwa

manusia

adalah

makhluk

ciptaan

yang

memiliki

hubungan

makhluk-khalik secara fitrah. Untuk menjadikan hubungan tersebut


berjalan tersebut. Anugerah tersebut antara lain, berupa dorongan naluri,
perangkat inderawi, kemampuan akal, dan fitrah agama yang jika
dikembangkan melalui bimbingan yang baik akan mampu mengantarkan
manusia mencapai sukses dalam kehidupnya sebagai makhluk yang taat
mengabdi kepada penciptanya.
Berangkat dari pandangan ini terungkap bahwa manusia merupakan
makhluk

terpola

oleh

fitrah

ciptaannya.

Dan

sikap

ketundukkan

penciptaannya merupakan salah satu unsur yang termuat dalam pola


tersebut. Potensi ini pula yang merupakan benih dari rasa kebersamaan
yang terdapat pada diri manusia. Dengan demkian, psikologi agama
dalam pandangan Islam berawal dari pendekatan fitnah keagamaan itu
sendiri. Kesadaran dan pengalaman keagamaan dinilai sebagai faktor
bawaan yang berkembang melaui bimbingan. Pengembangan awal
berpangkal pada aktivitas kedua orang tua dalam lingkungan keluarga.

2.Sumber Jiwa Keagamaan Manusia


Manusia ingin mengabdikan dirinya kepada Tuhan atau sesuatu yang
dianggapnya sebagai zat yang mempunyai kekuasaan tertinggi. Keinginan

itu terdapat pada setiap kelompok, golongan atau masyarakat manusia


dari yang paling primitif hingga yang paling modern.
1. Teori Monistik (Mono = Satu)
Yang menjadi sumber kejiwaan

agama adalah satu sumber

kejiwaan.
Menurut beberapa pendapat yaitu:
a. Thomas Van Aquino
Mengemukakan bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama itu
ialah berpikir. Manusia bertuhan karena manusia menggunakan
kemampuan

berpikirnya.

Kehidupan

beragama

merupakan

refleksi dari kehidupan berpikir manusia itu sendiri.


b. Fredrick Hegal
Filosof Jerman ini berpendapat agama adlah suatu pengetahuan
yang sungguh-sungguh benar dan tempat kebenaran abadi. Maka
agama semata-mata merupakan hal-hal atau persoalan yang
berhubungan dengan pikiran .
c. Fredrick Schleimacher
Berpendapat bahwa yang menjadi sumber keagamaan iru adalah
rasa ketergantungan yang mutlak (sense of depend). Dan
manusia pun merasa dirinya lemah yang menyebabkan manusia
selalu tergantung hidupnya dengan suatu kekuasaan yang berada
di

luar

dirinya.

Maka

timbullah

upacara

untuk

meminta

perlindungan kepada kekuasaan yang diyakinni dapat melindungi


mereka. Dan dapat dibuktikan dalam realitas upacara keagamaan
dan pengabdian para penganut agama kepada suatu kekuasaan
yang mereka namakan Tuhan.
d. Rudolf Otto
Sumber jiwa agama adalah rasa kagum yang berasal dari the
wholly other (yang sama sekali lain). Jika seseorang dipengaruhi
rasa kagum terhadap sesuatu yang diangapnya lain dari yang lain
maka keadaan mental seperti itu diistilahkan Otto numinous
perasaan yang semacam itulah yang menurut pendapatnya
sebagai sumber dari kejiwaan agama dan manusia.
e. Sigmund Freud
Pendapat S.Freud, unsur kejiwaan yang menjadi sumber keiwaan
agama ialah libido sexuil ( naluri seksual).
f. William Mac Dougall

Berpendapat

bahwa

sumber

kejkiwaan

agama

merupakan

kumpulan dari beberapa insting, yang menurutnya ada 14


macam insting, maka agma timbul dari dorongan insting secara
terintegrasi.
2. Teori Fakulti
Berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu tidak bersumber pada
suatu faktor yang tunggal tetapi terdiri atas beberapa unsur yang
memegang peranan penting yaitu:
a. Cipta (Reason)
Merupakan fungsi intelektual jiwa manusia. Ilmu kalam (Teologi)
adalah cerminan adanya pengaruh fungsi intelek ini. Melalui cipta
orang dapat menilai, membandingkan, dan memutuskan suatu
tindakan terhadap stimulan tertentu. Yaitu yang sadapat dilihat,
terlebih0-lebih dalam agama modern, peranan, dan fungsi reason
ini sangat menentukan. Berperan untuk mnentukan benar atau
tidaknya ajaran suatu agama berdasarkan pertimbangan intelek
seseorang.
b. Rasa (Emotion)
Suatu tenaga dalam jiwa manusia yang banyak berperan dalam
membentuk

motivasi

dalam

corak

tingkah

laku

sesorang.

Betapapun pentingnya fungsi reason, namun jika digunakan


secara berlebih-lebihan akan menyebabkan ajaran agama itu
menjadi dingin. Menimbulkan sikap batin yang seimbang dan
positif dalam menghayati kebenaran ajaran agama.
c. Karsa (Will)
Merupakan fungsi eksekutif dalam jiwa manusia. Will berfungsi
mendorong timbulnya pelaksanaan doktrin serta ajaran agama
berdasarkan fungsi kejiwaan.Suatu kepercayaan yang dianaut
tidak

aakn

berarti

sam

asekali

apabila

dalam

keyakinan

kepercayaan itu willi tidak berfunsi secara wajar. Menimbulkan


amalan-amalanau doktrin keagamaan yang benar dan logis.
3. Pemuka Teori Fakulti
a. G.M.Staton
Mengatakan bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama ialah
adanya konflik dalam kejiwaan manusia. Jika konflik itu sudah
demikian mencekam manusia dan mempengaruhi kehidupan
kejiwaannya, mak manusia itu mencari pertolongan apada suatu

kekeuasaan yang tertinggi (Tuhan). Seperti Sigmund Freud


berpendapat, bahwa dalam setiap organis terdapat dua konflik
kejiwaan yang mendasar, yaitu:
1) Life-Urge:
Ialah
keinginan
kelsngsungan

hidup

dari

untuk

keadaan

yang

mempertahankan
terdahulu

agar

terusIalah keinginan untuk mempertahankan kelsngsungan


hidup dari keadaan yang terdahulu agar terus berlanjut.
2) Death-Urge: Ialah keinginan untuk kembali pada keadaan
semula sebagai benda mati (anorganis). Lalu, G.M. Straton
berpendapat, konflik yang positif tergantung atas adanya
dorongan pokok yang merupakan dorongan dasar (basic-urge),
sebagai keadaan timbulnya konflik tersebut.
b. Zakiah Daradjat.
Selain dari kebutuha jasmani dan rohani, manusia pun membutuhkan
keseimbangan dalam kehidupan jiwanya agar tidak mengalami tekanan.
Unsur-unsur kebutuhan yang dikemukakan yaitu:
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Kebutuhan
Kebutuhan
Kebutuhan
Kebutuhan
Kebutuhan
Kebutuhan

akan
akan
akan
akan
akan
akan

rasa
rasa
rasa
rasa
rasa
rasa

kasih sayang
aman
harga diri
bebas
sukses
ingin tahu (mengenal)

Selanjutnya menurut Zakiah Daradjat, gabungan dari keenam macam


kebutuhan tersebut menyebabkan orang memerlukan agama. Melalui
agama kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat disalurkan.
c.
W.H. Thomas.
Melalui teori The Four Wishes-nya ia mengemukakan bahwa yang
menjadi sumber kejiwaan agama adalah empat macam keinginan dasar
yang ada dalam jiwa manusia, yaitu:
1) Keinginan untuk keselamatan (security).
2) Keinginan untuk mendapatkan penghargaan (recognation).
3) Keinginan untuk ditanggapi (response).
4) Keinginan akan pengetahuan atau pengalaman baru

(new

experience).3

3 Jalaluddin, Psikolog Agama, Cet. Ke-12, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002,
hlm. 54-62

Anda mungkin juga menyukai