Anda di halaman 1dari 21

ILMU JIWA AGAMA

Dr. H. Afifuddin, Lc. M.A.

Universitas Islam Makassar


2020
Pendahuluan
• Hubungan manusia dengan “Kekuatan Supranatural (adikodrati)” telah berlangsung sejak
ribuan tahun silam
• Antropolog menemukan bahwa masyarakat yang masih memiliki kebudayaan asli (primitif)
dijumpai adanya pola kebudayaan yang mencerminkan bentuk hubungan masyarakat dengan
sesuatu yang mereka anggap adikuasa dan suci.
• Sosiolog berpendapat bahwa dalam kehidupan masyarakat primitif dijumpai adanya norma
yang mengatur kehidupan mereka, yang dilembagakan menjadi tata kehidupan
bermasyarakat dan dikaitkan dengan nilai-nilai spiritual.
• Agamawan memperkuat adanya hubungan tersebut berdasarkan informasi dari kitab-kitab
suci. Hubungan manusia dengan dengan Zat Yang Maha Kuasa digambarkan sebagai
hubungan antara makhluk ciptaan dengan Pencipta-nya. Dan hubungan ini telah ada dan
berlangsung sejak manusia pertama, Adam a.s.
• Psikolog melihat bahwa hubungan manusia dengan kepercayaannya ikut dipengaruhi dan
mempengaruhi faktor kejiwaan. Pelaksanaan ibadah, isi doa, pindah agama dan perilaku
keberagamaan dapat dilihat dari motivasi yang melatarbelakanginya. Hampir seluruh aspek-
aspek keagamaan yang diperlihatkan manusia melalui perilaku-perilaku mereka ada
kaitannya dengan aspek kejiwaan manusia.

Psikologi Agama Afifuddin 2


Psikologi Agama sebagai Disiplin Ilmu
• Psikologi secara umum ilmu yang mempelajari dan meneliti sikap dan
tingkah laku manusia sebagai gambaran dari gejala-gejala kejiwaan yang
melatarbelakanginya. Psikologi mencoba mempelajari gejala-gejala
kejiwaan manusia yang berkaitan dengan pikiran (cognition), perasaan
(emotion) dan kehendak (conation). Ada yang menambahkan dengan
‘gejala campuran’ seperti intelegensi, kelelahan maupun sugesti.
• Agama pada substansinya adalah ikatan, yaitu ikatan yang harus dipegang
dan dipatuhi manusia. Menurut Harun Nasution, ada empat unsur yang
terdapat dalam agama, yaitu:
a. Kekuatan gaib yang diyakini berada di atas kekuatan manusia.
b. Keyakinan terhadap kekuatan gaib sebagai penentu nasib manusia
c. Respon yang bersifat emosionil dari manusia.
d. Pemahaman akan adanya sesuatu yang sakral dan suci yang berkaitan dengan
kekuatan gaib tersebut, seperti kitab, tempat-tempat dan benda-benda tertentu.

Psikologi Agama Afifuddin 3


Psikologi Agama

Satu cabang psikologi yang meneliti dan


mempelajari tingkah laku manusia dalam
hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap
agama yang dianutnya serta dalam kaitannya
dengan perkembangan usia masing-masing.

Psikologi Agama Afifuddin 4


Ruang Lingkup dan Kegunaan

• Robert H. Thouless: psikologi agama memusatkan kajiannya pada agama yang


hidup dalam budaya suatu kelompok atau masyarakat itu sendiri. Kajiannya
terpusat pada pemahaman terhadap perilaku keagamaan dengan menggunakan
psikologi
• Zakiah Daradjat: lapangan penelitian psikologi agama mencakup proses
beragama, perasaan dan kesadaran beragama dengan pengaruh dan akibat-akibat
yang dirasakan sebagai hasil dari keyakinan terhadap suatu agama yang dianut.
• Kesemuanya tercakup dalam kesadaran beragama (religious counsciousness) dan
pengalaman agama (religious experience).
• Psikologi agama mempelajari dan meneliti fungsi-fungsi jiwa yang memantul dan
memperlihatkan diri dalam perilaku, yang dalam hal ini terkait dengan kesadaran
dan pengalaman beragama manusia.
• Psikologi sebagai ilmu terapan banyak berperan dalam memecahkan persoalan
kehidupan manusia dalam kaitannya dengan agama yang dianutnya. Juga banyak
digunakan dalam bidang pendidikan, politik, psikoterapi dan lain-lain.

Psikologi Agama Afifuddin 5


Eksistensi Manusia dalam Al-Qur’an

Al-Insan

Al-Nas

Bani Adam

Psikologi Agama Afifuddin 6


Psikologi Agama dalam Islam
• Secara terminologis, psikologi agama tidak dijumpai dalam kepustakaan Islam klasik.
Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Edwin Diller Starbuck melalui karangannya
Psychology of Religion (1899)
• Dalam Islam diajarkan bahwa manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan memiliki sosok diri
yang terbentuk dari unsur fisik (jismiyah) dan unsur nonfisik (ruhiyah).
• Dari segi potensinya, manusia dapat dipandang dari eksistensinya sebagai al-basyar, al-
Insān, al-nās dan banî Ádam.
• Manusia dalam pandangan Islam juga dipandang sebagai makhluk psikis, dan unsur-unsur
psikis tersebut senantiasa dihubungkan dengan nilai-nilai agama.
• Dalam psikis manusia, dikenal adanya potensi nafs (muthmainnah, ammārah dan
lawwāmah), aql, fuād dan qalb.
• Islam memandang manusia sebagai makhluk ciptaan yang memiliki hubungan makhlûq-
khāliq secara fitrah. Agar hubungan itu berjalan normal, manusia diberi potensi-potensi
berupa dorongan naluriah, indera, akal dan fitrah agama yang jika dikembangkan melalui
bimbingan yang baik akan mampu mengantar manusia mencapai sukses dalam
kehidupannya sebagai makhluk yang taat mengabdi kepada al-Khāliq (Penciptanya)

Psikologi Agama Afifuddin 7


Sumber Kejiwaan Agama
• Para ahli bersepakat bahwa pada diri manusia terdapat semacam
keinginan dan kebutuhan universal yang melebihi kebutuhan-kebutuhan
yang lain, yaitu keinginan atau kebutuhan untuk mencintai dan dicintai
Tuhan
• Manusia ingin mengabdikan dirinya kepada Tuhan atau sesuatu yang
dianggap sebagai zat yang mempunyai kekuasaan tertinggi. keinginan ini
terdapat pada setiap kelompok, golongan atau masyarakat dari yang
paling primitif hingga yang paling modern
• Ada dua teori yang berupaya menjawab pertanyaan: “Apakah yang
mendasari timbulnya keinginan untuk mengabdikan diri kepada Tuhan?”,
yaitu teori Monistik (monistic theory) dan teori Fakulti (faculty theory)

Psikologi Agama Afifuddin 8


Teori Monistik
• Mono artinya satu. Teori monistik berpendapat bahwa sumber kejiwaan
agam adalah satu.
• Thomas van Aquino: sumber kejiwaan agama adalah berpikir. Manusia
bertuhan karena manusia menggunakan kemampuan berpikirnya.
• Fredrick Hegel: agama (bertuhan) adalah suatu pengetahuan yang
sungguh-sungguh benar dan tempat kebenaran abadi
• Fredrick Schleimacher: sumber keagamaan adalah rasa ketergantungan
yang mutlak (sense of depend), di mana manusia merasakan dirinya
lemah dan akhirnya bergantung kepada suatu kekuasaan mutlak di luar
dirinya
• Sigmund Freud: sumber kejiwaan agama adalah unsur kejiwaan vital
dalam diri manusia, yaitu libido sexuil (naluri seksual) yang melalui dua
tahapan: 1) Oedipus Complex , 2) Father Image.

Psikologi Agama Afifuddin 9


Teori Fakulti
• Teori fakulti berpendapat tingkah laku manusia, termasuk perilaku keagamaan,
tidak bersumber dari satu faktor, tetapi terdiri dari beberapa unsur, yaitu cipta
(reason), rasa (emotion) dan karsa (will)
• G.M. Straton (teori konflik): sumber kejiwaan agama adalah adanya konflik
dalam kejiwaan manusia. Konflik dan dikotomi menimbulkan rasa agama pada
diri manusia.
• Zakiah Daradjat: kebutuhan akan agama merupakan implikasi dari kebutuhan-
kebutuhan pokok manusia yaitu: Kebutuhan akan rasa kasih sayang, rasa aman,
rasa harga diri, rasa bebas, rasa sukses dan rasa ingin tahu.
• W.H. Thomas: sumber kejiwaan agama adalah empat macam keinginan, yaitu:
– Keinginan untuk keselamatan (security)
– Keinginan untuk mendapat penghargaan (recognation)
– Keinginan untuk ditanggapi
– Keinginan akan pengetahuan atau pengalaman baru.

Psikologi Agama Afifuddin 10


Manusia dan Agama
• Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, potensi agama telah ada pada setiap manusia sejak
ia dilahirkan. Potensi ini berupa dorongan untuk mengabdi kepada Sang Pencipta.
• Dalam terminologi Islam, dorongan tersebut dikenal dengan al-hidāyat al-dîniyyah,
berupa benih-benih keberagamaan yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia
• Sebagian besar ahli jiwa mengakui adanya naluri keberagamaan pada manusia, yaitu
dorongan yang menyebabkan manusia cenderung untuk mengakui adanya suatu zat
yang adikodrati (supernatural). Sebagai kebutuhan psikis dasar, dorongan beragama
pun menuntut untuk dipenuhi sehingga manusia mendapat kepuasan dan
ketenangan.
• Pada budaya primitif, ada kecenderungan toteisme yang mengaitkan klan (suku)
mereka dengan binatang yang dipercaya sebagai reinkarnasi leluhur atau nenek
moyang mereka.Pada masyarakat modern terdapat kekaguman terhadap tokoh
tertentu (idola). Ini menjadi bukti adanya kecenderungan masyarakat modern untuk
mengkultusindividukan seseorang yang dikagumi.
• Untuk memelihara dan menjaga kemurnian potensi keberagamaan ini, maka Tuhan
mengutus para nabi dan rasul. Tugas mereka adalah untuk mengarahkan
pengembangan potensi bawaan itu ke jalan sebenarnya.

Psikologi Agama Afifuddin 11


Jiwa Keagamaan pada Anak
• Walaupun dilahirkan dalam lemah fisik dan psikis, manusia telah memiliki bawaan yang
bersifat ‘laten’. Karena itu, ia membutuhkan bimbingan dan pendidikan untuk menjadi
manusia dewasa.
• Beberapa teori mengenai pertumbuhan agama pada anak, antara lain:
a. Rasa Ketergantungan (Thomas); manusia dilahirkan memiliki empat keinginan: 1) keinginan
untuk perlindungan, 2) pengalaman baru, 3) mendapat tanggapan, 4) untuk dikenal
b. Insting Keagamaan (Woodworth); bayi yang dilahirkan sudah memiliki insting keagamaan.
Insting ini hanya akan berkembang ketika anak telah mendapatkan pengaruh dari lingkungan
sosialnya.
• Pada perkembangannya, agama pada anak melalui tiga tahap, yaitu:
– The Fairy Tale Stage (Tingkat Dongeng)
– The Realistic Stage (Tingkat Kenyataan)
– The Individual Stage (Tingkat Individu)
• Ide keagamaan pada anak hampir sepenuhnya autoritarius, yaitu bahwa konsep
keagamaan pada diri mereka dipengaruhi oleh faktor dari luar mereka. Mereka lebih
banyak melihat dan mengikuti apa yang diajarkan orang tua tentang hal-hal yang
berhubungan dengan agama.

Psikologi Agama Afifuddin 12


Sifat Agama pada Anak-Anak
• Unreflektive
Tidak mendalam, tidak ada rasa kritis dan cenderung menerima apa adanya
meski kadang tidak masuk akal
• Egosentris
Menonjolkan kepentingan pribadi dan menuntut konsep keagamaan menurut
kesenangan pribadinya
• Anthromorphis
Konsep Ketuhanan pada anak-anak lebih banyak dipengaruhi oleh pengalamannya
berhubungan dengan orang lain dan tergambarkan dalam aspek-aspek kemanusiaan.
• Verbalis dan ritualis
Mudah dan banyak menghafalkan kalimat-kalimat keagamaan dan melakukan
praktik-praktik dan upacara-upacara keagamaan (ritual) sebagaimana yang
dituntunkan kepada mereka
• Imitatif
Tindak dan perilaku keagamaan pada anak-anak pada dasarnya diperoleh dari meniru,
baik berupa pembiasaan maupun pengajaran intensif.

Psikologi Agama Afifuddin 13


Jiwa Keagamaan pada Remaja
• Perkembangan agama pada remaja, menurut W.Starbuck, ditandai oleh beberapa faktor,
yaitu:
a. Pertumbuhan pikiran dan mental; Ide dan keyakinan agama diterima oleh remaja denga sikap
kritis, dan dikembangkan hingga ke persoalan budaya, sosial, ekonomi dan norma kehidupan lain.
b. Perkembangan perasaan; perasaan sosial, etis dan estetis mendorong remaja untuk menghayati
perikehidupan dalam lingkungannya. Kehidupan religius mendorongnya untuk menjadi manusia
religius pula. Sebaliknya remaja yang tidak terdidik oleh nilai-nilai agama akan lebih didominasi
oleh perasaan seksual.
c. Pertimbangan sosial; dalam kehidupan keagamaan remaja, timbul konflik antara pertimbangan
moral dan material.
d. Perkembangan moral; perkembangan ini bertolak dari rasa berdosa dan usaha untuk mencari
proteksi.
e. Sikap dan minat; faktor ini sangat tergantung pada kondisi sosial dan pembiasaan dalam
lingkungan keluarga.
f. Ibadah; remaja dalam kehidupan keberagamaan mereka cenderung memperlihatkan fluktuasi
dalam menyikapi ajaran ibadah dalam agama.

Psikologi Agama Afifuddin 14


Jiwa Keagamaan pada Orang Dewasa
• Perkembangan manusia dapat dibedakan pada tiga periode: 1) Prapubertas, 2) Pubertas,
dan 3) Adolesen (dewasa)
• Periode dewasa ditandai dengan terbentuknya kemantapan jiwa dalam semboyan: “saya
hidup dan saya tahu untuk apa.” ini menggambarkan bahwa orang dewasa sudah
memahami nilai-nilai yang dipilihnya dan berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai yang
dipilihnya.
• Sikap keberagamaan pada orang dewasa akan dipertahankan sebagai identitas dan
kepribadian mereka. Sehingga tidak jarang menimbulkan ketaatan yang berlebihan dan
menjurus kepada sikap fanatisme.
• Sikap keberagamaan seorang dewasa cenderung didasarkan atas pemilihan terhadap ajaran
agama yang dapat memberikan kepuasan batin atas pertimbangan akal sehat.
• Di antara ciri-ciri keberagamaan orang dewasa antara lain:
a. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran matang, bukan sekedar ikut-
ikutan
b. Cenderung bersikap realis, norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan dalam sikap dan
tingkah laku
c. Bersikap lebih terbuka dan wawasan lebih luas
d. Ada hubungan antara sikap keberagamaan dengan kehidupan sosial

Psikologi Agama Afifuddin 15


Agama dan Kesehatan Mental
• Dalam beberapa temuan di bidang kedokteran, ditemukan adanya hubungan yang erat antara jiwa
dan badan (psikosomatik). Jika jiwa berada dalam kondisi yang kurang normal seperti susah, cemas,
gelisah, dan sebagainya, maka badan turut menderita.
• Muhammad Mahmud Abd. Al-Qodir (ahli bio kimia) mencatat bahwa segala bentuk gejala emosi
seperti bahagia, rasa dendam, marah, takut, berani, pengecut yang ada dalam diri manusia adalah
akibat dari pengaruh persenyawaan-persenyawaan kimia hormon, di samping persenyawaan
lainnya.
• Perubahan struktur hormonal yang terlampau lama, seperti panik, takut dan sedih yang
berlangsung lama, akan timbul perubahan-perubahan kimia lain yang akan mengakibatkan
penyakit saraf yang bersifat kejiwaan.
• Hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya dengan hubungan antara agama sebagai
keyakinan dan kesehatan jiwa terletak pada sikap penyerahan diri seseorang terhadap kekuasaan
Tuhan. Sikap pasrah yang serupa itu diduga akan memberi sikap optimis pada diri seseorang
sehingga muncul perasaan positif seperti rasa bahagia, rasa senang, puas, sukses, merasa dicintai
atau rasa aman. Maka dalam kondisi demikian itu manusia dalam keadaan tenang dan normal,
dengan kata lain, berada dalam keseimbangan persenyawaan kimia dan hormon tubuh.

Psikologi Agama Afifuddin 16


Sikap dan Tingkah Laku Keagamaan
• Sikap merupakan hasil dari proses berpikir, merasa dan pemilihan motif-motif tertentu sebagai reaksi
terhadap suatu obyek.
• Mata rantai hubungan antara sikap dan tingkah laku terjalin dengan faktor penentu, yaitu motif yang
mendasari sikap. Motif sebagai tenaga pendorong arah sikap negatif atau positif yang akan terlihat dalam
tingkah laku nyata.
• Sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama.
• Sikap keagamaan merupakan integrasi secara kompleks antara pengetahuan agama, perasaan agama serta
tindak keagamaan dalam diri seseorang.
• Sikap keagamaan terbentuk oleh dua faktor, yaitu:
1. Faktor intern: bahwa manusia adalah homo religius (makhluk beragama karena manusia sudah memiliki potensi
untuk beragama
2. Faktor ekstern: bahwa manusia terdorong untuk beragama karena faktor luar dirinya, seperti rasa takut, rasa
ketergantungan dan rasa bersalah (sense of guilt)
• Dalam kehidupan manusia sebagai individu, pengaruh psikologis tersebut membentuk keyakinan dalam
dirinya dan menampakkan pola tingkah laku sebagai realisasi dari keyakinan tersebut
• Dalam kehidupan sosial, keyakinan dan pola tingkah laku tersebut mendorong manusia untuk
melahirkan norma dan pranata keagamaan sebagai pedoman dan sarana kehidupan beragama di
masyarakat

Psikologi Agama Afifuddin 17


Agama dalam Kehidupan Individu
• Agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai sistem nilai yang memuat norma-
norma tertentu. Norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan
bertingkah laku agar sejalan dengan dengan keyakinan yang dianutnya.
• Mc. Guire memandang bahwa agamalah yang sangat berperan dalam membentuk sistem
nilai dalam diri individu. Nilai adalah daya pendorong dalam hidup yang memberi makna
dan pengabsahan pada tindakan seseorang.
• Dilihat dari fungsi dan peran agama dalam kehidupan, maka pengaruh yang penting adalah
sebagai pembentuk kata hati (conscience). Kata hati , menurut Shaftesbury, suatu rasa
moral di dalam diri manusia berupa rasa benar dan salah.
• Pengaruh agama dalam kehidupan individu antara lain:
– Memberi kemantapan batin, rasa bahagia, rasa terlindung, rasa sukses dan rasa puas
– Sebagai motivasi dalam mendorong individu melakukan suatu aktivitas yang dinilai baik dan luhur
– memberi harapan bagi pelaku kebajikan. Seseorang yang melaksanakan perintah agama
umumnya karena adanya suatu harapan terhadap pengampunan atau kasis sayang dari suatu Yang
Maha Gaib (Tuhan)

Psikologi Agama Afifuddin 18


Agama dalam Kehidupan Masyarakat

• Masyarakat adalah gabungan dari kelompok individu yang terbentuk berdasarkan


tatanan sosial tertentu.
• Secara umum, agama sebagai anutan masyarakat terlihat masih berfungsi sebagai
pedoman yang dijadikan sumber untuk mengatur norma-norma kehidupan.
• Fungsi agama dalam masyarakat antara lain:
a. Berfungsi Edukatif; dalam prakteknya, ajaran agama yang terekspresi dalam perintah dan
larangan bertujuan mengarahkan bimbingan agar pribadi penganutnya menjadi baik dan
terbiasa dengan yang baik menurut ajaran agam masing-masing.
b. Berfungsi Penyelamat; manusia pastinya selalu menginginkan keselamatan. Keselamatan
yang paling luas dan mutlak adalah keselamatan yang diajarkan agama, yaitu
keselamatan yang meliputi dua alam, dunia dan akhirat
c. Berfungsi Social Control; penganut agama merasakan keterikatan batin dengan agama
yang dianutnya. Pada saat yang sama ajaran agama dianggap sebagai norma, sehingga
dalam hal ini agama dapat berfungsi sebagai pengawasan sosial secara individu maupun
kelompok

Psikologi Agama Afifuddin 19


Sikap Keagamaan yang Menyimpang

• Sikap keagamaan yang menyimpang terjadi bila sikap


seseorang terhadap kepercayaan dan keyakinan
terhadap agama yang dianutnya mengalami
perubahan.
• Perubahan sikap itu memiliki tingkat kualitas dan
intensitas yang mungkin berbeda dan bergerak
secara kontinyu dari positif melalui areal netral ke
arah negatif.

Psikologi Agama Afifuddin 20


Tingkah Laku Keagamaan Menyimpang
• Aliran Klenik
Klenik dapat diatikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan kepercayaan tentang hal-hal
yang mengandung kerahasiaan dan tidak masuk akal. Biasa disebut dengan praktek perdukunan yang
menggunakan kekuatan gaib
• Konversi Agama/Keyakinan
Konversi agama adalah suatu tindakan di mana seseorang atau sekelompok orang masuk atau
berpindah ke suatu sistem kepercayaan atau perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan
sebelumnya. Penyebabnya dapat berupa petunjuk ilahi (versi ahli agama), pengaruh sosial atau faktor
psikologis (mencari ketenangan batin)
• Konflik Agama
Masing-masing penganut agama meyakini bahwa sistem nilai yang paling tinggi dan benar adalah
sistem nilai yang bersumber dari Tuhan mereka. Maka tidak heran agama sering dijadikan “alat
pemicu” yang potensial untuk melahirkan suatu konflik. Konflik agama dapat disebabkan oleh: 1)
pengetahuan agama yang dangkal, 2) fanatisme, 3) doktrin agama yang kaku, 4) simbolisme
keagamaan, 5) sejarah, 6) berebut surga dan 5) pengaruh tokoh agama.
• Terorisme ‘atas nama agama’
Terorisme dipahami sebagai penggunaan kekerasan atau menimbulkan ketakutan dalam usaha
mencapai suatu tujuan, terutama tujuan politik. Akhir-akhir ini tindakan terorisme seringkali dikaitkan
dengan agama tertentu, khususnya Islam. Terorisme pada faktanya dilatarbelakangi adanya paham
fundamentalisme dan radikalisme dalam beragama.

Psikologi Agama Afifuddin 21

Anda mungkin juga menyukai