Anda di halaman 1dari 17

KELOMPOK 1

1. Ade Husni Ikhya Saputro (01)


2. Ana Kusuma Ayu (02)
3. Bagas Sukmoyo Aji (03)
4. Cellomiko Qabus Akram (04)
5. Clarisa Widya Putri (05)

MKTJ A MUDA
Hubungan Manusia
dengan Agama
Apa itu Agama ?

– Agama adalah fitrah “ketentuan mutlak” bagi manusia. Tanpa agama, manusia
bukan berarti apa-apa karena agama memang ditujukan bagi manusia.
– Agama memberikan penjelasan bahwa manusia adalah makhluk yang memilki
potensi untuk berahlak baik (takwa) atau buruk (fujur)
– Potensi fujur akan senantiasa eksis dalam diri manusia karena terkait dengan
aspek instink, naluriah, atau hawa nafsu, seperti naluri makan/minum, seks,
berkuasa dan rasa aman.
– Agar hawa nafsu itu terkendalikan (dalam arti pemenuhannya sesuai dengan
ajaran agama), maka potensi takwa itu harus dikembangkan, yaitu melalui
pendidikan agama dari sejak usia dini. Apabila nilai-nilai agama telah
terinternalisasi dalam diri seseorang maka dia akan mampu mengembangkan
dirinya sebagai manusia yang bertakwa, yang salah satu karakteristiknya adalah
mampu mengendalikan diri (self contor) dari pemuasan hawa nafsu yang tidak
sesuai dengan ajaran agama.
1. Apa pengertian manusia dalam
Al-Qur’an dan Humanisme?
– Penyebutan nama manusia dalam Al-Qur`an tidak hanya satu macam. Berbagai istilah
digunakan untuk menunjukkan berbagai aspek kehidupan manusia, di antaranya :
1. Dari aspek historis penciptaannya manusia disebut dengan Bani Adam
2. Dari aspek biologis kemanusiaannya disebut dengan basyar yang mencerminkan sifat-sifat
fisik, kimia, dan biologisnya
3. Dari aspek kecerdasannya disebut dengan insan yakni makhluk terbaik yang diberi akal
sehingga mampu menyerap ilmu pengetahuan
4. Dari aspek sosiologisnya disebut annas yang menunjukkan sifatnya yang berkelompok
sesama jenisnya
5. Dari aspek posisinya disebut abdun (hamba) yang menunjukkan kedudukannya sebagai
hamba Allah yang harus tunduk dan patuh kepada-Nya
Pengertian manusia dalam
Humanisme
– Manusia tidak berbeda dengan binatang dalam kaitan dengan fungsi tubuh dan
fisiologisnya. Fungsi-fungsi kebinatangan ditentukan oleh naluri, pola-pola tingkah laku
yang khas, yang pada gilirannya ditentukan oleh struktur susunan syaraf bawaan.
– Manusia menyadari bahwa dirinya sangat berbeda dari binatang apapun. Tetapi
memahami siapa sebenarnya manusia itu bukan persoalan yang mudah. Ini terbukti dari
pembahasan manusia tentang dirinya sendiri yang telah berlangsung demikian lama.
– Para ahli pikir berbeda pendapat dalam mendefinisikan manusia. Perbedaan tersebut
sebenarnya disebabkan oleh kenyataan kekuatan dan peran multidimensional yang
dimainkan manusia. Sedangkan kecenderungan para ahli pikir hanya meninjau dari sisi
yang menjadi titik pusat perhatiannya dan mengabaikan sisi yang lainya.
– Para penganut teori humanisme menyebut manusia sebagai homo ludens (manusia bermain).
Aliran ini mengecam teori psikoanalisis dan behaviorisme karena keduanya dianggap tidak
menghormati manusia sebagai manusia. Keduanya tidak dapat menjelaskan aspek eksistensi
manusia yang positif dan menentukan seperti cinta, kreatifitas, nilai, makna, dan pertumbuhan
pribadi. Menurut Humanisme manusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan, dan
mengaktualisasikan diri.
– Perdebatan mengenai siapa manusia itu dikalangan para ilmuan terus berlangsung dan tidak
menemukan satu kesepakatan yang tuntas. Manusia tetap menjadi misteri yang paling besar
dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan sampai sekarang.
Pengertian agama dan
unsur-unsur pokok agama
– Agama adalah sebuah realitas yang senantiasa melingkupi manusia. Agama muncul dalam
kehidupan manusia manusia dalam berbagai dimensi dan sejarahnya.
– Agama menurut bahasa sangsakerta, agama berarti tidak kacau (a = tidak gama = kacau).
Dengan kata lain, agama merupakan tuntunan hidup yang dapat membebaskan manusia
dari kekacauan. Didunia barat terdapat suatu istilah umum untuk pengertian agama ini,
yaitu : religi, religie, religion, yang berarti melakukan suatu perbuatan dengan penuh
penderitaan atau mati-matian, perbuatan ini berupa usaha atau sejenis peribadatan yang
dilakukan berulang-ulang.
– Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
– Dalam bahasa Al-Qur`an “din” diartikan sebagai agama. Kata din yang berasal
dari akar bahasa Arab dyn mempunyai banyak arti pokok, yaitu keberhutangan,
kepatuhan, kekuasaan bijaksana, dan kecenderungan alami atau tendensi.
Dalam keadaan seseorang mendapatkan dirinya berhutang kesimpulannya ialah
bahwa orang itu menundukkan dirinya dalam arti menyerah dan patuh kepada
hukum dan peraturan yang mengatur hutang. Demikian juga dalam artian yang
terbatas kepada yang berpiutang.
Tiga persoalan pokok agama

– Sebuah agama biasanya melingkupi tiga persoalan pokok, yaitu:


– 1. Keyakinan (credial), yaitu keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan
supranatural yang diyakini mengatur dan mencipta alam
– 2. Peribadatan (ritual), yaitu tingkah laku manusia dalam berhubungan
dengan kekuatan supranatural tersebut sebagai konsekuensi atau
pengakuan dan ketundukannya
– 3. Sistem nilai yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya
atau alam semesta yang kaitkan dengan keyakinannya tersebut.
Unsur Pokok Agama

– Menurut Leight, Keller dan Calhoun, agama terdiri dari beberapa unsur pokok :
1. Kepercayaan agama, yakni suatu prinsip yang dianggap benar tanpa ada
keraguan lagi
2. Simbol agama, yakni identitas agama yang dianut umatnya.
3. Praktik keagamaan, yakni hubungan vertikal antara manusia dengan
Tuhan-Nya, dan hubungan horizontal atau hubungan antarumat
beragama sesuai dengan ajaran agam.
4. Pengalaman keagamaan, yakni berbagai bentuk pengalaman keagamaan
yang dialami oleh penganut-penganut secara pribadi.
5. Umat beragama, yakni penganut masing-masing agama

Hubungan manusia
dengan agama
Kondisi umat islam dewasa ini semakin diperparah dengan merebaknya fenomena
kehidupan yang dapat menumbuhkembangkan sikap dan prilaku yang a moral atau
degradasi nilai-nilai keimanannya. Fenomena yang cukup berpengaruh itu adalah :
– 1. Tayangan media televisi tentang cerita yang bersifat tahayul atau
kemusrikan, dan film-film yang berbau porno.
– 2. Majalah atau tabloid yang covernya menampilkan para model yang
mengubar aurat.
– 3. Krisis ketauladanan dari para pemimpin, karena tidak sedikit dari mereka
itu justru berprilaku yang menyimpang dari nilai-nilai agama.
– 4. Krisis silaturahmi antara umat islam, mereka masih cenderung
mengedepankan kepentingan kelompoknya (partai atau organisasi) masing-
masing.
– Menurut agama Islam, manusia diciptakan di bumi untuk beribadah kepada
Allah. Selain itu, manusia diciptakan di bumi sebagai khalifah atau pemimpin di
bumi. Dengan perannya tersebut, manusia diharapkan untuk :
– Sadar sebagai mahluk individu yaitu mahluk hidup yang berfungsi sebagai
mahluk yang paling utama di antara mahluk-mahluk lain. Sebagai mahluk
utama di muka bumi, manusia diingatkan perannya sebagai khaifah dibumi dan
mahluk yang diberi derajat lebih daripada mahluk lain yang ada di bumi. Sesuai
dengan firman Allah: “Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak
Adam dan Kami angkat mereka itu melalui daratan dan lautan serta Kami beri
mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka atas kebanyakan
mahluk yang kami ciptakan (Q.S. Al-Isra: 70)
– Sadar bahwa manusia adalah mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial, manusia harus
mengadakan interelasi dan interaksi dengan sesamanya. Itulah sebabnya Islam
mengajarkan perasamaan “Berpeganglah kamu semuanya dalam tali Allah dan
janganlah kamu berpecah belah…” (Q.S. Ali Imran: 103) “Sesungguhnya semua
orang mukmin adalah bersaudara.”(Q.S. Al Hujarat: 10)
– Sadar manusia adalah hamba Allah SWT. Manusia sebagai mahluk yang
berketuhanan, memiliki sikap dan watak religius yang perlu dikembangkan.
Manusia harus selalu beribadah keapada Allah karena merupakan tugasnya untuk
beribadah kepada Allah sesauai dengan firman Allah: “(Yang memiliki sifat-sifat)
demikian itu adalah Tuhanmu, tidak ada Tuhan selain Dia, pencipta segala
sesuatu maka sembahlah Dia, dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu, Dia
tidak dapat dijangkau oleh daya penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat
segala yang kelihatan, dan Dialah Yang Maha Mengetahui.”(Q.S. Al An’aam: 102)
Agama sebagai fitrah dan
pedoman hidup manusia
– Agama dan kehidupan beragama merupakan unsur yang tak terpisahkan dari
kehidupan dan sistem budaya umat manusia. Sejak awal manusia berbudaya,
agama dan kehidupan beragama tersebut telah menggejala dalam kehidupan,
bahkan memberikan corak dan bentuk dari semua perilaku budayanya. Agama
dan perilaku keagamaan tumbuh dan berkembang dari adanya rasa
ketergantungan manusia terhadap kekuatan goib yang mereka rasakan sebagai
sumber kehidupan mereka. Mereka harus berkomunikasi untuk memohon
bantuan dan pertolongan kepada kekuatan gaib tersebut, agar mendapatkan
kehidupan yang aman, selamat dan sejahtera.
– Agama sebagai pedoman hidup manusia karena agama sangat penting bagi
kehidupan manusia sebagai petunjuk menjalani hidup didunia. Agama sebagai
pondasi dalam menghadapi lika-liku kehidupan. Manusia yang tidak memiliki
agama bagaikan hidup tanpa arah dan tujuan. Maka dari itu kita sebagai
manusia harus mempunyai keyakinan dan mempunya agama sebagai pedoman
perjalan hidup kita yang akan membawa kita ke jalan yang terang.

Kesimpulan
Manusia hakikatnya adalah makhluk biologis, psikolsogi dan sosial yang memiliki dua
predikat statusnya dihadapan Allah sebagai Hamba Allah dan fungsinya didunia
sebagai khalifah Allah, mengatur alam dan mengelolanya untuk mencapai kesejahteraan
kehidupan manusia itu sendiri dalam masyarakat dengan tetap tunduk dan patuh kepada
sunnatullah. Rasa agama dan perilaku keagamaan (agama dan kehidupan beragama)
merupakan pembawaan dari kehidupan manusia, atau dengan istilah lain merupakan “fitrah”
manusia.
TERIMASIH

Anda mungkin juga menyukai