Anda di halaman 1dari 6

RUANG LINGKUP AGAMA

Wandhana Wahyu J
S1 Keperawatan 1B

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI HUSADA
MULIA MADIUN
2022
A. Pengertian Ruang Lingkup dan Kedudukan Agama

Agama Islam mempunyai pengertian yang lebih luas dari pengertian agama pada
umumnya. Di sini, kata Islam berasal dari Bahasa Arab yang mempunyai bermacam-
macam arti, diantaranya sebagai berikut:

a. Salam yang artinya selamat, aman sentosa dan sejahtera, yaitu aturan hidup
yang dapat menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat. Kata salam terdapat
dalam al-Qur‟an Surah al-An‟am ayat 54; Surah al-A‟raf ayat 46; dan surah an-
Nahl ayat 32.
b. Aslama yang artinya menyerah atau masuk Islam, yaitu agama yang mengajarkan
penyerahan diri kepada Allah, tunduk dan taat kepada hukum Allah tanpa tawar-
menawar. Kata aslama terdapat dalam al-Qur‟an surah al-Baqarah ayat 112;
surah alImran ayat 20 dan 83; surah an-Nisa ayat125; dan surah alAn‟am ayat 14

c. Silmun yang artinya keselamatan atau perdamaian, yakni agama yang


mengajarkan hidup yang damai dan selamat.

d. Sulamun yang artinya tangga, kendaraan, yakni peraturan yang dapat


mengangkat derajat kemanusiaan yang dapat mengantarkan orang kepada
kehidupan yang bahagia.

Adapun kata Islam menurut istilah (terminologi) adalah mengacu kepada agama
yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah SWT, bukan berasal dari manusia.

Dilihat dari segi misi ajarannya, Islam adalah agama sepanjang sejarah manusia
sejak Nabi Adam As hingga Muhammad SAW., atau masa sekarang. Islam adalah agama
dari seluruh nabi dan rasul yang pernah diutus oleh Allah SWT. Islam merupakan agama
bagi Adam As., Nabi Ibrahim, Nabi Ya‟qub, Nabi Musa, Nabi Daud, Nabi Sulaiman, Nabi
Isa As., dan rasul terakhir, yaitu Nabi Muhammad SAW. Hal demikian ditegaskan dari
ayat-ayat yang terdapat di dalam al-Qur‟an.9

B. Hubungan Manusia Dengan Tuhan


Allah SWT menciptakan manusia sebaik-baiknya kejadiaan dan menganugrahkan
yang terhormat kepada manusia dibandingkan dengan mahkluk yang lainnya.
kedudukan ini ditandai dengan pemberian daya pikir,kemampuan berkreasi dan
kesadaran moral.Dalam potensi tersebut sangat memungkinkan manusia menjalankan
dua fungsi yaitu fungsi hamba dan fungsi kholifah fil ardi.

Untuk itu manusia diberi kesadaran moral yang harus selalu dirawat kalau
manusia tidak ingin terjatuh kedalam kedudukan yang sangat rendah. juga harus
dijalankan hanya dengan hati yang ikhlas dengan mengharapkan ridho dari Allah SWT
semata dengan terus melakukan ikhtiar secara optimal sedangkan mengenai hasil
sepenuhnya hanya milik Allah SWT.

Manusia Sebagai Mahluk Religius dalam kehidupannya, manusia tidak bisa


meninggalkan unsur Ketuhanan. Telah menjadi fitrah manusia yang diciptakan Tuhan
dengan tujuan untuk beribadah kepada Tuhannya. Untuk beribadah kepada Tuhan tetap
diperlukan suatu ilmu. Ilmu tersebut diperoleh melalui pendidikan. Dengan pendidikan,
manusia dapat mengenal siapa Tuhannya. Dengan pendidikan pula manusia dapat
mengerti bagaimana cara beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Melalui sebuah pendidikan yang tepat, manusia akan menjadi makhluk yang
dapat mengerti bagaimana seharusnya yang dilakukan sebagai seorang makhluk Tuhan.
Manusia dapat mengembangkan pola pikirnya untuk dapat mempelajari tanda-tanda
kebesaran Tuhan.

Manusia sebagai makhluk individu diartikan sebagai person atau perseorangan


atau sebagai diri pribadi. Manusia sebagai diri pribadi merupakan makhluk yang
diciptakan secara sempurna oleh Tuhan Yang Maha Esa. Manusia adalah makhluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia didudukkan sesuai dengan kodrat, harkat,
martabat, hak, dan kewajibannya.

1. kodrat manusia Kodrat manusia adalah keseluruhan sifat-sifat sah, kemampuan


atau bakat alami yang melekat pada manusia, yaitu manusia sebagai makhluk
pribadi sekaligus makhluk sosial ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
2. harkat manusia Harkat manusia artinya derajat manusia. Harkat manusia adalah
nilai manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
3. Martabat manusia artinya harga diri manusia. Martabat manusia adalah
kedudukan manusia yang terhormat sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha
Esa yang berakal budi sehingga manusia mendapat tempat yang tinggi dibanding
makhluk yang lain.
4. Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia sebagai
anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa, seperti hak hidup, hak milik, dan hak
kebebasan atau kemerdekaan.
5. Kewajiban manusia artinya sesuatu yang harus dikerjakan oleh manusia.
Kewajiban manusia adalah keharusan untuk melakukan sesuatu sebagai
konsekuensi manusia sebagai makhluk individu yang mempunyai hak-hak asasi.
Ditinjau dan kewajibannya, manusia berkedudukan sama, artinya tidak ada
diskriminasi dalam melaksanakan kewajiban hidupnya sehari-hari.

C. Hubungan Manusia Dengan Makhluk Lain

Hubungan Antar Makhluk Hidup Semua makhluk hidup memiliki ketergantungan


yang saling mengisi antara yang satu dengan yang lainnya. Manusia memerlukan
tumbuhan, tumbuhan memerlukan manusia. Demikian juga dengan hewan. Makhluk
hidup juga membutuhkan tanah udara, matahari sebagai pelengkap lingkungannya.
Di sekeliling kita banyak dijumpai bentuk saling ketergantungan antara manusia, hewan,
dan tumbuhan. Ayam dibutuhkan daging dan telurnya oleh manusia, ayam memakan
biji-bijian dari tumbuhan, tumbuhan dan hewan membutuhkan manusia untuk menjaga
dan memeliharanya.Makhluk Hidup dan AlamnyaDunia merupakan sebuah ekosistem.
Ekosistem adalah tempat saling memberi dan menerima antara tumbuhan, hewan, dan
lingkungan, sawah, hutan, dan lautan juga merupakan ekosistem.

manusia disebut dalam urutan yang sama dengan makhluk yang lain dan
habitatnya. Manusia mempunyai kedudukan yang setara dengan makhluk hidup yang
lain. Manusia memang merupakan penguasa alam, tetapi manusia itu juga ciptaan Allah,
artinya ia rapuh dan bergantung kepada Allah.  Mungkin saat ini banyak orang
berpendapat bahwa untuk dapat menjaga atau menata alam, maka saat ini manusia
harus memiliki otoritas terlebih dahulu. Namun yang dibicarakan adalah mengenai
menjaga alam dan bukan hanya sekedar manusia mengelola alam yang mengandalkan
pada wewenang sebagai penguasa. Manusia yang ingin menata alam dalam rangka
menyelamatkan alam, harus terlebih dahulu menyadari bahwa sebelum manusia yang
menata alam, sudah ada Tuhan yang lebih dahulu menata. Tuhan menatanya dengan
adil, sehingga penataan tersebut memperlihatkan irama yang teratur. Kita manusia yang
ditata Allah, ternyata merupakan bagian dari alam, maka dari itu dalam Mazmur 104
digambarkan bahwa habitat itu menentukan. 
Dengan demikian, kita sebagai ciptaan yang diberi mandat Allah, untuk menjaga
alam hendaknya berkomitmen untuk merawat alam ciptaan-Nya, untuk menciptakan
kedamaian dan menjaga generasi masa mendatang. Kekuasaan yang diberikan Allah
kepada manusia adalah kuasa sebagai penatalayan yang bertanggungjawab, termasuk
penggunaan atau pemanfaatan sumber daya yang ada. Suatu hal yang mustahil jika
Allah menciptakan bumi dan menyerahkan kepada manusia hanya untuk dihancurkan
atau dieksploitasi untuk memenuhi kebutuhan sekarang dengan mengorbankan
kesejahteraan atau “mengkhianati anak cucu kita” di masa mendatang.
D. Hubungan Manusia Dengan Hati Nurani

Hati nurani adalah suatu proses kognitif yang menghasilkan perasaan dan pengaitan
secara rasional berdasarkan pandangan moral atau sistem nilai seseorang. Hati nurani berbeda
dengan emosi atau pikiran yang muncul akibat persepsi indrawi atau refleks secara langsung,
seperti misalnya tanggapan sistem saraf simpatis. Dalam bahasa awam, hati nurani sering
digambarkan sebagai sesuatu yang berujung pada perasaan menyesal ketika seseorang
melakukan suatu tindakan yang bertentangan dengan nilai moral mereka. Nilai moral seorang
individu serta ketidaksesuaiannya dengan penafsiran pemikiran moral keluarga, sosial, budaya,
maupun sejarah, dipelajari dalam studi relativisme budaya dalam bidang dan praktik psikologi.
Sejauh mana peran hati nurani dalam menggerakkan penilaian moral seseorang sebelum
bertindak dan apakah penilaian moral tersebut memang atau sebaiknya didasarkan pada akal
budi, telah memercik perdebatan yang sengit antara filsafat Barat melawan teori-teori
romantisme dan gerakan reaksioner lainnya setelah berakhirnya Abad Pertengahan.

Pandangan keagamaan tentang hati nurani umumnya mengatakan bahwa hati nurani
terkait dengan suatu moralitas yang melekat dalam diri semua manusia, melekat dengan sebuah
alam semesta yang baik, atau melekat kepada pengada yang bersifat ketuhanan. Berbagai sifat
agama, yaitu sifat ritualistis, mitis, doktrinal, institusional, dan material, mungkin tidak selalu
sejalan dengan pertimbangan pengalaman, emosional, spiritual, atau kontemplatif mengenai
asal mula dan cara kerja hati nurani. [1] Pandangan sekuler atau ilmiah umumnya menyatakan
bahwa hati nurani mungkin ditentukan secara genetis, sementara subjek-subjek hati nurani
kemungkinan dipelajari atau merupakan hasil imprinting sebagai bagian dari budaya.[2]

Metafora yang biasanya digunakan untuk hati nurani adalah "suara hati", [3] sementara
Sokrates bergantung kepada sesuatu yang disebut oleh orang-orang Yunani Kuno dengan nama
"suara daimonik", yakni semacam suara hati yang menjauhkan diri (ἀποτρεπτικός, apotreptikos)
dari kesalahan dan hanya terdengar saat ia akan membuat kesalahan. [4] Hati nurani,
sebagaimana digambarkan dalam artikel di bawah ini, adalah sebuah konsep dalam hukum
nasional dan internasional,[5] semakin sering dianggap sebagai konsep yang berlaku di seluruh
dunia,[6] serta telah mendorong banyak tindakan terkenal yang dilakukan demi kebaikan
bersama.[7] Hati nurani juga merupakan topik bahasan dalam berbagai karya sastra, musik, dan
film.[8]

Anda mungkin juga menyukai