Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KONSEP MANUSIA MENURUT ISLAM


Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam

Oleh :

1. Awal
2. Rakil Aguansyah
3. Muhammad Farhan Arif

KELAS A1

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

FAKULTAS ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2021
Kata Pengantar

Segala puji senantiasa kita sampaikan kepada Allah SWT yang telah
memberikan kekuatan dan rahmat-Nya sehingga kami selaku penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konsep Manusia Menurut Islam” ini
dengan lancar.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita


Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya, karena oleh
karena beliau yang telah membawa umat dari zaman jahilia menuju zaman yang
kaya akan pengetahuan.

Tugas makalah ini disusun oleh penulis dan pihak-pihak lain yang
turut berperan dalam memberikan informasi dan pemahaman untu dicantumkan
dalam makalah ini yang diolah dengan memanfaatkan penggunaan teknologi.
Maka dari itu kami mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang
ikut berkontribusi dalam penyusunan makalah ini.

Makalah ini berisikan ilmu pengetahuan tentang konsep manusia


menurut Islam secara terperinci dengan membahasa topic terkait makhluk hidup
dan hakikat manusia yang tergolong kedalam makhluk ciptaan Allah SWT.

Selama proses penyusunan hingga penyajian makalah ini, kami selaku


penulis menyatakan permohonan maaf apabila dalam makalah ini masih bisa
didapati adanya kesalahan baik dalam informasi yang dicantumkan ataupun
penulisan. Kami juga mengharapkan adanya saran dan kritikan yang membangun,
dengan begitu kami dapat mengevaluasi dan terus berkembang di masa yang akan
datang

Akhir kata, semoga makalah yang kami susun ini dapat menambah
wawasan khusunya kepada penulis dan secara umum terhadap pembaca.

Makassar, 21 September 2021

Penulis
Dafar Isi
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Menurut syariat Islam, semua ciptaan Allah Swt. Disebut makhluk. Makhluk
adalah sebuah kata serapan dari bahasa Arab yang berarti “yang diciptakan”, sebagai lawan ata
Kholik yang memiliki arti “Pencpta.” Secara umum kata “Makhluk” merujuk pada organisme
hidup atau hal lain seperti makhluk halus dan makhluk legenda.

Menurut Islam , makhluk bukanlah sebatas organisme hidup akan tetapi semua
hal yang diciptakan termasuk alam semesta beserta isinya yang meliputi langit, bintang, bumi, air
dan segala sesuatu yang terkandung didalamnya digolongkan kedalam “Makhluk”.

“Manusia” sebagai salah satu ciptaan Allah Swt. Yang di anugerahi akal sehat
juga tergolong kedalam kategori makhluk. Sangat penting bagi manusia untuk memahami
hakikat dari dirinya sendiri, karena dengan demikian kita dapat memhami dunia tempat kita
hidup ataupun memahami diri kta sendiri. Yang mana hal tersebut dapat menjadi acuan bagi kita
untuk menentukan sikap dalam menjalani hidup mulai dari perlakuan terhadap diri sendiri,
lingkungan, dan orang-orang sekitar.

Maka dari itu untuk memahami hakikat dari penciptaan manusia maka perlu
dilakukan penelusuran terkait konsep manusia sebagai salah satu makhluk ciptaan Allan Swt.
Dalam hal ini konsep tersebut dapat kita temui dengan menjadikan Al-Qur’an dan hadits sebagai
acuan atau sumber utama. Hal ini dilakukan untuk memahami seperti apa manusia pada
hakikatnya untuk memberikan pembelajaran kepada setiap individu “mengapa” dan “untuk apa”
manusia diciptakan.

B. Rumusan Masalah
- Apa yang dimaksud makhluk?
- Apa hakikat dari manusia?
- Bagaimana Konsep manusia dalam Islam?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
- Untuk memahami konsep manusia menurut Islam agar dapat dijadikan acuan dalam
menjalani kehidupan sehari-hari.
D. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah wawasan penulis maupun
pembacanya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Manusia

Pemikiran tentang hakikat manusia, sejak zaman dahulu sampai zaman modern ini juga
belum berakhir dan tak akan berakhir. Ternyata orang menyelidiki manusia dari berbagai sudut
pandang, ada yang memandang manusia dari sudut pandang budaya disebut Antropologi
Budaya, ada juga yang memandang dari segi hakikatnya disebut Antropologi Filsafat.
Memikirkan dan membicarakan mengenai hakikat manusia inilah, yang menyebabkan orang
tidak henti-hentinya berusaha mencari jawaban yang memuaskan tentang pertanyaan yang
mendasar tentang manusia yaitu apa, bagaimana, dan kemana manusia itu nantinya. Berbicara
mengenai apa itu manusia, ada beberapa aliran yang mendasari yaitu :

1. Aliran serba zat, mengatakan bahwa yang sungguh-sungguh ada hanyalah zat atau materi.
Zat atau materi itulah hakekat dari sesuatu. Alam ini adalah materi dan manusia adalah unsur
dari alam maka dari itu hakikat dari manusia itu adalah zat atau materi.
2. Aliran serba roh, berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia ini adalah roh,
begitu juga hakikat manusia adalah roh. Adapun zat itu adalah manifestasi daripada roh di
dunia ini.
3. Aliran dualisme, mencoba untuk meyakinkan kedua aliran di atas. Aliran ini menganggap
bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua substansi yaitu jasmani dan rohani.
Kedua substansi ini masing-masing merupakan unsur asalnya, tidak tergantung satu sama
lain. Jadi badan tidak berasal dari roh, juga sebaliknya. Hanya dalam perwujudannya
manusia itu ada dua, jasad dan roh, yang keduanya berintegrasi membentuk yang disebut
manusia.
4. Aliran eksistensialisme, yang memandang manusia secara menyeluruh, artinya aliran ini
memandang manusia tidak dari sudut zat atau serba roh atau dualisme, tetapi memandangnya
dari segi eksistensi manusia itu sendiri yaitu cara beradanya manusia itu sendiri di dunia ini.

Dari keempat aliran tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hakikat manusia yang
sebenarnya adalah sesuatu yang melatar belakangi keberadaanya di dunia ini sebagai manusia
yang terdiri dari jasmani dan rohani. Sedangkan dalam Islam sendiri, hakikat manusia didasarkan
pada apa yang diterangkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunah, atau melalui pengenalan asal
kejadian manusia itu sendiri. Hakikat manusia dalam Islam merupakan suatu keberadaan yang
mendasari diciptakannya manusia yang telah diberi amanat untuk mengatur bumi (Khalifah)
yaitu untuk mengabdi atau beribadah kepada Allah SWT sebagaimana firman Allah SWT dalam
Q.S.Adh-Dhariyat [51:56] yang artinya “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”

Hakikat manusia sebagai makhluk yang mulia ciptaan Allah memberikan makna bahwa
penciptaan merupakan pihak penentu dan yang diciptakan adalah pihak yang ditentukan, baik
mengenai kondisi maupun makna penciptaannya. Manusia tidak mempunya peranan apapun
dalam proses dan hasil penciptaan dirinya. Oleh karena itu ketidakmampuan manusia itu
merupakan peringatan bagi manusia. Seperti halnya manusia tidak ikut menentukan atau memilih
orang tuanya, suku atau bangsa dan lain-lain. Oleh karenanya manusia harus menyadari atas
ketentuan – ketentuan yang telah diberikan oleh Allah SWT. Sebagai makhluk yang mulia,
manusia dapat dilihat dari beberapa hal diantaranya :
1. Manusia adalah makhluk yang keberadaanya di dunia ini untuk mengadakan sesuatu, artinya
seorang manusia mempunyai tugas bekerja dalam hidupnya.
2. Manusia ada untuk berbuat yang baik dan membahagiakan manusia, artinya manusia ada
untuk mengadakan sesuatu yang benar serta bermanfaat, dari sanalah muncul segala bentuk
karya manusia meliputi kreatifitas dan dinamika di dalam kehidupanya.
3. Manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan dalam hidup, artinya kebebasan manusia
nampak melalui aneka kreasi dalam segala segi kehidupan dan melalui kebebasan itulah
muncul berbagai kegiatan.
4. Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab. Dalam diri manusia ada kesadaran untuk
mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan dalam hidupnya. Misalnya dalam salah satu
wujud kesadaran religius, bahwa manusia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya
pada ilahi.
5. Manusia adalah makhluk yang mempunyai keterbatasan, walaupun manusia adalah makhluk
mulia.
Kelima hal tersebut merupakan perincian dari kehidupan manusia dalam islam sebagai makhluk
yang istimewa.
B. Eksistensi dan Martabat Manusia

Manusia perlu mengenal dan memahami hakikat dirinya sendiri agar mampu
mewujudkan eksistensi yang ada dalam dirinya. Pemahaman dalam hidup akan mengantar
manusia pada kesediaan untuk mencari makna serta arti kehidupan agar hidupnya tidak sia-sia.
Eksistensi manusia di dunia merupakan tanda kekuasaan Allah SWT terhadap hamba-hamba-
Nya, bahwa Dialah yang menciptakan, menghidupkan dan menjaga kehidupan manusia. Dengan
demikian, tujuan diciptakannya manusia dalam konteks hubungan manusia dengan Allah SWT
adalah dengan mengimani Allah SWT serta memikirkan ciptaan-Nya untuk menambah keimanan
dan ketakwaan kepada Allah SWT. Sedangkan dalam konteks hubungan manusia dengan
manusia serta manusia dengan alam adalah untuk berbuat amal, yaitu perbuatan baik dan tidak
melakukan kejahatan terhadap sesama manusia, serta tidak merusak alam. Terkait dengan tujuan
hidup manusia dengan manusia lain dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Tujuan Umum Adanya Manusia di Dunia

Dalam Q.S. Al-Anbiya [21:107] yang artinya “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan
untuk Rahmat bagi semesta alam” Ayat ini menerangkan tujuan manusia diciptakan oleh Allah
SWT dan berada didunia ini adalah untuk menjadi rahmat bagi alam semesta. Arti kata rahmat
adalah karunia, kasih sayang dan belas kasih. Jadi manusia sebagai rahmat merupakan manusia
yang diciptakan oleh Allah SWT untuk menebar dan memberikan kasih saying kepada alam
semesta.  

2. Tujuan Khusus Adanya Manusia di Dunia

Tujuan khusus adanya manusia di dunia adalah sukses dunia dan akhirat dengan cara
melaksanakan amal shaleh yang merupakan investasi pribadi manusia sebagai individu. Allah
berfirman dalam Q.S. An-Nahl ayat [16:97] yang artinya “Barang siapa mengerjakan amal
shaleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya Allah
SWT akan memberikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan diberi balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dengan apa yang telah mereka kerjakan”. 

3. Tujuan Individu dalam Keluarga

Manusia di dunia tidak hidup sendirian. Manusia merupakan makhluk sosial yang mempunyai
sifat hidup berkelompok dan saling membutuhkan satu sama lain.. Hampir semua manusia, pada
awalnya merupakan bagian dari anggota kelompok sosial yang dinamakan keluarga. Dalam ilmu
komunukasi dan sosiologi, keluarga merupakan bagian dari klasifikasi kelompok sosial dan
termasuk dalam small group atau kelompok terkecil karena paling sedikit anggotanya. Namun
keberadaan keluarga sangat penting karena merupakan bentuk khusus dalam kerangka sistem
sosial secara keseluruhan. Small group seolah-olah merupakan miniatur masyarakat yang juga
memiliki pembagian kerja, kode etik pemerintahan, prestige, ideologi, dan sebagainya. Dalam
kaitannya dengan tujuan individu dalam keluarga adalah agar individu tersebut menemukan
ketentraman, kebahagiaan dan membentuk keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah. Manusia
diciptakan berpasang-pasangan. Oleh sebab itu, wajar bagi manusia baik laki-laki dan
perempuan membentuk keluarga.

Tujuan manusia berkeluraga menurut Q.S. Ar-Rum [30:21] yang artinya "Dan  diantara tanda-
tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya
kamu merasa tentram, dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih sayang . Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaaum yang mau berfikir."

Tujuan hidup berkeluarga dari setiap manusia supaya tentram. Untuk menjadi keluarga yang
tentram, Allah SWT memberikan rasa kasih sayang. Oleh sebab itu, dalam kelurga harus
dibangun rasa kasih sayang satu sama lain.  

4. Tujuan Individu dalam Masyarakat

Setelah hidup berkeluarga, manusia mempunyai kebutuhan untuk bermasyarakat. Tujuan hidup
bermasyarakat yaitu mencari keberkahan yang melimpah dalam hidup. Kecukupan kebutuhan
hidup ini menyangkut kebutuhan fisik seperti perumahan, makan, pakaian, kebutuhan sosial
(bertetangga), kebutuhan rasa aman, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut dapat mudah diperoleh apabila masyarakat beriman dan bertakwa. Apabila masyarakat
tidak beriman dan bertakwa, maka Allah akan memberikan siksa dan jauh dari keberkahan. Oleh
sebab itu, apabila dalam suatu masyarakat ingin hidup damai dan serba kecukupan, maka kita
harus mengajak setiap anggota masyarakat untuk memelihara iman dan takwa. Allah berfirman
dalam Q.S. Al-A’raf [7:96] yang artinya“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi
mereka mendustakan itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”.

Pada dasarnya manusia memiliki dua hasrat atau keinginan pokok, yaitu:

a. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya yaitu masyarakat.


b. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam di sekelilingnya.
5. Tujuan Individu dalam Bernegara

Sebagai makhluk hidup yang selalu ingin berkembang untuk menemukan jati diri sebagai pribadi
yang utuh, maka manusia harus hidup bermasyarakat/bersentuhan dengan dunia sosial. Lebih
dari itu manusia sebagai individu dari masyarakat memiliki jangkauan yang lebih luas lagi yakni
dalam kehidupan bernegara. Maka, tujuan individu dalam bernegara adalah menjadi warga
negara yang baik di dalam lingkungan negara untuk mewujudkan negara yang aman, nyaman
serta makmur.

6. Tujuan Individu dalam Pergaulan Internasional

Setelah kehidupan bernegara, tidak dapat terlepas dari kehidupan internasional/dunia luar. Dalam
era globalisasi, kita sebagai makhluk hidup yang ingin tetap eksis, maka kita harus bersaing
dengan ketat untuk menemukan jati diri serta pengembangan kepribadian. Jadi tujuan individu
dalam pergaulan internasional adalah menjadi individu yang saling membantu dalam kebaikan
dan individu yang dapat membedakan mana yang baik dan buruk dalam dunia globalisasi agar
tidak kalah dan terlena dengan indahnya dunia.

C. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah dan Khalifatullah

Manusia diturunkan ke bumi ini bukanlah hanya sebagai penghias atau pelengkap di
bumi semata, tetapi manusia sesungguhnya mempunyai kedudukan, peran, dan tugas yang telah
melekat padanya yang terbawa sejak ia lahir ke dunia.
Manusia telah dipilih oleh Allah untuk melaksanakan tanggung jawab sebagai hamba
Allah dan seorang khalifah di bumi,karena manusia merupakan makhluk yang paling istimewa
dibanding dengan makhluk-makhluk yang lainnya. Mereka dipilih untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan yang ada dengan cara mereka sendiri dan tanpa melepas tanggung jawab.

1. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah

Ayat Al-Qur’an menyebutkan bahwa manusia merupakan makhluk yang diciptakan oleh
Allah dari tanah, kemudian berkembang biak melalui sperma dan ovum dalam suatu ikatan
pernikahan yang suci serta proses biologis produktivitas manusia (Q.S Al- Mukminun:12-16)
Dalam konteks ini, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Bahwasanya seseorang kamu
dihimpunkan kejadiannya di dalam perut ibu selama 40 hari, kemudian berupa segumpal darah
seperti itu pula lamanya, kemudian berupa segumpal daging seperti itu pula lamanya. Kemudian
Allah mengutus seorang malaikat, maka diperintahkan kepada malaikat: engkau tuliskanlah
amalannya, rezekinya, ajalnya, dan celaka atau bahagianya. Kemudian ditiupkanlah roh kepada
makhluk tersebut" (HR. Bukhari).20

Kesadaran bahwa manusia hidup di dunia sebagai makhluk ciptaan Allah dapat
menumbuhkan sikap andap asor dan mawas diri bahwa dirinya bukanlah Tuhan. Oleh sebab itu,
ia melihat sesama manusia sebagai sesama makhluk, tidak ada perhambaan antar manusia. Jadi,
seorang istri tidak menghamba pada suami, seorang pegawai tidak menghamba pada pengusaha,
dan seorang rakyat tidak menghamba pada pemerintah. Bagi manusia, yang patut menerima
perhambaan dari manusia tak lain adalah Allah. Allah tidak menciptakan manusia selain untuk
menghamba atau beribadah kepada-Nya (Q.S. Adz-Dzariyat:56). Segala yang ada di langit dan
bumi, baik dengan suka maupun terpaksa, sesungguhnya pun berserah diri kepada Allah (Q.S.
Ali Imran:83). Oleh karena itu, tidak berlaku konsep manusia sebagai homo homoni lopus atau
manusia sebagai pemangsa bagi manusia yang lain. Tidak ada keistimewaan antara satu manusia
dengan manusia lain kecuali taqwanya kepada Allah. Eksistensi manusia bukan untuk menjadi
yang terkuat (struggle for the strongest and the fittest), melainkan untuk menjadi yang paling
bijak (struggle for the wisest).

Sebagai hamba Allah, manusia memikul tanggung jawab pribadi, orang yang berdosa
tidak akan memikul dosa orang lain (Q.S. Al-An'am:164) dan pada hari kiamat nanti mereka
datang kepada Allah dengan sendiri-sendiri (Q.S. Maryam:95). Ini membuktikan bahwa manusia
sebagai hamba Allah memiliki kebebasan individual atas dirinya sendiri namun tetap
bertanggung jawab atas lingkungan sekitarnya.

2. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah di Muka Bumi


Khalifah berasal dari kata “khalafa” yang berarti mengganti. Khalifah diartikan pengganti
karena ia menggantikan yang didepannya. Dalam bahasa Arab, kalimat “Allah menjadi khalifah
bagimu” berarti Allah menjadi pengganti bagimu dari orang tuamu yang meninggal. Allah
menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi berarti Allah menyerahkan pengolahan dan
pemakmuran bumi bukan secara mutlak kepada manusia. Di samping arti ini khalifah juga
menunjukan arti pemimpin negara atau kaum. Kata khalifah dengan arti pemimpin terdapat
dalam Q.S. Shad [38 :26] dimana Allah mengangkat Nabi Daud As. sebagai khalifah di bumi
untuk memimpin manusia dengan adil dan tidak mengikuti hawa nafsu.
Allah SWT. Memberikan anugerah-Nya kepada Bani Adam sebagai makhluk yang paling
mulia; mereka disebutkan di kalangan makhluk yang tertinggi yaitu para malaikat, sebelum
mereka di ciptakan. Untuk itu, Allah Swt berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah [2:30] yang artinya
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah”. Arti khalifah pada Q.S. Shad [38:26] bertugas
untuk menegakkan hukum Allah di bumi dan menciptakan kemaslahatan manusia sedangkan arti
khalifah pada Q.S. Al-Baqarah [2:30] bertugas untuk memakmurkan dan mengelola bumi.
Setiap kebajikan yang dilakukan manusia atas kehendak dan pilihannya itu merupakan
kemuliaan, malaikat yang bertabiat tunduk tidak dapat mencapai kemuliaan itu. Untuk itu ada
dua argumentasi manusia dijadikan khalifah di muka bumi, yang dapat dikemukakan yaitu :
a. Kemuliaan manusia pertama (Nabi Adam As) yang dapat digambarkan adanya perintah
Allah, supaya malaikat bersujud kepada Nabi Adam As. karena kekhususan Nabi Adam As.
yang memiliki ilmu pengetahuan, yang berbeda dengan ilmu pengetahuan malaikat yang
tidak memungkinkan karena dari usaha sendiri sesuai firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah
[2:32] yang artinya “Mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui
selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana."
b. Kekhalifahan Nabi Adam As. di muka bumi ini adalah karena mempunyai kemungkinan
untuk dibebani amanat kemanusiaan, serta pertanggungjawaban dari amal usahanya, serta
rentetan-rentetan cobaan, berbeda dengan malaikat yang ditakdirkan dengan patuh dan bebas
dari godaan-godaan.

Ayat-ayat Al-Qur'an yang menerangkan tentang khalifah selalu berkaitan dengan tugas-tugas dan
tanggung jawab. Hal ini memberikan suatu peringatan serta pelajaran kepada manusia sebagai
khalifah agar mereka melihat dan memandang keadaan sebelum mereka sendiri serta apa yang
harus mereka lakukan sebagai khalifah sebab semua perbuatan yang dilakukan akan ada
pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA

IMM Tarbiyah. 2011. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khilafah di


http://immdakwahpwt.blogspot.com/2011/09/babI-pendahuluan-manusiaadalah-makhluk.html
(diakses 3 April 2019)

Sayyida Ulya. 2014. Eksistensi dan Martabat Manusia di


https://saydaulya.blogspot.com/2014/12/makalah-eksistensi-dan-martabat-manusia.html
(diakses 27 Maret 2019)

Prasasti Lia. 2016. Eksistensi dan Martabat Manusia – Agama Islam di


http://lhialicious.blogspot.com/2016/03/eksistensi-dan-martabat-manusia-agama.html
(diakses 27 Maret 2019)

Finastri Annisa. 2016. Konsep Manusia dalam Islam di


https://dalamislam.com/info-islami/konsep-manusia-dalam-islam
(diakses 2 April 2019)

Anda mungkin juga menyukai