Anda di halaman 1dari 148

MAKALAH

HAKEKAT MANUSIA MENURUT ISLAM


“Hakekat, Eksistensi Dan Martabat Manusia”

Oleh Kelompok 10 :
Evi Mariska
Fikri Maulana
Rahwal
Muh. Nur. Iqban

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA BANGSA MAJENE
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
yang dengan rahmat dan petunjuk-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul "Hakekat Manusia Menurut Islam". Shalawat dan salam senantiasa
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, utusan Allah yang diutus untuk memberikan
petunjuk kepada umat manusia.

Makalah ini merupakan hasil pemahaman penulis tentang konsep hakekat


manusia dalam perspektif Islam, sebuah agama yang tidak hanya memberikan
tuntunan dalam ibadah semata, tetapi juga memberikan pedoman hidup yang
komprehensif. Dalam kaitannya dengan manusia, Islam menyajikan pandangan yang
mendalam dan holistik tentang hakikat keberadaan manusia, perannya di dunia, dan
tujuan hidupnya.

Penulis menyadari bahwa pemahaman terhadap hakekat manusia adalah


landasan penting dalam menjalani kehidupan. Oleh karena itu, makalah ini bertujuan
untuk memberikan gambaran yang komprehensif mengenai bagaimana Islam
memandang dan memahami hakikat manusia. Penulis berusaha menggali ajaran-
ajaran Al-Qur'an dan Hadis sebagai sumber utama dalam membahas tema ini, serta
merangkum pemikiran para ulama yang telah mendalaminya.

Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat menjadi kontribusi kecil dalam
upaya kita untuk lebih memahami esensi keberadaan manusia menurut ajaran Islam.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk-Nya kepada kita semua. Amin.

Penulis

1
DARTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DARTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................3
A. Latar Belakang................................................................................................3
B. Tujuan..............................................................................................................4
C. Metode Penulisan............................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN...............................................................................................5
A. Konsep Manusia..............................................................................................5
B. Eksistensi dan Martabat Manusia....................................................................7
C. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah dan Khalifatullah.............11
BAB 3 PENUTUP......................................................................................................15
A. Kesimpulan....................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................16

2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemahaman akan hakekat manusia menurut perspektif Islam menjadi
suatu kebutuhan yang mendesak di tengah dinamika zaman yang terus
berkembang. Dalam konteks globalisasi dan perubahan sosial yang pesat,
manusia dihadapkan pada berbagai tantangan yang menguji esensi
keberadaannya. Oleh karena itu, penelitian mengenai konsep hakekat manusia
dalam Islam menjadi relevan untuk memberikan landasan spiritual dan moral
dalam menjalani kehidupan.

Islam, sebagai agama yang bersifat universal, menyuguhkan pandangan


holistik terhadap hakikat manusia. Kajian ini diperlukan untuk memberikan
pemahaman yang lebih mendalam terhadap visi Islam terhadap manusia, sebagai
makhluk yang memiliki dimensi spiritual, akal, dan sosial. Pemahaman ini
dianggap sebagai fondasi penting dalam membentuk karakter dan moralitas
individu, serta masyarakat secara keseluruhan.

Melalui pemahaman terhadap latar belakang ajaran Islam mengenai


manusia, kita dapat memahami bagaimana agama ini memberikan petunjuk
dalam menanggapi berbagai isu kontemporer, seperti hak asasi manusia,
pluralisme, dan tantangan moral lainnya. Pemahaman ini juga dapat memberikan
sumbangan positif terhadap dialog antarbudaya, mengingat Islam memiliki nilai-
nilai universal yang dapat diapresiasi oleh seluruh umat manusia.

Selain itu, perlu diakui bahwa pemahaman terhadap hakekat manusia


menurut Islam tidak hanya bermanfaat bagi umat Islam sendiri, tetapi juga bagi
masyarakat luas yang ingin memahami landasan nilai dan etika yang menjadi
pijakan ajaran ini. Oleh karena itu, makalah ini disusun dengan tujuan untuk

3
memberikan kontribusi pemikiran dan pemahaman yang lebih mendalam
mengenai hakekat manusia dalam Islam.

Seiring dengan itu, pembahasan mengenai latar belakang ini diharapkan


dapat memberikan konteks yang memadai sebelum kita memasuki telaah lebih
lanjut tentang konsep hakekat manusia menurut perspektif Islam. Dengan
pemahaman yang mendalam terhadap latar belakang ini, diharapkan kita dapat
lebih mengapresiasi kekayaan spiritual dan intelektual yang terkandung dalam
ajaran Islam tentang manusia.

B. Tujuan
1. Dapat Memberikan Pemahaman mengenai pengertian dan konsep manusia
dalam pandangan islam
2. Dapat Memberikan Pemahaman mengenai eksistensi dan martabat manusia
dalam pandangan islam
3. Dapat Memberikan Pemahaman mengenai tanggung jawab manusia sebagai
hamba Allah dan khalifah di muka bumi

C. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan
menggunakan metode pustaka yaitu berupa mencari dan mengumpulkan
beberapa sumber dari internet dan jurnal yang mengenai informasi seputar
konsep manusia dalam pandangan islam.

4
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Konsep Manusia
Pemikiran tentang hakikat manusia, sejak zaman dahulu sampai zaman
modern ini juga belum berakhir dan tak akan berakhir. Ternyata orang
menyelidiki manusia dari berbagai sudut pandang, ada yang memandang manusia
dari sudut pandang budaya disebut Antropologi Budaya, ada juga yang
memandang dari segi hakikatnya disebut Antropologi Filsafat. Memikirkan dan
membicarakan mengenai hakikat manusia inilah, yang menyebabkan orang tidak
henti-hentinya berusaha mencari jawaban yang memuaskan tentang pertanyaan
yang mendasar tentang manusia yaitu apa, bagaimana, dan kemana manusia itu
nantinya. Berbicara mengenai apa itu manusia, ada beberapa aliran yang
mendasari yaitu :

1. Aliran serba zat, mengatakan bahwa yang sungguh-sungguh ada hanyalah zat
atau materi. Zat atau materi itulah hakekat dari sesuatu. Alam ini adalah
materi dan manusia adalah unsur dari alam maka dari itu hakikat dari manusia
itu adalah zat atau materi.
2. Aliran serba roh, berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia
ini adalah roh, begitu juga hakikat manusia adalah roh. Adapun zat itu adalah
manifestasi daripada roh di dunia ini.
3. Aliran dualisme, mencoba untuk meyakinkan kedua aliran di atas. Aliran ini
menganggap bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua substansi
yaitu jasmani dan rohani. Kedua substansi ini masing-masing merupakan
unsur asalnya, tidak tergantung satu sama lain. Jadi badan tidak berasal dari
roh, juga sebaliknya. Hanya dalam perwujudannya manusia itu ada dua, jasad
dan roh, yang keduanya berintegrasi membentuk yang disebut manusia.
4. Aliran eksistensialisme, yang memandang manusia secara menyeluruh,
artinya aliran ini memandang manusia tidak dari sudut zat atau serba roh atau

5
dualisme, tetapi memandangnya dari segi eksistensi manusia itu sendiri yaitu
cara beradanya manusia itu sendiri di dunia ini.

Dari keempat aliran tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hakikat
manusia yang sebenarnya adalah sesuatu yang melatar belakangi keberadaanya di
dunia ini sebagai manusia yang terdiri dari jasmani dan rohani. Sedangkan dalam
Islam sendiri, hakikat manusia didasarkan pada apa yang diterangkan dalam Al-
Qur’an dan As-Sunah, atau melalui pengenalan asal kejadian manusia itu sendiri.
Hakikat manusia dalam Islam merupakan suatu keberadaan yang mendasari
diciptakannya manusia yang telah diberi amanat untuk mengatur bumi (Khalifah)
yaitu untuk mengabdi atau beribadah kepada Allah SWT sebagaimana firman
Allah SWT dalam Q.S.Adh-Dhariyat [51:56] yang artinya “Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”

Hakikat manusia sebagai makhluk yang mulia ciptaan Allah memberikan


makna bahwa penciptaan merupakan pihak penentu dan yang diciptakan adalah
pihak yang ditentukan, baik mengenai kondisi maupun makna penciptaannya.
Manusia tidak mempunya peranan apapun dalam proses dan hasil penciptaan
dirinya. Oleh karena itu ketidakmampuan manusia itu merupakan peringatan bagi
manusia. Seperti halnya manusia tidak ikut menentukan atau memilih orang
tuanya, suku atau bangsa dan lain-lain. Oleh karenanya manusia harus menyadari
atas ketentuan – ketentuan yang telah diberikan oleh Allah SWT. Sebagai
makhluk yang mulia, manusia dapat dilihat dari beberapa hal diantaranya :
1. Manusia adalah makhluk yang keberadaanya di dunia ini untuk mengadakan
sesuatu, artinya seorang manusia mempunyai tugas bekerja dalam hidupnya.
2. Manusia ada untuk berbuat yang baik dan membahagiakan manusia, artinya
manusia ada untuk mengadakan sesuatu yang benar serta bermanfaat, dari

6
sanalah muncul segala bentuk karya manusia meliputi kreatifitas dan
dinamika di dalam kehidupanya.
3. Manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan dalam hidup, artinya
kebebasan manusia nampak melalui aneka kreasi dalam segala segi kehidupan
dan melalui kebebasan itulah muncul berbagai kegiatan.
4. Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab. Dalam diri manusia ada
kesadaran untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan dalam
hidupnya. Misalnya dalam salah satu wujud kesadaran religius, bahwa
manusia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya pada ilahi.
5. Manusia adalah makhluk yang mempunyai keterbatasan, walaupun manusia
adalah makhluk mulia.
Kelima hal tersebut merupakan perincian dari kehidupan manusia dalam islam
sebagai makhluk yang istimewa.

B. Eksistensi dan Martabat Manusia


Manusia perlu mengenal dan memahami hakikat dirinya sendiri agar
mampu mewujudkan eksistensi yang ada dalam dirinya. Pemahaman dalam hidup
akan mengantar manusia pada kesediaan untuk mencari makna serta arti
kehidupan agar hidupnya tidak sia-sia. Eksistensi manusia di dunia merupakan
tanda kekuasaan Allah SWT terhadap hamba-hamba-Nya, bahwa Dialah yang
menciptakan, menghidupkan dan menjaga kehidupan manusia. Dengan demikian,
tujuan diciptakannya manusia dalam konteks hubungan manusia dengan Allah
SWT adalah dengan mengimani Allah SWT serta memikirkan ciptaan-Nya untuk
menambah keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Sedangkan dalam
konteks hubungan manusia dengan manusia serta manusia dengan alam adalah
untuk berbuat amal, yaitu perbuatan baik dan tidak melakukan kejahatan terhadap
sesama manusia, serta tidak merusak alam. Terkait dengan tujuan hidup manusia
dengan manusia lain dapat dijelaskan sebagai berikut :

7
1. Tujuan Umum Adanya Manusia di Dunia

Dalam Q.S. Al-Anbiya [21:107] yang artinya “Dan tiadalah kami


mengutus kamu, melainkan untuk Rahmat bagi semesta alam” Ayat ini
menerangkan tujuan manusia diciptakan oleh Allah SWT dan berada
didunia ini adalah untuk menjadi rahmat bagi alam semesta. Arti kata
rahmat adalah karunia, kasih sayang dan belas kasih. Jadi manusia sebagai
rahmat merupakan manusia yang diciptakan oleh Allah SWT untuk
menebar dan memberikan kasih saying kepada alam semesta.

2. Tujuan Khusus Adanya Manusia di Dunia


Tujuan khusus adanya manusia di dunia adalah sukses dunia dan akhirat
dengan cara melaksanakan amal shaleh yang merupakan investasi pribadi
manusia sebagai individu. Allah berfirman dalam Q.S. An-Nahl ayat
[16:97] yang artinya “Barang siapa mengerjakan amal shaleh baik laki-
laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya
Allah SWT akan memberikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan
diberi balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dengan apa
yang telah mereka kerjakan”.
3. Tujuan Individu dalam Keluarga
Manusia di dunia tidak hidup sendirian. Manusia merupakan makhluk
sosial yang mempunyai sifat hidup berkelompok dan saling membutuhkan
satu sama lain.. Hampir semua manusia, pada awalnya merupakan bagian
dari anggota kelompok sosial yang dinamakan keluarga. Dalam ilmu
komunukasi dan sosiologi, keluarga merupakan bagian dari klasifikasi
kelompok sosial dan termasuk dalam small group atau kelompok terkecil
karena paling sedikit anggotanya. Namun keberadaan keluarga sangat
penting karena merupakan bentuk khusus dalam kerangka sistem sosial
secara keseluruhan. Small group seolah-olah merupakan miniatur
masyarakat yang juga memiliki pembagian kerja, kode etik pemerintahan,

8
prestige, ideologi, dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan tujuan
individu dalam keluarga adalah agar individu tersebut menemukan
ketentraman, kebahagiaan dan membentuk keluarga sakinah, mawaddah
dan warahmah. Manusia diciptakan berpasang-pasangan. Oleh sebab itu,
wajar bagi manusia baik laki-laki dan perempuan membentuk keluarga.
Tujuan manusia berkeluraga menurut Q.S. Ar-Rum [30:21] yang artinya
"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tentram, dan
dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih sayang . Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaaum yang
mau berfikir."
Tujuan hidup berkeluarga dari setiap manusia supaya tentram. Untuk
menjadi keluarga yang tentram, Allah SWT memberikan rasa kasih
sayang. Oleh sebab itu, dalam kelurga harus dibangun rasa kasih sayang
satu sama lain.
4. Tujuan Individu dalam Masyarakat
Setelah hidup berkeluarga, manusia mempunyai kebutuhan untuk
bermasyarakat. Tujuan hidup bermasyarakat yaitu mencari keberkahan
yang melimpah dalam hidup. Kecukupan kebutuhan hidup ini menyangkut
kebutuhan fisik seperti perumahan, makan, pakaian, kebutuhan sosial
(bertetangga), kebutuhan rasa aman, dan kebutuhan aktualisasi
diri. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat mudah diperoleh apabila
masyarakat beriman dan bertakwa. Apabila masyarakat tidak beriman dan
bertakwa, maka Allah akan memberikan siksa dan jauh dari keberkahan.
Oleh sebab itu, apabila dalam suatu masyarakat ingin hidup damai dan
serba kecukupan, maka kita harus mengajak setiap anggota masyarakat
untuk memelihara iman dan takwa. Allah berfirman dalam Q.S. Al-A’raf
[7:96] yang artinya“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman
dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah

9
dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan itu, maka Kami siksa
mereka disebabkan perbuatannya”.
Pada dasarnya manusia memiliki dua hasrat atau keinginan pokok, yaitu:
a. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di
sekelilingnya yaitu masyarakat.
b. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam di sekelilingnya.
5. Tujuan Individu dalam Bernegara
Sebagai makhluk hidup yang selalu ingin berkembang untuk menemukan
jati diri sebagai pribadi yang utuh, maka manusia harus hidup
bermasyarakat/bersentuhan dengan dunia sosial. Lebih dari itu manusia
sebagai individu dari masyarakat memiliki jangkauan yang lebih luas lagi
yakni dalam kehidupan bernegara. Maka, tujuan individu dalam bernegara
adalah menjadi warga negara yang baik di dalam lingkungan negara untuk
mewujudkan negara yang aman, nyaman serta makmur.
6. Tujuan Individu dalam Pergaulan Internasional
Setelah kehidupan bernegara, tidak dapat terlepas dari kehidupan
internasional/dunia luar. Dalam era globalisasi, kita sebagai makhluk
hidup yang ingin tetap eksis, maka kita harus bersaing dengan ketat untuk
menemukan jati diri serta pengembangan kepribadian. Jadi tujuan individu
dalam pergaulan internasional adalah menjadi individu yang saling
membantu dalam kebaikan dan individu yang dapat membedakan mana
yang baik dan buruk dalam dunia globalisasi agar tidak kalah dan terlena
dengan indahnya dunia.

10
C. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah dan Khalifatullah
Manusia diturunkan ke bumi ini bukanlah hanya sebagai penghias atau
pelengkap di bumi semata, tetapi manusia sesungguhnya mempunyai kedudukan,
peran, dan tugas yang telah melekat padanya yang terbawa sejak ia lahir ke dunia.

Manusia telah dipilih oleh Allah untuk melaksanakan tanggung jawab


sebagai hamba Allah dan seorang khalifah di bumi,karena manusia merupakan
makhluk yang paling istimewa dibanding dengan makhluk-makhluk yang lainnya.
Mereka dipilih untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada dengan cara
mereka sendiri dan tanpa melepas tanggung jawab.

1. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah


Ayat Al-Qur’an menyebutkan bahwa manusia merupakan makhluk
yang diciptakan oleh Allah dari tanah, kemudian berkembang biak melalui
sperma dan ovum dalam suatu ikatan pernikahan yang suci serta proses
biologis produktivitas manusia (Q.S Al- Mukminun:12-16) Dalam konteks
ini, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Bahwasanya seseorang kamu
dihimpunkan kejadiannya di dalam perut ibu selama 40 hari, kemudian berupa
segumpal darah seperti itu pula lamanya, kemudian berupa segumpal daging
seperti itu pula lamanya. Kemudian Allah mengutus seorang malaikat, maka
diperintahkan kepada malaikat: engkau tuliskanlah amalannya, rezekinya,
ajalnya, dan celaka atau bahagianya. Kemudian ditiupkanlah roh kepada
makhluk tersebut" (HR. Bukhari).20
Kesadaran bahwa manusia hidup di dunia sebagai makhluk ciptaan
Allah dapat menumbuhkan sikap andap asor dan mawas diri bahwa dirinya
bukanlah Tuhan. Oleh sebab itu, ia melihat sesama manusia sebagai sesama
makhluk, tidak ada perhambaan antar manusia. Jadi, seorang istri tidak
menghamba pada suami, seorang pegawai tidak menghamba pada pengusaha,
dan seorang rakyat tidak menghamba pada pemerintah. Bagi manusia, yang
patut menerima perhambaan dari manusia tak lain adalah Allah. Allah tidak

11
menciptakan manusia selain untuk menghamba atau beribadah kepada-Nya
(Q.S. Adz-Dzariyat:56). Segala yang ada di langit dan bumi, baik dengan suka
maupun terpaksa, sesungguhnya pun berserah diri kepada Allah (Q.S. Ali
Imran:83). Oleh karena itu, tidak berlaku konsep manusia sebagai homo
homoni lopus atau manusia sebagai pemangsa bagi manusia yang lain. Tidak
ada keistimewaan antara satu manusia dengan manusia lain kecuali taqwanya
kepada Allah. Eksistensi manusia bukan untuk menjadi yang terkuat (struggle
for the strongest and the fittest), melainkan untuk menjadi yang paling bijak
(struggle for the wisest).
Sebagai hamba Allah, manusia memikul tanggung jawab pribadi,
orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain (Q.S. Al-An'am:164)
dan pada hari kiamat nanti mereka datang kepada Allah dengan sendiri-sendiri
(Q.S. Maryam:95). Ini membuktikan bahwa manusia sebagai hamba Allah
memiliki kebebasan individual atas dirinya sendiri namun tetap bertanggung
jawab atas lingkungan sekitarnya.
2. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah di Muka Bumi
Khalifah berasal dari kata “khalafa” yang berarti mengganti. Khalifah
diartikan pengganti karena ia menggantikan yang didepannya. Dalam bahasa
Arab, kalimat “Allah menjadi khalifah bagimu” berarti Allah menjadi
pengganti bagimu dari orang tuamu yang meninggal. Allah menjadikan
manusia sebagai khalifah di bumi berarti Allah menyerahkan pengolahan dan
pemakmuran bumi bukan secara mutlak kepada manusia. Di samping arti ini
khalifah juga menunjukan arti pemimpin negara atau kaum. Kata khalifah
dengan arti pemimpin terdapat dalam Q.S. Shad [38 :26] dimana Allah
mengangkat Nabi Daud As. sebagai khalifah di bumi untuk memimpin
manusia dengan adil dan tidak mengikuti hawa nafsu.
Allah SWT. Memberikan anugerah-Nya kepada Bani Adam sebagai
makhluk yang paling mulia; mereka disebutkan di kalangan makhluk yang
tertinggi yaitu para malaikat, sebelum mereka di ciptakan. Untuk itu, Allah

12
Swt berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah [2:30] yang artinya "Sesungguhnya
aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah”. Arti khalifah pada
Q.S. Shad [38:26] bertugas untuk menegakkan hukum Allah di bumi dan
menciptakan kemaslahatan manusia sedangkan arti khalifah pada Q.S. Al-
Baqarah [2:30] bertugas untuk memakmurkan dan mengelola bumi.
Setiap kebajikan yang dilakukan manusia atas kehendak dan
pilihannya itu merupakan kemuliaan, malaikat yang bertabiat tunduk tidak
dapat mencapai kemuliaan itu. Untuk itu ada dua argumentasi manusia
dijadikan khalifah di muka bumi, yang dapat dikemukakan yaitu :
a. Kemuliaan manusia pertama (Nabi Adam As) yang dapat digambarkan
adanya perintah Allah, supaya malaikat bersujud kepada Nabi Adam As.
karena kekhususan Nabi Adam As. yang memiliki ilmu pengetahuan, yang
berbeda dengan ilmu pengetahuan malaikat yang tidak memungkinkan
karena dari usaha sendiri sesuai firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah
[2:32] yang artinya “Mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada
yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada
kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana."
b. Kekhalifahan Nabi Adam As. di muka bumi ini adalah karena mempunyai
kemungkinan untuk dibebani amanat kemanusiaan, serta
pertanggungjawaban dari amal usahanya, serta rentetan-rentetan cobaan,
berbeda dengan malaikat yang ditakdirkan dengan patuh dan bebas dari
godaan-godaan.

Ayat-ayat Al-Qur'an yang menerangkan tentang khalifah selalu berkaitan


dengan tugas-tugas dan tanggung jawab. Hal ini memberikan suatu peringatan
serta pelajaran kepada manusia sebagai khalifah agar mereka melihat dan

13
memandang keadaan sebelum mereka sendiri serta apa yang harus mereka
lakukan sebagai khalifah sebab semua perbuatan yang dilakukan akan ada
pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.

Konsep Manusia




 

14
@
 
@
  










15
 
 
   

 
 
 
 
 

#
)
 

16
 


 
#

5 

  

 
 
 
 
17
 













18







 
)





19


<
%
#
@





@


20
A




#








21


@

"
#








22




#
@





1
#

23




#









24














25
3




,








26





B
#







27


 
 
 
 
  @
  
  
  
 



28










'



29














30




 
 
 
 
 
 
 
 
 
( 
31
 






# :>
#





32

,

(


3







33


6
7



#
C


#C
:#

34
'D2%
<2;E

F'








 G

35
, 
 
 
 
 
 
 
# 

 
 

 
  
36
 
   

  
 









37







!



 
 
 
38

  
 
 
 
 
 


  
 
 
 
 
39
 
  
  !
 



H



#
C

40








<
%


 
 
41

   
  
  

 








42
"









 

  
 
43
 
 

   
 
 








44


1  
 
 
 
 
 
 
 
 



45











B


46
 


 ' 










47


 
 
 
 
 
 
 
 




48



2  
 
 
 
 

 
 
 


49


 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


50



4
B. Eksistensi dan
Martabat Manusia
 
 
 
 
 
 
 
 
51
 



 









52










*


 
53




#C


 + 

' 
 

 

54
   
 

'








#
C
55


#C



+






#C
56












 

57



 




 





58








<
% -
#

'

59
':#
 #D"%<
%
$4E
FDan
tiadalah kami mengutus
kamu, melainkan
untuk Rahmat bagi
semesta alam”
#




60

 
#C






#




61


3




 

  
#  C 
 
 
 
62

  


I
I
"

#

'
 
 
 
63
 
   
 
 
  
  
 





J

64

J
#

:
#
+D
%;<&4E

“Barang siapa
mengerjakan amal
shaleh baik laki-laki
maupun perempuan
dalam keadaan beriman,
65
maka sesungguhnya
Allah
SWT akan memberikan
kepadanya kehidupan
yang baik dan akan
diberi balasan kepada
mereka dengan pahala
yang lebih baik dengan
apa yang telah mereka
kerjakan”I
1
(
J

66














67

,





  



  


68


'








5
 
 
69
 
%small
group% 
 
 
 
 


I+




70




 
 
 
 
 

 Small group
 
 

71











'


72

J



 
J 
 
 

 

   

73
 







!





74




 
 

 
:  # 0
D1$<"%E

 KDan% diantara
tanda-tanda kekuasaan-
Nya ialah Dia
75
menciptakan untukmu
istri-istri dari jenismu
sendiri,
supaya kamu merasa
tentram, dan dijadikan-
Nya diantara kamu
rasa kasih sayang .
Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi
kaaum yang
mau berfikir."


76




-



#
 C 


 
!
77

 







I
B
(
J

78
 
 

 
 
 
 
 

 

 

  
79
  

  
 
 
 

 
  


 
  
 
80

  

 
 
6
7 
 
 
  
 



81
I










#


82
 

 
#





!




83












   
  
84
# 


 :  #
#>  D4<&;E 

“Jikalau
sekiranya penduduk
negeri-negeri beriman
dan bertakwa, pastilah
Kami
akan melimpahkan
kepada mereka berkah
dari langit dan bumi,
85
tetapi mereka
mendustakan
itu, maka Kami siksa
mereka disebabkan
perbuatannya”.






<


86





I








87


6
2
(
J
)




 


88


 
 
 
 
 
 
 
 

9
 

89
 

.
 
 

J
  






90


I
 
 
J 
 

 
 

 
  
   
91


 
 





;
(
J
(

92





 





9 


93
'










 


94
 
 
 
 
 
  
  

 

  3

J

95



J




J





96









C. Tanggung Jawab
Manusia sebagai Hamba
Allah dan Khalifatullah


97














98











#


99



#   
 
 
 

  
 
  
 


100
 
 
 

 
 
 
 
 





101








%
3


,#

102
## :>









#



103






J

 

  
 
 
 
104
 
J
 
 
6:  #
<%"
%;7  ' 
 
  + 
 
#C 
 
K)

105
 
 



   
 
  
   B$
  




106







 
 
 
# 
 
 
 
107
 

 

7
< 
 




@
 
  
108
 
 






K
6,0)
7"$
 
 
 
109
   
 
 
 
 
# 








110
!










3
 

111







 






112
)






#
#





113


 

+6:
#@
'@<2;7







114




#

6:#
(<=17!




 

115


homo homoni lopus
 
 
 
 
 
 
 
 
  

  
116
  
 
 
 
 
 
L 
 
#
*




117


(struggle for the
strongest and the
fittest),



(struggle
for the wisest)

#


118







6:#
 #M<
%;B7




119
 
 
# 
 

 
6: 
<&27
 ( 

  


#
120


J








"
3

121


)

 
 
  
 FG
  
 

 
 

122




'

#
F#



G

#
123




 



#





124
#







'


 
 

125
  
 
 
 
 
 
 
 

 
 
  :
   D1= 
<";E  
126
 # 

 +  '
 #





 


 

127
#C


+
 )#




8 



 
128



 



-

#

:
# )LD"<
1$E
129

K





K

8
< 
K 
* 
 
130

 67
    
  
  





G#

:

131
D1=<";
E



 #






 
 
132
 
  : 
# )L 
D"<1$E 
 
 

  






133












-

134










<



135
6+
##7





#


+
##


136

+#
#










137






#
:
#
)LD"<1"E

 
F 
< 
138
K
*
  



 
 
 
* 

8


139
*



)
K


+#
#




140














141
 





  



# #
:M


142






 
,






143














144









#

145
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks.
Di ciptakannya manusia di bumi oleh Sang Pencipta tidak hanya untuk diam
saja, tetapi manusia dituntut untuk selalu berperan aktif untuk berbuat
kebaikan. Sebagai seorang manusia, kita juga harus menjadi individu yang
dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Manusia bukanlah makhluk yang sempurna, masih banyak kekurangan


yang melekat dalam diri manusia. Salah satu contohnya adalah kurangnya
pemahaman manusia tentang agama, oleh karena itu manusia dianjurkan untuk
saling menghormati dan mengasihi satu sama lain karena kita diciptakan tanpa
adanya perbedaan. Selain itu, sebagai seorang manusia kita harus mematuhi
aturan yang ada.

146
DAFTAR PUSTAKA

IMM Tarbiyah. 2011. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khilafah di


http://immdakwahpwt.blogspot.com/2011/09/babI-pendahuluan-manusiaadalah-
makhluk.html

Sayyida Ulya. 2014. Eksistensi dan Martabat Manusia di


https://saydaulya.blogspot.com/2014/12/makalah-eksistensi-dan-martabat-
manusia.html

Prasasti Lia. 2016. Eksistensi dan Martabat Manusia – Agama Islam di


http://lhialicious.blogspot.com/2016/03/eksistensi-dan-martabat-manusia-agama.html

Finastri Annisa. 2016. Konsep Manusia dalam Islam di


https://dalamislam.com/info-islami/konsep-manusia-dalam-islam

147

Anda mungkin juga menyukai