DOSEN PENGAMPU :
Helty, S.pd., M.pd.
ANGGOTA :
1. HIKMAWATI G1B122007
2. SALMA FAUZIAH G1B122009
3. KHOIRU ULFAH G1B122025
4. ANNISA RISQI AMELIA G1B122045
5. ERIKA FEBRIYANTI G1B122051
6. ABEL KURNIA G1B122059
7. RYAN PRAMANA PUTRA G1B122061
8. ADISTY MAHARANI G1B122063
9. PELI HIRMALA G1B122081
10. TRIA WAHYU AGUSTIN G1B122083
Puji syujur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, yang atas rahhmatnya dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun
tema dari makalah ini adalah “ Hakikat Manusia Menurut Islam ”.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen
mata kuliah Agama yang telah memberikan tugas terhadapkami. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam
pembuatan makalah ini. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini
menjadi lebih baik. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberi
manfaat dan inspirasi terhadap pembaca.
Sekian penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita Aamiin.
12 Februari 2023
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………..i
DAFTAR ISI.....................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………….1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………...3
BAB III.………………………………………………………………12
3.1 Kesimpulan……………………………………………………12
3.2 Saran…………………………………………………………..12
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kajian tentang manusia telah banyak dilakukan oleh para ahli, yang selanjutnya
dikaitkan dengan berbagai kegiatan, seperti politik, ekonomi, sosial, pendidikan,
agama dan lain sebagainya. Hal tersebut dilakukan karena manusia selain sebagai
subjek (pelaku), juga sebagai objek (sasaran) dari berbagai kegiatan tersebut, dari
pemikiran ini selanjutnya memunculkan banya sebutan atau predikat yang di
kemukaman oleh para ahli atau predikat untuk manusia yang dikemukakan para ahli
filsafat, misalnya; homo sapiens (makkhluk hidup yang mempunyai budi
pekerti/berakal), zoon politicoi (makhluk hidup yang pandai bekerja sama), homo
religious (makhluk hidup yang beragama), homo planemanet (makhluk rujaniah-
spiritual), serta homo educandum (makhluk yang dapat dididik).
Dalam konsepsi Islam, manusia merupakan satu hakikat yang mempunyai dua
dimemsi, yaitu material (jasad) dan dimensi immaterial (ruh, jiwa, akal dan
sebagainya). Unsur jasad akan hancur dengan kematian, sedangkan unsur jiwa akan
tetap dan bangkit kembali pada hari kiamat. (QS. Yasin, 36: 78-79). Manusia adalah
makhluk yang muliah, bahkan lebih mulia dari malaikat (QS. al-Hijr, 15: 29). Bahkan
manusia satu-satunya makhluk yang mendapat perhatian besar dari Al-Qur'an,
terbukti dengan begitu banyaknya ayat al-Qur'an yang membicarakan hal ikhwal
manusia dalam berbagai aspek-nya, termasuk pula dengan nama-nama yang diberikan
al-Qur'an untuk menyebut manusia, setidaknya terdapat lima kata yang sering
digunakan al-Qur'an untuk merujuk kepada arti manusai, yaitu insan atau ins atau al-
nas atau unas dan kata basyar serta kata bani adam atau durriyat adam.
1
Berbicara tentang manusia memang menarik dan tidak pernah tuntas. Pembicaraan
mengenai makhluk psikofisik ini laksana suatu permainan yang tidak pernah selesai.
Selalu ada saja pertanyaan mengenai manusia. Para ahli telah mencetuskan pengertian
manusia sejak dulu kala, namun sampai saat ini pu belum ada kata sepakat tentang
pengertian manusia yang sebenarnya.
Oleh karena itu, kami sebagai penulis melalui makalah ni ingin mengingatkan
kembali kepada para pembaca mengenai hakikat manusia dalam pandangan Islam,
tujuan penciptaan dan proses penciptaan manusia serta tujuan dan peran hidup
manusia sebagai hamba Allah SWT dan khalifah di muka bumi
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Maka, agar dapat dipahami tentang hakekat manusia secara utuh, ada
beberapa pendapat atau pandangan tentang manusia ini.
3
tanah lalu diuraikan oleh benda renik hinggga menjadi humus yang akan
menyuburkan tanaman,sedangkan tanaman akan dikonsumsi manusia lain yang dapat
memproduksi fertilitas sperma, yang menjadi bibit untuk menghasikan keturunan dan
kelahiran anak manusia baru. Dengan demikian bahwa aliran berpendapat bahwa
manusia itu berawal dari materi dan berakhir menjadi materi kembali.
2. Aliran spiritualisme atau serba roh. Aliran ini berpandangan hakekat manusia
adalah roh atau jiwa, sedang zat atau materi adalah manifestasi dari roh atau jiwa.
Aliran ini berpandangan bahwa bahwa ruh lebih berharga lebih tinggi nilainya dari
materi. Hal ini dapat kita perhatikan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya seorang
wanita atau pria yang kita cintai kita tidak mau pisah dengannya. Tetapi, kalau roh
dari wanita atau pria tersebut tidak ada pada badannya, berarti dia sudah meninggal
dunia, maka mau tidak mau harus melepaskan dia untuk dikuburkan. Kecantikan,
kejelitaan, kemolekan, dan ketampanan yang dimiliki oleh seorang wanita atau pria
tak ada artinya tanpa adanya roh.
3. Aliran Dualisme. Aliran ini menganggap bahwa manusia itu pada hakikatnya
terdiri dari dua substansi, yaitu jasmani dan rohani, badan dan roh. Kedua substansi
ini masing-masing merupakan unsur asal yang adanya tidak tergantung satu sama
lain. Jadi, badan tidak berasal dari roh, juga sebaliknya roh tidak berasal dari badan.
Hanya dalam perwujudannya, manusia itu serba dua, jasad dan roh yang berintegrasi
membentuk manusia. Antara keduanya terjalin hubungan sebab akibat. Artinya
anatara keduanya terjalin saling mempengaruhi. Misalnya, orang yang cacat
jasmaninya akan berpengaruh pada perkembangan jiwanya. Begitu pula sebaliknya,
orang yang jiwanya cacat akan berpengaruh pada fisiknya.
4
1. Kata al-insan dalam al-Qur'an sebanyak 65 kali dipakai untuk manusia yang
tunggal, sama seperti ins. Sedangkan untuk jamaknya dipakai kata an-naas, unasi,
insiya, anasi. Hampir semua ayat yang menyebut manusia dengan menggunakan kata
alinsan, konteksnya selalu menampilkan manusia sebagai makhluk yang istimewa,
secara moral maupun spiritual yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Keunggulan
manusia terletak pada wujud kejadiannya sebagai makhluk yang diciptakan dengan
kualitas ahsani taqwim, sebaik-baik penciptaan.
2. Kata basyar dipakai untuk menyebut semua makhluk baik laki-laki ataupun
perempuan, baik satu ataupun banyak. Kata ini memberikan referensi kepada manusia
sebagai makhluk biologis yang mempunyai bentuk tubuh yang mengalami
pertumbuhan dan perekembangan jasmani. Kata basyar adalah jamak dari kata
basyarah yang berarti kulit. "Manusia dinamai basyar karena kulitnya tampak jelas,
dan berbeda dengan kulit binatang yang lain".
3. Kata al-Nas. Kata ini mengacu kepada manusia sebagai makhluk sosial.
Manusia dalam arti al-nas ini paling banyak disebut dalam al-Qur’an yaitu 240 kali.
Bisa dilihat dalam seluruh ayat yang menggunakan kata, Ya ayyuha nl-nas.
Penjelasan konsep ini dapat ditunjukkan dalam dua hal. Pertama, banyak ayat yang
menunjukkan kelompok-kelompok sosial dengan karakteristiknya masing-masing
yang satu dengan yang lain belum tentu sama. Ayat ini menggunakan kata wa mina n-
nas (dan diantara manusia). Kedua, pengelompokkan manusia berdasarkan mayoritas,
yang umumnya menggunakan ungkapan aktsara n-nas (sebagian besar manusia).
Asal usul manusia dalam pandangan Islam tidak terlepas dari figur Adam
sebagai manusia pertama. Adam merupakan manusia pertama yang diciptakan Allah
di muka bumi dengan segala karakter kemanusiaannya, yang memiliki sifat
kesempurnaan lengkap dengan kebudayaannya sehingga diangkat menjadi khalifah di
5
muka bumi. Menurut embriologi, proses kejadian manusia ini terbagi dalam tiga
periode:
6
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling
baik.”
Dalam ayat di atas, ada beberapa proses penciptaan manusia yang dapat dijelaskan
sebagaimana ayat di atas, yaitu :
a. Sulalah min thin (Saripati Tanah)
Saripati tanah yang dimaksud adalah suatu zat yang berasal dari bahan
makanan (baik tumbuhan maupun hewan) yang bersumber dari tanah, yang
kemudian dicerna menjadi darah, kemudian diproses hingga akhirnya menjadi
sperma.
b. Nutfah (Air Mani)
Makna asal kata ‘nuthfah’ dalam bahasa Arab berarti setetes yang dapat
membasahi. Dalam tafsir Al Misbah, yang dimaksud dengan nuthfah adalah
pancaran mani yang menyembur dari alat kelamin pria yang mengandung
sekitar dua ratus juta benih manusia, tetapi yang berhasil bertemu dengan
ovum wanita hanya satu.
c. Alaqah (Segumpal Darah)
Alaqah diambil dari kata alaqa yang artinya sesuatu yang membeku,
tergantung atau berdempet. Sehingga dapat diartikan sebagai sesuatu yang
bergantung di diding rahim.
d. Mudghah (Segumpal Daging)
Dalam ilmu kedokteran, ketika sperma pria bergabung dengan sel telur wanita
intisari bayi yang akan lahir terbentuk. Sel tunggal yang dikenal sebagai zigot
dalam ilmu biologi ini akan segera berkembangbiak dengan membelah diri
hingga akhirnya menjadi segumpal daging. Melalui hubungan ini zigot
mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi
pertumbuhannya.
e. Idzam (Tulang atau Kerangka)
7
Di dalam fase ini embrio akan mengalami perkembangan dari bentuk
sebelumnya yang hanya berupa segumpal daging hingga berbalut kerangka
atau tulang.
f. Kisa Al-Idzam Bil-Lahim (Penutupan Tulang)
Pengungkapan fase ini dengan kisa yang berarti membungkus, dan lahm
(daging) diibaratkan pakaian yang membungkus tulang, selaras dengan
kemajuan yang dicapai embriologi yang menyatakan bahwa sel-sel tulang
tercipta sebelum sel-sel daging, dan bahwa tidak terdeteksi adanya satu sel
daging sebelum terlihat sel tulang.
g. Insya (Mewujudkan Makhluk Lain)
Tahap ini menandakan bahwa ada sesuatu yang dianugerahkan kepada
manusia yang menjadikannya berbeda dari makhluk lainnya, yaitu ruh yang
menjadikan berbeda dengan makhluk lainnya.
8
hidup. Jika manusia berbuat, bukan hanya raganya saja yang berbuat atau jiwanya
saja melainkan keduanya sekaligus. Secara lahiriyah memang raganya yang berbuat
yang tampak melakukan perbuatan, tetapi perbuatan raga ini didorong dan
dikendalikan oleh jiwa.
Jadi unsur yang terdapat dalam diri manusia yaitu rasa, akal dan badan harus
seimbang, apabila tidak maka manusia akan berjalan pincang. Sebagai contoh;
apabila manusia yang hanya menitik beratkan pada memenuhi perasaannya saja,
maka ia akan terjerumus dan tenggelam dalam kehidupan spiritual saja, fungsi akal
dan kepentingan jasmani menjadi tidak penting. Apabila manusia menitik beratkan
pada fungsi akal saja, akan terjerumus dan tenggelam dalam kehidupan yang
rasionalistis, yaitu hanya hal-hal yang tidak dapat diterima oleh akal itulah yang akan
dapat diterima kebenaranya. Hal-hal yang tidak dapat diterima oleh akal, merupakan
hal yang tidak benar. Sedangkan pengalaman-pengalaman kejiwaan yang irasional
hanya dapat dinilai sebagai hasil lamunan semata-mata. Selain perhatian yang terlalu
dikonsentrasikan pada hal-hal atau kebutuhan jasmani atau badaniah, cendrung
kearah kehidupan yang materilistis dan positivistis. Maka al-Qur’an memberikan
hudan kepada manusia, yaitu mengajarkan agar adanya keseimbangan antara unsur-
unsur tersebut, yaitu unsur perasaan terpenuhi kebutuhannya, unsur akal juga
terpenuhi kebutuhannya, demikian juga unsure jasmani terpenuhi kebutuhannya.
Kedudukan dan tugas manusia menurut Islam terbagi pada dua, yaitu sebagai
‘abullah dan khalifah. Al-Qur’an telah menjelaskan eksistensi manusia sebagai ‘abd
atau hamba Allah ini dalam klausa liya‟ buduni Q.S. al-Zariyat 56 yang artinya “Dan
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”.
„abd mengandung pengertian ibadah dalam makna penyerahan diri manusia pada
hukum-hukum Allah swt. yang menciptakannya. Dengan kata „abd, Allah swt. ingin
9
menunjukkan salah satu kedudukan manusia sebagai hamba Allah yang mengemban
tugas-tugas peribadahan.
10
serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Allah. Agar manusia dapat
menjalankan kekhaliannya dengan baik, Allah mengajarkan kepada manusia
kebenaran dalam segala ciptaan Allah melalui pemahaman serta pengusaan terhadap
hukum-hukum yang terkandung dalam ciptaan Allah, manusia dapat menyusun
konsep-konsep serta melakukan rekayasa membentuk sesuatu yang baru dalam alam
kebudayaan.
3. Hamba karena pengabdian kepada Allah, yaitu manusia yang beriman kepada
Allah dengan ikhlas
4. Hamba karena memburu dunia, yaitu manusia yang selalu memburu kesenangan
duniawi dan melupakan ibadah kepada Allah.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam proses perjalanan manusia tidak terlepas dengan dimensi-dimensi
non material. Pengalaman spiritual dan kondisi psikologis adalah bentuk dimensi
lain dalam diri kita yang tidak bisa kita lepaskan. Semuanya mengalami proses
pertumbuhan dengan tujuan yang jelas.
3.2 Saran
Sebagai ciptaan Allah, manusia perlu mentaati apa yang telah dititahkan-Nya
dalam kitab-Nya, ingkah laku dan segala yang dilakukan oleh manusia semestinya
harus sesuai dengan segala yang diperintahkan oleh Allah. Karena pada hakikatnya,
segala yang dilakukan oleh manusia adalah karena digerakan oleh-Nya.
Manusia merupakan mahluk yang diciptakan oleh Allah Swt di muka bumi
ini dengan sebaik-baiknya mahluk, sebaik-baiknya bentuk dan sebaik-baiknya
umat, untuk mengemban sebuah tugas yang mulia yaitu beribadah kepada Allah
Swt.3 Yang mana hal itu tertera dalam QS ad-Dzariyat ayat 56.
12
DAFTAR PUSTAKA
Gofur A. Hakekat Manusia Menurut Islam. J Hakekat Mns Menurut Islam. 1996;3–6.
13