Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM


Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Studi Islam
Dosen: Helda Rahmawati S. Sos. S. Pdi

Disusun
Oleh
M. Ramadhan

LOCAL 45 TBI
STAI RAKHA AMUNTAI
2013/2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas


rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul Hakikat Manusia Menurut Islam.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat
akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari
semua

pihak

sangat

kami

harapkan

demi

penyempurnaan

pembuatan makalah ini.


Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada
Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Amuntai, Februari 2014

Penu
lis
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR.
i
DAFTAR
ISI
.ii
BAB I
Pendahuluan
...1
A. Latar
Belakang
..1
B. Rumusan
Masalah
.1
C. Tujuan
Penulisan
.1
BAB II
Pembahasan.
2

ii

A. Pengertian
Hakikat
2
B. Pengertian
Manusia
.2
C. Tujuan Penciptaan
Manusia......
7
D. Fungsi dan Peran Manusia.
.7
E. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah
SWT.
..8
F. Hakikat Manusia.
.9
BAB III
Penutup
.
..10Kesimpulan
...10
DAFTAR PUSTAKA

iii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara tentang manusia dan agama dalam Islam adalah
membicarakan sesuatu yang sangat klasik namun senantiasa
aktual. Berbicara tentang kedua hal tersebut sama saja dengan
berbicara tentang kita sendiri dan keyakinan asasi kita sebagai
makhluk Tuhan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, manusia diartikan
sebagai makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk
lain); insan; orang (1989:558). Menurut pengertian ini manusia
adalah makhluk Tuhan yang diberi potensi akal dan budi, nalar dan
moral untuk dapat menguasai makhluk lainnya demi kemakmuran
dan kemaslahatannya. Dalam bahasa Arab, kata manusia ini
bersepadan dengan kata-kata ns, basyar, insn, maru,dan lainlain. Meskipun bersinonim, namun kata-kata tersebut memiliki
perbedaan dalam hal makna spesifiknya. Kata ns misalnya lebih
merujuk pada makna manusia sebagai makhluk sosial. Sedangkan
kata basyar lebih menunjuk pada makna manusia sebagai makhluk
biologis.
B. Rumusan MasalahApa pengertian hakikat dan manusia itu ?
1) Apa saja tujuan penciptaan manusia serta fungsi dan peran
manusia ?
2) Bagaimana tanggung jawab manusia sebagai hamba dan
khalifah Allah SWT ?
3) Apa saja hakikat manusia itu ?
C. Tujuan Penulisan

1) Untuk mengetahui pengertian hakikat dan manusia dan untuk


mengetahui Apa saja hakikat manusia itu.
2) Untuk mengetahui tujuan penciptaan manusia serta fungsi dan
peran manusia
3) Untuk mengetahui tanggung jawab manusia sebagai hamba dan
khalifah Allah SWT.
BAB II
PEMBAHASAN
HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM
A. Pengertian Hakikat
Menurut bahasa hakikat berarti kebenaran atau seesuatu yang
sebenar-benarnya atau asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan
hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau yang menjadi jiwa
sesuatu. Karena itu dapat dikatakan hakikat syariat adalah inti dan
jiwa dari suatu syariat itu sendiri. Dikalangan tasauf orang mencari
hakikat diri manusia yang sebenarnya karena itu muncul kata-kata
diri mencari sebenar-benar diri. Sama dengan pengertian itu
mencari hakikat jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia.
B. Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah
diciptakan oleh Allah swt. Kesempurnaan yang dimiliki manusia
merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai
khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia
berasal dari tanah.
Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu
pengetahuan sangat bergantung metodologi yang digunakan dan
terhadap filosofis yang mendasari.

Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai


homo volens (makhluk berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia
adalah makhluk yang memiliki perilaku interaksi antara komponen
biologis (id), psikologis (ego), dan social (superego). Di dalam diri
manusia tedapat unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral
(nilai).
Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai
homo mehanibcus (manusia mesin). Behavior lahir sebagai reaksi
terhadap introspeksionisme (aliran yang menganalisa jiwa manusia
berdasarkan laporan
subjektif dan psikoanalisis (aliran yang berbicara tentang alam
bawa sadar yang tidak nampak). Behavior yang menganalisis
prilaku yang Nampak saja. Menurut aliran ini segala tingkah laku
manusia terbentuk sebagai hasil proses pembelajaran terhadap
lingkungannya, tidak disebabkan aspek.
Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo
sapiens (manusia berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak di
pandang lagi sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif pada
lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir. Penganut teori kognitif
mengecam pendapat yang cenderung menganggap pikiran itu tidak
nyata karena tampak tidak mempengaruhi peristiwa. Padahal
berpikir , memutuskan, menyatakan, memahami, dan sebagainya
adalah fakta kehidupan manusia.
Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang
berbeda dengan makna manusia, akan tetapi memilki substansi
yang berbeda yaitu kata basyar, insan dan al-nas.
Kata basyar dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya
al-kahfi : innama anaa basyarun mitlukum (sesungguhnya aku ini
hanya

seorang

manusia

seperti

kamu).

Kata

basyar

selalu
3

dihubungkan pada sifat-sifat biologis, seperti asalnya dari tanah


liat, atau lempung kering (al-hijr : 33 ; al-ruum : 20), manusia
makan dan minum (al-muminuum : 33).
Kata insan disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali,
diantaranya (al-alaq : 5), yaitu allamal insaana maa lam ya (dia
mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya). Konsep islam
selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual manusia
sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dfan memikul amanah
(al-ahzar : 72). Insan adalah makhluk yang menjadi (becoming) dan
terus bergerak maju ke arah kesempurnaan.
Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti al-zumar : 27
walakad dlarabna linnaasi fii haadzal quraani min kulli matsal
(sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia dalam al-quran ini
setiap macam perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk pada
semua manusia sebagai makhluk social atau secara kolektif.
Dengan demikian Al-Quran memandang manusia sebagai
makhluk biologis, psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar,
diartikan sebagai makhluk social yang tidak biasa hidup tanpa
bantuan orang lain dan atau makhluk lain.
Sebenarnya manusia itu terdiri dari 3 unsur yaitu :
1) Jasmani. Terdiri dari air, kapur, angin, api dan tanah.
2) Roh

Terbuat

dari

cahaya

(nur).

Fungsinya

hanya

untuk

potensi

yaitu

menghidupkan jasmani saja.


3) Jiwa.

Manusia

memiliki

fitrah

dalam

arti

kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia.


Potensi yang dimiliki manusia dapat di kelompokkan pada
dua hal yaitu potensi fisik dan potensi rohania. Ibnu sina yang
terkenal dengan filsafat jiwanya menjelaskan bahwa manusia
4

adalah makhluk social dan sekaligus makhluk ekonomi. Manusia


adalah makhluk social untuk menyempurnakan jiwa manusia
demi kebaikan hidupnya, karena manusia tidak hidup dengan
baik tanpa ada orang lain. Dengan kata lain manusia baru bisa
mencapai kepuasan dan memenuhi segala kepuasannya bila
hidup berkumpul bersama manusia.
Asal Mula Manusia Teori Evolusi Darwin dan Nabi Adam
a.sJika kita berdebat tentang asal mula manusia, maka yang
terpikir pertama kali dipikiran adalah teori evolusi Charles
Darwin. Dalam teori evolusi Charles Darwin dijelaskan bahwa
manusia pertama adalah kera, sedangkan dalam kitab suci umat
Islam yaitu Al-Qur'an, dijelaskan bahwa manusia pertama
adalah Nabi adam a.s. Namun, hingga saat ini para ilmuwan
masih terus mencari

bukti untuk memastikan asal

mula

manusia.
a) Teori Asal Mula Manusia menurut Charles DarwinPernyataan
Darwin mendukung bahwa manusia modern berevolusi dari
sejenis makhluk yang mirip kera.
Selama proses evolusi tanpa bukti ini yang diduga telah
dimulai dari 5 atau 6 juta tahun yang lalu, dinyatakan bahwa
terdapat beberapa bentuk peralihan antara manusia modern
dan nenek moyangnya. Ditetapkanlah empat kelompok dasar
sebagai berikut di bawah ini :

Australophithecines

Homo habilis

Homo erectus

Homo sapiens

Genus yang dianggap sebagai nenek moyang manusia


yang mirip kera tersebut oleh evolusionis digolongkan
sebagai Australopithecus, yang berarti "kera dari selatan".
Australophitecus, yang tidak lain adalah jenis kera purba
yang telah punah, ditemukan dalam berbagai bentuk.
Beberapa dari mereka lebih besar dan kuat dan tegap,
sementara yang lain lebih kecil dan rapuh dan lemah.
Dengan

menjabarkan

hubungan

dalam

rantai

tersebut

sebagai "Australopithecus > Homo Habilis > Homo erectus >


Homo

sapiens,"

evolusionis

secara

tidak

langsung

menyatakan bahwa setiap jenis ini adalah nenek moyang


jenis selanjutnya.
b) Asal Mula Manusia berdasarkan Al-Qur'an (Nabi Adam a.s)
Saat Allah Swt. merencanakan penciptaan manusia,
ketika Allah mulai membuat cerita tentang asal-usul
manusia,

Malaikat

Jibril

seolah

khawatir

karena

takut

manusia akan berbuat kerusakan di muka bumi. Di dalam AlQuran, kejadian itu diabadikan.
"...Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat, 'Sesungguhnya, Aku akan menciptakan seorang
manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur
hitam

yang

diberi

bentuk.

Maka,

apabila

Aku

telah

menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke


dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya
dengan bersujud" (QS. Al Hijr: 28-29).
Firman inilah yang membuat malaikat bersujud kepada
manusia, sementara iblis tetap dalam kesombongannya
dengan tidak melaksanakan firman Allah. Inilah dosa yang
pertama

kali

dilakukan

oleh

makhluk

Allah

yaitu

kesombongan. Karena kesombongan tersebut Iblis menjadi


makhluk paling celaka dan sudah dipastikan masuk neraka.
Kemudian Allah menciptakan Hawa sebagi teman hidup
Adam. Allah berpesan pada Adam dan Hawa untuk tidak
mendekati salah satu buah di surga, namun Iblis menggoda
mereka sehingga terjebaklah Adam dan Hawa dalam kondisi
yang menakutkan. Allah menghukum Adam dan Hawa
sehingga diturunkan kebumi dan pada akhirnya Adam dan
Hawa bertaubat. Taubat mereka diterima oleh Allah, namun
Adam dan Hawa menetap dibumi. Baca Surat Al-Baqarah
Ayat 33-39.
Adam adalah ciptaan Allah yang memiliki akal sehingga
memiliki kecerdasan, bisa menerima ilmu pengetahuan dan
bisa mengatur kehidupan sendiri. Inilah keunikan manusia
yang Allah ciptakan untuk menjadi penguasa didunia, untuk
menghuni dan memelihara bumi yang Allah ciptakan. Dari
Adam inilah cikal bakal manusia diseluruh permukaan bumi.
Melalui pernikahannya dengan Hawa, Adam melahirkan
keturunan yang menyebar ke berbagai benua diseluruh
penjuru bumi; menempati lembah, gunung, gurun pasir dan
wilayah lainnya diseluruh penjuru bumi. Hal ini dijelaskan
dalam firman Allah SWT yang berbunyi:
"...Dan sesungguhnya Kami muliakan anak-anak Adam;
Kami angkut mereka didaratan dan di lautan; Kami berikan
mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyak makhluk
yang telah Kami ciptakan." (QS. al-Isra' [17]: 70)
Demikianlah dua pendapat tentang asal mula manusia.
Tentang siapa sebenarnya manusia pertama di bumi, mugkin
kami lebih memilih bahwa Adam a.s adalah manusia pertama
7

sesuai dengan apa yang ada dalam Al-Quran. Apakah kalian


setuju bahwa Nabi Adam a.s adalah nenek moyang manusia?
Tergantung pada kepercayaan kalian masing-masing.
C. Tujuan Penciptaan Manusia
Tujuan penciptaan manusia adalah menyembah kepada
penciptanya yaitu Allah. Pengertian penyembahan kepada Allah
tidak bisa di artikan secara sempit,
dengan hanya membayangkan aspek ritual yang tercermin dalam
shalat saja. Penyembahan berarti ketundukan manusia dalam
hokum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi, baik
yamg menyangkut hubungan manusia dengan tuhan maupun
manusia

dengan

manusia.Oleh

kerena

penyembahan

harus

dilakukan secara suka rela, karena Allah tidak membutuhkan


sedikitpun

pada

manusia

karena

termasuk

ritual-ritual

penyembahannya.
Penyembahan yang sempurna dari seorang manusia adalah
akan menjadikan dirinya sebagai khalifah Allah di muka bumi dalam
mengelolah alam semesta. Keseimbangan pada kehidupan manusia
dapat terjaga dengan hukum-hukum kemanusiaan yang telah Allah
ciptakan.
D. Fungsi dan Peran Manusia
Berpedoman pada Al-Quran surah al-baqarah ayat 30-36,
status dasar manusia yang mempelopori oleh adam AS adalah
sebagai khalifah. Jika khalifah diartikan sebagai penerus ajaran
Allah maka peran yang dilakukan adalah penerus pelaku ajaran
Allah dan sekaligus menjadi pelopor membudayakan ajaran Allah
Swt.
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah
sebagaimana yang ditetapkan oleh Allah di antaranya adalah:
8

1. Belajar
2. Mengajarkan ilmu
3. Membudayakan ilmu
Oleh karena itu semua yang dilakukan harus untuk
kebersamaan sesama ummat manusia dan hamba Allah, serta
pertanggung jawabannya pada 3 instansi yaitu pada diri sendiri,
pada masyarakat, pada Allah SWT.
E. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah SWT
1. Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah SWT
Makna yang esensial dari kata abd (hamba) adalah
ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan manusia hanya layak
diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan dalam ketaatan,
kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan.
Oleh karena itu, dalam al-quran dinyatakan dengan quu
anfusakun waahlikun naran (jagalah dirimu dan keluargamu
dengan iman dari api neraka).
2. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah SWT
Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat dan
harus dipertanggungjawabkan dihadapannya. Tugas hidup yang
di muka bumi ini adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas
kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengolaan dan
pemeliharaan alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang
kekuasaan. Manusia menjadi khalifah memegang mandat tuhan
untuk mewujud kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang
diberikan manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya
mengolah serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi
untuk kepentingan hidpnya.
9

Oleh karena itu hidup manusia, hidup seorang muslim akan


dipenuhi dengan amaliah. Kerja keras yang tiada henti sebab
bekerja sebagai seorang muslim adalah membentuk amal saleh.
F. Hakikat Manusia
Hakikat manusia adalah sebagai berikut :
1. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan
hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab
atas tingkah laku intelektual dan sosial.
3. Seseorang yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang
positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu
menentukan nasibnya.
4. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus
berkembang tidak pernah selesai selama hidupnya.
5. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam
usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain
dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati.
6. Individu yang mudah terpengaruh oleh lingkungan terutama
dalam bidang sosial.

10

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi manusia merupakan makhluk yang luar biasa kompleks.
Sedemikian sempurna manusia diciptakan oleh Sang Pencipta dan
manusia tidak selalu diam karena dalam setiap kehidupan manusia
selalu ambil bagian. Kita sebagai manusia harus menjadi individu
yang berguna untuk diri sendiri dan orang lain.
Manusia itu tidak sepenuhnya sempurna, dalam kehidupan
yang kita jalani pasti selalu ada masalah yang tidak bisa kita
selesaikan, oleh karena itu juga membutuhkan bantuan dari orang
lain, karena manusia adalah makhluk sosial sama seperti yang lain
karena manusia tidak bisa berdiri sendiri, dalam hal agama kita
juga mempunyai banyak maka dari itu kita harus saling menghargai
dan mengasihi karena kita sama-sama makhluk yang diciptakan
tidak ada bedanya , selain itu dalam hidup manusia juga terdapat
banyak aturan yang harus dipatuhi.

11

DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, AL-Quran dan Hadits (Dirasah Islamiyah, Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada, 1998
Departemen Agama RI, Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan
Tinggi Umum, Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama
Islam, 2001
Hamdan Mansoer, dkk, Materi Instruksional Pendidikan Agama
Islam, Jakarta : Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam, 2004
Murthada Muthahhari, Perspektif Al-Quran Tentang Manusia dan
Agama, Bandung : Mizan, 1990
Nanih

Machendrawaty

&

Agus

Ahmad

Safei,

Pengembangan

Masyarakat Islam, Jakarta : Rineka Cipta, 2004


Muhammadong. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim
Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Negeri Makassar.
Abdullah, Abd. Malik. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar :
Tim Dosen Penididikan Agama Islam Universitas Negeri Makassar.

Anda mungkin juga menyukai