DALAM ISLAM
Disusun Oleh:
Kelompok 3
Dosen Pengampu:
Hamizan, S. Pd.I
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASA
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1M. Noor Matdawam, Manusia, Agama dan Kebatinan (Cet. V; Yogyakarta: Bina Karier, 1999),
h. 10
3
termasuk proses penciptaannya akan tetapi hanya mampu mengetahui dari aspek
tertentu manusia. Dari penjelasan singkat ini, agamawan memberikan komentar
bahwa pengetahuan tentang manusia sedemikian sulit karena manusia merupakan
satu-satunya makhluk yang dalam unsur penciptaannya terdapat ruh ilahi. 2 Sedang
manusia tidak diberi pengetahuan yang banyak tentang ruh seperti yang terdapat
dalam Q.S. al-Isra’/17: 85 yang artinya: “Dan mereka bertanya kepadamu tentang
roh. Katakanlah: Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi
pengetahuan melainkan sedikit.” 3
2M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, (Cet. XVI; Jakarta: Mizan, 2005), h. 278.
3Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya (al-Madinah alMunawwarah: Mujamma’ al-
Malik Fahd, 1418 H.), h.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Namun selaku umat Islam yang menjadikan al-Qur’an dan hadis sebagai
sumber ajaran perlu mengkaji dan meneliti apa dan bagaimana manusia dalam
gambaran keduanya dengan pendekatan istilah yang digunakan untuk manusia.
Menurut M. Dawam Raharjo istilah manusia yang diungkapkan dalam al-Qur’an
seperti basyar, insan, unas, ins, ‘imru’ atau yang mengandung pengertian
perempuan seperti imra’ah, nisa’ atau niswah atau dalam ciri personalitas, seperti
al-atqa, al-abrar, atau ulu al-albab, juga sebagai bagian kelompok sosial seperti al-
asyqa, zu alqurba, al-du‘afa atau al-mustad‘afin yang semuanya mengandung
4M. Quraish Shihab, Dia Ada Dimana-mana (Cet. IV; Jakarta: Lentera Hati, 2006), h. 111.
5H.M. Rasjidi, Persoalan-Persoalan Filsafat (Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 54.
5
petunjuk sebagai manusia dalam hakekatnya dan manusia dalam bentuk kongkrit. 6
Meskipun demikian untuk memahami secara mendasar dan pada umumnya ada
tiga kata yang sering digunakan al-Qur’an untuk merujuk kepada arti manusia,
yaitu insan dengan segala modelnya, yaitu ins, al-nas, unas atau insan, dan kata
basyar serta kata bani Adam atau zurriyat Adam.7
Kata al-basyar dipakai untuk menyebut semua makhluk manusia baik laki-
laki maupun perempuan, satu maupun banyak. Kata basyar adalah jamak dari kata
basyarah yang berarti permukaan kulit muka, wajah dan tubuh yang menjadi
tempat tumbuhnya rambut. Ibn Barjah mengartikannya sebagai kulit luar. Al-Laits
mengartikannya sebagai permukaan kulit pada wajah dan tubuh manusia, karena
itu kata mubasyarah diartikan mulamasah yang berarti persentuhan antara kulit
laki-laki dan kulit perempuan, disamping itu kata mubasyarah diartikan sebagai
al-wath’ atau al-jima` yang berarti persetubuhan. Pemakaian kata basyar di
beberapa tempat dalam Alquran memberikan pengertian bahwa yang dimaksud
adalah anak adam yang biasa makan dan berjalan di pasar-pasar, dan di dalam
pasar itu mereka saling bertemu atas dasar persamaan.8
adanya persamaan umum yang selalu menjadi ciri pokok. Ciri pokok itu adalah
kenyataan lahiriah yang menempati ruang dan waktu, serta terikat oleh hukum-
tubuh yang sama, makan dan minum dari bahan yang sama yang ada dalam alam
6Lihat Dawam Raharjo, Pandangan al-Qur’an Tentang Manusia Dalam Pendidikan Dan Perspektif
al-Qur’an (Yogyakarta : LPPI, 1999), h. 18.
7Lihat: Rif’at Syauqi Nawawi, Konsep Manusia Menurut al-Qur’an dalam Metodologi Psikologi
Islami, Ed. Rendra (Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2000), h. 5.
8Usman, M Ali, Manusia Menurut Islam, Bandung: Mawar, 1970, h. 49
6
ini, dan oleh bertambahnya usia, kondisi tubuhnya akan menurun, menjadi tua dan
akhirnya ajal pun menjemputnya. Oleh karena itu, manusia dalam pengertian
pemakaian basyar untuk merujuk dimensi alamiahnya yang menjadi ciri pokok
Dalam Alquran, kata basyar (tanpa menggunakan alif-lam) sebanyak 31 kali, al-
basyar (dengan menggunakan alif-lam) sebanyak 5 kali dan basyarain (tanpa alif-
lam dalam bentuk dual) sebanyak 1 kali (al-Hasani, t.t.: 52-53). Dari semua ayat
Ada satu ayat yang menyebutkan basyar dalam pengertian kulit manusia,
Ada 23 ayat yang menyatakan bahwa kata basyar dipakai oleh Alquran
7
menyatakan bahwa seorang nabi adalah basyar, yaitu secara lahiriah mempunyai
ciri yang sama yaitu makan dan minum dari bahan yang sama. Antara lain
dinyatakan, bahwa para pemuka orang-orang yang kafir dan mendustakan akan
menemui hari akhirat: Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu/basyar
mitslukum Lihat Alquran Surat 23: 33-34. Lihat juga 14: 10-11, 18: 110, 21: 3,
23: 24, 26: 154 dan 186, 36: 15, 41: 6 dan 11: 27.
anak keturunan Adam yang tidak punya kelebihan apapun atas anak Adam
(manusia) lainnya. Namun ayat ini jelas hanyalah klaim orang-orang kafir.
Ayat yang menyatakan kata basyar dipakai oleh Alquran dalam kaitannya
dengan kenabian sebanyak 11 buah, antara lain: Tidak wajar bagi seorang
manusia (basyar) yang Allah berikan kepadanya al-Kitab, hikmah dan kenabian,
penyembahku bukan penyembah Allah” (Alquran Surat 3: 79. Lihat juga 6: 91,
42: 51, 74: 31, 12: 31, 17: 93-94, 23: 34, dan 54: 24). al-Thabathaba’i (1972: 275)
menafsirkan, tidak patut bagi seorang manusia (dalam hal ini Nabi) yang
Ada 2 ayat yang menyebutkan kata basyar dalam kaitannya dengan per-
8
akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusia (wa
lam yamsasni basyar) pun menyentuhku, dan akan bukan pula seorang pezina”
(lihat Alquran Surat 19: 20, lihat juga 3: 47) Lam yamsasni basyar, ditafsirkan
oleh al-Naisaburi dengan tidak pernah seorang suami pun mendekatiku, wa lam
aku baghiyya, bukan pula seorang lacur (mendekatiku), dan aku sendiri bukan
seorang pezina. Seorang anak tidak mungkin ada kecuali dari (hubungan) suami
umumnya sebanyak 5 ayat, antara lain: “Ini tidak lain hanyalah perkataan
manusia” (In hadza illa qawl al-basyar (Alquran Surat 74: 25, lihat juga 19: 17,
74: 36, 19: 26). Kebanyakan mufassir tidak mengomentari lagi ayat ini karena
kafir dimana mereka mengatakan sesungguhnya Alquran itu hanya ajaran yang
mengatakan Alquran itu hanya dikutip dari perkataan orang lain (ma-nusia biasa)
9
6. Menyatakan proses penciptaan dari tanah
tanah ada 4 ayat, antara lain: Di antara tanda-tanda kekuasan-Nya ialah Dia
menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang
berkem-bang biak/basyar tantasyirun (Alquran Surat 30: 29. Lihat juga 38: 71,
dan 15: 28). Dia menciptakan kamu dari tanah, dimaksud adalah basyar
(manusia), kemudian menjadi manusia yang terdiri dari daging dan darah yaitu
Dia memuliakan anak-anak Adam dengan memberi mereka akal, bias berbicara,
bias menulis, bias membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, bentuk
tubuh yang baik, bias berdiri tegak serta bias mengatur kehidupan, baik sekarang
Asal usul manusia dalam pandangan Islam tidak terlepas dari figur Adam
sebagai manusia pertama. Adam merupakan manusia pertama yang diciptakan
Allah di muka bumi dengan segala karakter kemanusiaannya, yang memiliki sifat
kesempurnaan lengkap dengan kebudayaannya sehingga diangkat menjadi
khalifah di muka bumi, sesuai dengan firman Allah:
10
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat
“Sesungguhya Akuhendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi.” Mereka
berkata: “Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di muka bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
engkau?” Tuhan berfirman: “sesungguhnya aku mengetahui apa yan tidak kamu
ketahu”. (QS.al-Baqarah: 30).
Manusia yang baru diciptakan Allah itu adalah Adam yang memiliki
intelegensi yang paling tinggi dibandingkan dengan makhluk Allah lainnya dan
memiliki nilai-nilai kemanusiaan. Sehingga manusia dapat membentuk
kebudayaannya. Dalam al-Qur’an dijelaskan tentang proses penciptaan manusia
yang berawal dari percampuran antara laki-laki dengan perempuan yang tahapan
pembuahan sperma dalam janin melalui lima tahap: al-nutfah3, al-‘alaqah 4, al-
mudhgah 5, al-‘idham 6, dan al-lahm 7. Sesuai dengan firman Allah dalam al-
Qur’an surat al-Mu’minun ayat 12-14,
11
Menurut embriologi, proses kejadian manusia ini terbagi dalam tiga
periode:
12
periode kedua menurut embriologi (periode embrio). Dalam periode inilah
terbentuknya organ-organ penting. Adapun periode keempat dan kelima menurut
al-Qur’an sama dengan periode ketiga atau foetus.
Karena kita telah menerima dan meyakini sebagai hamba Allah yang
berkewajiban ibadah, maka Allah memberikan memberikan tuntunan bagaimana
cara merealisasikannya dengan benar sesuai kehendak-Nya.
13
2. Fungsi Kekhalifahan Manusia‘Abid atau hamba adalah jabatan
tertinggi yang disematkan Allah kepada manusia. jabatan hamba disini
bisa juga bermakna pembantu, ajudan, mandataris, atau dengan kata
lain wakil. Dengan demikian, sebagai hamba Allah, manusia
berkewajiban mewakili “keberadaan” Allah di muka bumi.
3. Peran Pengemban Amanah Allah, Dalam rangka memenuhi tanggung
jawab sebagai khalifah, menusia diberikan amanah. Peran manusia
adalah sebagai pengemban amanah dari Allah, yaitu mengelola atau
memaksimalkan sumber daya yang tersedia di alam untuk kepentingan
penghambaan seluruh manusia kepada Allah dalam setiap individu
manusia dan dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga, keadilan
Allah di muka bumi dapat terwujud.
14
Allah SWT. berfirman :
َ ت َواَأْل ْر
ض َو َما ِ اوا َّ ق هَّللا ُ ال
َ س َم ِ َُأ َولَ ْم يَتَفَ َّك ُروا فِي َأ ْنف
َ َس ِه ْم ۗ َما َخل
َ ق َوَأ َج ٍل ُم
ِ س ّمًى ۗ َوِإنَّ َكثِي ًرا ِم َن النَّا
س ِبلِقَا ِء َربِّ ِه ْم ِّ بَ ْينَ ُه َما ِإاَّل بِا ْل َح
ون َ لَ َكافِ ُر
Kemudian setelah manusia mati, baik secara husnul khatimah maupun suul
khatimah, ia akan memasuki alam keempat, yaitu alam kubur (alam barzakh). Di
alam keempat ini manusia akan tinggal sampai hari kiamat atau hari kebangkitan
(yaumul ba’ts) tiba. Setelah dibangkitkan kembali, manusia akan memasuki alam
kelima yaitu Padang Mahsyar. Dan di Padang Mahsyar inilah semua manusia
akan mempertanggungjawabkan seluruh amal perbuatannya selama hidup di
dunia.
Nabi yang mulia Saw bersabda:
15
Utsman bin Affan Radhiallahu’anhu berkata:
« إن القبر أول منازل اآلخرة فمن: سمعت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول
فقال عثمان رضي: ومن لم ينج منه فما بعده أشد منه » قال، نجا منه فما بعده أيسر منه
ما رأيت منظرا قط إال والقبر أفظع منه: هللا عنه
ِ َّ ) لِلط21(صادًا
) 22( اغينَ َمآبًا َ ِإنَّ َج َهنَّ َم َكانَتْ ِم ْر
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kata basyar dipakai dalam Alquran sangat terbatas, antara lain untuk
menunjukkan manusia pada umumnya seperti yang tampak pada fisiknya yang
bergantung sepenuhnya pada makan dan minum dari apa yang ada di bumi
(Alquran Surat 23:33). Dengan melihat konteks penggunaan kata basyar dalam
Alquran, maka dapat disimpulkan bahwa sebetulnya kata basyar menunjukkan
pengertian manusia dalam hubungannya dengan perbuatan yang melibatkan
tubuhnya, yang tampak pada luarnya, yang bergerak dan berjalan-jalan
17
DAFTAR PUSTAKA
Shihab, M Quraish. Tafsir al-Mishbah. Cet. IV; Jakarta: Lentera Hati, 2005.
---------------, Dia Ada Dimana-mana. Cet. IV; Jakarta: Lentera Hati, 2006 Kosim,
Abdul. 2018. Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT REMAJA ROSDA
KARYA3. Telkom Polytechnic, Agama Islam
18