Anda di halaman 1dari 19

Mata Kuliah : Studi Islam I (Manusia dan Agama)

Nama Dosen : Nasrul Hidayat,Lc.M.Th.I

ASPEK HISTORIS PENCIPTAAN MANUSIA DALAM ISLAM


(KOMPONEN BIOLOGIS)

KELOMPOK IV

1. YUSUF SYAPUTRA
2. INNAWATI
3. FAHRI MULKI
4. JULPA
5. TRIHERDIANSYAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIIDKAN


UNIVERSITAS MUSLIM MAROS
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena berkat
rahmat dan ridha-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini, tidak lupa shalawat
dan salam semoga selamanya tercurahkan kepada sang pemimpin revolusi
sedunia, pendobrak kebathilan yaitu Nabi besar Muhammad SAW.

Kami penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada bapak Nasrul


Hidayat,Lc.M.Th.I juga tidak lupa kepada seluruh pihak yang telah membantu dan
memotivasi kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata
sempurna, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca supaya menjadi dorongan dan perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Maros, 08 Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Teks Halaman

SAMPUL

KATA PENGANTAR.................................................................................i
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang-----------------------------------------------------------------1


1.2 Rumusan Masalah..................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Asal usul manusia..................................................................................3


2.2 Proses penciptaan manusia....................................................................5
2.3 Manusia dari perspektif Al-Qur’an dan Al Hadist serta Iptek...............8
2.4 Tujuan dan fungsi penciptaan manusia................................................10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..........................................................................................12
3.2 Saran....................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................14

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk-Nya yang paling sempurna dan sebaik-baik


ciptaan dibandingkan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Manusia dilengkapi
akal untuk berfikir yang membedakannya dengan binatang. Mengenai proses
kejadian manusia, dalam Al-Qur’an (QS. Al-Hijr (15) : 28-29) diterangkan
bahwa manusia diciptakan dari tanah dengan bentuk yang sebaik-baiknya
kemudian ditiupkan ruh kepadanya hingga menjadi hidup.

Banyak ahli ilmu pengetahuan mendukung teori evolusi yang


mengatakan bahwa manusia berasal dari makhluk yang mempunyai bentuk
maupun kemampuan yang sederhana kemudian mengalami evolusi dan
kemudian menjadi manusia seperti sekarang ini. Di lain pihak banyak ahli
agama yang menentang adanya proses evolusi manusia tersebut. Khususnya
agama Islam yang meyakini bahwa manusia pertama adalah Nabi Adam a.s.
disusul Siti Hawa dan kemudian keturunan-keturunannya hingga menjadi
banyak seperti sekarang ini. Hal ini didasarkan pada berita-berita dan
informasi-informasi yang terdapat pada kitab suci masing-masing agama yang
mengatakan bahwa Adam adalah manusia pertama. Untuk itu dalam makalah
ini akan dijelaskan bagaimana proses kejadian manusia menurut Al-Qur’an,
hadist, maupun iptek.

1.2 Rumusan Masalah


1. Dari apa manusia itu diciptakan
2. Bagaimana asal usul manusia diciptakan?
3. Bagaimana proses penciptaan manusia itu?
4. Apa tujuan dan fungsi penciptaan manusia?

1
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Untuk mengetahui dari apa manusia itu diciptakan
2. Untuk menjelaskan bagaimana asal kejadian manusia dan siapa pencipta-
Nya berdasarkan Al-Qur’an, hadist, dan iptek
3. Untuk mengetahui bagaimana proses penciptaan manusia
4. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi penciptaan manusia

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Asal Usul Manusia


2.1.1 Manusia dalam Pandangan Antropologi

Pada awalnya di dunia ini hanya ada satu sel yang kemudian
berkembang dan mengalami percabangan-percabangan. Percabangan ini
mengakibatkan adanya variasi mahluk hidup di dunia ini. Menurut Charles
Darwin dalam teori Evolusinya, manusia merupakan hasil evolusi dari
kera yang mengalami perubahan secara bertahap dalam waktu yang sangat
lama. Dalam perjalanan waktu yang sangat lama tersebut terjadi seleksi
alam. Semua mahluk hidup yang ada saat ini merupakan organisme-
organisme yang berhasil lolos dari seleksi alam dan berhasil
mempertahankan dirinya. Dalam teorinya ia mengatakan : “Suatu benda
(bahan) mengalami perubahan dari yang tidak sempurna menuju kepada
kesempurnaan”. Kemudian ia memperluas teorinya ini hingga sampai
kepada asal-usul manusia.

Dapat disimpulkan bahwa manusia dalam pandangan Antropologi


terbentuk dari satu sel sederhana yang mengalami perubahan secara
bertahap dengan waktu yang sangat lama (evolusi). Berdasarkan teori ini,
manusia dan semua mahluk hidup di dunia ini berasal dari satu moyang
yang sama. Nenek moyang manusia adalah kera. Teori Evolusi yang
dikenalkan oleh Charles Darwin ini akhirnya meluas dan terus dipakai
dalam antropologi.[3]

Teori ini mempunyai kelemahan karena ada beberapa jenis


tumbuhan dan hewan yang tidak mengalami evolusi dan tetap dalam
keadaan seperti semula. Misalnya sejenis biawak/komodo yang telah ada
sejak berjuta-juta tahun yang lalu dan hingga kini tetap ada. Jadi dapat kita
katakan bahwa teori yang dianggap ilmiah itu ternyata tidak mutlak karena
antara teori dengan kenyataan tidak dapat dibuktikan.

3
2.1.2 Manusia dalam Pandangan Agama Islam

Dalam Agama Islam, segala sesuatunya telah diatur dengan baik


dan digambarkan dalam kitab suci Al-Quran. Tidak luput olehNya,
bagaimana proses pembentukkan manusia yang juga digambarkan sejelas-
jelasnya. Dalam Al-Qur’an jika dipadukan dengan hasil penelitian ilmiah
menemukan titik temu mengenai asal usul manusia ini.

Terwujudnya alam semesta ini berikut segala isinya diciptakan


oleh Allah dalam waktu enam masa. Keenam masa itu adalah Azoikum,
Ercheozoikum, Protovozoikum, Palaeozoikum, Mesozoikum, dan
Cenozoikum. Dari penelitian para ahli, setiap periode menunjukkan
perubahan dan perkembangan yang bertahap menurut susunan organisme
yang sesuai dengan ukuran dan kadarnya masing-masing (tidak
berevolusi).[4]

Manusia dikaruniakan oleh Allah akal untuk berfikir. Dengan akal,


manusia mampu membedakan antara yang haq (benar) dengan yang bathil
(salah). Dengan akal pula, manusia mampu merenungkan dan
mengamalkan sesuatu yang benar tersebut. Dengan karunia akal, manusia
diharapkan dapat memilah dan memilih nilai-nilai kebenaran, kebaikan
dan keindahan.

Disamping memiliki akal, manusia selalu terlahir dengan 3 naluri yang


pasti ada dalam dirinya, yaitu :

 Naluri untuk mensucikan sesuatu : naluri untuk beragama dan menyebah


sesuatu yang lebih dari pada dirinya.
 Naluri untuk mempertahankan eksistensi diri : manunia punya
kecenderungan marah, sedih, senang dll.
 Naluri untuk melestarikan dirinya : naluri kasih sayang.

4
2.2 Proses Penciptaan Manusia
2.2.1 Penciptaan Manusia Menurut Bibel

Menurut penjelasan di dalam Bibel, Bibel tidak memuat


pernyataan-pernyataan mengenai berbagai fenomena alam yang pada
setiap masa sejarah manusia dapat menjadi subyek pengamatan dan dapat
meningkatkan banyaknya penjelasan atas kemahakuasaan Tuhan, disertai
dengan rincian-rincian spesifik tertentu. Sebagaimana akan kita lihat nanti,
teks-teks semacam itu hanya ada di dalam Al-Qur’an.

Penjelasan-penjelasan Bibel mengenai asal-usul penciptaan


manusia, dijelaskan di dalam Kitab Genesis dalam ayat-ayat yang
membahas penciptaan secara keseluruhan. Salah satu ayat yang ada di
dalam Kitab Genesis berbunyi : “Lalu Tuhan berkata, ‘Biarlah kita
membuat manusia dalam citra kita, sesuai dengan kita; dan jadilah mereka
menguasai ikan di laut, burung di udara, ternak, dan segala suatu di atas
bumi serta setiap makhluk yang melata di atas bumi’.[5]

2.2.2 Penciptaan Manusia Menurut Al-Qur’an

Al-Qur’an menyatakan proses penciptaan manusia mempunyai dua


tahapan yang berbeda, yaitu: Pertama, disebut dengan tahapan primordial.
Manusia pertama, Adam a.s. diciptakan dari al-tin (tanah), al-turob (tanah
debu), min shal (tanah liat), min hamain masnun (tanah lumpur hitam yang
busuk) yang dibentuk Allah dengan seindah-indahnya, kemudian Allah
meniupkan ruh dari-Nya ke dalamA diri (manusia) tersebut (Q.S, Al
An’aam (6):2, Al Hijr (15):26,28,29, Al Mu’minuun (23):12, Al Ruum
(30):20, Ar Rahman (55):4). Kedua, disebut dengan tahapan biologi.
Penciptaan manusia selanjutnya adalah melalui proses biologi yang dapat
dipahami secara sains-empirik. Di dalam proses ini, manusia diciptakan
dari inti sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah) yang tersimpan dalam
tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah itu dijadikan darah beku
(‘alaqah) yang menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut kemudian

5
dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah) dan kemudian dibalut dengan
tulang belulang lalu kepadanya ditiupkan ruh (Q.S, Al Mu’minuun
(23):12-14). Hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim menyatakan
bahwa ruh dihembuskan Allah swt. ke dalam janin setelah ia mengalami
perkembangan 40 hari nuthfah, 40 hari ‘alaqah dan 40 hari mudghah.

Penciptaan manusia dan aspek-aspeknya itu ditegaskan dalam


banyak ayat. Beberapa di antaranya sebagai berikut:

1. Manusia tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian
kecilnya (spermazoa).
2. Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.
3. Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.
4. Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.
5. Setetes Mani

Sebelum proses pembuahan terjadi, 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki
pada satu waktu dan menuju sel telur yang jumlahnya hanya satu setiap
siklusnya. Sperma-sperma melakukan perjalanan yang sulit di tubuh si ibu
sampai menuju sel telur karena saluran reproduksi wanita yang berbelok2,
kadar keasaman yang tidak sesuai dengan sperma, gerakan ‘menyapu’ dari
dalam saluran reproduksi wanita, dan juga gaya gravitasi yang berlawanan.
Sel telur hanya akan membolehkan masuk satu sperma saja.

Artinya, bahan manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya sebagian


kecil darinya. Ini dijelaskan dalam Al-Qur’an :

“Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya


setitik mani yang dipancarkan?” (QS Al Qiyamah:36-37).

6
 Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim

Setelah lewat 40 hari, dari air mani tersebut, Allah menjadikannya segumpal
darah yang disebut ‘alaqah.

“Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah”. (al ‘Alaq/96:2).

Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, terbentuk
sebuah sel tunggal yang dikenal sebagai “zigot” , zigot ini akan segera
berkembang biak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi “segumpal
daging”. Tentu saja hal ini hanya dapat dilihat oleh manusia dengan bantuan
mikroskop.

Tapi, zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia


melekat pada dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di bumi
dengan carangnya. Melalui hubungan semacam ini, zigot mampu
mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya. Pada
bagian ini, satu keajaiban penting dari Al Qur’an terungkap. Saat merujuk
pada zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu, Allah menggunakan kata
“alaq” dalam Al Qur’an. Arti kata “alaq” dalam bahasa Arab adalah “sesuatu
yang menempel pada suatu tempat”. Kata ini secara harfiah digunakan untuk
menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah.

 Pembungkusan Tulang oleh Otot

Disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur’an bahwa dalam rahim ibu, mulanya


tulang-tulang terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot yang membungkus
tulang-tulang ini.

“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian
Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah,
Pencipta Yang Paling Baik” (QS Al Mu’minun:14)

7
Para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio
terbentuk secara bersamaan. Karenanya, sejak lama banyak orang yang
menyatakan bahwa ayat ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Namun,
penelitian canggih dengan mikroskop yang dilakukan dengan menggunakan
perkembangan teknologi baru telah mengungkap bahwa pernyataan Al-Qur’an
adalah benar kata demi katanya.[6]

Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa perkembangan


dalam rahim ibu terjadi dengan cara persis seperti yang digambarkan dalam
ayat tersebut. Pertama, jaringan tulang rawan embrio mulai mengeras.
Kemudian sel-sel otot yang terpilih dari jaringan di sekitar tulang-tulang
bergabung dan membungkus tulang-tulang ini.

 Saripati Tanah dalam Campuran Air Mani

Cairan yang disebut mani tidak mengandung sperma saja. Ketika mani
disinggung di Al-Qur’an, fakta yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan
modern, juga menunjukkan bahwa mani itu ditetapkan sebagai cairan
campuran: “Dialah Yang menciptakan segalanya dengan sebaik-baiknya, Dia
mulai menciptakan manusia dari tanah liat. Kemudian Ia menjadikan
keturunannya dari sari air yang hina.” (Al-Qur’an, 32:7-8).

2.3 Manusia dari Perspektif Al-Qur’an dan Al Hadist serta Iptek

Menurut Raghib Al Asfahani seorang pakar bahasa Al-Qur’an,


sebagaimana dikutip Quraish Shihab memandang kata taqwim pada ayat ini
sebagai isyarat tentang keistimewaan manusia dibandingkan binatang, yaitu
akal, pemahaman dan bentuk fisiknya yang tegak lurus. Jadi, kalimat ahsanu
taqwim berarti bentuk fisik dan psikis yang sebaik-baiknya, yang dapat
melaksanakan fungsinya sebaik mungkin. Allah berbuat demikian karena
Allah ingin menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi. Oleh karenanya
Allah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk, sehingga tidak ada satu
makhlukpun yang lebih tinggi derajatnya dari manusia. Selayaknya ilmu

8
perakitan komputer, maka Allah telah merakit manusia dengan sistem
hardware dan software, lengkap, berkualitas tinggi dan multifungsi. Kesemua
perangkat ini bekerja secara sinergis dan dinamis agar manusia bisa
menjalankan fungsinya sebagai khalifah Allah di bumi.

Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk berpribadi, sebagai


makhluk yang hidup bersama-sama dengan orang lain, sebagai makhluk yang
hidup di tengah-tengah alam dan sebagai makhluk yang diciptakan dan diasuh
oleh Allah. Manusia sebagai makhluk berpribadi, mempunyai fungsi terhadap
diri pribadinya. Manusia sebagai anggota masyarakat mempunyai fungsi
terhadap masyarakat. Manusia sebagai makhluk yang hidup di tengah-tengah
alam, berfungsi terhadap alam. Manusia sebagai makhluk yang diciptakan dan
diasuh, berfungsi terhadap yang menciptakan dan yang mengasuhnya. Selain
itu manusia sebagai makhluk pribadi terdiri dari kesatuan tiga unsur yaitu :
unsur perasaan, unsur akal, dan unsur jasmani. Al-Qur’an menggambarkan
manusia sebagai makhluk pilihan Tuhan, sebagai khalifah-Nya di muka bumi,
serta sebagai makhluk semi-samawi dan semi duniawi, yang di dalam dirinya
ditanamkan sifat-sifat : mengakui Tuhan, bebas, terpercaya, rasa
tanggungjawab terhadap dirinya maupun alam semesta, serta karunia
keunggulan atas alam semesta, langit dan bumi. Manusia dipusakai dengan
kecenderungan jiwa ke arah kebaikan maupun kejahatan. Kemaujudan mereka
dimulai dari kelemahan dan ketidakmampuan, yang kemudian bergerak ke
arah kekuatan. Tetapi itu tidak akan menghapuskan kegelisahan psikis mereka,
kecuali jika mereka dekat dengan Tuhan dan selalu mengingat-Nya.

9
2.4 Tujuan dan Fungsi Penciptaan Manusia

Tujuan utama penciptaan manusia adalah agar manusia itu mengabdi


kepada Allah artinya sebagai hamba Allah agar menuruti apa saja yang
diperintahkan oleh Allah swt.

Sedangkan fungsi dari penciptaan manusia ini secara global kami


menyebutkan tiga kalsifikasi, yaitu:

1. Manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi

Khalifah disini maksudnya menjadi penguasa untuk mengatur dan


mengendalikan segala isinya. Sebagai pedoman hidup manusia dalam
melaksanakan tugas itu, Allah menurunkan agama-Nya. Agama menjelaskan
dua jalan yaitu jalan yang bahagia dan jalan yang akan membahayakannya.

Perbedaan tingkat yang akan diadakan oleh Allah di dalam masyarakat


manusia, bukanlah suatu kesempatan bagi si kuat untuk menganiaya si lemah
atau si kaya tidak memperdulikan si miskin, melainkan suatu penyusunan
masyarakat ke arah kebaikan hidup bersama melalui tolong menolong.[7]

2. Manusia sebagai Warosatul Anbiya’

Kehadiran Nabi Muhammad saw. di muka bumi ini mengemban misi


sebagai ‘Rahmatal lil ‘Alamiin’ yakni suatu misi yang membawa dan
mengajak manusia dan seluruh alam untuk tunduk dan taat pada syari’at-
syari’at dan hukum-hukum Allah swt. guna kesejahteraan perdamaian, dan
keselamatan dunia akhirat.

Misi tersebut berpijak pada trilogy hubungan manusia, yaitu:

 Hubungan manusia dengan Tuhan, karena manusia sebagai makhluk


ciptaan-Nya.
 Hubungan manusia dengan masyarakat, karena manusia sebagai anggota
masyarakat.

10
 Hubungan manusia dengan alam sekitarnya, karena manusia selaku

pengelola, pengatur, serta pemanfaatan kegunaan alam

3. Manusia sebagai ‘Abd (Pengabdi Allah)

Fungsi ini mengacu pada tugas-tugas individual manusia sebagai


hamba Allah swt. Tugas ini diwujudkan dalam bentuk pengabdian ritual
kepada Allah swt. dengan penuh keikhlasan. Secara luas konsep ‘abd ini
meliputi seluruh aktivitas manusia dalam kehidupannya. Semua yang
dilakukan oleh manusia dalam kehidupannya dapat dinilai sebagai ibadah jika
semua yang dilakukan (perbuatan manusia) tersebut semata-mata hanya untuk
mencari ridha Allah swt.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Terdapat dua pendapat mengenai asal usul manusia, yaitu bahwa asal usul
manusia dari nabi Adam a.s yang merupakan pendapat para ahli agama
sesuai dengan kitab-kitab suci sebagai dasar (termasuk agama Islam).
Pendapat kedua berdasarkan penemuan fosil-fosil oleh para ilmuan yang
berpendapat bahwa asal usul manusia sesuai dengan teori evolusi
merupakan hasil evolusi dari kera-kera besar selama bertahun-tahun dan
telah mencapai bentuk yang paling sempurna. Teori kedua yang dianggap
ilmiah itu ternyata tidak mutlak karena antara teori dengan kenyataan tidak
dapat dibuktikan.
 Proses kejadian manusia berdasarkan Al-Qur’an dan As Sunnah terjadi
dalam dua tahap. Pertama, tahapan primordial, yakni proses penciptaan
nabi Adam a.s sebagai manusia pertama. Kedua, tahapan biologi, yakni
manusia diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah)
yang tersimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah itu
dijadikan darah beku (‘alaqah) yang menggantung dalam rahim. Darah
beku tersebut kemudian dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah) dan
kemudian dibalut dengan tulang belulang lalu kepadanya ditiupkan ruh.
 Allah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk, sehingga tidak ada
satu makhlukpun yang lebih tinggi derajatnya dari manusia. Selayaknya
ilmu perakitan komputer, maka Allah telah merakit manusia dengan sistem
hardware dan software, lengkap, berkualitas tinggi dan multifungsi.
Kesemua perangkat ini bekerja secara sinergis dan dinamis agar manusia
bisa menjalankan fungsinya sebagai khalifah Allah di bumi.
 Tujuan utama penciptaan manusia adalah agar manusia menyembah dan
mengabdi kepada Allah swt.

12
 Sedangkan fungsi penciptaan manusia ke dunia, diklasifikasikan ke dalam
tiga (3) pokok, yaitu:
1. Manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi
2. Manusia sebagai Warosatul Anbiya’
3. Manusia sebagai ‘Abd (Pengabdi Allah)

3.2 Saran

Setelah mengetahui asal usul dan bagaimana proses manusia itu


diciptakan, hendaknya setiap manusia bisa sadar akan tujuan hidupnya yaitu
untuk mencari keridhaan Allah SWT, karena jiwa yang memperoleh keridhaan
Allah adalah jiwa yang berbahagia, mendapat ketenangan, serta akan
memperoleh imbalan surga. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya:
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas
lagi diridhainya. Maka masuklah dalam jamaah hamba-hambaku. Dan
masuklah ke dalam surgaku.” (QS Al Fajr : 27-30)

Selama hidup di dunia manusia wajib beribadah, menghambakan diri


kepada Allah. Seluruh aktivitas hidupnya harus diarahkan untuk beribadah
kepada Allah SWT sebagai pencipta semua makhluk. Semoga dapat menjadi
pembelajaran bagi kita semua sehingga kita menjadi manusia yang senantiasa
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

Dengan terselesaikannya makalah ini semoga bermanfaat bagi


semuanya dan pembaca khususnya. Penyusun menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan yang harus dibenahi.
Untuk itu masukan-masukan dari pihak-pihak yang merespon makalah ini
sangat ditunggu.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/09/19/proses-kejadian-manusia-
dan-nilai-nilai-pendidikan-di-dalamnya/

http://nyaknurul.blogspot.com/2011/03/asal-mula-kejadian-manusia.html

http://www.gudangmateri.com/2010/12/proses-penciptaan-manusia-menurut-
islam.html

http://alhayaat.wordpress.com/2009/05/28/proses-penciptaan-manusia-menurut-
islam-dan-iptek/

http://hanykpoespyta.wordpress.com/2008/04/19/manusia-antara-pandangan-
antropologi-dan-agama-islam/

Dr. Bucaille, Maurice. (1984). Asal-Usul Manusia Menurut Bibel, Al-Qur’an dan
Sains. Bandung: Penerbit Mizan.

Syueb, Sudono. Buku Pintar Agama Islam. (2011). Percetakan Bushido Indonesia:
Delta Media

Prof. DR. Daradjat, Zakiah. dkk. (1986). Dasar-dasar Agama Islam. Jakarta.

[1] Prof. DR. Zakiah Daradjat. dkk, Dasar-dasar Agama Islam (Jakarta : 1986),
hal : 48.

[2] Sudono Syueb, Buku Pintar Agama Islam, (Percetakan Bushido Indonesia:
Delta Media, 2011), hal: 70.

[3] Hanykpoespyta, Manusia : Antara Pandangan Antropologi dan Agama Islam,


(http://hanykpoespyta.wordpress.com/2008/04/19/manusia-antara-pandangan-
antropologi-dan-agama-islam/, diposting : 19 April 2008)

[5] Dr. Maurice Bucaille, Asal-Usul Manusia Menurut Bibel, Al-Qur’an dan
Sains, (Bandung: Penerbit Mizan, 1984, edisi ke-3), hal: 169.

14
[6] Ahliana Afifati, Proses Penciptaan Manusia Menurut Islam dan Iptek,
(http://alhayaat.wordpress.com/2009/05/28/proses-penciptaan-manusia-menurut-
islam-dan-iptek/ diposting : 28 Mei 2009).

[7] Prof. DR. Zakiah Daradjat. dkk, Dasar-dasar Agama Islam (Jakarta : 1986),
hal : 48.

15

Anda mungkin juga menyukai