Penulis menyadari bahawa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan atas
segala kekurangannya. Dan penulis pun berharap semoga makalah ini dapat
menambah ilmu pengetahuan bagi semua, dan akhir kata penulis berharap bahwa
yang akhirnya nanti makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang
membacanya. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin..
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
A. Pengertian ............................................................................................................... 5
B. Analisa .................................................................................................................. 24
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 25
B. Saran ..................................................................................................................... 25
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................................... 27
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini guna untuk memenuhi tugas dosen mata
kuliah ASWAJA sekaligus menjadi bahan pembelajaran bagi mereka yang
membutuhkan.
C. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian implementasi ?
b. Apa pengertian dan dalil-dalil tentang ASWAJA ?
c. Bagaimana mengimplementasikan paham aswaja dalam kehidupan
masyarakat ?
4
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian
Apa yang dimaksud dengan implementasi (implementation)?
Secara umum, arti implementasi adalah suatu penerapan atau tindakan
yang dilakukan berdasarkan rencana yang telah disusun atau dibuat
dengan cermat dan terperinci sebelumnya.
1. Prof. Tachjan
Menurut Prof. Tachjan (2006), arti implementasi adalah suatu
tindakan atau kegiatan yang dilakukan setelah adanya kebijakan.
2. Budi Winarno
Menurut Budi Winarno, pengertian implementasi adalah suatu
tindakan yang harus dilakukan oleh sekelompok individu yang ditunjuk
dalam penyelesaian suatu tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya.
5
3. Hanifah Harsono
Menurut Hanifah Harsono (2002:67), arti implementasi adalah
suatu proses untuk melaksanakan kebijakan menjadi tindakan kebijakan
dari politik ke dalam administrasi. Pengembangan kebijakan dalam rangka
penyempurnaan suatu program.
4. Nurdin Usman
Menurut Nurdin Usman (2002:70), pengertian implementasi adalah
sesuatu yang bermuara pada akhtivitas, aksi, tindakan atau aktivitas yang
dilakukan secara sistematis dan terikat oleh mekanisme. Dengan begitu,
maka implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang
terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.
B. Dasar Hukum
Aswaja adalah paham Ahlussunnah wal-jama‟ah itu sendiri, maka
ruang lingkup Aswaja berarti ruang lingkup Ahlussunnah wal-jama‟ah.
Aswaja yang merupakan hasil rumusan (produk pemikiran) yang telah
dibakukan sebagai paham Ahlussunnah wal Jama‟ah dalam kajian dan
pembahasannya meliputi beberapa aspek, antara lain:
6
Aspek akidah merupakan aspek paling krusial dari segala
permasalah dalam Islam, karena cakupannya menyangkut hubungan antara
seseorang dengan tuhannya. Maka tidak diherankan banyak sekali terjadi
perpecahan di kalangan kaum muslimin yang melahirkan polemik tiada
berkesudahan.
Pasca wafatnya Rosulullah perselisihan sudah mulai terjadi di
kalangan kaum muslimin, bermula dari masalah Imamah dan berlanjut
pada persoalan akidah yang melahirkan berbagai aliran teologi.
Dari berbagai perselisihan tersebut banyak terjadi perdebatkan
tentang nama dan sifat Allah, melihat Allah di akhirat, Al-Qur‟an
Kalamullah, perbuatan manusia, akal dan wahyu, serta pemasalahan-
permasalahan lain yang terus berkembang hingga era dewasa ini.
Dari berbagai aliran yang muncul, lahir pula Ahlussunnah wal-
jama‟ah sebagai kelompok moderat yang diusung oleh Imam Abul Hasan
al-Asy‟ary (260-330 H/873-947 M). dan Imam Abu Manshur al-Maturidy
(333 H/944 M) yang kemudian dikenal dengan paham Asy-a‟riyah dan
Maturiddyah. Menyikapi perselisihan yang terjadi,
Ahlussunnah wal-jamaah adalah jalan tengah (tawassut) diantara
kelompok-kelompok keagamaan yang berkembang. Sikap tawassut
(moderat) ini merupakan ciri utama kelompok Ahlussunnah wal-jama‟ah
dalam berakidah. Hal ini penting untuk menghindari fanatisme beragama
serta untuk merealisasikan amar ma‟ruf nahi munkar yang
mengedepankan kebajikan dan kebijakan.
7
mengatur hubungan sesama manusia secara harmonis, baik dalam
kehidupan pribadi maupun sosial. Dalam konteks historis, fiqih disepakati
oleh jumhur ulama
Ahlussunnah wal-jama’ah bersumber dari empat madzhab, yakni
Hanafi, Maliki, Syafi‟i dan Hanbali.
3) Bidang Sosial-Politik
8
Menurut ayat di atas, syura merupakan ajaran yang setara dengan
iman kepada Allah (iman billah), tawakal, menghindari dosa-dosa besar
(ijtinab alkaba‟ir), memberi ma'af setelah marah, memenuhi titah ilahi,
mendirikan shalat, memberikan sedekah, dan lain sebagainya. Seakanakan
musyawarah merupakan suatu bagian integral dan hakekat Iman dan
Islam.
- Al-'Adl (Keadilan)
Menegakkan keadilan merupakan suatu keharusan dalam Islam terutama
bagi penguasa (wulat) dan para pemimpin pemerintahan (hukkam)
terhadap rakyat dan umat yang dipimpin. Hal ini didasarkan kepada QS
An-Nisa' ayat 58
- Al-Hurriyyah (Kebebasan)
Kebebasan dimaksudkan sebagai suatu jaminan bagi rakyat (umat)
agar dapat melakukan hak-hak mereka. Hakhak tersebut dalam syari'at
dikemas dalam al-Ushul al-Khams (lima prinsip pokok) yang menjadi
kebutuhan primer bagi setiap insan.
Kelima prinsip tersebut adalah: Hifzhu an-Nafs, yaitu jaminan atas
jiwa (kehidupan) yang dirniliki warga negara (rakyat), Hifzhu ad-Din,
yaitu jaminan kepada warga negara untuk memeluk agama sesuai dengan
9
keyakinannya, Hifzhu al-Mal, yaitu jaminan terhadap keselamatan harta
benda yang dirniliki oleh warga negara, Hifzhu an-Nasl, yaitu jaminan
terhadap asal-usul, identitas, garis keturunan setiap warga negara, dan
Hifzhu al-'lrdh, yaitu jaminan terhadap harga diri, kehormatan, profesi,
pekerjaan ataupun kedudukan setiap warga negara.
10
(saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya
kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada
Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa
yang telah kamu perselisihkan itu.
11
BAB III
MATERI DISKUSI
12
orang-orang yang selalu berpedoman kepada sunnah Nabi Muhammad
SAW. dan jalan para sahabat beliau, baik dilihat dari aspek akidah,
agama, amal-amal lahiriyah, atau akhlak hati.[1] Jama’ah mengandung
beberapa pengertian, yaitu: kaum ulama atau kelompok intelektual;
golongan yang terkumpul dalam suatu pemerintahan yang dipimpin oleh
seorang amir; golongan yang di dalamnya terkumpul orang-orang yang
memiliki integritas moral atau akhlak, ketaatan dan keimanan yang kuat;
golongan mayoritas kaum muslimin; dan sekelompok sahabat Nabi
Muhammad SAW.
13
Aspek akidah merupakan aspek paling krusial dari segala
permasalah dalam Islam, karena cakupannya menyangkut hubungan
antara seseorang dengan tuhannya. Maka tidak diherankan banyak sekali
terjadi perpecahan di kalangan kaum muslimin yang melahirkan polemik
tiada berkesudahan.
Pasca wafatnya Rosulullah perselisihan sudah mulai terjadi di
kalangan kaum muslimin, bermula dari masalah Imamah dan berlanjut
pada persoalan akidah yang melahirkan berbagai aliran teologi.
Dari berbagai perselisihan tersebut banyak terjadi perdebatkan
tentang nama dan sifat Allah, melihat Allah di akhirat, Al-Qur‟an
Kalamullah, perbuatan manusia, akal dan wahyu, serta pemasalahan-
permasalahan lain yang terus berkembang hingga era dewasa ini.
Dari berbagai aliran yang muncul, lahir pula Ahlussunnah wal-
jama‟ah sebagai kelompok moderat yang diusung oleh Imam Abul
Hasan al-Asy‟ary (260-330 H/873-947 M). dan Imam Abu Manshur al-
Maturidy (333 H/944 M) yang kemudian dikenal dengan paham Asy-
a‟riyah dan Maturiddyah. Menyikapi perselisihan yang terjadi,
Ahlussunnah wal-jamaah adalah jalan tengah (tawassut) diantara
kelompok-kelompok keagamaan yang berkembang. Sikap tawassut
(moderat) ini merupakan ciri utama kelompok Ahlussunnah wal-jama‟ah
dalam berakidah. Hal ini penting untuk menghindari fanatisme beragama
serta untuk merealisasikan amar ma‟ruf nahi munkar yang
mengedepankan kebajikan dan kebijakan.
14
pedoman untuk mengatur hubungan sesama manusia secara harmonis,
baik dalam kehidupan pribadi maupun sosial. Dalam konteks historis,
fiqih disepakati oleh jumhur ulama
Ahlussunnah wal-jama’ah bersumber dari empat madzhab, yakni
Hanafi, Maliki, Syafi‟i dan Hanbali.
3) Bidang Sosial-Politik
ُ ش ْي ٍء فَ َمتَا
ِ ع ا ْل َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا َو َما ِع ْن َد ه
َّللا َخي ٌْر َ فَ َما أُوتِيت ُ ْم ِم ْن
َ ) َوالهذ36( ون
َ ُِين يَجْ تَنِب
ون َ ُع َلى َر ِب ِه ْم َيت َ َو هكل َ َوأ َ ْبقَى ِللهذ
َ ِين آ َمنُوا َو
َ ) َوالهذ37( ون
ِين َ ش َو ِإ َذا َما
َ غ ِضبُوا ُه ْم يَ ْغ ِف ُر ِ َكبَائِ َر اإلثْ ِم َوا ْلفَ َو
َ اح
َ صالةَ َوأ َ ْم ُر ُه ْم ش
ُورى بَ ْي َن ُه ْم َو ِم هما ست َ َجابُوا ِل َربِ ِه ْم َوأَقَا ُموا ال ه ْ ا
َ ي ُه ْم يَ ْنت َ ِص ُر
ون َ َ ِين ِإ َذا أ
ُ صابَ ُه ُم ا ْلبَ ْغ َ َُر َز ْقنَا ُه ْم يُ ْن ِفق
َ ) َوالهذ38( ون
39()
Artinya: ”Maka sesuatu yang diberikan kepadamu, itu adalah
kenikmatan hidup di dunia; dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan
lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan
mereka, mereka bertawakkal.(36) dan (bagi) orang-orang yang menjauhi
dosa-dosa besar dan perbuatan- perbuatan keji, dan apabila mereka
marah mereka memberi maaf.(37) dan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan
mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka
menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.(38).
dan ( bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim
mereka membela diri.(39)
15
Menurut ayat di atas, syura merupakan ajaran yang setara dengan
iman kepada Allah (iman billah), tawakal, menghindari dosa-dosa besar
(ijtinab alkaba‟ir), memberi ma'af setelah marah, memenuhi titah ilahi,
mendirikan shalat, memberikan sedekah, dan lain sebagainya. Seakanakan
musyawarah merupakan suatu bagian integral dan hakekat Iman dan
Islam.
- Al-'Adl (Keadilan)
Menegakkan keadilan merupakan suatu keharusan dalam Islam
terutama bagi penguasa (wulat) dan para pemimpin pemerintahan
(hukkam) terhadap rakyat dan umat yang dipimpin. Hal ini didasarkan
kepada QS An-Nisa' ayat 58
- Al-Hurriyyah (Kebebasan)
Kebebasan dimaksudkan sebagai suatu jaminan bagi rakyat (umat)
agar dapat melakukan hak-hak mereka. Hakhak tersebut dalam syari'at
dikemas dalam al-Ushul al-Khams (lima prinsip pokok) yang menjadi
kebutuhan primer bagi setiap insan.
Kelima prinsip tersebut adalah: Hifzhu an-Nafs, yaitu jaminan atas
jiwa (kehidupan) yang dirniliki warga negara (rakyat), Hifzhu ad-Din,
yaitu jaminan kepada warga negara untuk memeluk agama sesuai dengan
16
keyakinannya, Hifzhu al-Mal, yaitu jaminan terhadap keselamatan harta
benda yang dirniliki oleh warga negara, Hifzhu an-Nasl, yaitu jaminan
terhadap asal-usul, identitas, garis keturunan setiap warga negara, dan
Hifzhu al-'lrdh, yaitu jaminan terhadap harga diri, kehormatan, profesi,
pekerjaan ataupun kedudukan setiap warga negara.
17
(saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya
kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada
Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa
yang telah kamu perselisihkan itu.
18
Syari’ah atau fikih merupakan aspek keagamaan yang
berhubungan dengan kegiatan ibadah (ibâdah) dan mu’amalah
(mu’âmalah). Ibadah merupakan tuntutan formal yang berhubungan
dengan tata cara seorang hamba dalam berhadapan dengan Tuhannya,
seperti yang tergabung dalam rukun Islam. Hubungan secara langsung
antara hamba dengan Tuhannya ini dalam bahasa Al-Quran disebut habl
min Allâh. Adapun mu’amalah merupakan bentuk kegiatan ibadah
(penghambaan kepada Allah atau pengamalan ajaran agama) yang bersifat
sosial, menyangkut hubungan manusia dengan sesamanya secara
horizontal, misalnya jual beli, perilaku pidana-perdata, pembuatan
kesepakatan-kesepakatan tertentu, perilaku sosial-politik, dan lain
sebagainya. Dalam bahasa Al-Quran aspek ini disebut dengan habl min
an-nâs.
Semua dasar dari syari’ah atau fikih ini ada di dalam Al-Quran dan
Sunnah Nabi. Akan tetapi, menurut paham Ahlussunnah Waljama’ah tidak
semua orang akan dapat menerjemahkan dan memahaminya secara
langsung. Sebagaimana diketahui, kebanyakan nash Al-Quran maupun
Sunnah berbicara tentang pokok dan prinsip-prinsip (ashl, j: ushûl)
masalah. Hal ini membutuhkan penjabaran dengan metode pengambilan
hukum tertentu, sehingga dapat diperjelas apa saja yang menjadi cabang-
cabangnya (far’ j: furû’). Untuk melakukan hal ini diperlukan ijtihad yang
tidak semua mampu melakukannya. Itulah sebabnya mengapa dalam
paham Ahlussunnah Waljama’ah, mengikuti mazhab tertentu dalam
memahami ajaran agama menjadi demikian penting.
19
diletakkan dalam konteks yang hierarkis, di mana sumber suatu hukum
baru akan digunakan jika dalam sumber di atasnya tidak ditemukan
keketapannya.
20
Tiga karakter tersebut berfungsi untuk menghindari tatharruf atau
sikap ekstrim dalam segala aspek kehidupan. Dengan kata lain, (Muhith
Muzadi, tt: 33-34) harus ada pertengahan dan keseimbangan dalam
berbagai hal. Dalam akidah, misalnya, harus ada keseimbangan atau
(pertengahan) antara penggunaan dalil naqliy dan ’aqliy, antara ekstrim
Jabariyah dan Qadariyah. Dalam bidang syari’ah dan fikih, ada
pertengahan antara ijtihad ”sembrono” dengan taklid buta dengan jalan
bermazhab. Tegas dalam hal-hal qath’iyyât dan toleran pada hal-hal
dzanniyyât. Dalam akhlak, ada keseimbangan dan pertengahan antara
sikap berani (syajâ’ah) dan sikap penakut serta ”ngawur”. Sikap tawâdlu’
(rendah hati) merupakan pertengahan antara takabbur (sombong) dan
tadzallul (rendah diri).
21
masyarakat Islam tradisional, pada satu sisi barangkali –meskipun bisa
dipahami dalam pengertian lain, antusiasme mereka dalam melestarikan
budaya dan tradisi lokal dalam mengamalkan ajaran agama disebabkan
oleh kenyataan bahwa dalam mengimplementasikan paham Ahlussunnah
Waljama’ah itu mereka lebih menitikberatkan pada aspek prinsip tadi.
22
ulama dalam memberikan jawaban atas persoalan-persoalan yang
berkembang di masyarakat. Konsep itu disempurnakan lagi pada Munas
Alim Ulama di Bandar Lampung Pada 21-25 Januari 1992. Wawasan NU
tentang plularitas masyarakat juga tergambar dalam upaya-upaya
perumusan dasar negara pada masa kemerdekaan, penerimaannya asas
Pancasila bagi organisasi sosial dan kemasyarakatan yang ada di
Indonesia.
23
Keharusan bertaklid bagi orang yang tidak memiliki kemampuan cukup
untuk berijtihad yang amat ditekankan oleh Kiai Hasyim Asy’ari dalam
Risâlah Ahl as-Sunnah wal al-Jamâ’ahnya itu agaknya cukup memberikan
pengaruh terhadap realitas yang berkembang dalam metode pengambilan
hukum dan keputusan-keputusan ulama di lingkungan NU. Akan tetapi
sesungguhnya yang dimaksud Kiai Hasyim Asy’ari itu adalah agar setiap
orang menumbuhkan sikap kehati-hatian dalam menjalankan ajaran dan
hukum-hukum agama. Sehingga, perujukan terhadap keputusan-keputusan
yang dihasilkan oleh as-salaf ash-ashâlih perlu dilakukan dan menjadi
dasar pegangan dalam proses-proses penarikan kesimpulan yang berkaitan
dengan hukum agama. Inilah yang melandasi NU untuk menentukan
pilihan mazhab dalam kehidupan agama.
B. Analisa
Memang sudah seharusnya paham Aswaja diimplementasikan dalam
kehidupan social masyarakat terutama generasi muda saat ini. Masuknya
budaya asing atau yang disebut westernisasi ke dalam kehidupan social
masyarakat kita saat ini, sehingga banyak ajaran-ajaran Aswaja yang mulai
pudar. Dengan adanya implementasi paham aswaja kedalam kehidupan
social masyarakat terutama generasi muda, diharapkan dapat tertanamnya
nilai-nilai aswaja yang sudah seharusnya dipertahankan oleh generasi muda
saat ini. Melalui materi pendidikan dasar tentang Aswaja di setiap jenjang
pendidikan terutama sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi yang
memiliki basic Aswaja.
24
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ahlussunnah wal jama’ah yang biasa disingkat Aswaja inilah yang
bisa dijadikan benteng pendirian dalam kehidupan social masyarakat.
Aswaja sangat penting ditanamkan dalam setiap hal ihwal kehidupan
social masyarakat kita karena di dalam Aswaja inilah terdapat banyak hal
yang bisa kita dapatkan. Dengan adanya implementasi paham aswaja
kedalam kehidupan social masyarakat terutama generasi muda, diharapkan
dapat tertanamnya nilai-nilai aswaja yang sudah seharusnya dipertahankan
oleh generasi muda saat ini. Mengapa harus generasi muda ? karena
generasi muda-lah yang akan menjadi penerus bangsa kita nantinya.
Menjadi tatanan masyarakat yang baik guna menjadikan bangsa yang
terbaik pula.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan, kami mengajukan beberapa rekomendasi
sebagai berikut :
25
DAFTAR PUSTAKA
https://www.nu.or.id/post/read/9405/ahlussunnah-wal-jama--8217-ah-dalam-ilmu-
tauhid
https://www.nu.or.id/post/read/17801/aswaja-dan-tantangan-masa-kini-di-indonesia
http://ipnu-ippnu-watumalang.blogspot.com/2012/04/pengertian-dan-dasar-hukum-
aswaja.html
http://alimpolos.blogspot.com/2014/06/pengertian-aswaja-karakteristik-aswaja.html
https://jaibnajhan.blogspot.com/2012/12/pengertian-ahlus-sunnah-wal-jamaah.html
http://www.muslimedianews.com/2015/03/implementasi-aswaja-ala-warga-nu.html
https://www.ngelmu.co/pengertian-implementasi-penjelasan-dan-contoh-
implementasi/
http://www.ibnukatsironline.com/2015/10/tafsir-surat-asy-syura-ayat-36-39.html
https://tafsirq.com/4-an-nisa/ayat-58
https://tafsirq.com/5-al-maidah/ayat-48
http://pangeransapudi.blogspot.com/2013/03/aswaja-dalam-kehidupan-sosial.html
https://www.maxmanroe.com/vid/manajemen/arti-implementasi.html
26
LAMPIRAN-LAMPIRAN
27
28
29
30