Anda di halaman 1dari 38

KEBIJAKAN MONETER DALAM EKONOMI ISLAM

Makalah

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Ekonomi Islam


dengan dosen pengampu Agus Arwani, M.Ag.

Oleh :

1. Sashi Meilina (2013116281)


2. Bella Mahendriana (2013116282)
3. Putri Kurnia Lestari (2013116284)
4. Kalfadia Rosada (2013116288)

Kelas : D

JURUSAN EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN


BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PEKALONGAN
2017
ABSTRAK
Ekonoi Islam: Kebijakan Moneter

Islam memiliki kebijakan moneter tersendiri yang berbeda dengan sistem


ekonomi lainnya. Pada aspek tujuan islam tidak hanya menekan equilibrium
antara permintaan dan penawaran uang akan tetapi juga mengupayakan terjadinya
pemerataan dengan prinsip keadilan dan persaudaraan, sehingga tercipta distribusi
kekayaan dan pendapatan secara adil pula.
Pada aspek menejemen, dengan tidak berlakunya bunga, islam memiliki
perbedaan yang besar dengan sistem konvensional, dan secara tidak langsung,
terhindar dari dampak buruk sistem bunga. Spekulasi yang merupakan “Hantu”
pada sistim konvensional, aspek terbesar yang memberikan kontribusi pada krisis
moneter selama ini, kalaulah tidak hilang, dapat diminimalisir penerapan profil
and los Sharing pada funansial intermediation dapat menciptakan perekonomian
yang lebih stabil, karena dapat meminimalisasi pemanfaatan agregat money
demand untuk kegiatan yang non esensial dan non produktif, sehingga efesiensi
dan pemerataan pemanfaatan sumber daya dapat ditingkatkan dan ketidak
seimbangan makro ekonomi yang menyebabkan inflasi dapat dikurangi.
Rumusan dalam makalah ini adalah pengertian dari kebijakan moneter
dalam ekonomi islam. Apa saja prinsip-prinsip kebijakan moneter dalam ekonomi
islam. Apa saja instrumen moneter islami. Bagaimana kebijakan moneter pada
masa nabi, sahabat dan khulafaur rayidin serta abad pertengahan.
Tujuan makalah ini adalah untuk memahami pengertian dari kebijakan
moneter dalam ekonomi islam. Untuk mengetahui prinsip-prinsip kebijakan
moneter dalam ekonomi islam. Untuk mengetahui instrumen moneter islami.
Untuk mengidentifikasi kebijakan moneter pada masa nabi, sahabat dan khulafaur
rasyidin serta abad pertengahan.Dalam menyusun makalah ini menggunakan
metode study literatur dansurving google.
Kata Kunci : Kebijakan Moneter dalam Ekonomi Islam

PERNYATAAN

ii
Kami yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Sashi Meilina (2013116281)

Bella Mahendriana (2013116282)

Putri Kurnia Lestari (2013116284)


Kalfadia Rosada (2013116288)

Judul Makalah: “ KEBIJAKAN MONETER DALAM EKONOMI ISLAM ”

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan makalah ini berdasarkan


hasil penelitian, pemikiran dan pemaparan asli dari kami sendiri. Jika terdapat
karya orang lain, kami akan mencantumkan sumber yang jelas.
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya dan apabila
dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,
maka kami bersedia menerima sanksi akademik karena karya tulis ini dan sanksi
lain sesuai dengan peraturan yang berlaku di Institut Agama Islam Negeri
Pekalongan.
Demikian pernyataan ini kami buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan
dari pihak manapun.

Pekalongan, 15 November 2017

Penulis

KATA PENGANTAR

iii
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-NYA
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kebijakan Moneter
Dalam Ekonomi Islam“. Sholawat serta salam tak lupa kami junjungkan kepada
pimpinan agung kita baginda Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syafaatnya di akhirat nanti.
Selain itu kami juga berterima kasih kepada Bapak Agus Arwani, M.Ag.
selaku Dosen mata kuliah Ekonomi Islam yang telah memberikan tugas ini
kepada kami serta membimbing kami dalam pembuatan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat banyak sekali kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akan datang.

Pekalongan, 15 November 2017

Penulis

DAFTAR ISI

iv
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
ABSTRAK......................................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN...........................................................................iii
KATA PENGANTAR......................................................................................iv
DAFTAR ISI......................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kebijakan Moneter.................................................................3
B. Prinsip-Prinsip Kebijakan Moneter Dalam Ekonomi Islam.....................6
C. Instrumen Moneter Islami.........................................................................7
D. Kebijakan Moneter Pada Masa Nabi, Sahabat atau Khulafaurrasyidin
dan Abad Pertengahan ..........................................................................12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................23
B. Saran.......................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai
dampak kebijakan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam bidang
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakam laju pertumbuhan yang
dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung
menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi.1
Kuznets dan Sirojuzilam mendefinisikan pertumbuhan ekonomi
sebagai “Kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu Negara untuk
menyediakan semakin banyak barang kepada penduduknya, kemampuan
ini bertambah sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian
kelembagaan dan ideologis yang diperlukan”.2
Untuk dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi
stabil tidaklah pekerjaan yang mudah untuk dilaksanakan, ini ibaratnya
mata uang 2 sisi, kadang dicapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi tapi
tidak stabil. Untuk mencapai inilah diperlukan kebijakan moneter.
Kebijakan moneter bertujuan mengarahkan perekonomian makro
ke kondisi yang lebih baik dan atau diinginkan. Kondisi-kondisi tersebut
diukur dengan menggunakan indikator-indikator makro utama seperti
terpeliharanya pertumbuhan ekonomi yang baik, stabilitas harga umum
yang terkendali, dan menurunnya tingkat pengangguran.
Sesuai dengan kondisi perekonomian masyarakat Indonesia yang
kegiatannya bertumpu pada aset keuangan kredit perbankan, maka
pemerintah perlu melaksanakan kebijakan moneter melalui pengelolaan
atau pengaturan sistem perkreditan secara dinamis, sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi struktur potensi ekonomi masyarakat daerah
(resource base) yang akan digerakkan.
1
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi, (Jakarta: LPFE UI,
2008), hlm. 435.
2
M. Nur Rianto, Teori Makroekonomi Islam, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm.131.

1
Kebijakan moneter tujuannya adalah untuk mencapai stabilisasi
ekonomi. Berhasil tidaknya tujuan dari kebijakan moneter tersebut
dipengaruhi oleh dua faktor, pertama: kuat tidaknya hubungan kebijakan
moneter dengan kegiatan ekonomi tersebut, kedua: jangka waktu
perubahan kebijakan moneter terhadap kegiatan ekonomi.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam pembahasan makalah ini adalah:
1. Apa Pengertian Kebijakan Moneter?
2. Bagaimana Prinsip-prinsip Kebijakan Moneter dalam Ekonomi Islam?
3. Apa saja Instrumen Moneter Islam?
4. Bagaimana Kebijakan Moneter pada Masa Nabi, Sahabat atau
Khulafaurasyidin dan Abad Pertengahan?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Mendeskripsi Pengertian Kebijakan Moneter.
2. Mendeskripsi Prinsip-prinsip Kebijakan Moneter dalam Ekonomi
Islam.
3. Mendeskripsi Instrumen Moneter Islam.
4. Mendeskripsi Kebijakan Moneter pada Masa Nabi, Sahabat atau
Khulafaurasyidin dan Abad Pertengahan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebijakan Moneter


Jumlah uang beredar tidak boleh terlalu berlebihan atau kurang,
pengendalian jumlah uang beredar perlu dilakukan untuk menciptakan
iklim yang baik bagi stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi, serta
pengendalian terhadap kegiatan kredit. Kebijakan yang digunakan oleh
pemerintah untuk mengatur jumlah uang beredar inilah yang dinamakan
dengan kebijakan moneter. Kontribusi kebijakan moneter terhadap
stabilitas harga sangat penting artinya untuk menekan tingkat inflasi.
Pertumbuhan jumlah uang beredar sebaiknya mengikuti pertumbuhan
ekonomi, sehingga secara tidak langsung dapat menekan tingkat
pengangguran. Bank sentral selaku pelaksana kebijakan moneter dapat
menjalankan kebijakan baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif.
Kebijakan moneter dianggap lebih baik sebagai alat stabilitasi
kegiatan ekonomi oleh negara, karena:3
1. Tidak menimbulkan masalah crowding out;
2. Decision lag-nya tidak terlalu lama sehingga waktu pelaksanaan
kebijakan dapat disesuaikan dengan masalah ekonomi yang dihadapi;
3. Tidak menimbulkan beban kepada generasi yang akan datang dalam
bentuk keperluan untuk membayar bunga dan mencicil utang
pemerintah.
Dari paparan diatas definisi yang dimaksud dengan kebijakan
moneter adalah upaya mengendalikan atau mengarahkan perekonomian
makro ke kondisi yang diinginkan dengan mengatur jumlah uang beredar.
Kondisi lebih baik disini adalah dengan meningkatnya output
keseimbangan dan atau terpeliharanya stabilitas harga. Melalui kebijakan
moneter pemerintah dapat mempertahankan, menambah, atau mengurangi
jumlah uang beredar dalam upaya mempertahankan kemampuan ekonomi
3
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi, (Jakarta: LPFE UI,
2008), hlm. 433.

3
untuk terus tumbuh sekaligus mengendalikan inflasi.4 Jika yang dilakukan
adalah menambah jumlah uang beredar, maka pemerintah dikatakan
menempuh kebijakan moneter ekspansif. Sebaliknya jika jumlah uang
beredar dikurangi, pemerintah menempuh kebijakan kontraktif atau biasa
pula dikenal sebagai kebijakan uang ketat.
Selain itu kebijakan moneter dapat pula berarti sebagai peraturan
dan ketentuan yang dikeluarkan dalam mengatur penawaran uang dan
tingkat bunga, kebijakan ini dilakukan oleh Bank Sentral. Agar ekonomi
tumbuh lebih cepat, bank sentral bisa memberikan lebih banyak kredit
kepada sistem perbankan melalui operasi pasar terbuka, atau bank sentral
menurunkan persyaratan cadangan dari bank-bank atau menurunkan
tingkat diskonto, yang harus dibayar oleh bank jika hendak meminjam dari
bank sentral. Akan tetapi, apabila ekonomi tumbuh terlalu cepat dan inflasi
menjadi masalah yang semakin besar, maka bank sentral dapat melakukan
operasi pasar terbuka (Open market operations), menarik uang dari sistem
perbankan, menaikkan persyaratan cadangan minimum (reserve
requirement), atau menaikkan tingkat diskonto (interest or discount rate),
sehingga dengan demikian akan memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Instrumen kebijakan moneter lain berkisar dari kebijakan kredit selektif
sampai moral suasion, suatu kebijakan yang sederhana, tetapi sering
sangat efektif. Kebijakan moeneter dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:5
1. Kebijakan moneter yang bersifat kuantitatif, yaitu kebijakan umum
yang bertujuan untuk mempengaruhi jumlah penawaran uang dan
tingkat bunga dalam perekonomian.
a. Operasi pasar terbuka
b. Mengubah persyaratan cadangan minimum (reserve requirement)
c. Mengubah tingkat suku bunga (Discount rate)
2. Kebijakan moneter yang bersifat kualitatif:

4
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi, (Jakarta: LPFE
UI, 2008), hlm. 435.
5
Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: IIIT, 2001),
hlm. 28

4
a. Pengawasan pinjaman secara selektif, yaitu menentukan jenis-
jenis pinjaman mana yang harus dikurangi atau digalakkan.
b. Pembujukan moral, yaitu bank sentral menghimbau serta
membujuk kepada bank-bank untuk melakukan suatu hal yang
diarahkan, misalnya pada saat terlalu banyak jumlah uang
beredar, bank sentral bisa membujuk kepada bank untuk
mengurangi penyaluran kreditnya.
Banyak faktor yang mempengaruhi pemerintah dan sistem bank
dalam menentukan jumlah penawaran uang pada suatu waktu tertentu.
Tingkat bunga tidak mempunyai peranan dalam menentukan jumlah uang
yang ditawarkan pada suatu waktu tertentu. Perubahan tingkat bunga
dalam analisis parsial saat ada pergeseran baik permintaan dan penawaran
uang.
Kebijakan moneter dijalankan dalam rangkaian perubahan dalam
perekonomian yang akhirnya menyebabkan perubahan pendapatan
nasional dan penggunaan tenaga kerja. Rangkaian perubahan ini disebut
dengan mekanisme transmisi, yaitu:

∆r  ∆I  ∆AE  ∆Y6

Dimana :

1. Kebijakan moneter mengubah tingkat bunga (∆r)


2. Tingkat bunga mengubah investasi (∆I)
3. Investasi mengubah pembelanjaan agregat (∆AE)
4. Perubahan pembelanjaan agregat dapat mengubah pendapatan
nasional dan penggunaan tenaga kerja dalam perekonomian (∆Y)
Adapun faktor-faktor yang menentukan efektivitas kebijakan
moneter yakni:7
1. Perbedaan tingkat elastisitas permintaan uang
2. Perbedaan elastisitas efisiensi modal marginal (MEI)

6
M. Nur Rianto, Teori Makroekonomi Islam, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm.131.
7
M. Nur Rianto, Teori Makroekonomi Islam, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm.131.

5
3. Perubahan dalam marginal Propensity to Consume (MPC)
B. Prinsip-Prinsip Kebijakan Moneter Dalam Ekonomi Islam
Secara khusus kebijakan moneter mempunyai pengertian sebagai
tindakan makro pemerintah melalui bank sentral dengan cara
mempengaruhi penciptaan uang. Dengan mempengaruhi proses penciptaan
uang, pemerintah bisa mempengaruhi jumlah uang beredar, yang
selanjutnya pemerintah bisa mempengaruhi pengeluaran investasi,
kemudian mempengaruhi permintaan agregat dan akhirnya tingkat harga
sehingga tercipta kondisi ekonomi sebagaimana yang dikehendaki.8
Kebijakan moneter dalam islam berpijak pada prinsip-prinsip dasar
ekonomi islam sebagai berikut :9
1. Kekuasaan tertinggi adalah milik Allah dan Allah lah pemilik yang
absolut.
2. Manusia merupakan pemimpin (kholifah) di bumi, tetapi bukan
pemilik yang sebenarnya.
3. Semua yang dimiliki dan didapatkan oleh manusia adalah karena
seizin Allah,dan oleh karena itu saudara-saudaranya yang kurang
beruntung memiliki hak atas sebagian kekayaan yang dimiliki
saudara-saudaranya yang lebih beruntung.
4. Kekayaan tidak boleh ditumpuk terus atau ditimbun.
5. Kekayaan harus diputar.
6. Menghilangkan jurang perbedaan antara individu dalam
perekonomian, dapat menghapus konflik antar golongan.
7. Menetapkan kewajiban yang sifatnya wajib dan sukarela bagi semua
individu, termasuk bagi anggota masyarakat yang miskin.

Dalam aspek teknis, kebijakan moneter islam harus bebas dari


unsur riba dan bunga bank. Dalam islam riba yang termasuk didalamnya
bunga bank diharamkan secara tegas. Dengan adanya pengharam ini maka

8
Budiono, Seri Sinopsis, Pengantar Ilmu Ekonomi, (Yogyakarta: BPFE, 2001), hlm. 96
9
Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: IIIT, 2001),
hlm. 28

6
bunga bank yang dalam ekonomi kapitalis menjadi instrument utama
manajemen moneter menjadi tidak berlaku lagi. Manajemen moneter
dalam islam didasarkan pasa prinsip bagi hasil.

C. Instrumen Moneter Islami


1. Mazhab Pertama (Iqtishaduna)
Menurut mazhab iqtishaduna tidak diperlukan suatu kebijakan
moneter dikarenakan hampir tidak adanya sistem perbankan dan
minimnya penggunaan uang. Jadi tidak ada alasan yang memadai
untuk melakukan perubahan-perubahan dalam penawaran uang (Ms).
Selain itu kredit tidak mempunyai peran dalam penciptaan uang,
karena kredit hanya digunakan di antara para pedagang saja serta
peraturan pemerintah tentang surat peminjaman dan instrumen
negosiasi yang dirancang sedemikian rupa sehingga tidak
memungkinkan sistem kredit dapat menciptakan uang. Sistem yang
diterapkan oleh pemerintah yang berhubungan dengan konsumsi,
tabungan dan investasi telah menciptakan instrumen otomatis untuk
pelaksanaan kebijakan moneter.
2. Mazhab Kedua (Mainstream)
Instrumen yang digunakan mazhab kedua untuk
mempengaruhi Permintaan Agregat adalah dengan dikenakannya
biaya atau pajak atas dana atau aset produktif yang menganggur (dues
of idle fund). Peningkatan dues of idle fund akan mengalihkan
permintaan uang yang sedianya ditujukan untuk penimbunan
uang/aset yang produktif kepada tujuan uang yang akan meningkatkan
produktifitas uang tersebut di sektor riil sehingga investasi meningkat.
Peningkatan investasi berdampak pada peningkatan Permintaan
Agregat, sehingga keseimbangan umum yang baru akan berada pada
tingkat pendapatan nasional yang lebih tinggi. Masyarakat diarahkan
untuk mengalokasikan dananya kepada sektor produktif agar dapat
memacu pertumbuhan ekonomi semakin tinggi apabila dana/aset
produktif tersebut hanya dibiarkan menganggur.

7
3. Mazhab Ketiga (Alternatif)
Sistem kebijakan moneter yang dianjurkan oleh mazhab
alternatif adalah syuratiq process yaitu dimana suatu kebijakan yang
diambil oleh otoritas moneter berdasarkan musyawarah sebelumnya
dengan otoritas sektor riil. Jadi keputusan-keputusan kebijakan
moneter yang dituang daLam bentuk instrumen moneter biasanya
adalah harmonisasi dengan kebijakan-kebijakan di sektor riil.
Kebijakan di sektor moneter adalah derivasi dari sektor riil dan
harmonisasi dengan sektor riil. Secara umum manajemen moneter
Islam yang diajukan oleh mazhab ketiga adalah besarnya jumlah
penawaran uang mengikuti permintaan uang dari masyarakat. Hal ini
agar tidak ada kesenjangan antara sektor riil dan sektor moneter.
Harmonisasi antar sektor riil dan moneter akan menghasilkan
suatu kurva jangka panjang dari penawaran uang (Ms) dan permintaan
uang (Md) yang berbentuk seperti jalinan tambang yang harmonis
dengan pertumbuhan pendapatan nasional (Y). Jika terjadi
peningkatan Permintaan Agregat sebagai akibat dari peningkatan-
peningkatan pada konsumsi, atau ekspor bersih (net export), atu
tingkat investasi atau tingkat belanja pemerintah, maka akan terjadi
kenaikan permintaan uang (Md 1 ke Md 2) di pasar uang. Responnya
otoritas moneter akan meningkatkan penawaran uang dari Ms 1 ke Ms
2 (kebijakan yang harmonis dengan sektor riil). Jika kemudian terjadi
lagi peningkatan permintaan uang (Md), maka otoritas moneter akan
merespon hal yang sama yang meningkatkan lagi penawaran uang
(Ms).10
Dibawah ini terdapat beberapa aplikasi instrumen kebijakan
moneter diberbagai negara, diantaranya:11
1. Sudan

10
M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam Konsep, Teori, dan Analisis,
(Bandung: Alfabet,2010), hlm. 145.
11
M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam Konsep, Teori, dan Analisis,
(Bandung: Alfabet,2010), hlm. 146.

8
Pada masa sebelum dibelakukannya syariah Islam pada sistem
perbankan di Sudan, Bank Sentral Sudan sangat tergantung pada
instrumen-instrumen langsung seperti tingkat suku bunga, plafon
kredit (credit ceiling), ketentuan rasio likuiditas (statutory liquidity
ratio), dan tingkat diskonto. Pada tahun 1984, setelah diperkenalkan
syariah Islam di Sudan. Bank Sentral Sudan mengeluarkan arahan dan
perintah kepada seluruh bank-bank yang beroperasi di Sudan agar
menjalankan prinsip-prinsip perbankan yang sesuai dengan syariah
Islam dalam aktivitas kesehariannya. Akibatnya, Bank Sentral Sudan
dihadapkan pada permasalahan substitusi instrumen-instrumen
moneter konvensional dengan instrumen yang sesuai dengan syariah
Islam untuk dapat mempertahankan perannya sebagai pengawas dan
pemberi arahan bagi bank-bank, melakukan ekspansi atau kontraksi
penawaran uang atau kredit, dan mengimplementasikan kebijakan
moneter, serta sekaligus menjaga kepentingan publik.
Instrumen-instrumen moneter yang digunakan oleh Bank
Sentral Sudan dalam operasionalnya adalah sebagai berikut:12
a. Reserve Requirement. RR paling kurang disediakan 20% (10%
untuk simpanan mata uang asing).
b. Bank-bank komersial harus mencapai dan memelihara rasio
likuiditas sebesar 10% dari dana giro dan tabungan dalam bentuk
mata uang lokal.
c. Plafon kredit untuk sektor-sektor prioritas pada:
1) Pertanian
2) Ekspor
3) Perindustrian
4) Pertambangan dan Energi
5) Transportasi dan Pergudangan
6) Profesional, Pengrajin, dan Bisnis keluarga ukuran kecil

M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam Konsep, Teori, dan Analisis,
12

(Bandung: Alfabet,2010), hlm. 146.

9
7) Perumahan Rakyat
8) Investasi pada pasar saham resmi Khartoum.
d. Marjin keuntungan minimum Murabahah 10%-15%.
e. Penyertaan minimum nasabah untuk perjanjian Musyarakah
sebagai alat untuk mengatur jumlah ketersediaan sumber daya
untuk kredit.
f. Aturan kredit kualitatif dan kuantitatif seperti:
1) Minimum 50% dari kredit diberikan kepada daerah rural.
2) Kredit tidak diberikan kepada orang atau institusi yang gagal
sebelumnya.
3) Seluruh kredit harus dipastikan memenuhi ketentuan syariah.
g. Foreign Exchange Operation sebagai alat Bank Sentral Sudan
untuk menjaga stabilitas nilai tukar uang (bukan untuk fungsi
kontrol likuiditas).
h. Open Market Operation dengan menggunakan instrumen:
1) Central Bank Musharaka Certifikat(CMC).
2) Goverment Musharaka Certifikat(GMC)
i. Ijara Certificate (Sukuk). Sukuk ini merepresentasikan tiga
perjanjian dasar:
1) Perjanjian pembelian aset.
2) Perjanjian sewa menyewa.
3) Perjanjian penjualan aset.
2. Iran
Iran adalah satu-satunya negara Islam yang menerapkan sistem
perekonomian dengan mengacu kepada pemikiran teori ekonomi
Islam Mazhab Iqtishaduna. Banyak modifikasi yang dilakukan oleh
otoritas moneter Iran terhadap sistem perbankannya agar tetap
kompetitif di era persaingan global ini. Berikut instrumen yang
dipakai:13

13
M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam Konsep, Teori, dan Analisis,
(Bandung: Alfabet,2010), hlm. 147.

10
a. Reserve Requirement Ratio. Rasio cadangan dari 10% sampai
30%, biasanya digunakan untuk menarik dana yang dianggurkan
yang secara potensial dapat digunakan dalam peningkatan
likuiditas.
b. Adjusted Open Market Operations.
c. Discount Rates. Karena adanya pelarangan riba, maka instrumen
ini tidak digunakan seluas konvensional. Discounting ini terjadi
pada sekuritas yang berdasarkan pada transaksi riil.
d. Credit Ceiling.
e. Minimum Expected Profit Ratio of Bank dan Bank’s Share Of
Profit in Various Contract.
3. Indonesia
Bank Indonesia dalam menjalankan fungsi bank sentralnya
mempunyai instrumen moneter syariah diantaranya:14
a. Giro Wajib Minimum. Dalam pelaksanaannya besara GWM
adalah 5% dari pihak ketiga yang berbentuk rupiah dan 3% yang
berbentuk mata uang asing.
b. Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syariah (Sertifikat
IMA). Sertifikat IMA adalah suatu instrumen yang digunakan
oleh bank-bank syariah yang kelebihan dana untuk mendapatkan
keuntungan dan di lain pihak sebagai sarana penyedia dan jangka
pendek bagi bank-bank syariah yang kekurangan dana.
c. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia – SWBI (sekarang menjadi
Sertifikat Bank Indonesia Syariah-SBIS). SWBI adalah instrumen
Bank Indonesia (BI) yang sesuai dengan syariah Islam yang
digunakan dalam OMO. Selain itu, SWBI ini juga dapat
digunakan oleh bank-bank syariah yang mempunyai kelebihan
likuiditas sebagai sarana penitipan dana jangka pendek.

14
M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam Konsep, Teori, dan Analisis,
(Bandung: Alfabet,2010), hlm. 148.

11
d. Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS). Sebagai fasilitas bagi
bank syariah yang membutuhkan dana di pasar uang, sehingga
mereka dapat saling mengadakan perjanjian antar bank syariah.15
D. Kebijakan Moneter Pada Masa Nabi, Sahabat atau Khulafaurasyidin
dan Abad Pertengahan
1. Masa Rasulullah SAW
Perekonomian jazirah Arabia ketika jaman Rasulullah
merupakan ekonomi dagang, bukan ekonomi yang berbasis sumber
daya alam. Minyak bumi belum dittemukan dan sumber daya lainnya
masih terbatas. Lalu lintas perdagangan amtara Romawi dan India
yang melalui Arab dikenal sebagai jalur dagang selatan. Sedangkan
antara Romawi dan Persia disebut sebagai jalur dagang utara. Antara
Syam dan Yaman disebut sebagai jalur dagang utara selatan.
Perekonomian Arab di jaman Rasulullah SAW, bukanlah
ekonomi terbelakang yang mengenai barter, bahkan jauh dari
gambaran seperti itu. Pada masa itu telah terjadi:16
a. Valuta asing dari persia dan Romawi yang dikenal oleh seluruh
lapisan masyarakat Arab, bahkan menjadi alat bayar resminya
adalah Dinar dan Dirham.
b. Sistem devisa bebas ditetapkan, tidak ada halangan sedikitpun
untuk mengimpor dinar atau dirham.
c. Transaksi tidak tunai diterima luas dikalangan pedagang.
d. Cek dan promissory note lazim digunakan, misalnya Umar bin
Khattab r.a. menggunakan instrumen ini ketika melakuan impor
barang-barang yang baru dari Mesir ke Madinah.
e. Instrumen factory (anjak piutang) yang baru populer pada tahun
1980-an telah dikenal dengan nama al-hiwalah, tetapi tentunya
bebas dari unsur bunga

15
M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam Konsep, Teori, dan Analisis,
(Bandung: Alfabet,2010), hlm. 144-148.
16
Muhammad, Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: PT.
Salemba Emban Patria, 2002), hlm.142-143.

12
Pada masa itu, bila penerimaan akan uang meningkat, maka
dinar dan dirham diimpor. Sebaliknya, bila permintaan uang turun,
barang impor nilai emas dan perak yang terkandung dalam dinar dan
dirham sama dengan nilai nominalnya. Sehingga dapat dikatakan
penawaran uang elastis. Kelebihan penawaran uang dapat diubah
menjadi perhiasan emas atau perak. Tidak terjadi kelebihan atau
permintaan akan uang, sehingga nilai uang stabil.

Permintaan uang hanya untuk keperluan transaksi dan berjaga-


jaga. Permintaan uang yang riil dilarang. Penimbunan mata uang
dilarang-larang sebagaimana penimbunana barang juga dilarang.
Trasaksi talaqqi rukban dilarang, yaitu mencegat penjual dari
kampung di luar kota untuk mendapat keuntungan dari ketidaktahuan
harga. Hal demikian merupakan tindakan distorsi harga. Distorsi
harga merupakan cikal bakal spekulasi. Transaksi kali bi kali
dilarang, yaitu bukan transaksi dan bukan pula transaksi tunai.
Keistimewaan dalam Islam dalam hal transaksi adalah bahwa
transaksi tunai boleh, transaksi tidak tunai boleh namun melarang
transaksi future tanpa ada barangnya. Transaksi maya merupakan
salah satu unsur riba. Sagala bentuk riba dilarang. Dalam upaya
mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus stabilitas, Islam tidak
menggunakan instrumen bunga atau penawaran uang baru melalui
percetakan defisit anggaran. Di dalam Islam, yang dilakukan adalah
mempecepat perputaran uang dan pembangunan infrastruktur sektor
riil. Faktor pendorong percepatan perputaran uang adalah disebabkan
oleh kelebhan likuiditas. Uang tidak boleh ditimbul dan dipinjamkan
dengan bunga. Sedangkan faktor penarikan uang adalah dianjurkan
dengan jalan Qardh (pinjaman kebajikan), sedekah dan kerja sama
bisnis berbentuk syirkah atau mudharabah. Keuntungan utama dari
kerja sama bisnis adalah pelaku dan penandang dana bersama-sama
mendapat pengalaman, informasi, metode supervisi, manajemen dan

13
pengetahuan akan risiko suatu bisnis. Akujmulasi dari informasi ini
akan menurunkan tingkat resiko investasi.

Jelaslah kebijakan moneter Rasulullah SAW selalu terkait


dengan sektor riil perekonomian. Hasilnya adalah pertumbuhan
sekaligus stabilitas.17

2. Masa sahabat atau Khulafaur Rasyidin


a. Abu Bakar Ash-Shiddiq
Dalam masalah perekonomian Abu Bakar tidak banyak
melakukan perubahan, Ia meneruskan sistem perekonomian yang
telah di bangun Nabi Muhammad seperti membangun kembali
Baitul Maal, melaksanakan kebijakan pembagian tanah hasil
taklukan serta mengambil alih tanah orang murtad demi
kepentingan umat Islam.
Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq melaksanakan kebijakan
moneternya sebagai berikut:18
- Perkembangan pembangunan baitul maal dan
penanggungjawaban baitul maal.
- Menerapkan konsep balance budget policy pada baitul maal
atau prinsip kesamarataan yakni memberikan jumlah yang
sama kepada semua sahabat dan tidak membeda-bedakan
antara sahabat, budak dan orang merdeka, bahkan antara pria
dan wanita. Dengan begitu harta di Baitul Maal tidak pernah
menumpuk dalam jangka waktu lamakarena langsung
didistribusikan kepada kaum muslimin.
b. Umar bin Khattab
Kebijakan moneter Umar diantaranya seperti gagasan
spektakulernya tentang pembuatan uang dari kulit unta agar lebih
efisien. Stabilitas nilai tukar emas dan perak terhadap mata uang
17
Muhammad, Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: PT.
Salemba Emban Patria, 2002), hlm.142-143.
18
Moh. Anwar Zainuddin, Jurnal: “Kebijakan Ekonomi di Masa Khulafaur Rasyidin”,
(Jakarta: UIN Syafif Hidayatullah, 2013), hlm. 4.

14
dinar dan dirham. Penetapan nilai dirham, instrumen moneter,
contoh harga barang dipasar dan lain sebagainya.19
Mengenai pencetakan uang dalam Islam menjadi perbedaan
pendapat. Namun riwayat yang terbanyak dan masyhur
menjelaskan bahwa Malik bin Marwan-lah yang pertama
mencetak dirham dan dinar dalam Islam.
Sedangkan dalam riwayat lain menyebutkan Umar yang
pertama kali mencetak dirham pada masanya. Tentang hal ini Al-
Maqrizi mengatakan “ketika Umar bin Khattab menjabat sebagai
khalifah dia menetapkan ung dalam kondisinya semula dan tidak
terjadi perubahan satupun pada masanya hingga tahun 18 H.
Dalam tahun ke-6 kekhalifahannya ai mencetak dirham ala ukiran
kisra dan dengan bentuk yang serupa. Hanya saja ia
menambahkan kata alhamdulillah dan dalam bagian yang lain
dengan kata rasulullah dan pada bagian lain lagi dengan kata
lailahaillallah, sedangkan gambarnya adalah gambar kisra bukan
gambarnya Umar.
Namun dalam riwayat Al-Bukhari diriwayatkan, ketika
Umar melihat perbedaan antara dirham bighali dengan nilai
delapan daniq, dan ada dirham thabary senilai empat daniq,
dirham yamani dengan nilai sau daniq. Ketika ia melihat
kerancuan itu, kemudian ia menggabungkan dirham Islam yang
nilainya enam daniq. Dan masih banyak riwayat yang lain
menerangkan bahwa Umar telah mencetak.
Dapat disimpulkan kebijakan moneter Umar bin Khattab
yaitu:20
- Reorganisasi baitul maal, dengan mendirikan Diwan Islam
yang pertama yang disebut dengan al-Divan (sebuah kantor

19
Moh. Anwar Zainuddin, Jurnal: “Kebijakan Ekonomi di Masa Khulafaur Rasyidin”,
(Jakarta: UIN Syafif Hidayatullah, 2013), hlm. 6.
20
. Moh. Anwar Zainuddin, Jurnal: “Kebijakan Ekonomi di Masa Khulafaur Rasyidin”,
(Jakarta: UIN Syafif Hidayatullah, 2013), hlm. 6.

15
yang ditujukan untuk membayar tunjangan-tunjangan
angkatan perang dan pensiunan dan tunjangan-tunjangan
lainnya).
- Adanya gagasan spektakulernya tentang pembuatan uang dari
kulit unta agar lebih efisien.
- Stabilitas nilai tukar emas dan perak terhadap mata uang
dinar dan dirham.
- Penetapan nilai dirham, instrumen moneter, kontrol harga
barang dipasar dan lain sebagainya.
c. Usman bin Affan
Pada masa pemerintahannya Usman banyak mengikuti kebijakn
ekonomi Umar bin Khattab. Di bawah ini beberapa kebijakan
Usman bin Affan yaitu:21
- Pembangunan pengairan
- Pembentukan organisasi kepolisian untuk menjaga keamanan
perdagangan
- Pembangunan gedung pengadilan, guna penegakan hukum
- Kebijakan pembagian lahan luas milik raja Persia kepada
individu dan hasilnya mengalami peningkatan bila
dibandingkan pada masa umar dari 9 juta menjadi 50 juta
dirham
d. Ali bin Abi Thalib
Dalam mengelola perekonomian Ali bin Abi Thalib sangat
berhati-hati terlebih dalam membelanjakan keuangan negara. Ali
menarik diri dari daftar penerima gaji dan bahkan menyumbang
sebesar 5000 dirham setiap tahunnya. Perekonomian pada masa
Ali bin Abi Thalib mengambil tindakan sperti membuka lahan
perkebunan yang telah diberikan kepada orang-orang kesayangan

21
Moh. Anwar Zainuddin, Jurnal: “Kebijakan Ekonomi di Masa Khulafaur Rasyidin”,
(Jakarta: UIN Syafif Hidayatullah, 2013), hlm. 7.

16
Usman, dan mendistribusikan pendapatan pajak tahunan sesuai
dengan ketentuan yang dotetapkan Umar bin Khattab.
Kebijakan moneter Ali bin Abi Thalib diantaranya:22
- Pendistribusian yang ada pada baitul maal, Ali mengeluarkan
semua tanpa ada cadangan dengan prinsip pemerataan
distribusi uang rakyat. Berbeda dengan Umar yang
menyisihkan untuk cadangan.
- Pengeluaran angkatan laut dihilangkan
- Adanya kebijakan pengetatan anggaran
- Mencetak mata uang sendiri atas nama pemerintahan Islam,
dimana sebelumnya menggunakan mata uang Romawi dan
Persia.23
3. Masa abad pertengahan
a. Daulah Umayyah
1) Khalifah muawwiyah bin Abi Sofyan (41-60 H/661-779 M)
Muawiyah bin Sofyan adalah pendiri Daulah
Umawiyah. Kareir politiknya bermula ketika ia menjabat
sebagai gubernur Syam pada masa Umar bin Khatab dan
belanjut di beberapa daerah yang dimenangkannya pada masa
Usman bin Affan, seperti Romawi dan Siprus. Sistem
pemerintahannya bersifat monarki. Muawiyah menjadikan
Damaskus sebagai pusat pemerintahan, dan Baghdad sebagai
pusat kegiatan keagamaan. Pembagian ini didasarkan sistem
pemerintahannya yang memisahkan antara pemegang otoritas
keagamaan dan otoritas pemerintahan. Sepanjang perjalanan
kekuasaannya, wilayah islam telah berkembang ke lawasan
Timur (Negeri Asia Tengah dan Sindh) dan Barat (Turki,

22
Moh. Anwar Zainuddin, Jurnal: “Kebijakan Ekonomi di Masa Khulafaur Rasyidin”,
(Jakarta: UIN Syafif Hidayatullah, 2013), hlm. 9.
23
Moh. Anwar Zainuddin, Jurnal: “Kebijakan Ekonomi di Masa Khulafaur Rasyidin”,
(Jakarta: UIN Syafif Hidayatullah, 2013), hlm. 9.

17
Romawi dan Afrika). Kebijakan moneter Muawiyah bin
Sofyan adalah mencetak mata uang.24
2) Khalifah Abdul Malik bin Marwan (66-86 h/685-705 M)
Abdul Malik bin Marwan yang mempunyai nama
lengkap Abdul Malik bin Marwan bin Al-Hakam bin Abul
`Ash Umayyah bin Abdul Syam bin Abdul Manaf. Ibunya
adalah Aisyah binti Mu`awiyah bin al-Mughirah bin Abul
`Ash. Abdul Malik bin Marwan memulai karir politiknya
sebagai gubernur kota Madinah pada masa Muawiyyah.
Abdul Malik bin Marwan didalam usia 39 tahun ditunjuk dan
diangkat menjabat Khalif yang ke lima dari daulat Umayyah
pada tahun 65 H/685, menggantikan bapaknya Khalif
Marwan I, lalu memegang tampuk kekuasaan pemerintahan
itu selama 21 tahun sampai 86 H/705 M. Kebijakan moneter
mencetak uang dengan lafaz Bismillahirahmanirrahiim,
menyebarkannya keseluruh wilayah islam dan melarang
penggunaan mata uang lain.25
3) Khalifah Umar bin Abdul Aziz (99-101 H/717-719 M)
Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin Al-Hakam bin
Abu Al-Ash bin Umayyah bin Abd Syams bin Manaf. Ibunya
Ummu Ashim, Laila binti Ashim bin Umar bin Khattab.
Karier politiknya dimulai sebagai gebernur Madinah pada
masa Khalifah Walid bin Abdul Malik memerintah. Ketika
itu usianya lebih kurang 28 tahun. Pada zaman Sulaiman bin
Abdul Malik memerintah, beliau dilantik menjadi menteri
kanan dan penasihat utama khalifah. Pada masa itu usianya
33 tahun. Umar bin Abdul Aziz dibaiat menjadi khalifah
setelah wafatnya Sulaiman bin Abdul Malik.

24
http://ramustika.blogspot.co.id/2013//11/kebijakan-fiskal-dan-moneter-pada.html?m=1
diakses pada tanggal 14 November 2017.
25
http://ramustika.blogspot.co.id/2013//11/kebijakan-fiskal-dan-moneter-pada.html?m=1
diakses pada tanggal 14 November 2017.

18
Umar bin Abdul Aziz dikenal sebagai khulafur rasyidin
yang ke lima. Penobatan tersebut berdasarkan
pemerintahannya memiliki cici-ciri yang sama dengan empat
khalifah. Ia menerapkan sistem keadilan dimulai dari dirinya
sendiri dan keluarganya dengan menyerahkan harta kekayaan
pribadi dan keluarganya ke baitul maal. Umar melakukan
pembenahan disegala bidang dan di seluruh wilayah
kekuasaannya berdasarkan syariat islam. Pembangunan
bukan saja pada bidang infrastruktur tetapi juga
pembangunan sumber daya manusianya. Dalam kurun waktu
kurang tiga tahun, masyarakat islam berada dalam surga
dunia, kemakmuran dan kesejahteraan merata di seluruh
wilayah, terbukti tidak ada lagi yang mau menerima zakat.
Keseimbangan moneter pada masa Umar ini
berpengaruh pada stabilitas nilai mata uang yang dampaknya
harga-harga komoditas ikut stabil. Telah diakui secara umum
bahwa stabilitas harga membantu merealisasikan tujuan
pemenuhan kebutuhan pokok, distribusi pendapatan dan
kekayaan yang adil, laju pertumbuhan ekonomi yang
optimum, kesempatan kerja penuh, dan stabilitas ekonomi.
Untuk menjaga stabilitas nilai mata uang, dinar dan dirham
dikeluarkan oleh otoritas yang berkuasa. Khalifah Umar bin
Abdul Aziz menghukum orang yang mengeluarkan koin
tanpa izin negara.26
b. Daulah Abbasiyah
1) Khalifah Abu Ja’far Al-Mansur (137-158 H/753-744 M)
Abu Ja'far Al-Manshur menjabat khalifah kedua Bani
Abbasiyah menggantikan saudaranya Abul Abbas As-Saffah.
Abu Ja'far Al-Manshur adalah putra Muhammad bin Ali bin

26
http://ramustika.blogspot.co.id/2013//11/kebijakan-fiskal-dan-moneter-pada.html?m=1
diakses pada tanggal 14 November 2017.

19
Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib. Khalifah Abu Ja'far
Al-Manshur membangun kota Baghdad menjadi pusat
pemerintahan dan meletakkan dasar-dasar ekonomi dan
keuangan negara dengan baik dan terkendali. Oleh sebab itu,
tidak pernah terjadi defisit anggaran besar-besaran. Kas
negara selalu penuh, uang yang masuk lebih banyak daripada
uang keluar. Jalur-jalur administrasi pemerintahan, mulai
dari pusat hingga ke daerah ditata dengan rapi sehingga
sistem dan roda pemerintahan berjalan dengan baik.
Kebijakannya ini menimbulkan dampak yang positif di
kalangan para pejabat pemerintahan, karena terjadi
koordinasi dan kerja sama yang baik di antara mereka.
Koordinasi dan kerja sama itu terjadi antara Kepala Qadhi
(Jaksa Agung), Kepala Polisi Rahasia, Kepala Jawatan Pajak,
dan Kepala Jawatan Pos. Hal itu dilakukan untuk melindungi
masyarakat dari berbagai tindakan yang tidak adil dengan
memberikan hak-hak masyarakat.
Kebijakan moneter melanjutkan pendahulunya Al-
Saffah yaitu mencetak dinar dengan mengikuti model dinar
Umaiyah dan tidak mengubah sedikitpun kecuali pada
ukiran-ukiran dan ukuran dirhamnya berkurang.27
2) Khalifah Harun Ar-Rasyid (170-193 H/786-808 M)
Ketika pemerintahan dikuasai Khalifah Harun Al-
Rasyid, pertumbuhan ekonomi berkembang dengan pesat dan
kemakmuran Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya. Pada
masa pemerintahannya, khalifah melakukan diversifikasi
sumber pendapatan negara. Ia membangun baitul mal untuk

27
http://ramustika.blogspot.co.id/2013//11/kebijakan-fiskal-dan-moneter-pada.html?m=1
diakses pada tanggal 14 November 2017.

20
mengurus keuangan negara dengan menunjuk seorang wazir
yang mengepalai beberapa Diwan, yaitu:28
a) Diwan al-khazanah: bertugas mengurus seluruh
perbendaharaan Negara.
b) Diwan al azra: bertugas mengurus kekayaan negara yang
berupa hasil bumi.
c) Diwan khazain as-siaah: berugas mengurus
perlengkapan angkatan perang.
Sumber pendapatan pada masa pemerintahan ini adalah
kharaj, jizyah, zakat, fa’i, ghanimah, usyr, dan harta lainnya
seperti wakaf, sedekah, dan harta warisan yang tidak
mempunyai ahli waris.
Seluruh pendapatan negara terasebut dimasukkan ke
dalam baitul mal dan dikeluarkan berdasarkan kebutuhan.
Pemerintahan khalifah Harun Al-Rasyid juga sangat
memperhatikan masalah perpajakan. Ia menunjuk Qadi Abu
Yusuf untuk menyusun sebuah kitab pedoman mengenai
keuangan negara secara syariah. Untuk itu, Imam Abu Yusuf
menyusun sebuah kitab yang diberi judul Kitab al-Kharaj
Dalam pemungutan al-Kharaj, para Khalifah Abbasiyah
melakukan dengan tiga cara, yaitu:
a) Al-Muhasabah atau penaksiran luas areal tanah dan
jumlah pajak yang harus dibayar dalam bentuk uang.
b) Al-Muqasamah atau penetapan jumlah tertentu
(persentase) dari hasil yang diperoleh.
c) Al-Maqhatha’ah atau penetapan pajak hasil bumi
terhadap para jutawan berdasarkan persetujuan antara
pemerintah dengan yang bersangkutan.

28
http://ramustika.blogspot.co.id/2013//11/kebijakan-fiskal-dan-moneter-pada.html?m=1
diakses pada tanggal 14 November 2017.

21
Pendapatan Negara dikeluarkan berdasarkan kebutuhan
dan dialokasikan untuk riset ilmiah dan penterjemahan buku-
buku Yunani, disamping untuk biaya pertahanan dan
anggaran rutin pegawai.
Untuk melindungi integritas uang logam dan
kepercayaan umum, Harun ar-Rasyid membangun kantor
inspektur uang logam (nazir as-Sikkah) sehingga standar
dinar sangat tinggi kualitasnya, kebijakan tersebut termasuk
kebijakan moneter harun Ar-Rasyid.29

29
http://ramustika.blogspot.co.id/2013//11/kebijakan-fiskal-dan-moneter-pada.html?m=1
diakses pada tanggal 14 November 2017.

22
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Ekonomi moneter merupakan suatu cabang ilmu ekonomi yang
membahas tentang peranan uang dalam mempengaruhi tingkat harga dan
tingkat kegiatan ekonomi dalam suatu negara.
Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap
mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai yujuan tersebut Bank
Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara
persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkkendali,
tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dallam pasokan/distribusi
barang. Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah satu namun
tidak terbatas pda instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib
minimum, intervensi di pasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi
bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang
bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi
yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbnagan
eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan
makro, yakni menjaga stabilitas ekonomi yang dapat diukur dengan
kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran Internasional
yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian
terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan
(tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan
dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor
riil.
B. Saran
Dengan selesainya makalah ini, kami mengucapkan terima kasih
kepada para pihak yang telah terlibat dalam pembuatan makalah ini. Tak

23
lupa, kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan.
Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan yang
membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah
ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya

24
DAFTAR PUSTAKA

http://ramustika.blogspot.co.id/2013//11/kebijakan-fiskal-dan-moneter-pada.html?
m=1 diakses pada tanggal 14 November 2017.
Muhammad. 2002. Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Ekonomi Islam. Jakarta:
PT. Salemba Emban Patria.
Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi.
Jakarta: LPFE UI.
Rianto, M. Nur. 2010. Teori Makroekonomi Islam. Bandung: Alfabeta.
Zainuddin, Moh. Anwar. 2013. Kebijakan Ekonomi di Masa Khulafaur Rasyidin.
Jakarta: UIN Syafif Hidayatullah.
Arwani, A. (2014). HANDOUT: EKONOMI ISLAM.

25
HASIL TANYA JAWAB

Pertanyaan :

1. Nama : Rofiatul Amalia


Nim : 2013116349
Kelompok :5
Pertanyaan :Jelaskan kebijakan moneter yang bersifat kuantitatif dan
kualitatif beserta contohnya
Jawaban : 1. Kebijakan moneter yang bersifat kuantitatif, yaitu
kebijakan umum yang bertujuan untuk mempengaruhi
jumlah penawaran uang dan tingkat bunga dalam
perekonomian.
a. Operasi pasar terbuka
b. Mengubah persyaratan cadangan minimum (reserve
requirement)
c. Mengubah tingkat suku bunga (Discount rate)
2. Kebijakan moneter yang bersifat kualitatif:
a. Pengawasan pinjaman secara selektif, yaitu
menentukan jenis-jenis pinjaman mana yang harus
dikurangi atau digalakkan.
b. Pembujukan moral, yaitu bank sentral menghimbau
serta membujuk kepada bank-bank untuk melakukan
suatu hal yang diarahkan, misalnya pada saat terlalu
banyak jumlah uang beredar, bank sentral bisa
membujuk kepada bank untuk mengurangi
penyaluran kreditnya.

2. Nama : Viki Nuramalia


Nim : 2013116014
Kelompok :1

26
Pertanyaan : Apa perbedaan konsep ekonomi moneter islam dengan
ekonomi moneter konvensional
Jawab : Dalam pandangan  ekonomi moneter islam, tidak
mengutamakan suku bunga. Bahkan sejak zaman rosulullah
SAW dan Khulafaur Rasyidin, kebijakan moneter
dilaksanakan tanpa menggunakan instrument bunga sama
sekali. Sedangkan dalam pandangan kebijakan moneter
konvensional bunga ini menjadi hal yang sangat dominan
bias di lihat dari fungsi uang dalam kebijakan ekonomi
moneter salah satunya adalah tujuan spekulasi. Maka tujuan
memegang uang dalam pandangan ekonomi moneter islam
terdiri dari dua keinginan, yaitu tujuan transaksi dan tujuan
berjaga-jaga.

3. Nama : Qonita
Nim : 2013116352
Kelompok : 12
Pertanyaan : Contoh kebijakan moneter islam di Indonesia
Jawaban : Bank Indonesia dalam menjalankan fungsi bank
sentralnya mempunyai instrumen moneter syariah
diantaranya:
a. Giro Wajib Minimum. Dalam pelaksanaannya besara
GWM adalah 5% dari pihak ketiga yang berbentuk
rupiah dan 3% yang berbentuk mata uang asing.
b. Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syariah
(Sertifikat IMA). Sertifikat IMA adalah suatu instrumen
yang digunakan oleh bank-bank syariah yang kelebihan
dana untuk mendapatkan keuntungan dan di lain pihak
sebagai sarana penyedia dan jangka pendek bagi bank-
bank syariah yang kekurangan dana.

27
c. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia – SWBI (sekarang
menjadi Sertifikat Bank Indonesia Syariah-SBIS).
SWBI adalah instrumen Bank Indonesia (BI) yang
sesuai dengan syariah Islam yang digunakan dalam
OMO. Selain itu, SWBI ini juga dapat digunakan oleh
bank-bank syariah yang mempunyai kelebihan
likuiditas sebagai sarana penitipan dana jangka pendek.
d. Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS). Sebagai
fasilitas bagi bank syariah yang membutuhkan dana di
pasar uang, sehingga mereka dapat saling mengadakan
perjanjian antar bank syariah

4. Nama : Ratnasari
Nim : 2013116216
Kelompok :7
Pertanyaan : Apa persamaan dan perbedaan kebijakan moneter yang
dulu dan sekarang
Jawaban : Kebijakan moneter dianggap lebih baik sebagai alat
stabilitasi kegiatan ekonomi oleh negara, karena:
a. Tidak menimbulkan masalah crowding out;
b. Decision lag-nya tidak terlalu lama sehingga waktu
pelaksanaan kebijakan dapat disesuaikan dengan masalah
ekonomi yang dihadapi;
c. Tidak menimbulkan beban kepada generasi yang akan
datang dalam bentuk keperluan untuk membayar bunga dan
mencicil utang pemerintah.

5. Nama : Helena Rofinky


Nim : 2013116294
Kelompok : 10
Pertanyaan : Sebutkan tujuan kebijakan ekonomi moneter islam

28
Jawab : - Kesejahteraan ekonomi yang luas berlandaskan full
employment dan tingkat pertumbuhan optimum.
- Keadilan sosio-ekonomi dan pemerataan distribusi
pendapatan dan kesejahteraan, salah satunya melalui
mekanisme zakat.
- Stabilitas dalam nilai uang sehingga memungkinkan
medium of exchange dapat dipergunakan sebagai satuan
perhitungan.
- Mobilisasi dan investasi tabungan bagi pembangunan
ekonomi dengan suatu cara yang menjamin pembelian
yang adil bagi semua pihak yang terlibat.
- Mewujudkan jasa-jasa lain.

6. Nama : Ira Ristia


Nim : 2013116278
Kelompok :8
Pertanyaan : Bagaimana kebijakan moneter menstabilkan harga
Jawab : Kebijakan Mempertahankan kestabilan harga.
Perekonomian suatu negara kerap kali tidak stabil, seperti
inflasi. Inflasi merupakan banyaknya uang yang beredar
sehingga menyebabkan harga barang-barang mengalami
kenaikan. Apabila suatu negara mengalami inflasi, maka
kebijakan moneter berperan untuk mengurangi peredaran
uang. Dengan begitu laju perekonomian suatu negara akan
stabil kembali. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi
kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan
output keseimbangan.

7. Nama : Nanik Purwaningsih


Nim : 2013116318
Kelompok : 11

29
Pertanyaan : Pada masa sahabat menerapkan konsep balance budget
policy, jelaskan konsep tersebut
Jawab : Pada masa sahabat menerapkan konsep balance budget
policy pada baitul maal atau prinsip kesamarataan yakni
memberikan jumlah yang sama kepada semua sahabat dan
tidak membeda-bedakan antara sahabat, budak dan orang
merdeka, bahkan antara pria dan wanita. Dengan begitu
harta di Baitul Maal tidak pernah menumpuk dalam jangka
waktu lamakarena langsung didistribusikan kepada kaum
muslimin.

8. Nama : Arum Gayuh


Nim : 2013116867
Kelompok :4
Pertanyaan : Bagaimana kebijakan moneter islam pada era sekarang
Jawab : Kebijakan Moneter adalah kebijakan pemerintah untuk
memperbaiki keadaan perekonomian melalui pengaturan
jumlah uang beredar. Untuk mengatasi krisis ekonomi yang
hingga kini masih terus berlangsung, disamping harus
menata sektor riil, yang tidak kalah penting adalah
meluruskan kembali sejumlah kekeliruan pandangan di
seputar masalah uang. Bila dicermati, krisis ekonomi yang
melanda Indonesia, juga belahan dunia lain, sesungguhnya
dipicu oleh dua sebab utama, yang semuanya terkait dengan
masalah uang.
a. Pertama, persoalan mata uang, dimana nilai mata uang
suatu negara saat ini pasti terikat dengan mata uang negara
lain (misalnya rupiah terhadap dolar AS), tidak pada
dirinya sendiri sedemikian sehingga nilainya tidak pernah
stabil karena bila nilai mata uang tertentu bergejolak, pasti
akan mempengaruhi kestabilan mata uang tersebut.

30
b. Kedua, kenyataan bahwa uang tidak lagi dijadikan
sebagai alat tukar saja, tapi juga sebagai komoditi yang
diperdagangkan (dalam bursa valuta asing) dan ditarik
keuntungan (interest ) alias bunga atau riba dari setiap
transaksi peminjaman atau penyimpanan uang. Persoalan
kedua relatif bisa selesai andai saja semua bentuk transaksi
yang di dalamnya terdapat unsur riba dinyatakan dilarang.
Lembaga keuangan syariah, termasuk bank syariah,
menjadi satu-satunya anak tunggal yang sah beroperasi di
negeri ini menggantikan bank-bank konvensional. Di dalam
Islam kebijakan moneter, yang dilakukan adalah
mempercepat perputaran uang, dan pembangunan
infrastruktur sector rill. Faktor pendorong percepatan
perputaran uang adalah disebabkan oleh kelebihan
likuiditas. Uang tidak boleh timbul dan tidak boleh
dipinjamkan dengan bunga.

9. Nama : Nakila
Nim : 2013116040
Kelompok :2
Pertanyaan :Dalam kebijakan moneter ali bin abi thalib maksud dari
pendistribusian yang ada dalam baitul maal
Jawab : Dalam hal penditribusian harta Baitul Mal, sekalipun
berada dalam kendali dan tanggung jawab, para pejabat
Baitul Mal tidak mempunyai wewenang dalam membuat
suatu keputusan terhadap harta baitul mal yang berupa
zakat dan Ushr. Kekayaan negara tersebut ditujukann untuk
berbagai golongan tertentu dalam masyarakat dan harus
dibelanjakan sesuai dengan prinsip-prinsip Al-Qur’an.Harta
Baitul Mal dianggap sebagai harta kaum muslimin,
sedangkan Khalifah dan para amil hanya berperan sebagai

31
pemegang amanah. Dengan demikian, negara bertanggung
jawab untuk menyediakan makanan bagi para janda, anak-
anak yatim, serta anak-anak terlantar, membiayai
penguburan orang-orang miskin, membayar utang orang-
orang yang bangkrut; membayar uang diyat untuk kasus-
kasus tertentu.Khalifah umar ibn khattab menerapkan
prinsip keutamaan dalam mendistribusikan harta Baitul
Mal. Ia berpendapat bahwa kesulitan yang dihadapi umat
islam harus diperhitungkan dalam menetapkan bagian
seseorang dari harta negara dan karenanya, keadilan
menghendaki usaha seseorang serta tenaga yang telah
dicurahkan dalam memperjuangkan Islam harus
dipertahankan dan dibalas dengan sebaik-baiknya.

10. Nama : Rina Agustian


Nim : 2013116055
Kelompok :3
Pertanyaan : Jelaskan valuta asing pada masa Rasulullah ?
Jawaban : Valuta asing dari persia dan Romawi yang dikenal oleh
seluruh lapisan masyarakat Arab, bahkan menjadi alat
bayar resminya adalah Dinar dan Dirham.

11. Nama : Sinta Riski Utari


Nim : 2013116177
Kelompok :6
Pertanyaan : Lebih efektif mana antar kebijakan moneter yang
kuantitatif dan kualitatif berikan alasannya
Jawab : Menurut pendapat kelompok 9, kebijakan moneter yang
kuantitatif lebih efektif dimana Kebijakan moneter yang
bersifat kuantitatif biasanya berupa campur tangan bank
sentral secara langsung terhadap kebijakan perbankan.

32
Pemerintah di negara yang menganut ekonomi pasar
mengikrarkan diri terhadap kebijakan campur tangan
dengan maksud untuk mencegah dan membatasi perubahan
produksi serta menata kembali tenaga kerja yang menjadi
korban ekonomi.

33

Anda mungkin juga menyukai