Anda di halaman 1dari 17

Perang Banjar (1859-1905)

WHAT
(Apa yang Dimaksud Dengan Perang Banjar?)

Perang Banjar adalah perang perlawanan terhadap


penjajahan kolonial Belanda yang terjadi di Kesultanan Banjar
yang meliputi wilayah provinsi Kalimantan Selatan dan
Kalimantan Tengah
WHY
(Mengapa Perang Banjar Terjadi?)
Karena monopoli Belanda di Banjar (KalSel) dan masalah intern kerajaan, yaitu pengangkatan
Tamjidillah oleh Residen E.F. Graaf von Bentheim Teklenburg yang mewakili Belanda sebagai sultan
sedangkan Pangeran Hidayatullah diangkat sebagai mangkubumi. Padahal menurut wasiat yang sah, yang
diangkat menjadi sultan adalah Pangeran Hidayatullah. Oleh karena itu, pengangkatan Tamjidillah sebagai
Sultan Banjarmasin menimbulkan protes dan rasa kecewa dari berbagai pihak. Tamjidillah memiliki
perangai yang kurang baik, senang minum-minuman keras seperti orang Belanda. Tamjidillah juga
menghapus hak hak istimewa pada saudara saudaranya termasuk menganggap tidak ada surat wasiat
dari Sultan Adam kepada Pangeran Hidayatullah. Kemudian setelah hak-haknya dirampas, Pangeran
Anom (Lawan Tamjidillah) dibuang ke Bandung. Tindakan Tamjidillah yang sewenang-wenang itu semakin
meimbulkan rasa kecewa dari berbagai pihak. Salah satu gerakan protes dan menolak pengangkatan
Tamjidillah sebagai sultan adalah yang dipelopori oleh Penghulu Abdulgani. Pangeran Hidayatullah yang
diangkat sebagai mangkubumi ternyata selalu disisihkan dalam berbagai urusan. Akibatnya ketegangan di
istana semakin tajam sehingga embuat kondisi kerajaan menjadi tidak kondusif.

Dalam suasana yang penuh ketegangan itu ditambah terjadi gerakan di pedalaman yang
dipelopori oleh Aling. Aling yang juga dikenal sebagai Panembahan Muning mengatakan dalam
semedinya ia mendapatkan firasat agar Kesultanan Banjarmasin dikembalikan kepada Pangeran Antasari,
sepupu pangeran Hidayatullah. Pangeran Anatasari juga merupakan seorang pangeran yang diperkirakan
juga keturunan raja di Banjarmasin. Gerakan Aling ini membuat suasana kerajaan semakin kacau. Pusat
gerakan Aling dinamakan Tambai Mekah (Serambi Mekah) yang terletak di tepian Sungai Muning. Aling
juga memanggil Antasari agar datang di Tambai Mekah. Pengaruh Aling ini semakin besar dan banyak
pengikutnya, karena Aling memang dipandang orang sakti. Pangeran Antasari yang memang sudah
kecewa dengan apa yang terjadi di lingkungan kerajaan, datang dan bergabung dengan Gerakan Aling.
Antasari berkeinginan untuk menurunkan Tamjidillah dan melawan kekuasaan Belanda. Disamping
kekuatan penuh dari pengikut Aling, pangeran Antasari juga mendapat dukungan dari berbagai pihak
seperti Sultan Pasir dan Tumenggung Surapati pimpinan orang orang Dayak.
WHEN
(Kapan Perang Banjar Terjadi?)
Perang Banjar berlangsung antara 1859-1905.
Konflik dengan Belanda sebenarnya sudah mulai sejak
Belanda memperoleh hak monopoli dagang di
Kesultanan Banjar. Dengan ikut campurnya Belanda
dalam urusan kerajaan, kekalutan makin bertambah.
WHERE
(Dimana Terjadinya Perang Banjar?)
WHERE
(Dimana Terjadinya Perang Banjar?)

Perang Banjar terjadi di Kesultanan


Banjar yang meliputi wilayah provinsi
Kalimantan Selatan
WHO
(Siapa Saja Tokoh yang Ikut Berperan Dalam
Perang Banjar?)
1. Pangeran Hidayatullah 9. Panembahan Muhammad
2. Pangeran Antasari Said
10.Panglima Batur
3. Aling
11.Panglima Wangkang
4. Tumenggung Antaludin
12.Penghulu Muda
5. Tumenggung Surapati 13.Penghulu Rasyid
6. Demang Lehman 14.Penghulu Suhasin
7. Panglima Bukhari 15.Tagab Obang
8. Tumenggung Jalil 16.Muhammad Seman, dsb.
HOW
(Bagaimana Perang Banjar Berlangsung?)
• Setelah Sultan Adam mangkat, Pangeran Tamjidillah diangkat oleh Sultan Banjar.
Padahal rakyat Banjar ingin agar Pangeran Hidayatullah yang menjadi sultan karena dia
adalah putra dari Sultan Adam. Tapi Belanda tetap memaksa agar Pangeran Tamjidillah
tetap menjadi Sultan dan Pangeran Hidayatullah hanya sebagai Mangkubumi. Penindasan
dan perlakuan Belanda yang seenaknya sendiri pada rakyat Kesultanan banjar membuat
rakyat marah.

Pemerintah Hindia Belanda mulai waspada akan kemunculan pemberontakan.


Penduduk Banjar mulai melawan Belanda dan membawa semangat Perang Agama.
Kelemahan Sultan Tamjidillah mulai mengakibatkan kekacauan. Kondisi yang semakin panas,
membuat Pangeran Antasari tampil menjadi pemimpin rakyat Banjar. Awalnya, Pangeran
Antasari menghimpun kekuatan rakyat yang sudah muak pada Belanda. Tak lupa Pangeran
Hidayatullah juga diajak yang kini menjadi Mangkubumi. Pangeran Hidayatullah pun setuju.
Pada tanggal 28 April 1859 pecahlah Perang Banjar. Pihak Kesultanan Banjar
dipimpin oleh pahlawan nasional yang sangat dikenal yaitu Pangeran Antasari.
Pangeran Antasari dibantu oleh Pangeran Hidayatullah, Demang Lehman, Haji
Buyasin, Tumenggung Antaluddin, Pangeran Amrullah dan lain-lain. Serangan
mengarah ke tambang Nassau Oranje milik belanda dan Benteng Pengaron.

• Pada waktu itu memasuki Agustus-September tahun 1859 pertempuran


rakyat Banjar terjadi di tiga lokasi, yakni di sekitar Banua Lima, sekitar Martapura
dan Tanah Laut, serta sepanjang sungai Barito. Pertempuran di sekitar Banua Lima
di bawah pimpinan Tumenggung Jalil, pertempuran di sekitar Martapura dan
Tanah Laut dipimpin oleh Demang Lehman, dan sepanjang Sungai Barito
dikomandani oleh Pangeran Antasari. Pada bulan September Demang Lehman dan
para pemimpin lain seperti Tumenggung Jalil, dan Pangeran Muhammad
Aminullah meninggalkan medan pertempuran di Tanah Laut menuju Kandangan
untuk mengadakan perundingan
Dalam pertemuan itu, semua yang hadir mengangkat sumpah untuk berjuang untuk
mengusir penjajah Belanda dari bumi Banjar tanpa kompromi: “Haram Manyarah Waja
sampai Kaputing”. Para pejuang tidak akan menyerah sampai titik darah yang penghabisan.
Perang semakin meluas setelah para kepala daerah dan para ulama juga bergabung dengan
pemberontak. Mereka memperkuat tentara Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayatullah
melawan penjajah. Sayangnya, pasukan pemberontak kalah oleh persenjataan Belanda yang
begitu canggih dan modern. Setelah terus berperang hingga tiga tahun, Pangeran
Hidayatullah menyerah ke Belanda pada tahun 1861 dan dibuang ke daerah Cianjur.

Menyerahnya Pangeran Hidayatullah membuat Pangeran Antasari menjadi satu-


satunya pemimpin pemberontakan dan keturunan Kesultanan Banjar. Untuk memperkuat
kedudukan sebagai pemimpin tertinggi, Pangeran Antasari meneriakkan slogan, “Hidup untuk
Allah dan Mati untuk Allah,” sehingga rakyat, alim ulama dan pejuang mengakui Pangeran
Antasari sebagai Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin.
Pangeran Antasari tidak bisa menolak dan dia harus mengemban kedudukan yang
dipercayakan rakyat dan kaum ulama sepenuhnya. Sekarang Pangeran Antasari bertugas sebagai
Kepala Pemerintahan, Komando Tertinggi Perang dan Pemimpin Islam Tertinggi.

Sejarah Perang Banjar semakin mendekati akhir, dan kekalahan Kesultanan Banjar sedikit
demi sedikit semakin tampak. Pasukan Belanda dipasok berbagai persediaan dan pasukan
bantuan dari Batavia. Karena terdesak, Pangeran Antasari memindahkan markas komando di
Sungai Teweh. Dari sana, Pangeran Antasari dibantu dua putranya seperti Gusti Muhammad Said
dan Gusti Muhammad Seman. Selain itu juga dibantu oleh Demang Lehman dan Tumenggung
Surapati. Tapi beberapa hari kemudian Pangeran Antasari wafat lalu dimakamkan di Hulu Teweh.

Meski Pangeran Antasari sudah wafat, pemberontakan pada Belanda masih berlanjut.
Sekarang dipimpin oleh dua putranya. Tapi tetap saja perlawanan melemah karena perbedaan
kekuatan yang signifikan. Di tahun-tahun akhir perang, Belanda berhasil menangkap dan
membunuh beberapa tokoh perjuangan. Contohnya yang tertangkap seperti Tumenggung Aria
Pati dan Kiai Demang Lehman. Sedangkan yang gugur yaitu Tumenggung Macan Negara,
Tumenggung Naro, Panglima Bukhari dan Rasyid.
• Menantu Pangeran Antasari, yaitu Pangeran Perbatasari tertangkap di Belanda ketika
bertempur di Kalimantan Timur pada tahun 1866. Dia diasingkan ke Tondano di Sulawesi Utara.
Panglima Bakumpai juga tertangkap dan digantung pada tahun 1905 di Banjarmasin. Gusti
Muhammad Seman juga wafat di Pertempuran Baras Kuning di daerah Barito.

• Sejarah Perang Banjar selesai pada tahun 1906 yang ditandai dengan kekalahan Pangeran
Antasari dan Kesultanan Banjarmasin. Korban di pihak Banjar lebih dari enam ribu jiwa.
Sementara pihak kolonial kehilangan tiga ribu hingga lima ribu orang dan dua kapal uap yang
tenggelam. Pasca perang ini, Belanda semakin menusukkan taring dan kukunya di tanah
Kalimantan.
UNSUR ISLAM DALAM PERANG BANJAR
Perang banjar yang berlangsung dari tahun 1859-1905 merupakan peperangan yang di
jiwai oleh unsur agama (Islam). Sebagaimana di tempat-tempat lain di Indonesia, Islam
masuk di Kalimantan Selatan bersamaan dengan masuknya faham sufi (mistik). Terlepas
dari pemicu awal meletusnya Perang Banjar (1859), yang jelas, motivasi Perang Banjar bagi
orang Banjar adalah menunaikan jihad fi sabilillah. Fi sabilillah adalah panggilan suci yang
ditujukan kepadaseluruh kaum muslimin, membangkitkan semangat jihad dan mendorong
setiap orang untuk mengorbaknkan dirinya, kekayaannya demi tegaknya hak-hak Allah.
Dampak Dari Perang Banjar
Bidang Ekonomi
• Dikuasainya tambang batubara dan perkebunan di daerah
Kalimantan Selatan

Bidang Politik.
• Daerah Kalimantan Selatan dikuasai sepenuhnya oleh
pemerintah kolonial Belanda.
• Dibubarkannya negara Kesultanan Banjar.

Anda mungkin juga menyukai