Anda di halaman 1dari 6

Berjuang tanpa henti, Pangeran Antasari wafat di tengah pasukannya

Jumat, 11 Oktober 2019 - 06:04 Berjuang tanpa henti, Panger

Pangeran Antasari. Sumber foto: https://bit.ly/2o46Wlx

Elshinta.com - Pangeran Antasari yang merupakan pahlawan nasional dari Banjarmasin, Kalimantan
Selatan wafat setelah bertahun-tahun berjuang di tengah rakyat. Pemimpin Perang Banjar tersebut
dikenal luas oleh seluruh Indonesia lantaran memimpin 300 pasukannya dengan berani menyerang
tambang batu bara milik Belanda di Pengaron, 25 April 1895.

Peperangan yang terus-menerus berkecamuk di bawah pimpinan Pangeran Antasari dengan dibantu
panglima dan pengikutnya yang setia, para pribumi tanpa gentar menyerang pos-pos Belanda di
Martapura, Hulu Sungai, Riam Kanan, Tanah Laut, Tabalong, sepanjang sungai Barito sampai ke Puruk
Cahu.

Info Dari Anda

Majalah Elshinta

Radio Streaming

Streaming Tv

Elshinta.com › Peristiwa › Peristiwa Hari Ini

Berjuang tanpa henti, Pangeran Antasari wafat di tengah pasukannya

Jumat, 11 Oktober 2019 - 06:04 Berjuang tanpa henti, Pangeran Antasari wafat di tengah pasukannya

Pangeran Antasari. Sumber foto: https://bit.ly/2o46Wlx

Elshinta.com - Pangeran Antasari yang merupakan pahlawan nasional dari Banjarmasin, Kalimantan
Selatan wafat setelah bertahun-tahun berjuang di tengah rakyat. Pemimpin Perang Banjar tersebut
dikenal luas oleh seluruh Indonesia lantaran memimpin 300 pasukannya dengan berani menyerang
tambang batu bara milik Belanda di Pengaron, 25 April 1895.

Peperangan yang terus-menerus berkecamuk di bawah pimpinan Pangeran Antasari dengan dibantu
panglima dan pengikutnya yang setia, para pribumi tanpa gentar menyerang pos-pos Belanda di
Martapura, Hulu Sungai, Riam Kanan, Tanah Laut, Tabalong, sepanjang sungai Barito sampai ke Puruk
Cahu.
Meski sempat dipukul mundur oleh pasukan Belanda yang ditopan bala bantuan dari Batavia dan
persenjataan modern hingga Pangeran Antasari terpaksa memindahkan pusat benteng pertahanannya
di Muara Teweh, akan tetapi Sultan Banjar itu terus teguh pada pendiriannya menolak bujukan Belanda
yang memintanya untuk menyerah.

"...dengan tegas kami terangkan kepada tuan: Kami tidak setuju terhadap usul minta ampun dan kami
berjuang terus menuntut hak pusaka (kemerdekaan)..." tulis Pangeran Antasari dalam suratnya yang
ditujukan kepada Letnan Kolonel Gustave Verspijck di Banjarmasin, 20 Juli 1861.

Dalam peperangan yang terus berkecamuk, Belanda pernah menawarkan hadiah kepada siapa pun yang
mampu menangkap dan membunuh Pangeran Antasari dengan imbalan 10.000 gulden. Namun sampai
perang selesai tidak seorangpun mau menerima tawaran ini.

Akan tetapi, kisah perjuangan sang Sultan harus terhenti. Pasalnya, setelah berjuang di tengah-tengah
rakyat, Pangeran Antasari kemudian wafat di tengah-tengah pasukannya tanpa pernah menyerah,
tertangkap, apalagi tertipu oleh bujuk rayu Belanda pada tanggal 11 Oktober 1862 di Tanah Kampung
Bayan Begok, Sampirang, dalam usia lebih kurang 75 tahun. Menjelang wafatnya, dia terkena sakit paru-
paru dan cacar yang dideritanya setelah terjadinya pertempuran di bawah kaki Bukit Bagantung,
Tundakan.

Pembahasaan :

            Pangeran Antasari, merupakan sosok seorang yang sangat kharismatik dan mendedikasikan
penuh umurnya untuk perjuangan daerahnya yaitu Kalimantan Selatan. Beliau merupakan salah satu
tokoh yang sangat memegang peran penting perjuangan dalam perang Banjar yang terjadi dari tahun
1859 - 1905. Kepala Pemerintahan, Panglima Perang, hingga Pemimpin Tertinggi Agama Islam ia jabat
kala itu, hingga ia disebut sebagai Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin. Semboyan “Hidup
untuk Allah dan mati untuk Allah” menjadi pegangan Pangeran Antasari dan rakyat Kalimantan Selatan
kala itu.

 
            Ada beberapa bentuk perlawanan yang dilancarkan Pangeran Antasari terhadap Belanda dalam
Perang Banjar, antara lain :

1.    Pada 25 April 1859, Pangeran Antasari bersama 300 Prajuritnya menyerang tambang batu bara milik
Belanda yang terletak di Pengaron serta perumahan Belanda yang ada disekitarnya dengan cara dibakar.

2.    Merebut Benteng Pengaron serta mengambil alih tambang Nassau Oranje milik Belanda.

3.    Melakukan penyerangan ke perkebunan milik gubernemen di Gunung Jabok, Kalangan, dan Bangkal.

4.    Bersama prajurit dan para panglimanya, melakukan penyerangan pos-pos Belanda yang terletak di
Martapura, Hulu Sungai, Riam Kanan, Tanah Laut, Tabalong, sepanjang sungai Barito sampai ke Puruk
Cahu.

5.    Melakukan perang gerilya serta membuat kerajaan baru di pedalaman dan benteng-benteng
pertahanan.

6.    Melakukan penyelundupan senjata untuk mensenjatai peperangan yang dibantu oleh para
pangeran-pangeran di Banjar.

Simak lebih lanjut di Brainly.co.id - https://brainly.co.id/tugas/14181524#readmore

Pangeran Antasari, merupakan sosok seorang yang sangat kharismatik dan mendedikasikan penuh
umurnya untuk perjuangan daerahnya yaitu Kalimantan Selatan. Beliau merupakan salah satu tokoh
yang sangat memegang peran penting perjuangan dalam perang Banjar yang terjadi dari tahun 1859 -
1905. Kepala Pemerintahan, Panglima Perang, hingga Pemimpin Tertinggi Agama Islam ia jabat kala itu,
hingga ia disebut sebagai Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin. Semboyan “Hidup untuk Allah
dan mati untuk Allah” menjadi pegangan Pangeran Antasari dan rakyat Kalimantan Selatan kala itu.
            Walaupun tidak sia-sia, namun pada akhirnya hasil perlawanan yang dilakukan Pangeran Antasari
bersama para panglima dan rakyat Banjar dalam Perang Banjar melawan Belanda mengalami kekalahan.
Pangeran Antasari meninggal di umurnya 75 tahun karena terkena sakit cacar dan paru-paru. Sempat
beberapa tahun dekade perjuangan rakyat Banjar dalam melawan Belanda tetap berlangsung. Namun
banyak panglima yang meninggal secara tragis seperti Haji Buyasin, Tumenggung Macan Negara, dan
Panglima Bukhari yang gugur ditangan Belanda, serta Kiai Demang Lehman yang mati karena dihukum
gantung.

Simak lebih lanjut di Brainly.co.id - https://brainly.co.id/tugas/14182033#readmore

Pangeran Antasari dan Jejaknya Melawan Penjajah

Oktober 11, 2018

156 tahun yang lalu, tepat pada tanggal 11 Oktober negeri ini kehilangan salah satu pahlawan yang amat
berperan dalam memerangi penjajah. Wajahnya pernah tersemat di uang kertas pecahan 2000 rupiah.

Pangeran Antasari, merupakan pahlawan nasional yang identik dengan masyarakat Banjar ini tidak
hanya pernah diabadikan dalam pecahan uang rupiah, tetapi juga sebagai nama Komando Resort Militer
(Korem) 101 dan nama Universitas Islam Negeri (UIN) di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Dia adalah putra dari pasangan Gusti Hadijah binti Sultan Sulaiman dan Pangeran Masohut (Mas’ud) bin
Pangeran Amir yang lahir pada tahun 1797 atau 1809 di Kayu Tangi, Banjar, Kabupaten Banjar,
Kalimantan Selatan. Pangeran Antasari meninggal dunia pada 11 Oktober 1862 (53 Tahun) di Bayan
Begok, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah.

Tahun kelahiran Antasari masih simpang siur, antara 1797 dan 1809. Helius Sjamsudin, dalam novel
sejarah Antasari, memerkirakan Antasari lahir pada 1809 di di Kayu Tangi.

Keluarga Pangeran Masohot ini hidup jauh dari lingkaran istana Banjar. Mereka hidup di sebuah lahan
yang membuat mereka hidup relatif sederhana.
Pada 14 Maret 1862, didepan kepala suku dayak dan dan Adipati penguasa wilayah dusun Atas, Kapuas
dan Kahayan yakni Tumenggung Surapati/ Tumenggung Yang Pati Jaya Raja, Pangeran Antasari ditunjuk
sebagai pimpinan tertinggi Kesultanan Banjar atau menjadi Sultan Banjar dengan gelar Panembahan
Amiruddin Khalifatul Mukminin.

Pada tanggal 23 Maret 1968, berdasarkan SK No. 06/TK/1968 oleh pemerintah Republik Indonesia,
Pangeran Antasari diberi gelar Pahlawan Nasional dan Kemerdekaan.

Perlawanan rakyat Banjar terhadap Belanda dimulai saat Belanda mengangkat Sultan Tamjid sebagai
Sultan Banjar. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1859. Padahal, yang seharusnya naik tahta adalah
Pangeran Hidayat. Sultan Tamid tidak disukai oleh rakyat karena ia terlalu memihak kepada Belanda.

Rakyat juga merasa Belanda terlalu jauh ikut mengatur kepemimpinan di Kesultanan Banjar. Belanda
semakin gencar melalakukan siasat adu domba terhadap golongan-golongan yang ada dalam istana.
Akibatnya, banyak golongan yang terpecah belah dan bermusuhan.

Pangeran Antasari merasa prihatin dengan keadaan yang terjadi di Kesultanan Banjar. Ia pun berusaha
untuk membela hak Pangeran Hidayat. Ia bersekutu dengan kepala-kepala daerah Hulu Sungai,
Martapura, Barito, Pleihari, Kahayan, Kapuas dan lain-lain. Usaha Pangeran Antasari untuk melakukan
penyerangan terhadap Belanda juga didukung oleh semua rakyat Banjar.

Pada 18 April 1859, Pangeran Antasari memimpin perang pertamanya melawan Belanda dengan
menyerang tambang batu bara di Pengaron. Perang ini kemudian dikenal dengan nama Perang Banjar.

Selain itu, Pangeran Antasari juga berhasil menyerang dan menguasai kedudukan Belanda di Gunung
Jabuk. Bersama pasukannya, ia juga berhasil menengelamkan Kapal Onrust. Bahkan Letnan Van der
Velde dan Letnan Bangert sebagai pemimpin dalam kapal tersebut juga ikut tenggelam.

Pangeran Antasari berhasil mengerahkan dan mengobarkan semangat rakyat sehingga Belanda merasa
kewalahan. Karena hebatnya perlawanan pasukan Pangeran Antasari. Belanda membujuk Pangeran
Antasari untuk berdamai. Akan tetapi, semua rayuan itu ditolaknya. Dia tidak mau berkompromi dengan
Belanda sedikitpun.
Pada tahun 1861, Belanda berhasil menangkap Pangeran Hidayat. Beliau lalu dibuang ke Cianjur, Jawa
Barat. Walaupun demikian, Pangeran Antasari tetap melanjutkan perjuangannya. Ia mengambil alih
pimpinan utama. Bahkan saat memasuki usia tua. Pangeran Antasari tetap melanjutkan perjuangannya
dengan berperang di wilayah Kalimantan Selatan dan Tengah.

Sayangnya pada tahun 1862 terjadi wabah penyakit cacar di daerah Banjar. Padahal, Pangeran Antasari
dan pasukannya sedang menyiapkan serangan besar-besaran terhadap Belanda. Wabah penyakit cacar
ini menyerang dan melemahkan pasukan Banjar termasuk Pangeran Antasari, pemimpinnya.

Akhirnya, pada 11 Oktober 1862 beliau wafat. Makam beliau sekarang berada di Taman Makam Perang
Banjar, Banjarmasin Utara. [Eva

Anda mungkin juga menyukai