Anda di halaman 1dari 2

Nama : Naya Dwi Herawati

Kelas : IX H
No Absen : 26
Tahun Pelajaran : 2019 - 2020

Pangeran Antasari

Nama Lengkap : Pangeran Antasari


Lahir : 1809 di Kayu Tangi
Wafat : 11 Oktober 1862 di Kalimantan
Penghargaan : Pahlawan Nasional
Sejarah Pangeran Antasari
Pangeran Antasari, merupakan salah seorang pahlawan Nasional yang lahir pada tahun 1809
di daerah Kayu Tangi, Banjar, Kabupaten Banjar di Provinsi Kalimantan Selatan.
Semasa muda beliau bernama adalah Gusti Inu Kartapati, Beliau dilahirkan oleh ibu yang
bernama Gusti Hadijah binti Sultan Sulaiman dan Ayah Pangeran Antasari bernama Pangeran
Masohut (Mas'ud) bin Pangeran Amir.

Sebagai seorang Pangeran, beliau merasa prihatin menyaksikan kesultanan Banjar yang ricuh
karena campur tangan Belanda pada kesultanan semakin besar.
Gerakan-gerakan rakyat timbul di pedalaman Banjar.
Pangeran Antasari diutus menyelidiki gerakan-gerakan rakyat yang sedang bergolak.
Beliau dinobatkan sebagai pimpinan pemerintahan tertinggi di Kesultanan Banjar (Sultan
Banjar) dengan menyandang gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin dihadapan
para kepala suku Dayak dan Adipati (gubernur) penguasa wilayah Dusun atas, Kapuas dan
Kahayan yaitu Tumenggung Suropati/Tumenggung Yang Pati Jaya Raja.

Pangeran Antasari, sebagai salah satu pemimpin rakyat yang penuh dedikasi maupun sebagai
sepupu dari pewaris Kesultanan Banjar.
Untuk mengokohkan kedudukannya sebagai pemimpin perjuangan umat Islam tertinggi di
Banjar bagian Utara (Muara Teweh dan sekitarnya), maka pada tanggal 14 Maret 1862,
bertepatan dengan 13 Ramadhan 1278 Hijriah, dimulai dengan seruan :
Mati untuk Allah dan hidup untuk Allah
Seluruh rakyat, pejuang-pejuang, para alim ulama dan bangsawan-bangsawan Banjar; dengan
suara bulat mengangkat Pangeran Antasari menjadi Panembahan Amiruddin Khalifatul
Mukminin, yaitu pemimpin pemerintahan, panglima perang dan pemuka agama tertinggi.

Tidak ada alasan lagi bagi Pangeran Antasari untuk berhenti berjuang, beliau harus menerima
kedudukan yang dipercayakan oleh Pangeran Hidayatullah kepadanya dan bertekad
melaksanakan tugasnya dengan rasa tanggung jawab sepenuhnya kepada Allah dan rakyat.

Setelah berjuang di tengah-tengah rakyat, Pangeran Antasari kemudian wafat di tengah-


tengah pasukannya tanpa pernah menyerah, tertangkap, apalagi tertipu oleh bujuk rayu
Belanda pada tanggal 11 Oktober 1862 di Tanah Kampung Bayan Begok, sampirang dalam
usia lebih kurang 75 tahun.

Menjelang wafatnya, beliau terkena sakit paru-paru dan cacar yang dideritanya setelah
terjadinya pertempuran di bawah kaki Bukit Bagantung, Tundakan.

Perjuangannya dilanjutkan oleh Puteranya yang bernama Muhamad Seman.


Setelah terkubur selama lebih kurang 91 tahun di daerah hulu sungai Barito, atas keinginan
rakyat Banjar dan persetujuan keluarga, pada tanggal 11 November 1958 dilakukan
pengangkatan kerangka Pangeran Antasari, yang masih utuh adalah tulang tengkorak,
tempurung lutut dan beberapa helai rambut.

Kemudian kerangka ini dimakamkan kembali di Taman Makam Perang Banjar, Kelurahan
Surgi Mufti Banjarmasin.

Anda mungkin juga menyukai