Kelas : IX H
No Absen : 26
Tahun Pelajaran : 2019 - 2020
Pangeran Antasari
Sebagai seorang Pangeran, beliau merasa prihatin menyaksikan kesultanan Banjar yang ricuh
karena campur tangan Belanda pada kesultanan semakin besar.
Gerakan-gerakan rakyat timbul di pedalaman Banjar.
Pangeran Antasari diutus menyelidiki gerakan-gerakan rakyat yang sedang bergolak.
Beliau dinobatkan sebagai pimpinan pemerintahan tertinggi di Kesultanan Banjar (Sultan
Banjar) dengan menyandang gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin dihadapan
para kepala suku Dayak dan Adipati (gubernur) penguasa wilayah Dusun atas, Kapuas dan
Kahayan yaitu Tumenggung Suropati/Tumenggung Yang Pati Jaya Raja.
Pangeran Antasari, sebagai salah satu pemimpin rakyat yang penuh dedikasi maupun sebagai
sepupu dari pewaris Kesultanan Banjar.
Untuk mengokohkan kedudukannya sebagai pemimpin perjuangan umat Islam tertinggi di
Banjar bagian Utara (Muara Teweh dan sekitarnya), maka pada tanggal 14 Maret 1862,
bertepatan dengan 13 Ramadhan 1278 Hijriah, dimulai dengan seruan :
Mati untuk Allah dan hidup untuk Allah
Seluruh rakyat, pejuang-pejuang, para alim ulama dan bangsawan-bangsawan Banjar; dengan
suara bulat mengangkat Pangeran Antasari menjadi Panembahan Amiruddin Khalifatul
Mukminin, yaitu pemimpin pemerintahan, panglima perang dan pemuka agama tertinggi.
Tidak ada alasan lagi bagi Pangeran Antasari untuk berhenti berjuang, beliau harus menerima
kedudukan yang dipercayakan oleh Pangeran Hidayatullah kepadanya dan bertekad
melaksanakan tugasnya dengan rasa tanggung jawab sepenuhnya kepada Allah dan rakyat.
Menjelang wafatnya, beliau terkena sakit paru-paru dan cacar yang dideritanya setelah
terjadinya pertempuran di bawah kaki Bukit Bagantung, Tundakan.
Kemudian kerangka ini dimakamkan kembali di Taman Makam Perang Banjar, Kelurahan
Surgi Mufti Banjarmasin.