Anda di halaman 1dari 1

PERANG BANJAR

Kerajaan Banjar
Pangeran Antasari
Perang Banjar terjadi pada permulaan abad ke-19. Kerajaan
Banjar sendiri meliputi wilayah Kalimantan Selatan dan
Tengah. Kerajaan ini mempunyai hasil alam seperti intan,
emas, lada, rotan dan Damar. Pangeran Antasari adalah
sosok pencetus dari perang ini.

Pangeran Antasari
Tahun 1797-1862

Pangeran Antasari adalah pemimpin tertinggi di


Kesultanan Banjar (Sultan Banjar). Gelarnya yaitu
Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin.Pangeran
Antasari juga menjadi panglima perang salah satunya
perang banjar, pemuka agama tertinggi, dan
pemimpin pemerintahan.

Perang Banjar
Perang Banjar atau Perang Banjar-Barito adalah
sebuah peristiwa sejarah di mana rakyat Kalimantan
khususnya Kesultanan Banjar berperang melawan
para penjajah Belanda. Perang Banjar terjadi di
wilayah Kesultanan Banjar, Kalimantan Selatan pada
tahun 1859 hingga 1905

Kronologi
Tahun 1859-1860
Perang dipimpin oleh Pangeran Antasari dan terjadi perlawanan di berbagai daerah. Pada 28 April 1859,
pos-pos Belanda di Martapura dan Pengaron diserang oleh pasukan Antasari.
Beberapa bulan setelahnya, Pangeran Antasari bersama pasukan Haji Buyasin, Kiai Lang Lang, dan Kiai
Demang Leman berhasil merebut benteng milik Belanda di Tabanio. Setelah itu, peperangan pun terjadi di
daerah banua Lima, Martapura dan Tanah Laut.
Dipimpin oleh beberapa pimpinan yang berbeda mereka pun berusaha mempertahankan Benteng
Tabanio yang ketika itu diserbu oleh pasukan Belanda. Pertempuran sengit pun terjadi sampai
menghabiskan banyak korban.
Pada September 1859, Kiai Deman Leman, Tumenggung Jalil, dan Pangeran Muhammad Aminullah
menuju Kandangan untuk mengadakan perundingan dengan tokoh pejuang lain. Pertemuan ini
menghasilkan kesepakatan tentang penolakan perundingan pasukan dengan Belanda.
Setelah pertemuan tersebut, perlawanan terus menerus dilakukan dan bahkan semakin luas. Pada Maret
1860, Belanda tiba-tiba mengirim surat kepada Pangeran Hidayatullah yang berisikan pernyataan untuk
segera menyerahkan diri.
Namun hal tersebut sudah jelas ditolak oleh Pangeran mengingat semua perjuangan pasukan yang telah
dikerahkan.
Pada peperangan selanjutnya, perlu diakui bahwa mereka kekurangan senjata. Hal inilah yang kemudian
membuat Pangeran Hidayatullah mundur. Pada akhirnya, Belanda melakukan penangkapan pada
Pangeran Hidayatullah.

Akhir perang
Perang Banjar mulai meredup ketika Pangeran Antasari mengidap penyakit keras yang menyerang paru-
paru hingga cacar. Meskipun dalam keadaan sakit keras, keinginan Pangeran Antasari untuk menjadikan
Kesultanan Banjar sebagai wilayah berdaulat tidak padam.
Pangeran Antasari meninggal pada Oktober 1862 dan menitipkan pesan kepada para pengikutnya untuk
terus berjuang hingga titik darah penghabisan.
Perang Banjar berakhir pada tahun 1906 yang ditandai dengan kekalahan Pangeran Antasari dan
Kesultanan Banjar. Korban di pihak Banjar lebih dari enam ribu jiwa. Sementara pihak Belanda, kehilangan
hingga lima ribu orang dan dua kapal uap yang tenggelam.

Kelompok 6
Anggota: 1 Dea Windy Setiawan (04)
2. Dinah Kamilah Sofiana (06)
3. Fairus Raihan Majid (09)
4. Moh Tahsinol Anam (15)
5. Nanda Bilqis Izzati Javirah (25)

Anda mungkin juga menyukai