Anda di halaman 1dari 5

RAKYAT

KALIMANTAN
ANGKAT SENJATA KELOMPOK 7 :
1. EFENDI MONOARFA
2. CAHYA BINTANG SALSABILA IDJI
3. FADHILA NASARU
4. NADIA OKTAVIANA RAHMAN
Kronologi sejarah dan latar belakang
perlawanan rakyat Kalimantan selatan
Pada masa pemerintahan Sultan Adam, Belanda mulai masuk ke wilayah
Banjatmasin. Ketika Sultan Adam wafat pada tahun 1857, terjadi perebutan
kekuasaan di lingkungan keluarga istana. Situasi tersebut dimanfaatkan oleh
Belanda untuk dapat menguasai Kerajaan Banjarmasin dengan menggunakan
politik adu dombanya.
Belanda mengangkat Tamjidillah sebagai sultan. Pengangkatan tersebut banyak
menimbulkan pertentangan, karena sifat Tamjidillah yang suka mabuk-mabukan.
Selain itu, perbuatan Belanda yang selalu ikut campur dalam urusan kerajaan,
membuat anggota kerajaan yang anti Belanda bersama rakyat menjadi marah.
Kemarahan itulah yang membuat mereka bersatu untuk melawan Belanda.
Pada tahun 1859, rakyat Banjarmasin di bawah pimpinan Pangeran Antasari dan
Pangeran Hidayatullah mengadakan perlawanan. Mereka mendapat bantuan dari
Kiai Demang Leman, Haji Nasrun, Haji Buyasin, dan Kiai Langlang. Dalam
perang tersebut, Belanda berusaha menarik simpati rakyat dengan mengangkat
Pangeran Hidayatullah sebagai Sultan, menggantikan Tamjidillah. Namun,
Pangeran Hidayatullah menolak tawaran Belanda tersebut. Karena terjadi
kekosongan kekuasaan, akhirnya Belanda menghapuskan Kerajaan Banjarmasin
dan dijadikan wilayah kekuasaan Belanda.
Pada bulan Maret 1862, Pangeran Antasari diangkat menjadi sultan dengan gelar
“Panembahan. Amiruddin Khalifatul Mukmin”. Pada tanggal 11 Oktober 1862,
Pangeran Antasari, wafat di Hulu Teweh. Kemudian, ia digantikan oleh putranya
yang bernama Mohammad Seman, untuk melanjutkan perlawanan terhadap
Belanda. Perlawanan rakyat Banjar masih terus berlanjut hingga awal abad ke-20.
Latar Belakang Perlawanan Kalimantan
Angkat Senjata
Penyebabnya sama dengan perlawanan di jawa yaitu penindasan dan
romusa. Dengan tekad yang kuat rakyat Kalimantan melakukan
perlawanan yang dipimpin oleh Pang Sumar pemimpin suku Dayak
dengan strategi gerilya dengan memanfaatkan hutan rimba, rawa,
sungai, dan daerah yang sulit di jangkau tentara Jepang. Tapi
banyaknya mata-mata Jepang di masyarakat membuat Pang Suma
dan pasukan gugur.
◦SEKIAN DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai