Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH SEJARAH

POLITIK ETIS

Disusun oleh :
Nama

: Retno Ariani

Kelas

: XI IPS 2

No. Absen

: 22

SMA N 1 BANJARNEGARA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan dan melimpahkan rahmat, hidayah dan inayahNya kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik dan lancar.
Mengingat kurangnya kemampuan dan keterbatasan penulis dalam
menyelesaikan makalah ini, penulis meyakini bahwa tugas ini tidak dapat
terselesaikan tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Atas bimbingan
dan bantuan tersebut tiada yang dapat penulis ucapkan selain ucapan terima
kasih, kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat dan segala barokah-Nya
2. Ibu Sri Utari, S.Pd. selaku guru Mata Pelajaran Sejarah yang telah
membimbing sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Demikian penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun dan bermanfaat bagi kita semua.
Semoga makalah ini dapat kita ambil manfaatnya bersama, khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca.
Banjarnegara,

Maret 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN...................................................................................................
A.
B.
C.

Latar Belakang......................................................................................................................
Rumusan Masalah.................................................................................................................
Tujuan Penulisan...................................................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN....................................................................................................

A. Lahirnya Kebijakan Politik Etis di Indonesia.........................................................................


B. Pelaksanaan Politik Etis di Indonesia.....................................................................................
C. Pengaruh Kebijakan Politik Etis Bagi Indonesia....................................................................
BAB III : PENUTUP..............................................................................................................
Kesimpulan dan saran..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kita pernah dijajah Belanda selama kurang lebih 350 tahun. Berbagai
macam kebijakan pernah diterapkan Belanda di Indonesia. Salah satunya
adalah Politik Etis.

B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Apa yang disebut Poltik Etis?


Siapakah yang mencetuskan dilaksanakannya Politik Etis?
Kapan lahirnya Politik Etis?
Mengapa Belanda menjalankan Politik Etis tersebut?
Bagaimana pelaksanaan Politik Etis tersebut?
Bagaimana pengaruh Kebijakan Politik Etis bagi Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan Lahirnya Kebijakan Poltik Etis di Indonesia
2. Menjelaskan pelaksanaan Politik Etis di Indonesia
3. Menjelaskan pengaruh Kebijakan Politik Etis di Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN

A. Lahirnya Kebijakan Politik Etis di Indonesia


Kebijakan atau Politik Etis mencakup dua bidang : politik dan ekonomi. Dalam
bidang politik, para penggagas Politik Etis menyerukan segera diterapkannya
kebijakan desentralisasi. Sementara itu, Politik Etis dalam bidang ekonomi
diterjemahkan dalam apa yang disebut Trias van Deventer.
Penderitaan rakyat Indonesia memicu kritik melalui tulisan dari kaum etis yang
dipelopori oleh wartawan koran De Locomotief, Koran pertama yang terbit di
Semarang, berdiri pada 1845, Pieter Broosshoft (1845-1921) dan seorang politikus
Belanda Conrad Theodore van Deventer (1857-1915). Pada intinya, mereka
menyaakan agar pemerintah colonial harus lebih memperhatikan nasib pribumi di
tanah jajahan dan memiliki tanggung jawab moral terhadap kesejahteraan
masyarakat pribumi.

Conrad Theodore van Deventer sang pencetus lahirnya politik etis


Kritik mereka, terutama kritik van Deventer, memengaruhi lahirnya Politik Etis. Dalam
pidatonya pada tanggal 17 September 1901, Ratu Wilhelmina dengan tegas menyatakan,
Pemerintah Belanda memiliki panggilan moral terhadap kaum pribumi Hindia-Belanda. Orasi
Ratu Belanda dalam sidang pembukaan parlemen itu kemudian umum disepakati sebagai
momentum kelahiran paham atau aliran etis dalam kancah politik kolonial.
Ratu Wilhelmina kemudian menuangkan panggilan moral tadi ke dalam apa yang
kelak disebut Trias van Deventer, yang meliputi :
1) Irigasi (pengairan), yaitu membangun dan memperbaiki pengairan dan
bendungan untuk keperluan pertanian.

2) Migrasi, yaitu mengajak rakyat untuk bertransmigrasi sehingga terjadi


keseimbangan jumlah penduduk.
3) Edukasi, menyelenggarakan pendidikan dengan memperluas bidang
pengajaran dan pendidikan.

B. Pelaksanaan Politik Etis di Indonesia


Dalam bidang politik, para penggagas Politik Etis mendesak diberlakukannya
kebijakan desentralisasi : desentralisasi dari Den Haag ke Batavia, dari Batavia ke
daerah-daerah, dan dari orang-orang Belanda ke orang-orang Indonesia. Dengan
demikan, maksud utama dari kebijakan desentralisasi adalah memberikanruang,
peran, serta kesempatan bagi orang-orang Indonesia sendiri untuk memikirkan nasib
dan masa depannya sendiri dengan melibatkan mereka dalam dewan-dewan lokal.
Desakan ini ditanggapi setengah hati oleh Pemerintah Belanda di Den Haag. Hal
itu terlihat dari kenyataan berikut : (1) dewan-dewan lokal untuk kota-kota besar baru
mulai dibentuk tahun 1905; (2) mayoritas anggota dewan ini orang-orang Belanda.
Menurut sejarawan M.C. Ricklefs (2008), langkah paling nyata ke arah desentralisasi
dan peningkatan peran orang-orang Indonesia dalam pemerintahan adalah melalui
pembentukan Volksraad atau Dewan Rakyat (1916-1941) pada tahun 1916.
Terlihat sekilas memang program Trias van Deventer sangat mulia. Namun dalam
praktiknya di lapangan tidak seindah gagasannya. Pemerintah kolonial Belanda tak
pernah menjalankannya dengan konsekuen. Akibatnya, banyak terjadi penyimpangan
penerapan Politik Etis di lapangan :

Irigasi : pengairan dialirkan hanya ke tanah-tanah perkebunan swasta, bukan


ke tanah-tanah perkebunan rakyat.

Bendungan Katulampa yang terdapat di Bogor, Jawa Barat yang dibangun


pada tahun 1911 sebagai perwujudan politik etis di bidang irigasi

Edukasi : diselenggarakan dua macam pengajaran; pertama, untuk anak-anak


pegawai negeri , bangsawan, dan orang-orang yan mampu, dengan bahasa
Belanda sebagai bahasa pengantar; kedua, untuk rakyat biasa, yang hanya
diberi pelajaran membaca, menulis, dan berhitung setingkat kemampuan siswa
sekolah dasar kelas 2, dan dengan menggunakan bahasa pengantar bahasa
Melayu. Tujuan diselenggarakannya pengajaran untuk rakyat biasa adalah
mendapatkan tenaga administrasi yang murah untuk dipekerjakan di kantorkantor pemerintahan nantinya.
Selain itu, penerapan Politik Etis dalam bidang pengajaran tidak
mengakomodasi pendidikan bagi bangsa-bangsa asing lainny, seperti orangorang Arab dan Tionghoa (Cina) yang pada masa tersebut telah banyak yang
berada di Indonesia.Orang-orang Arab (komunitas Hadrami) kemudian
mendirikan madrasah Jamiet Kheir pada tahun 1905, sedangkan orang-orang
Tionghoa mendirikan sekolah yang diberi nama Tiong Hoa Hak Tong (THHT)
di Sungai Liat, Bangka pada tahun 1901.
Pelaksanaan pengajaran yang tidak merata ini pula yang mendorong
munculnya banyak sekolah nonpemerintah di kemudian hari, seperti Taman
Siswa, perguruan Muhammadiyah, dan pendidikan untuk kaum perempuan
yang dipelopori oleh R.A. Kartini.

Sekolah STOVIA di Jakarta sebagai perwujudan politik etis di bidang edukasi

Migrasi : keluar Pulau Jawa ternyata ditujukan ke perkebunan-perkebunan


swasta dan perkebunan milik pengusaha-pengusaha Belanda dan swasta asing.
Rakyat yang mengikuti program ini dijadikan sebagai kuli kontrak , seperti
yang terjadi di Deli (Sumatera Utara) dan di Lampung. Karena tidak sesuai
dengan tujuan awal, banyak dari mereka melarikan diri untuk kembali ke
daerah asal. Pemerintah kolonial Belanda lalu menerapkan Poenal Sanctie,
yaitu peraturan yang menetapkan bahwa pekerja yang melarikan diri akan
ditangkap polisi negara dan dikembalikan kepada para mandor, setelah
mengalami hukuman yang jenisnya telah ditentukan.

Transmigran dari Pulau Jawa menuju Lampung yang merupakan perwujudan


politik etis di bidang migrasi

C. Pengaruh Kebijakan Politik Etis di Indonesia


Terlepas dari penyelewengan-penyelewengan itu, bagaimanapun Politik Etis sangat
berperan mengembangkan serta memperluas pendidikan dan pengajaran di Indonesia. Salah
seorang dari kelompok etis bernama Mr. J.H. Abendanon, Menteri Kebudayaan, Agama,
dan Kerajinan (1900-1905) di Hindia-Belanda pada masa itu sangat berjasa mendirikan
sekolah-sekolah baik untuk kaum priyayi atau rakyat biasa. Kian terbukanya kesempatan bagi
putra-putri Indonesia untuk mengenyam pendidikan menengah dan tinggi tidak saja
menghasilkan pemuda Indonesia yang berilmu, tetapi juga berwawasan luas dan sadar politik.
Meski tak dimaksud demikian, munculnya paham Politik Etis memicu lahirnya kesadaran
kebangsaan. Secara khusus, jika saja paham politik Etis tak pernah muncul di Belanda,
mungkin tak akan lahir Dr. Wahidin Sudirohusodo dan Dr. Sutomo, pendiri Budi Utomo,
organisasi pergerakan modern Indonesia yang pertama, yang hari berdirinya 20 Mei 1908,
sampai kini kita kenal sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Kebijakan atau Politik Etis (atau biasa disebut politik balas budi) adalah kebijakan
yang mencakup dua bidang (politik dan ekonomi). Dalam bidang politik berupa
kebijakan desentralisasi, sedangkan dalam bidang ekonomi disebut Trias van
Deventer.

2. Para pencetus Politik Etis adalah Broosshoft (seorang wartawan Koran De


Locomotief) dan Conrad Theodore van Deventer (seorang praktisi hukum di HindiaBelanda yang kemudian menjadi politisi di negeri asalnya).
3. Politik Etis lahir pada tanggal 17 September 1901.
4. Pemerintah Belanda melaksanakan Politik Etis sebagai balas budi terhadap Indonesia.
Karena Belanda telah menjadi negara makmur berkat sumber daya alam yang didapat
dari Indonesia.
5. Dalam pelaksanaannya, banyak terjadi penyelewengan-penyelewengan. Di bidang
irigasi, hanya untuk mengairi tanah perkebunan swasta. Di bidang migrasi, rakyat
Indonesia yang ada di Pulau Jawa ditransmigrasikan ke luar Jawa untuk dipekerjakan
di perkebunan swasta, yang tujuan awalnya untuk meratakan jumlah penduduk. Di
bidang edukasi, tidak meratanya pelaksanaan pengajaran.
6. Pengaruh kebijakan Politik Etis di Indonesia antara lain :
Irigasi, telah dibangun Bendungan Jember pada tahun 1926-1927 yang
merupakan realisasi dari Politik etis di bidang ekonomi.
Migrasi, hingga kini transmigrasi telah menjadi program pemerintah dan juga
masyarakat sendiri.
Edukasi, sampai saat ini baik dari pemerintah maupun swasta telah banyak
mendirikan sekolah-sekolah dari sekolah dasar hingga sekolah menengah dan
sekolah tinggi.

Saran
1. Sebagai peserta didik yang baik, seharusnya kita mengetahui sejarah tentang
kebijakan yang pernah diterapkan Belanda di Indonesia, sehingga kita bisa
mengetahui pengaruhnya di masa kini.
2. Sebagai warga negara yang baik, seharusnya kita menjaga peninggalan sejarah yang
masih ada hingga saat ini seperti halnya irigasi yang pernah dibangun Belanda.
3. Pemerintah sebaiknya menjaga dan memperbaiki irigasi yang ditinggalkan Belanda.
Melanjutkan program transmigrasi karena sangat mendukung persebaran penduduk
supaya merata dan memperbaiki sistemnya. Terus meningkatkan kualitas pendidikan
di Indonesia, terutama mendirikan sekolah-sekolah hingga pelosok negeri.

DAFTAR PUSTAKA
- Buku SEJARAH Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Kelompok
Wajib Penerbit Erlangga.
- http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/b2/Conrad_Theodo
r_van_Deventer.jpg
- http://galeribogor.net/wp-content/uploads/2011/01/bendungan.jpg
- https://serbasejarah.files.wordpress.com/2012/10/800px-stovia_5.jpg

- http://4.bp.blogspot.com/-rE3jB23ckQ/VIrajMcn6OI/AAAAAAABD18/LPTfmF0ksCg/s1600/transmigr
an%2Bjawa%2Bke%2Blampung.jpg

Anda mungkin juga menyukai