KE KOTA SAWAHLUNTO
Disusun Oleh:
NAYSILA SYAHRIJAL
XI IPA 2
Guru Pembimbing :
PISNETI, S.Pd.
MAN 1 SIJUNJUNG
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Illahi Robbi atas rahmat dan bantuanNya
sehingga laporan study tour yang kami buat ini bisa diselesaikan dengan baik. Di
dalam laporan ini terdapat banyak pengetahuan tentang hal-hal yang bisa kita pelajari
di Kota Sawahlunto
Karena keterbatasan dan pemahaman kami mengenai Tambang batubara di Kota
Sawahlunto Padah jaman dulu, maka harap dimaklum jika masih banyaknya
kekurangan. Namun kami sudah berusaha sebaik mungkin. Hasil dari laporan ini juga
berkat bantuan, dukungan, dan arahan dari orang-orang di sekitar kami. Maka kami
ucapkan terima kasih khususnya pada seluruh pihak MAN 1 Sijunjung yang sudah
memberi kami kesempatan berstudy tour ke Kota Sawahlunto. Para guru yang sudah
membimbing.
Mohon maaf jika masih banyak kekurangan pada laporan yang kami buat ini. namun
besar harapan kami, laporan ini akan memberi dampak positif bagi para pembaca yang
memiliki pola pikir terbuka tentang Sejarah Pertambangan di Sawahlunto. Akhir kata,
kami ucapkan kembali terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak.
Semoga laporan study tour ini akan berguna di kemudian hari.
LAPORAN STUDI SEJARAH
MAN 1 SIJUNJUNG KE
KOTA SAWAHLUNTO
TAHUN 2022
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Kemajuan yang terjadi dalam berbagai bidang kehidupan memberikan
pengaruh yang cukup besar dalam bidang pendidikan. Di antara pengaruh yang
ditimbulkan dalam bidang pendidikan itu di antaranya menyangkut pola dan
perilaku antara pendidik dan peserta didik. Peserta didik dengan peserta didik
lainnya baik dalam lingkungan sekolah maupun di dalam lingkungan
masyarakat juga cara mengajar guru dan belajar peserta didik yang semakin
hari perlu adanya inovasi dan kreasi untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Mengingat situasi dan kondisi yang seperti tersebut perlu kiranya pada
pendidik dan peserta didik diberikan pengenalan serta wawasan yang berbeda
dari situasi yang dihadapi sehari-hari melalui kunjungan ke museum yang
memiliki latar belakang serta kondisi yang berbeda dari apa yang mereka
pelajari di sekolah.
Mengingat situasi yang seperti itu, kami dari Siswa Kelas XI MAN 1
Sijunjung Kabupaten Sijunjung bermaksud mengadakan Studi Tour ke
Sawahlunto
Info Box terletak di kawasan Tangsi Baru. Bangunan ini oleh Pemda
Kota Sawahlunto direkomendasikan sebagai Pusat Informasi sejarah
tambang batubara Kota Sawahlunto. Awalnya Info Box adalah sebagai
tempat stock field (penumpukan batubara) yang digali dari Lobang
Tambang Batubara Mbah Soero. Tahun 1947 pada lokasi ini dibangun
Gedung Pertemuan Buruh (GPB). Gedung ini berfungsi sebagai tempat
hiburan sekaligus tempat bermain judi bagi para buruh pekerja tambang
yang tinggal di sekitar kawasan Tanah Lapang dan Air Dingin, di sinilah
para buruh tambang menghamburkan uangnya setelah mereka menerima
upah.
Tahun 1965 Gedung Pertemuan Buruh (GPB) berubah nama menjadi
Gedung Pertemuan Karyawan (GPK). Pada masa ini gedung dimanfaatkan
oleh Anggota Partai Komunis sebagai ruang pertemuan dan setiap
minggunya Anggota Partai Komunis mengadakan bazar (pasar murah)
dengan tujuan untuk merekrut anggota baru kedalam partai komunis
dengan cara bagi siapa yang ikut berbelanja harus membuat tanda tangan
yang berarti telah bergabung dalam partai komunis. Tahun 1970-an,
gedung ini dialihfungsikan menjadi perumahan karyawan tambang
batubara hingga tahun 2004 dan dari tahun 2004 hingga tahun 2007
menjadi hunian masyarakat.
Dengan adanya penelitian dari Balai Pelestarian Peninggalan
Purbakala (BP3) Batusangkar pada awal 2007 menyatakan bahwa
bangunan GPB tidak termasuk dalam kategori Benda Cagar Budaya (BCB)
yang dilindungi, maka bertolak dari hal tersebut bangunan akhirnya
dirobohkan. Akhir 2007 dengan adanya dana subsidi Pengembangan
Kekayaan Budaya Daerah dari Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala,
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia maka pada
lokasi bangunan GPB dibangunlah gedung baru (Info Box) yang
merupakan cikal bakal pendirian Museum Tambang Batubara Kota
Sawahlunto.
Lobang Tambang Mbah Soero dulunya dinamakan Lubang Soegar.
Lubang ini merupakan lubang pertama di kawasan Soegar yang dibuka
oleh Kolonial Belanda pada tahun 1898. Pada lubang ini terdapat
kandungan batubara yang paling bagus (kalori 7000) dibandingkan dengan
daerah-daerah lain, seperti Sungai Durian, Sigalut, Parambahan, dan Tanah
Hitam. Hal ini disebabkan karena kawasan Soegar terletak di lapisan
patahan paling bawah dari permukaan Bumi.
Untuk membuka lubang ini Belanda mendatangkan buruh paksa dari
berbagai penjara di Nusantara seperti Medan, Jawa, Sulawesi, dan Padang.
Mereka dibawa dengan kapal melalui Emma Haven (Pelabuhan Teluk
Bayur) dan selanjutnya menggunakan transportasi kereta api dari
pelabuhan menuju Sawahlunto.
Sesampainya buruh ini di Sawahlunto, mereka dikirim ke penjara
orang rantai yang khusus dibuat oleh Belanda untuk para buruh paksa
(orang rantai). Mereka bekerja membuka lobang tambang Soegar dengan
kaki yang dirantai, makanan seadanya, dan upah kecil. Namun tenaga
mereka dikuras untuk menyelesaikan konstruksi lubang tambang.
Setelah lubang tambang selesai dibuka dengan 2 buah lubang angin
(ventilasi udara) maka Belanda mulai melakukan eksploitasi batubara atau
'emas hitam' yang sangat berkualitas itu. Jumlah produksi batubara yang
dihasilkan oleh orang rantai pada tahun 1892 sebanyak 48.000 ton.
Kemudian dengan adanya lubang Soegar ini produksi batubara meningkat
menjadi 196.207 ton pada tahun 1900. Hal ini membuktikan keberadaan
lubang Soegar sangat berpengaruh pada produksi batubara.
Meningkatkanya produksi batubara juga mendatangkan penderitaan
bagi buruh paksa. Nasib mereka sangat menyedihkan, rata-rata tiga kali
setahun buruh paksa atau orang rantai mendapat hukuman cambuk. Selain
perkelahian diantara sesama buruh untuk memperebutkan barang-barang
langka seperti rokok dan uang yang menimbulkan tidak sedikit korban
jiwa. Kejadian ini dibiarkan oleh mandor tambang dengan syarat jumlah
produksi tidak kurang dari 6 ton/shift setiap kelompok.
Pada awal abad ke-20 orang Belanda mendatangkan mandor dari
Jawa. Salah satunya Mbah Soerono yang lebih akrab dipanggil Mbah
Soero. Mbah Soero diangkat menjadi mandor oleh Kolonial Belanda
karena ilmu kebatinan yang dimilikinya. Ia ditugaskan untuk mengawasi
penambangan di Lubang Soegar ini. Dalam kesehariannya ia dikenal sangat
rajin bekerja, berperilaku baik dan taat beribadah.
Selanjutnya lubang ini ditutup pada tahun 1920-an karena adanya
perembesan air dari Batang Lunto dan kadar gas metana yang terus
meningkat. Kemudian pada tahun 2007 sesuai dengan Visi dan Misi Kota
Sawahlunto sebagai Kota Wisata Tambang yang Berbudaya maka berbagai
objek bekas tambang kembali dibenahi, salah satunya Lubang Soegar.
Untuk penghargaan kepada mandor Mbah Soerono yang dipanggil sebagai
pahlawan pekerja di masa buruh paksa (orang rantai), maka Lubang Soegar
ini lebih popular (note: menurut KBBI 'populer', tapi juga muncul
'popularitas') di tengah masyarakat Sawahlunto dengan sebutan Lobang
Tambang Mbah Soero.
2. MUSEUM GOEDANG RANSOEM
a. Bangunan Utama
Bangunan utama Dapur Umum saat ini sebagai ruangan pameran utama
Museum 'Goedang Ransoem' menyajikan dan memamerkan benda koleksi
yang merupakan eks peralatan dan perlengkapan Dapur Umum.
b. Tungku Pembakaran
Tungku pembakaran (Steam Generator) sebagai sumber energi uap panas
untuk memasak. Uap panas disalurkan pipa-pipa melalui ruang bawah
tanah. Tungku pembakaran ini buatan Jerman bertahun 1894 yang
diproduksi oleh Rohrendampfkesselfabrik, D.R.Patente No.13449 &
42321.
c. Rumah Jagal
Rumah jagal/potong hewan, dari sinilah kebutuhan daging yang masak
Dapur Umum dipasok.
d. Kompresor
Kompresor berukuran panjang dua meter dengan diameter 86 cm,
berfungsi sebagai penyalur energi uap panas dari steam generator ke
tungku masak. Angka 1894 adalah label tahun pabrik pembuat tungku
pembakaran (steam generator). Pengunjung masih dapat menyaksikan
dengan bangunannya yang masih berdiri dengan kokoh dan sangat unik.
Steam generator ini buatan Jerman, bertahun 1894, dibuat
Rohremdampfkessel-D.R.Patente No. 13449 & 42321
e. Periuk nasi
Periuk pemasak beras dan sayur ini berdiameter 124 cm hingga mencapai
132 cm, badan periuk setinggi 60 cm sampai 62 cm (belum termasuk
tutupnya) dan tebal 1,2 cm. Periuk raksasa ini terdiri dari empat bagian:
lapisan luar periuk, periuk bagian dalam terbuat dari nikel, langsang juga
terbuat dari nikel, tutup.
E. DOKUMENTASI
1. INFO BOX DAN GALERI TAMBANG BATUBARA DAN LOBANG
MBAH SURO