Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

FISIKA

HASIL OBSERVASI MUSEUM GOEDANG RANSOEM


SAWAHLUNTO

Nama Penyusun:
FIQRA FI AMANILA BEDRI

Guru Pembimbing :
ELFIRA ROZA, S.Pd
Kelas XI IPA

MAN 2 SOLOK SELATAN


TAHUN PELAJARAN 2022/2023
MUSEUM GOEDANG RANSOEM

Museum Goedang Ransoem adalah salah satu museum di Indonesia yang


terletak di Jalan Arif Rahman Hakim, Kelurahan Air Dingin, Kecamatan
Lembah Segar, Kota Sawahlunto, Sumatra Barat. Museum ini berada sekitar
94 kilometer atau dua jam perjalanan dengan kendaraan dari Kota Padang.
Museum Goedang Ransum menempati sebuah kompleks bangunan
bekas dapur umum para pekerja tambang batu bara dan pasien Rumah
Sakit Umum Daerah Sawahlunto yang ketika itu berjumlah ribuan. Gedung
Museum Goedang Ransum sendiri dibangun pada 1918 sewaktu
penjajahan Belanda. Dapur umum ini dilengkapi dua buah gudang besar dan
untuk memasak 3.900 kilogram beras setiap hari bagi para pekerja tambang
batu bara.[1] Harga tiket masuk museum ini adalah Rp 4.000 untuk dewasa,
dan Rp2.000 untuk anak-anak. Jam aktif kunjungan museum ini adalah:
Selasa hingga Jumat 07.30–16.30 WIB; Sabtu dan Minggu 09.00–16.00
WIB.

Sejarah
Kota Sawahlunto dulunya dikenal sebagai penghasil batu bara terbesar
di Nusantara. Dari kota inilah pemerintah Hindia Belanda meraup
keuntungan amat besar dari batu bara tersebut.[2] Museum Goedang
Ransoem sendiri menjadi bagian yang tak terpisahkan dari proses
pertambangan di Sawahlunto. Pada awalnya, gedung ini adalah kawasan
dapur umum bagi pekerja tambang yang dibangun tahun 1918. Tempat ini
memiliki dua buah gudang besar dan tungku pembakaran. Bahan bakar
memasaknya saat itu menggunakan sistem uap; tepat di bawah ruang
masak terdapat ruang bawah tanah dengan pipa cerobong yang mengalirkan
uap panas untuk 20 tungku. Uap panas ini berasal dari air panas yang
direbus dengan menggunakan boiler di atas perbukitan yang dialirkan
uapnya ke dapur. Dengan mempekerjakan sekitar 100 orang karyawan,
tempat ini setiap harinya memasak lebih dari 65 pikul nasi atau setara 3.900
kilogram nasi untuk pekerja tambang batu bara (orang rantai), keluarga
pekerja tambang (orang kawalan), dan pasien rumah sakit. Menu
makanannya saat itu adalah nasi, daging, ikan asin, telur asin, sawi putih
dan hijau, serta kol. Makanan tersebut diberikan pada siang dan malam hari.
Untuk sarapannya pukul 10 pagi berupa lapek-lapek, dibuat dari beras ketan
merah dibubuhi kelapa serta gula merah dan dibungkus daun pisang. Untuk
minumannya adalah teh. Pada masa saat itu, menu makanan tersebut
terbilang cukup baik mengingat pemerintah Hindia Belanda berkepentingan
agar pekerja tambang (pekerja kontrak dan pekerja paksa orang rantai)
dapat produktif sehingga menghasilkan keuntungan besar untuk pemerintah.
Saat ini Anda dapat melihat replika bentuk makanan tersebut di museum ini.
[3]

Gedung Museum Goedang Ransoem sempat menjadi tempat aktivitas


memasak untuk tentara dalam skala besar pada masa pendudukan
Jepang hingga Agresi Belanda II. Pada masa revolusi kemerdekaan,
kawasan ini digunakan sebagai tempat memasak makanan tentara. Setelah
kemerdekaan, gedung ini sempat digunakan sebagai Kantor Perusahaan
Tambang Batu Bara Ombilin, gedung SMP Ombilin (1960–1970), hunian
karyawan Tambang Batu Bara Ombilin (sampai tahun 1980), dan hunian
masyarakat setempat hingga tahun 2004. Berikutnya, pada tahun 2005
kawasan ini dikonservasi dan ditata pemerintah Kota Sawahlunto untuk
acara permuseuman hingga 17 Desember 2005 dibuka resmi oleh Wakil
Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla.
KOMPLEK GOEDANG RANSOEM
Di museum ini tidak hanya terdapat dapur tempat memasak. Terdapat
beberapa bangunan yang memiliki fungsi yang berbeda, namun merupakan
satu kesatuan utuh yang saling mendukung satu sama lain. Di antara
bangunan-bangunan tersebut adalah: bangunan utama (dapur umum),
gudang besar persediaan bahan mentah dan padi, dua tungku pembakaran
buatan Jerman tahun 1894, menara cerobong asap, pabrik es batangan,
rumah sakit, kantor koperasi tambang batu bara Ombilin, penggilingan padi,
rumah kepala ransum, rumah karyawan, pos penjaga, rumah jagal hewan,
dan hunian kepala rumah potong hewan.[4]
Museum ini berbeda dengan museum umumnya yang ada di Indonesia.
Koleksi museumnya berjumlah 150 buah, belum termasuk koleksi foto lama
yang berjumlah lebih dari 250 buah. Koleksi Museum Gudang Ransum
berupa periuk raksasa yang terbuat dari besi dan nikel, di antaranya ada
yang memiliki diameter 132 cm dan tinggi 62 cm. Dipajang juga koleksi kuali,
rangsang, dan beragam peralatan dapur umum berukuran besar. Selain itu,
ada foto-foto pekerja paksa yang kakinya dirantai, yang disebut Orang
Rantai, pakaian mandor, pakaian pekerja dan koki, perlengkapan tambang
batubara, baik yang modern ketika itu dan yang tradisional, serta contoh batu
bara.[3][5]
Bangunan Utama

Bangunan utama merupakan ruangan pameran utama Museum Goedang


Ransoem yang menyajikan dan memamerkan benda koleksi yang
merupakan eks-peralatan dan perlengkapan dapur umum.[6] Peralatan masak
yang serba besar dapat disaksikan di sini dengan sistem masak uap panas
dari tungku pembakaran yang unik.[4]
Tungku Pembakaran

Tungku pembakaran sebagai sumber energi uap panas untuk memasak.


Uap panas disalurkan pipa-pipa melalui ruang bawah tanah. Tungku
pembakaran ini buatan Jerman bertahun 1894 yang diproduksi oleh
Rohrendampfkesselfabrik D.R.Patente No. 13449 & 42321.[6]
Rumah Jagal
Rumah jagal meyediakan kebutuhan pasokan daging yang akan dimasak di
dapur umum.[6]
Kompresor

Kompresor berukuran panjang dua meter dengan diameter 86 cm, berfungsi


sebagai penyalur energi uap panas dari tungku pembakaran ke tungku
masak. Angka 1894 adalah label tahun pabrik pembuat tungku pembakaran.
Pengunjung masih dapat menyaksikan dengan bangunannya yang masih
berdiri dengan kokoh dan sangat unik. Tungku pembakaran ini buatan
Jerman, bertahun 1894, dibuat Rohremdampfkessel D.R.Patente No. 13449
& 42321[6]
Periuk nasi
Periuk nasi dan sayur ini berdiameter 124 cm hingga mencapai 132 cm,
badan periuk setinggi 60 cm sampai 62 cm (belum termasuk tutupnya) dan
tebal 1,2 cm. Periuk raksasa ini terdiri dari empat bagian: lapisan luar periuk,
periuk bagian dalam terbuat dari nikel, langsang juga terbuat dari nikel, tutup.
[6]
Referensi[sunting | sunting sumber]

1. ^ http://asosiasimuseumindonesia.org/anggota/60-museum-goedang-
ransoem.html
2. ^ http://www.indonesia.travel/id/destination/710/museum-goedang-
ransoem
3. ^ Lompat
ke:a b c http://travel.kompas.com/read/2013/01/22/18452328/Menengo
k.Museum.Goedang.Ransoem.di.Sawahlunto
4. ^ Lompat ke:a b "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal
2013-02-18. Diakses tanggal 2013-02-03.
5. ^ [1]
6. ^ Lompat
ke:a b c d e http://www.museumindonesia.com/museum/27/1/Museum_
Goedang_Ransoem_Sawahlunto

Anda mungkin juga menyukai