Anda di halaman 1dari 16

Museum Goedang

Ransoem
Koleksi museum terdiri dari berbagai
peralatan masak seperti tungku
pembakaran, periuk, lansang, dandang
sabet, dan benda-benda lain seperti
sekop daun, gergaji lobang, replika
pakaian, foto dokumentasi

Museum Goedang Ransoem adalah


salah satu museum di Indonesia yang
terletak di Jalan Arif Rahman Hakim,
Kelurahan Air Dingin, Kecamatan Lembah
Segar, Kota Sawahlunto, Sumatra Barat.
Museum ini berada sekitar 94 kilometer
atau dua jam perjalanan dengan
kendaraan dari Kota Padang.

Museum Goedang Ransoem

Wikimedia | © OpenStreetMap

Museum Goedang Ransum menempati


sebuah kompleks bangunan bekas dapur
umum para pekerja tambang batu bara
dan pasien Rumah Sakit Umum Daerah
Sawahlunto yang ketika itu berjumlah
ribuan. Gedung Museum Goedang
Ransum sendiri dibangun pada 1918
sewaktu penjajahan Belanda. Dapur
umum ini dilengkapi dua buah gudang
besar dan untuk memasak 3.900
kilogram beras setiap hari bagi para
pekerja tambang batu bara.[1] Harga tiket
masuk museum ini adalah Rp 4.000
untuk dewasa, dan Rp2.000 untuk anak-
anak. Jam aktif kunjungan museum ini
adalah: Selasa hingga Jumat 07.30–
16.30 WIB; Sabtu dan Minggu 09.00–
16.00 WIB.
Sejarah
Kota Sawahlunto dulunya dikenal
sebagai penghasil batu bara terbesar di
Nusantara. Dari kota inilah pemerintah
Hindia Belanda meraup keuntungan amat
besar dari batu bara tersebut.[2] Museum
Goedang Ransoem sendiri menjadi
bagian yang tak terpisahkan dari proses
pertambangan di Sawahlunto. Pada
awalnya, gedung ini adalah kawasan
dapur umum bagi pekerja tambang yang
dibangun tahun 1918. Tempat ini
memiliki dua buah gudang besar dan
tungku pembakaran. Bahan bakar
memasaknya saat itu menggunakan
sistem uap; tepat di bawah ruang masak
terdapat ruang bawah tanah dengan pipa
cerobong yang mengalirkan uap panas
untuk 20 tungku. Uap panas ini berasal
dari air panas yang direbus dengan
menggunakan boiler di atas perbukitan
yang dialirkan uapnya ke dapur. Dengan
mempekerjakan sekitar 100 orang
karyawan, tempat ini setiap harinya
memasak lebih dari 65 pikul nasi atau
setara 3.900 kilogram nasi untuk pekerja
tambang batu bara (orang rantai),
keluarga pekerja tambang (orang
kawalan), dan pasien rumah sakit. Menu
makanannya saat itu adalah nasi, daging,
ikan asin, telur asin, sawi putih dan hijau,
serta kol. Makanan tersebut diberikan
pada siang dan malam hari. Untuk
sarapannya pukul 10 pagi berupa lapek-
lapek, dibuat dari beras ketan merah
dibubuhi kelapa serta gula merah dan
dibungkus daun pisang. Untuk
minumannya adalah teh. Pada masa saat
itu, menu makanan tersebut terbilang
cukup baik mengingat pemerintah Hindia
Belanda berkepentingan agar pekerja
tambang (pekerja kontrak dan pekerja
paksa orang rantai) dapat produktif
sehingga menghasilkan keuntungan
besar untuk pemerintah. Saat ini Anda
dapat melihat replika bentuk makanan
tersebut di museum ini.[3]

Gedung Museum Goedang Ransoem


sempat menjadi tempat aktivitas
memasak untuk tentara dalam skala
besar pada masa pendudukan Jepang
hingga Agresi Belanda II. Pada masa
revolusi kemerdekaan, kawasan ini
digunakan sebagai tempat memasak
makanan tentara. Setelah kemerdekaan,
gedung ini sempat digunakan sebagai
Kantor Perusahaan Tambang Batu Bara
Ombilin, gedung SMP Ombilin (1960–
1970), hunian karyawan Tambang Batu
Bara Ombilin (sampai tahun 1980), dan
hunian masyarakat setempat hingga
tahun 2004. Berikutnya, pada tahun 2005
kawasan ini dikonservasi dan ditata
pemerintah Kota Sawahlunto untuk acara
permuseuman hingga 17 Desember 2005
dibuka resmi oleh Wakil Presiden
Republik Indonesia, Jusuf Kalla.[3]

Koleksi
Di museum ini tidak hanya terdapat
dapur tempat memasak. Terdapat
beberapa bangunan yang memiliki fungsi
yang berbeda, namun merupakan satu
kesatuan utuh yang saling mendukung
satu sama lain. Di antara bangunan-
bangunan tersebut adalah: bangunan
utama (dapur umum), gudang besar
persediaan bahan mentah dan padi, dua
tungku pembakaran buatan Jerman
tahun 1894, menara cerobong asap,
pabrik es batangan, rumah sakit, kantor
koperasi tambang batu bara Ombilin,
penggilingan padi, rumah kepala ransum,
rumah karyawan, pos penjaga, rumah
jagal hewan, dan hunian kepala rumah
potong hewan.[4]

Museum ini berbeda dengan museum


umumnya yang ada di Indonesia. Koleksi
museumnya berjumlah 150 buah, belum
termasuk koleksi foto lama yang
berjumlah lebih dari 250 buah. Koleksi
Museum Gudang Ransum berupa periuk
raksasa yang terbuat dari besi dan nikel,
di antaranya ada yang memiliki diameter
132 cm dan tinggi 62 cm. Dipajang juga
koleksi kuali, rangsang, dan beragam
peralatan dapur umum berukuran besar.
Selain itu, ada foto-foto pekerja paksa
yang kakinya dirantai, yang disebut Orang
Rantai, pakaian mandor, pakaian pekerja
dan koki, perlengkapan tambang
batubara, baik yang modern ketika itu
dan yang tradisional, serta contoh batu
bara.[3][5]

Bangunan Utama

Bangunan utama merupakan ruangan


pameran utama Museum Goedang
Ransoem yang menyajikan dan
memamerkan benda koleksi yang
merupakan eks-peralatan dan
perlengkapan dapur umum.[6] Peralatan
masak yang serba besar dapat
disaksikan di sini dengan sistem masak
uap panas dari tungku pembakaran yang
unik.[4]

Tungku Pembakaran

Tungku pembakaran sebagai sumber


energi uap panas untuk memasak. Uap
panas disalurkan pipa-pipa melalui ruang
bawah tanah. Tungku pembakaran ini
buatan Jerman bertahun 1894 yang
diproduksi oleh
Rohrendampfkesselfabrik D.R.Patente
No. 13449 & 42321.[6]

Rumah Jagal

Rumah jagal meyediakan kebutuhan


pasokan daging yang akan dimasak di
dapur umum.[6]
Kompresor

Kompresor berukuran panjang dua meter


dengan diameter 86 cm, berfungsi
sebagai penyalur energi uap panas dari
tungku pembakaran ke tungku masak.
Angka 1894 adalah label tahun pabrik
pembuat tungku pembakaran.
Pengunjung masih dapat menyaksikan
dengan bangunannya yang masih berdiri
dengan kokoh dan sangat unik. Tungku
pembakaran ini buatan Jerman, bertahun
1894, dibuat Rohremdampfkessel
D.R.Patente No. 13449 & 42321[6]

Periuk nasi
Periuk nasi dan sayur ini berdiameter
124 cm hingga mencapai 132 cm, badan
periuk setinggi 60 cm sampai 62 cm
(belum termasuk tutupnya) dan tebal
1,2 cm. Periuk raksasa ini terdiri dari
empat bagian: lapisan luar periuk, periuk
bagian dalam terbuat dari nikel, langsang
juga terbuat dari nikel, tutup.[6]

Referensi
1. http://asosiasimuseumindonesia.org/ang
gota/60-museum-goedang-
ransoem.html

2. http://www.indonesia.travel/id/destinatio
n/710/museum-goedang-ransoem

3. http://travel.kompas.com/read/2013/01/
22/18452328/Menengok.Museum.Goeda
ng.Ransoem.di.Sawahlunto

4. "Salinan arsip" (https://web.archive.org/w


eb/20130218142731/http://www.sawahlu
ntokota.go.id/pariwisata/wisata-kota-tua/
museum-gudang-ransum.html) .
Diarsipkan dari versi asli (http://www.saw
ahluntokota.go.id/pariwisata/wisata-kota-
tua/museum-gudang-ransum.html)
tanggal 2013-02-18. Diakses tanggal
2013-02-03.

5. "Salinan arsip" (https://web.archive.org/w


eb/20130127231250/http://thearoengbin
angproject.com/2011/07/museum-gudan
g-ransum-sawahlunto/) . Diarsipkan dari
versi asli (http://thearoengbinangproject.c
om/2011/07/museum-gudang-ransum-sa
wahlunto/) tanggal 2013-01-27. Diakses
tanggal 2013-02-03.
6. http://www.museumindonesia.com/muse
um/27/1/Museum_Goedang_Ransoem_S
awahlunto

Pranala luar
http://scholar.unand.ac.id/cgi/users/h
ome?
screen=EPrint%3A%3AView&eprintid=1
2877

Diperoleh dari
"https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Museum_Goedang_Ransoem&oldid=237094
91"

Halaman ini terakhir diubah pada 19 Juni 2023,


pukul 04.46. •
Konten tersedia di bawah CC BY-SA 4.0 kecuali
dinyatakan lain.

Anda mungkin juga menyukai