Anda di halaman 1dari 3

Vicky Darika X MIPA II / 34

Vincent Ciptadi X MIPA II / 35

Winscheel Go X MIPA II / 36
Museum Fatahillah

Museum Fatahillah atau yang lebih dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta ini
adalah Balai Kota Batavia VOC yang dibangun pada tahun 1707 -1710 atas perintah
Gubernur Jendral Johan van Hoorn, di Jalan Taman Fatahillah No.1, Jakarta Barat dengan
luas labih dari 1300 meter persegi. Museum ini diresmikan pada tanggal 30 Maret 1974. Di
dalam museum ini terdapat banyak sekali benda-benda bersejarah, benda-benda ini
merupakan contoh-contoh peninggalan masa Tarumanegara dan Pajajaran.Semua benda ini
terbentuk dari perpaduan gaya Eropa, Republik Rakyat Tionkok, dan beberapa tradisi bangsa
Indonesia.Benda-benda yang digunakan ini masa penjajahan, diantaranya :

1. Penyekat Ruangan

Penyekat ruangan ini terbuat dari jendela angin yang dahulu dipasang di atas pintu
Benteng Batavia.Bahan pembuat penyekat ruangan ini adalah tembaga dengan bingkai kayu,
sehingga penyekat ini sulit untuk dibuka. Penyekat ini memiliki hiasan ukiran dalam gaya
Barok, motif mahkota, sarung pedang, dan sulur daun.Penyekat ini biasanya diletakkan di
belakang pintu ruangan.

2. Maket Gereja Belanda Baru

Maket gereja baru merupakan salah satu Gereja di Batavia pada abad 18, yaitu Gereja
Belanda protestan yang kedua.Gereja ini berdiri sekitar tahun 1736 sampai 1808.Gereja ini
didirikan karena gereja lama tidak memiliki fondasi bangunan yang cukup kuat, dan
mengalami kerusakan saat terjadinya gempa bumi.Namun, selama beberapa tahun, gereja
lama ini digunakan pada wanita untuk memamerkan perhiasan, pakaian, dan bahkan budak
wanita. Maket ini terbuat dari kayu dan diletakan di ruangan yang menceritakan tentang
pembangunan bangunan-bangunan pada masa VOC. Maket bangunan ini dibuat pada abad ke
19, tetapi oleh siapa dan mengapa maket ini dibuat tidak diketahui.
3. Pedang Keadilan / Eksekusi

Ada dua pedang eksekusi atau disebut juga dengan pedang keadilan memiliki panjang
110 cm dan lebar 7 cm.Kedua pedang ini dipakai oleh orang yang sama yang melakukan
eksekusi mati, satu atas perintah pengadilan, sedangkan yang satu dari pemerintah kota
(Collage van Schepenen). Salah satu pedang ini di pamerkan di museum Fatahillah dan yang
satunya lagi disimpan. Pada sisi di kedua pedang ini bertuliskan “Ritcher der scharfen
Schwerts” yang bermakna Hakim dari Pedang Tajam dan pada pedang kedua “hut dien Thun
Kein boses spricht wan du sollist stellen diss gericht “ yang memiliki makna jagalah
bicaramu agar tidak akan dihukum oleh pengadilan ini. Pada sisi kedua pedang tersebut
bertuliskan “Gott teil dem Sunder das Embarmen” yang bermakna Tuhan mohon ampun
untuk pendosa ini.

4. Pangeran Sungarasa Jayawikarta /Wijayakrama Adipati Jayakarta III

Pangeran Sungarasa Jayawikarta adalah putra dari Tubagus Angke dan Ratu
Pembayun Fatimah.Ia diangkat menjadi Adipati Jayakarta pada tahuan 1600. Ketika
Jayakarta mengalami kekosongan pemimpin, karena ia dipanggil ke Banten (15 Februari
1619) VOC membumihanguskan kota Jayakarta dan mengganti nama dengan Batavia.

Pangeran Sungarasa Jayawikarta ini juga dikenal dengan nama Pangeran Katengahan,
nama ini diberikan karena telah mendamaikan dan menentramkan kekacauan perang
saudara.Perang tersebut dikenal dengan nama perang Pailir pada tahun 1604.

5. “Nau” Portugis (kapal)

“Nau” Portugis adalah kapal dengan dek ganda, berkapasitas sekitar 200 tan. Kapal
ini memiliki 3 tiang dan memerlukan tolak bara berat untuk menjaga keseimbangan.Kapal ini
digunakan sudah lebih dari 9 tahun, kapal tersebut dilaporkan hilang setelah Portugis
merampas harta, yang dikarenakan ombak kencang dan petir.

6. Prasasti Padrao

Prasasti ini dibuat untuk menjalin pesahabatan antara Raja Sunda dengan Raja
portugal yand dibuat oleh utusan Portugis dari Malaka. Dan saling memberi dana akan
kerajaan ( bangun benteng dan 1000 karung lada sekali setahun). Prasati ini ditemukan saat
penggalian untuk membangun fondasi gudang di sudut Pinsenstraat. * Batu padrao yang asli
berada di Monumen Nasional.
7. Peralatan Rumah Tangga Kerajaan Sunda

Banyak sekali peralatan makan yang dipakai di perumahan tangga Kerajaan Sunda,
sebagian besar terbuat dari tanah liat dan anyaman. Peralatan ini digunakan untuk memasak
makanan-makanan kebutuhan rumah tangga.

8. Prasasti Batu Tulis

Prasasti Batu Tulis ditemukan di Batu Tulis, Bogor, dan sampai sekarang masih
berada di sana. Prasasti ini berangka pada tahun 1455 Saka, dengan tinggi 161 cm, dan lebar
152 cm. Prasasti ini digunkan sebagai perjanjian Raja Surawisesa dengan Portugal di Kalapa.
*di museum Fatahillah hanya replika.

9. Prasasti Ciaruteun

Prasati Ciaruteun ditemukan di aliran Ciaruten, Kampung Muara, Ciaruteun Hilir,


Cibubulang, Bogor.Prasasti ini ditemukan pada tahun 1863 dan dipindahkan pada tahun 1981
ke Kampung Muara.Prasasti ini memiliki empat baris tilusan yang berhuruf palawa dan
berbahasa sansekerta, yang mengatakan telapak kaki Raja Purnawarman, raja yang gagah
berani ini memiliki telapak kaki yang sama dengan Dewa Wisnu.

10. Alat –Alat Presejarah

Daerah Jakarta dan sekiratnya terbentuk sekitar 5000 tahun yang lampau, di daerah
endapan aluvial ini, terdapat banyak sekali barang- barang bersejarah yang digunakan pada
orang-orang pada masa bercocok tanam dan masa perundagaian. Tradisi dan alat-alat ini pun
dipengaruhi oleh gaya luar dan lingkungannya. Alat-alat ini digunakan untuk pemenuhan
kebutuhan hidup manusia purba seperti berburu, menanam tanaman, dan alat-alat yang
menceritakan tradisi manusia purba. Contoh benda-benda tersebut adalah gerabah, serpih
bilah, belincung, cetak perunggu, kapak perunggu, dan lain-lain.

11. Penjara Wanita

Penjara wanita di museum ini merupakan salah satu tempat para wanita disiksa
dengan cara yang keji, seperti dimasukkan ke penjara denga ukuran panjang 6 meter, lebar 9
meter, dan tinggi 1 meter. Para wanita yang telah masuk tidak diberi makan maupun
minuman, mereka dibiarkan tersiksa di dalan penjara tersebut sampai meninggal.

Anda mungkin juga menyukai